Koh Beng Mazmuri , saya hanya berusaha menekankan agar di telusuri kembali , karena saat imperialisme dan kolonialisme , praktek penjarahan terhadap bangsa yang sedang di agresi , di aneksasi , di jajah , atau apapun itu adalah suatu fakta , cuman saya lum bercerita banyak , lagi cari sumber2 yang mendukung itu
contoh dalam perang candu 1 dan 2 sampai perang boxer , terjadi praktek penjarahan terhadap kekayaan budaya tiongkok , tapi kita semua juga harus berpikir objektif jikapun tidak di jarah , apa ketinggian produk budaya yang di hasilkan itu bisa di pertahankan oleh negara yang bersangkutan , kadang kala malah tidak di hargai di negri sendiri , sehingga kecolongan di kembangkan di negara lain ambil contoh , permainan go dan bonsai , sekarang identik dengan jepang atau karya sastra la galigo bugis , lebih sering di pentaskan di negeri orang kalau dalam contoh masa kini , kekayaan budaya bukan main2 , karena itu aset nasional , klo tidak , ngapain malingsia , juga sekarang sedang berusaha menjarah kekayaan budaya indonesia . 2009/12/18 Erik <rsn...@yahoo.com> > > > Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh Beng > bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan baik di > tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan mengamini beliau? > > Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya > koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar > antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan sebuah > benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya sendiri sudah > merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda budaya yg diambil > itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis yang dilindungi negara > yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi dipindahkan ke negara lain oleh > bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan dengan cara apa benda budaya itu > diperolah? Lewat penjarahan yg mendompleng agresi militer? Atau lewat > pencurian dan penipuan? > > Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai artefak > budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di museum > mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka berikan? Kita > sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya bukan cuma > sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya nilai kultural, > nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang nilai religius. Nah > selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg mengambil dan memindahkan > benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa menghargai nilai kultural, > nilai historis apalagi nilai religius artefak budaya itu persis sebagaimana > pemilik asli benda-benda itu menghargai artefak budaya itu ketika masih di > tempat asalnya? Dengan pasti dan yakin saya bisa katakan bahwa selain > kemungkinan terjadinya kerusakan fisik benda-benda itu sewaktu > dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah nilai kultural, nilai historis dan > nilai religius artefak budaya itu telah dirusak dan dinista oleh mereka yg > katanya menghormati dan menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka > itu! Lagi-lagi, inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan > kepada kita!! > > Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya > bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai orang > Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa yang tak > pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di Lourdes diambil > dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda Maria tidak dirusak, > tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum secara terhormat. Bukan > cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk meneliti segi-segi estetika > patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana teknik pembuatannya, > simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana orang Katolik memahmi semua > itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur, warga ramai berkunjung ke museum > untuk melihat keindahan patung Bunda Maria, ada pemandu yang menjelaskan > segala sesuatu tentang patung Bunda Maria, tentang keindahannya, tentang > asal usulnya dll, dll, diceritakan pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang > tak bernyawa itu pernah disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu > dalam faham-faham idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran > eskatologisnya.¡± dst, dst. Ah, ah...................... sakitnya hati > ini membayangkan semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun > bagaimana dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini > secara nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya > mereka tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat??? > > Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis!!!! > > > > Salam, > > > > Erik > > > ------------------------------------------------------------------------------------------ > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <zho...@...> wrote: > > > > Pak Beng, > > > > Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang berkecamuk > dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran rasialis > diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia barat, tapi > contohnya akan dng mudah kita dapat di Indonesia. saya sering dan senang > kumpul dng mereka2, misalnya kelompok utan kayu(sekarang salihara)bentukan > Gunawan Mohamad. Tapi sekaligus saya sadari, pengaruh mereka dalam mendidik > pola pikir masayarakat ternyata sangat lemah. Mereka sendiri sering diserang > oleh kelompok masyarakat yang termakan propaganda politik kaum konserfatif. > Makanya jika kita memaparkan analisis sosial arus utama, sikap dan pemikiran > mereka tak bisa dijadikan patokan, > > > > Mengenai artefac2 di museum, sebenarnya ini bisa dilihat dari kacamata > berbeda. memang benar para peneliti barat menghargai nilai budaya barang > ini, tapi penghargaan ini sebenarnya adalah penghargaan sbg barang mati, dia > tak lagi menghargai barang tersebut sbg benda budaya yang masih berfungsi. > banyak kasus barang2 ditempat asal yang dicuri atau dirampas oleh orang2 > barat dan lalu menjadi pajangan museum, seperti kepala arca Yuanming Yuan > misalnya, apakah ini sebuah penghargaan atau justru perusakan? di sebuah > hotel di malang juga ada dipajang dng menarik sebuah patung dari altar > sebuah klenteng, figur yang dikramatkan kok dijadikan pajangan, apakah dia > menghormati umat yang pernah menyembahyangi patung tersebut? > > > > Jangan salah paham, saya bukanlah orang yang mempercayai segala ritual > klenteng, saya juga bukan penganut agama tridarma ataupun khong hucu, tapi > saya bisa merasakan ada ketidak beresan dalam hal ini. > > > > Dan mohon sekali lagi anda memahami, kritik saya atas pernyataan anda > benar2 bukan tuduhan thd anda pribadi, bukan hendak menuduh anda berusaha > mengkristenkan orang Tionghoa. Yang saya kritik adalah bahasa anda, dalam > berbicara anda seolah2 memposisikan diri sebagai seorang penginjil, yang > memberi himbauan ke orang2 Tionghoa agar tak usah takut masuk kristen, > karena anda menjamin mereka tetap bisa mempertahankan tradisi ketionghoanya! > ---------bahasa anda ini terasa janggal dalam sebuah diskusi di forum umum, > yang anggotanya bukan seiman. apalagi di dalamnya ber kali2 memaparkan bhw > inti ajaran kristen adalah Kasih dsb dsb, ini sudah mirip kampanye agama. > padahal kita sudah sepakat dalam millis budaya ini tak membicarakan isi > ajaran sebuah agama, yang kita diskusikan seharusnya adalah dampak > sosiologisnya. Gamblangnya begini: Boleh saja secara keyakinan sebuah agama > menilai ajaran dari kepercayaan atau budaya lain salah, ini tak perlu kita > gugat, karena > > kita tak mau berdebat isi ajaran agama. Tapi jika cara penyampaian ajaran > ini sudah melanggar norma bermasyarakat yang baik, itu baru kita gugat! > > > > Coba anda perhatikan cara teman2 nasrani lain memberi tanggapan yang > baik, contoh kalimatnya seperti ini: > > Kalau menurut saya, saya bisa menjadi seorang khatolik tanpa harus > menaggalkan budaya Tionghoa, dan saya juga tetap bisa menghargai ritual > penghormatan leluhur..... dsb dsb. > > kalimat diatas jelas menunjukkan dia sedang bersaksi dihadapan masyarakat > umum yang agamanya bisa saja berbeda2, isinya murni pengungkapan sikap > pribadi, tak ada kata2 ajakan atau himbauan ke umum. > > > > Salam, > > ZFy > ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ > From: beng mazmuri beng...@... > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Thu, December 17, 2009 9:46:35 PM > Subject: [budaya_tionghua] untk bro Zhoufy...( budaya ) > > Salam, > > > Trima kasihatas tanggapannya, minta maaf kalau saya terjebak kedlm ego ke > iman an saya. > > > > Karena topik pelecehan budaya oleh pendeta kristen , dan saya kebetulan > pecinta seni dan budaya , mungkin saya lebih kuat dlm hal pengetahuan seni , > karena saya berkecimpung dlm bidang itu dari awal thn 80 sampai sekarang. > Makanya saya menyinggung tg hal , misalnya " artefak2 tribal dari suku batak > , dayak dll. yang memang pd faktanya ada tersimpan dng baikdi museum2 negara > tertentu , lengkap tg data2 dan pengertian artefak itu, sesuai originalitas > pengertian dari suku2 tsb > > , > > Dan saya berkesimpulan , ktk membaca literatur2 tsb. betapa barat sangat > mengagumi atau terperangah dng kebudayaan tsb, bukan hanya dr sisi artistik > , tapi pemahaman2, simbolik yg terkandung didalam nya. Karena ada member yg > menulis tg penghancuran budaya atau pelecehan budaya , saya mencoba membagi > sekelumit tg pengetahuan saya yg terbatas , tak ada penghancuran budaya. > Tapi mungkin saya lupa ya, member2 sedang membahas penghancuran budaya , > pelecehan budaya "bukan" dlm bentuk fisik artefak atau benda... Maaf ya, > kebetulan saya seorang pecinta seni , meskipun wujud artefak itu dianggap > setan atau di arti kan sbg setan. Maaf saya hanyut dlm pemikiran sndiri , > karena member sedang membahas pelecehan budaya atau ritual tionghoa dan > merembet ke invasi barat ke tiongkok. ( saya malah berbicara dlm kontek di > indonesia ). > > > > Tapi saya hrs mengkounter balik pernyataan anda bhw saya seakan akan > ingin meng kristen kan tionghoa.... ah..ah..Dan tentu saja saya ber hak > menyatakan uneg2 saya , atau katakanlah ke mazgulan hati saya , ktk ke iman > an saya juga di lecehkan ..Memang betul apa yg dikatakan sdr agung...yg > mengaku dirinya kristen tentu akan merasakan perasaan yg sama ktk ke iman an > nya di tertawakan.. . > > > > Tapi kt manusia sudah ditakdirkan mempunyai sikap defensif..ah. > .ah..biarpun tahu salah , tapi tetap dableg.... > > > > Sekali lagi saya berterima kasih kpd siapapun juga , trhdp teman2 di > milist ini yang sudah membuka wawasan BT , memberikan sumbangsih baik > pemikiran2 dll, untk kemajuan kebudayaan tionghoa. Saya bangga , bhw saya > mempunyai akar jati diri tionghoa... > > > > Salam... > > > > beng mazmuri. > > > > note : kalimat saya "tak ada penghancuran budaya" , adalah pernyataan > saya sbg pecinta seni , karena artefak2 apapun , dari negara manapun, kt > bisa mendapatkan nya dlm Art Market , atau kt bisa melihat di museum2. Tentu > ada penghancuran yg dilakukan oleh kelompok2 tertentu., bangsa > tertentu...dan saya tak mengharapkan itu terjadi, saya ikut berduka... > >