[budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )

2009-12-19 Terurut Topik ardian_c
ah jadi inget kasus dun huang, yg diprotes terus ampe jadi pada males, itu yg 
dijarah tuh. mo minta artifaknya aja buat diteliti setengah mati.

belon lage kasus yuan ming yuan yg dijarah jg en barang2nya dijual beliin ama 
para penjarah.

ada 5 dhyani buddha yg diangkut getu aja ame para penjarah.

ehmmm adanya dimana ?
British museum ama louvre jg di balai lelang christie yg ngejualin 
ehehehehehehehehe

masih inget kejadian lelang balai christie taon ini ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Erik"  wrote:
>
> 
> Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh
> Beng bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan
> baik di tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan
> mengamini beliau?
> 
> Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya
> koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar
> antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan
> sebuah benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya
> sendiri sudah merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda
> budaya yg diambil itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis
> yang dilindungi negara yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi
> dipindahkan ke negara lain oleh bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan
> dengan cara apa benda budaya itu diperolah? Lewat penjarahan yg
> mendompleng agresi militer? Atau lewat pencurian dan penipuan?
> 
> Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai
> artefak budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di
> museum mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka
> berikan? Kita sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya
> bukan cuma sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya
> nilai kultural, nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang
> nilai religius. Nah selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg
> mengambil dan memindahkan benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa
> menghargai nilai kultural, nilai historis apalagi nilai religius artefak
> budaya itu persis sebagaimana pemilik asli benda-benda itu menghargai
> artefak budaya itu ketika masih di tempat asalnya? Dengan pasti dan
> yakin saya bisa katakan bahwa selain kemungkinan terjadinya kerusakan
> fisik benda-benda itu sewaktu dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah
> nilai kultural, nilai historis dan nilai religius artefak budaya itu
> telah dirusak dan dinista oleh mereka yg katanya menghormati dan
> menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka itu! Lagi-lagi,
> inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan kepada
> kita!!
> 
> Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya
> bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai
> orang Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa
> yang tak pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di
> Lourdes diambil dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda
> Maria tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum
> secara terhormat. Bukan cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk
> meneliti segi-segi estetika patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana
> teknik pembuatannya, simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana
> orang Katolik memahmi semua itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur,
> warga ramai berkunjung ke museum untuk melihat keindahan patung Bunda
> Maria, ada pemandu yang menjelaskan segala sesuatu tentang patung Bunda
> Maria, tentang keindahannya, tentang asal usulnya dll, dll, diceritakan
> pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang tak bernyawa itu pernah
> disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu dalam faham-faham
> idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran eskatologisnya.¡±
> dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati ini membayangkan
> semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun bagaimana
> dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini secara
> nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya mereka
> tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat???
> 
> Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> 
> 
> Erik
> 
> \
> --
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou  wrote:
> >
> > Pak Beng,
> >
> > Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang
> berkecamuk dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran
> rasialis diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia
> barat, tapi contohnya akan dng mudah kita dapat di Indonesia. saya
> sering dan senang kumpul dng mereka2, misalnya kelompok utan
> kayu(sekarang salihara)bentukan Gunawan Mohamad. Tapi sekaligus saya
> sadari, pengaruh mereka dalam mendidik pola pikir masayarakat ternyata
> sangat lemah. Mereka sendiri seri

[budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )

2009-12-18 Terurut Topik Dipo

Boleh ikutan gak ya ko Erik ? Soalnya subyeknya ditulis hanya untuk Zhou heng 
dan Beng Heng :D

Yang ko Erik tulis benar 100 persen, dan merupakan hal yang seharusnya 
dilakukan. Yang menjadi masalah disini adalah kondisinya. Situasi di negara 
berkembang secara umum tidak bersahabat terhadap artefak budaya, memakai 
istilah ko Erik. Bahkan benda2 budaya yang masih "hidup" (dalam arti masih 
dipakai) juga tidak luput dari masalah ini. 

Mungkin yang bisa dilakukan oleh "musafir" seperti Beng heng adalah memilih 
pembelinya. Misalnya memberikan prioritas kepada pembeli yang akan memberikan 
akses kepada publik. 

Saya sendiri tidak setuju dengan hal ini, tetapi memang ini kenyataannya. 
Mayoritas masyarakat kita tidak menghargai warisan leluhur.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Erik"  wrote:
>
> 
> Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh
> Beng bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan
> baik di tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan
> mengamini beliau?
> 
> Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya
> koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar
> antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan
> sebuah benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya
> sendiri sudah merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda
> budaya yg diambil itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis
> yang dilindungi negara yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi
> dipindahkan ke negara lain oleh bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan
> dengan cara apa benda budaya itu diperolah? Lewat penjarahan yg
> mendompleng agresi militer? Atau lewat pencurian dan penipuan?
> 
> Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai
> artefak budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di
> museum mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka
> berikan? Kita sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya
> bukan cuma sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya
> nilai kultural, nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang
> nilai religius. Nah selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg
> mengambil dan memindahkan benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa
> menghargai nilai kultural, nilai historis apalagi nilai religius artefak
> budaya itu persis sebagaimana pemilik asli benda-benda itu menghargai
> artefak budaya itu ketika masih di tempat asalnya? Dengan pasti dan
> yakin saya bisa katakan bahwa selain kemungkinan terjadinya kerusakan
> fisik benda-benda itu sewaktu dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah
> nilai kultural, nilai historis dan nilai religius artefak budaya itu
> telah dirusak dan dinista oleh mereka yg katanya menghormati dan
> menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka itu! Lagi-lagi,
> inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan kepada
> kita!!
> 
> Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya
> bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai
> orang Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa
> yang tak pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di
> Lourdes diambil dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda
> Maria tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum
> secara terhormat. Bukan cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk
> meneliti segi-segi estetika patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana
> teknik pembuatannya, simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana
> orang Katolik memahmi semua itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur,
> warga ramai berkunjung ke museum untuk melihat keindahan patung Bunda
> Maria, ada pemandu yang menjelaskan segala sesuatu tentang patung Bunda
> Maria, tentang keindahannya, tentang asal usulnya dll, dll, diceritakan
> pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang tak bernyawa itu pernah
> disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu dalam faham-faham
> idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran eskatologisnya.¡±
> dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati ini membayangkan
> semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun bagaimana
> dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini secara
> nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya mereka
> tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat???
> 
> Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> 
> 
> Erik
> 
> \
> --
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou  wrote:
> >
> > Pak Beng,
> >
> > Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang
> berkecamuk dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran
> rasialis diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia
> barat, tap

Re: [budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )

2009-12-18 Terurut Topik shinmen takezo
Koh Beng Mazmuri ,

saya hanya berusaha menekankan agar di telusuri kembali ,
karena saat imperialisme dan kolonialisme , praktek penjarahan terhadap
bangsa yang sedang di agresi , di aneksasi , di jajah , atau apapun itu
adalah suatu fakta , cuman saya lum bercerita banyak , lagi cari sumber2
yang mendukung itu

contoh dalam perang candu 1 dan 2 sampai perang boxer , terjadi praktek
penjarahan terhadap kekayaan budaya tiongkok ,

tapi kita semua juga harus berpikir objektif

jikapun tidak di jarah , apa ketinggian produk budaya yang di hasilkan itu
bisa di pertahankan oleh negara yang bersangkutan , kadang kala malah tidak
di hargai di negri sendiri , sehingga kecolongan di kembangkan di negara
lain

ambil contoh , permainan go dan bonsai , sekarang identik dengan jepang
atau karya sastra la galigo bugis , lebih sering di pentaskan di negeri
orang

kalau dalam contoh masa kini , kekayaan budaya bukan main2 , karena itu aset
nasional , klo tidak , ngapain malingsia , juga sekarang sedang berusaha
menjarah kekayaan budaya indonesia .



2009/12/18 Erik 

>
>
> Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh Beng
> bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan baik di
> tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan mengamini beliau?
>
> Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya
> koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar
> antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan sebuah
> benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya sendiri sudah
> merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda budaya yg diambil
> itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis yang dilindungi negara
> yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi dipindahkan ke negara lain oleh
> bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan dengan cara apa benda budaya itu
> diperolah? Lewat penjarahan yg mendompleng agresi militer? Atau lewat
> pencurian dan penipuan?
>
> Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai artefak
> budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di museum
> mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka berikan? Kita
> sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya bukan cuma
> sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya nilai kultural,
> nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang nilai religius. Nah
> selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg mengambil dan memindahkan
> benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa menghargai nilai kultural,
> nilai historis apalagi nilai religius artefak budaya itu persis sebagaimana
> pemilik asli benda-benda itu menghargai artefak budaya itu ketika masih di
> tempat asalnya? Dengan pasti dan yakin saya bisa katakan bahwa selain
> kemungkinan terjadinya kerusakan fisik benda-benda itu sewaktu
> dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah nilai kultural, nilai historis dan
> nilai religius artefak budaya itu telah dirusak dan dinista oleh mereka yg
> katanya menghormati dan menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka
> itu! Lagi-lagi, inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan
> kepada kita!!
>
> Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya
> bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai orang
> Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa yang tak
> pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di Lourdes diambil
> dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda Maria tidak dirusak,
> tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum secara terhormat. Bukan
> cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk meneliti segi-segi estetika
> patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana teknik pembuatannya,
> simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana orang Katolik memahmi semua
> itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur, warga ramai berkunjung ke museum
> untuk melihat keindahan patung Bunda Maria, ada pemandu yang menjelaskan
> segala sesuatu tentang patung Bunda Maria, tentang keindahannya, tentang
> asal usulnya dll, dll, diceritakan pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang
> tak bernyawa itu pernah disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu
> dalam faham-faham idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran
> eskatologisnya.¡±  dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati
> ini membayangkan semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun
> bagaimana dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini
> secara nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya
> mereka tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat???
>
> Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> Erik
>
>
> --
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou  wrote:
> >
> > Pak Beng,

[budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )

2009-12-18 Terurut Topik Erik

Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh
Beng bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan
baik di tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan
mengamini beliau?

Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya
koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar
antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan
sebuah benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya
sendiri sudah merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda
budaya yg diambil itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis
yang dilindungi negara yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi
dipindahkan ke negara lain oleh bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan
dengan cara apa benda budaya itu diperolah? Lewat penjarahan yg
mendompleng agresi militer? Atau lewat pencurian dan penipuan?

Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai
artefak budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di
museum mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka
berikan? Kita sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya
bukan cuma sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya
nilai kultural, nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang
nilai religius. Nah selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg
mengambil dan memindahkan benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa
menghargai nilai kultural, nilai historis apalagi nilai religius artefak
budaya itu persis sebagaimana pemilik asli benda-benda itu menghargai
artefak budaya itu ketika masih di tempat asalnya? Dengan pasti dan
yakin saya bisa katakan bahwa selain kemungkinan terjadinya kerusakan
fisik benda-benda itu sewaktu dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah
nilai kultural, nilai historis dan nilai religius artefak budaya itu
telah dirusak dan dinista oleh mereka yg katanya menghormati dan
menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka itu! Lagi-lagi,
inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan kepada
kita!!

Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya
bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai
orang Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa
yang tak pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di
Lourdes diambil dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda
Maria tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum
secara terhormat. Bukan cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk
meneliti segi-segi estetika patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana
teknik pembuatannya, simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana
orang Katolik memahmi semua itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur,
warga ramai berkunjung ke museum untuk melihat keindahan patung Bunda
Maria, ada pemandu yang menjelaskan segala sesuatu tentang patung Bunda
Maria, tentang keindahannya, tentang asal usulnya dll, dll, diceritakan
pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang tak bernyawa itu pernah
disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu dalam faham-faham
idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran eskatologisnya.¡±
dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati ini membayangkan
semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun bagaimana
dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini secara
nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya mereka
tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat???

Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis



Salam,



Erik

\
--

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou  wrote:
>
> Pak Beng,
>
> Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang
berkecamuk dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran
rasialis diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia
barat, tapi contohnya akan dng mudah kita dapat di Indonesia. saya
sering dan senang kumpul dng mereka2, misalnya kelompok utan
kayu(sekarang salihara)bentukan Gunawan Mohamad. Tapi sekaligus saya
sadari, pengaruh mereka dalam mendidik pola pikir masayarakat ternyata
sangat lemah. Mereka sendiri sering diserang oleh kelompok masyarakat
yang termakan propaganda politik kaum konserfatif. Makanya jika kita
memaparkan analisis sosial arus utama, sikap dan pemikiran mereka tak
bisa dijadikan patokan,
>
> Mengenai artefac2 di museum, sebenarnya ini bisa dilihat dari kacamata
berbeda. memang benar para peneliti barat menghargai nilai budaya barang
ini, tapi penghargaan ini sebenarnya adalah penghargaan sbg barang mati,
dia tak lagi menghargai barang tersebut sbg benda budaya yang masih
berfungsi. banyak kasus barang2 ditempat asal yang dicuri atau dirampas
oleh orang2 barat dan lalu menjadi pajangan museum, seperti kepala arca
Yuanming Yuan misalnya, apakah ini sebuah penghargaan at