[budaya_tionghua] Re: Dasar CINA lho ! = Dasar NIGER lho !
Sdr.Ucup, kata Cina bukan berasal dari nama dinasti Qin. Hal ini pernah dituliskan panjang lebar dan diulas berkali-kali di milist ini. Istilah Cina berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Sina. Sedangkan pada masa jaman lampau, Tiongkok disebut Seres yang artinya adalah negara penghasil sutra. Sepanjang yang saya ingat, ketika Marcopolo berkelana ke Tiongkok, sebutannya adalah Cathay. Pendapat mengenai kata Cina berasal dari dinasti Qin adalah pendapat dari kaum Serikat Yesuit pada abad ke 15 dan 16. Sebutan Tang Ren lebih mengacu kepada masyarakat Tionghoa di daerah selatan, seperti Fu Jian, Guang Dong. Masyarakat daerah utara umumnya menyebut dirinya adalah orang Han. Hormat saya, Xuan Tong Kata Cina itu sendiri berasal dari nama Ahala Qin (baca Ch'in), dinasti pertama yang mempersatukan seluruh daratan Tiongkok, di bawah pemerintahan kaisarnya Qin Shihuang ( 225 s.M sampai 210 s.M), disamping itu kaiser Qin tersebut yang memerintahkan penyeragaman Huruf Kanji sehingga komunikasi tertulis dapat berjalan lancar. Tetapi dilain pihak ia adalah seorang Kaiser yang kejam dan biadab yang telah memerintahkan pembakaran semua buku-buku ajaran Kong Hu Cu dan memerintahkan hukuman dikubur hidup-hidup terhadap 500 sarjana Konfusianis. Akibat dari tindakan brutal Kaisar Qin itu, sebagian dari karya-karya Kong Hu Cu yang disakralkan sebagai kitab suci untuk aliran itu, sampai sekarang belum diketemukan lagi.
Re: AW: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !-Liang U
Mang Ucup, terima kasih atas komentarnya, apalagi anda sepaham dengan saya, hanya saja pada email saya, bagian yang dibusek tepat lehernya yang digorok, akibatnya tulisan saya berubah arti. Tolong baca lagi, kata ia di sana oleh yang membaca bisa dianggap saya sendiri, padahal bukan, saya hanya menceritakan petugas lab. Tidak ada yang berani memanggil dosen dengan kata emang di Indonesia, kecuali kemenakan di rumah. Salam --- MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote: liang u nulis: dibusek Ia bilang, ia sangat marah dipanggil emang oleh mahasiswa. Emang adalah kata yang menyakitkan hati bagi dia, padahal emang yang berarti paman dalam bahasa Indonesia adalah penghormatan kepada orang yang sedikit lebih muda dari ayah, atau sdr yang lebih muda dari ayah dan ibu. Saya mengerti mengapa ia marah, sebab di lingkungan universitas panggilan resmi adalah bapak, jadi penggunaan emang memang dirasakan melecehkan setingkat lawak Mang Ibing atau tukang beca. Mang Ucup: Yth. Sdr Liang U Terima kasih untuk komentarnya, saya pribadi lebih senang dipanggil Emang daripada Om ataupun Bapak, karena dgn demikian kesannya lebih akrab begitu Salam tabik Mang Ucup __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
Saya tidak nyambung nih...mau ngomong historis istilah Cina atau identifikasi kelompok masyarakat ya ? Sejarah tetap tinggal sejarah, saya tidak paham bagaimana istilah Cina muncul dan kenapa kemudian dibenturkan dgn istilah Tionghoa. Tapi menurut saya titik tekannya adalah kontribusi output-nya. Mau Cina kek mau Tionghoa sama saja kalau ternyata konsep kehidupan orangnya jauh dari gambaran ideal yang ada. Prinsipnya kualitas pribadi manusia itu sifatnya personal bukan golongan, kelas atau ras. Dan ini bisa ditarik ke tataran yang lebih luas...Dasar Cina Lo...nggak ada persoalan dgn kalimat 'Dasar Batak Lo', 'Dasar Jowo' ataupun 'Dasar Arab'. Quality is nothing to do with Race...just keep it personal !! Thx SFL --- you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak Melani, istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk. Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina. YQL --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh masa occupt jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya jg mau menguasai,adu domba adalah cara yg paling effective,begitu sayang. astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah cinadiciptakan oleh jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia Assalamualaikum mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei Hong Kian. Peranakan dalam 3 budaya Kelenteng-kelteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan karena VOC merasa terancam tidak dapat menguasai sumber daya Indonesia. Saat VOC pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat orang tionghoa sudah sangat membaur dengan orang lokal (pribumi)...budayanya sudah sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan indonesia yg terlihat pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa tenga dan jawa timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu perlawanan kpd VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa ini mempunyai akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam Indonesia saat itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton (ibunya Raden Patah adalah keturunan tiong hoa). Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program sistematis, untuk memisahkan indonesia local dg chinese indonesia. Org2 tionghoa dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai macam peraturan yg memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan diberikan beberapa propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org lokal..Propaganda tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak indonesia local dg chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan tahun setelanya.. itu informasi yg saya peroleh dari berbagai sumber (buku, internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon maaf. Tolong secepatnya dikoreksi...thx b4 Wassalam Achie __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak Melani, istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk. Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina. Yaa, Bung You Qing Long benar, istilah itu sudah ada lama sebelum Jepang masuk. Berikut ini Thangoubheng melampirkan perseteruan antara penulis pribumi dan tionghoa di awal abad 20 yg di kutib dari Web Bacaan Liar. Tanda *** adalah dari redaksi Bacaan Liar, sedang tanda +++ adalah tulisan Marco, seorang aktivist pergerakan pribumi, dan tanda === adalah jawaban dari kaum tionghoa. Jadi perseteruan yg terekam dengan sangat jelas ini, sudah seabad umurnya. Mungkin hal ini menarik bagi kita semua untuk direnungkan. ***Kembali kepada tahap kedua dalam membaca tulisan seseorang, yakni harus menimbang ke arah mana peluru Mata Gelap-nya Marco ditujukan. Karangan ini ditujukan kepada perusahaan surat kabar Tjhoen Tjhioe yang terbit di Surabaya. Akibatnya suratkabar Tjhoen Tjhioe bereaksi dan terjadi perselisihan yang hebat antara jurnal Doenia Bergerak yang di pimpin Marco dengan suratkabar Tjhoen Tjhioe. Apa yang sebenarnya yang menyebabkan surat kabar Tjhoen Tjhioe begitu berang terhadap Mata Gelap? Hal ini dapat dibaca dalam surat kabar Tjhoen Tjhioe sebagai berikut: Ini hati kita trima satoe boekoe tjerita, jang pake nama Mata Gelap, terkarang oleh M. Marco, Redacteur Doenia Bergerak di Solo. Sabetoelnja itoe boekoe ada begitoe renda deradjatnja, hingga bermoela kita tida ada ingetan boeat bitjaraken isinja di ini soerat kabar. Tetapi sebab di sitoe penoelisnja soeda terlaloe njataken ia poenja pembrasa'an renda pada orang Tionghoa, kita merasa terpaksa djoega toelis ini recensie, dengan perminta'an, soepaja toean Marco, kalo dibelakang hari menoelis lagi satoe boekoe, djanganlah ia bikin orang Tionghoa djadi sakit hati seperti sekarang ia soeda bikin, antara mana di dalem kalimat: Bah! minta stroop ijs,. Ingetlah, bangsa Tionghoa ada satoe bangsa manoesia djoega, hingga tida pantes kaloe toean Marco pandang begiote renda pada marika Orang Tionghoa merasa dan mengakoe, di ini djadjahan ia orang ada seperti orang menoempang dan memang ingin hidoep roekoen dan demi dengan orang Boemipoetra. Tetapi orang Boemipoetera, seperti toean roema, djoega haroes oendjoek itoe kahormatan dan perendahan pada orang Tionghoa, seperti diantara orang-orang sopan, toean roema memang wadjib oendjoekkan pada tetamoenja Isinja itoe boekoe ada begitoe tida berharga, hingga kita merasa sajang kaloe moesti boeang lebi banjak lagi dari kita poenja tempo, boeat menoelis lebi djaoeh tentang itoe. Kita hendak kirim poelang boekoe itoe pada penoelisnja, tetapi merasa sajang boeat itoe 2 1/2 cent jang kita bajar boeat porto. Djadi boeang sadja di dalem krandjang kotor. Memang di sitoe, menoeroet haroesnja, itoe boekoe mesti dapet tempat.57) Penegasan dari pihak Tjhoen Tjhioe sebenarnya mengandung tiga hal dan keberatan mereka terhadap Mata Gelap-nya Mas Marco. Tulisan kemudian mendapat balasan yang cukup tegas pula dari Mas Marco: Itoe perkataan tidak saja doeloe telah lazim boeat seseboetan atau memanggil bangsa Tjina, djoega sampe sekarang itoe perkataan misih kami pakai boeat memanggil bangsa Tjina yang tidak soeka kami panggil Babah atau Bah? O! tidak ada. Sebab kalau kami bertjampoer gaoel dengan orang Tjina, itoe seboetan selaloe kami goenakan, en toch tidak ada seorang yang menjangkal. Apakakah koerang tjoekoep orang Djawa menghormati tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang Tjoekoep menoendjoekkan keroekoenannja kepada tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang rendah dan mengalah?! Kalau kami menjeboet Babah of Bah atau menjebut orang Tjina dikata: menghina kepada itoe bangsa, sesoenggoehnja kami tida mengerti. Apakah sebabnja dikaart (Atlas) misih selaloe ditoelis: China (Tjina Mal of Jav)? Kalau betoel-betoel toean tamoe tidak mengharap perselisihan dengan toean romah, kami harep ini perkara djangan dibikin pandjang. Ingatlah, ini waktoe, waktoe jang koerang baik diseloeroeh doenia Lain roepa kalau toean tamoe tjari-tjari perkara dengan toean romah, itoe lain perkara. Kalau toean tamoe tidak dapat hidoep roekoen dengan toean romah, seharoesnja kami toean romah mendjalankan bagaimana adilnja.58) *Perdebatan ini terus berkepanjangan hingga menjadi perselisihan soal kebangsaan atau nasionalisme, antara nasionalis Jawa berdasarkan versi Marco dengan nasionalisme bangsa Tionghoa. Kalau kita perhatikan konteksnya, perdebatan ini berkaitan dengan kebangkitan nasional bangsa Hindia dan kebangkitan nasionalis Tionghoa. Pada tahun 1911 banyak pelarian kaum muda nasionalis Tionghoa ke Hindia Belanda. Gelombang pelarian ini tiba di Hindia Belanda secara gelap dan mereka menyebar ke beberapa tempat, terutama Surabaya, Semarang dan Batavia. Mereka datang ke Hindia untuk mengabarkan kepada orang-orang Tionghoa lainnya
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
Istilah Cina kini menjadi sebentuk pemantik api, tampaknya, terkait dengan pengadudombaannya dengan kaum pribumi melalui ketidakadilan sosial, ekonomi, sampai gaya hidup, yang diakibatkan sistem politik kita yang korup, feodal, hegemonitif. Jejak VOC tanpa terasa masih terasa di segenap kehidupan kita. septo --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak Melani, istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk. Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina. YQL --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh masa occupt jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya jg mau menguasai,adu domba adalah cara yg paling effective,begitu sayang. astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah cinadiciptakan oleh jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia Assalamualaikum mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei Hong Kian. Peranakan dalam 3 budaya Kelenteng-kelteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan karena VOC merasa terancam tidak dapat menguasai sumber daya Indonesia. Saat VOC pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat orang tionghoa sudah sangat membaur dengan orang lokal (pribumi)...budayanya sudah sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan indonesia yg terlihat pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa tenga dan jawa timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu perlawanan kpd VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa ini mempunyai akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam Indonesia saat itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton (ibunya Raden Patah adalah keturunan tiong hoa). Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program sistematis, untuk memisahkan indonesia local dg chinese indonesia. Org2 tionghoa dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai macam peraturan yg memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan diberikan beberapa propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org lokal..Propaganda tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak indonesia local dg chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan tahun setelanya.. itu informasi yg saya peroleh dari berbagai sumber (buku, internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon maaf. Tolong secepatnya dikoreksi...thx b4 Wassalam Achie .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak Melani, istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk. Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina. Yaa, Bung You Qing Long benar, istilah itu sudah ada lama sebelum Jepang masuk. Berikut ini Thangoubheng melampirkan perseteruan antara penulis pribumi dan tionghoa di awal abad 20 yg di kutib dari Web Bacaan Liar. Tanda *** adalah dari redaksi Bacaan Liar, sedang tanda +++ adalah tulisan Marco, seorang aktivist pergerakan pribumi, dan tanda === adalah jawaban dari kaum tionghoa. Jadi perseteruan yg terekam dengan sangat jelas ini, sudah seabad umurnya. Mungkin hal ini menarik bagi kita semua untuk direnungkan. http://members.fortunecity.com/edicahy/selectedworks/B-Liar1.html ***Kembali kepada tahap kedua dalam membaca tulisan seseorang, yakni harus menimbang ke arah mana peluru Mata Gelap-nya Marco ditujukan. Karangan ini ditujukan kepada perusahaan surat kabar Tjhoen Tjhioe yang terbit di Surabaya. Akibatnya suratkabar Tjhoen Tjhioe bereaksi dan terjadi perselisihan yang hebat antara jurnal Doenia Bergerak yang di pimpin Marco dengan suratkabar Tjhoen Tjhioe. Apa yang sebenarnya yang menyebabkan surat kabar Tjhoen Tjhioe begitu berang terhadap Mata Gelap? Hal ini dapat dibaca dalam surat kabar Tjhoen Tjhioe sebagai berikut: Ini hati kita trima satoe boekoe tjerita, jang pake nama Mata Gelap, terkarang oleh M. Marco, Redacteur Doenia Bergerak di Solo. Sabetoelnja itoe boekoe ada begitoe renda deradjatnja, hingga bermoela kita tida ada ingetan boeat bitjaraken isinja di ini soerat kabar. Tetapi sebab di sitoe penoelisnja soeda terlaloe njataken ia poenja pembrasa'an renda pada orang Tionghoa, kita merasa terpaksa djoega toelis ini recensie, dengan perminta'an, soepaja toean Marco, kalo dibelakang hari menoelis lagi satoe boekoe, djanganlah ia bikin orang Tionghoa djadi sakit hati seperti sekarang ia soeda bikin, antara mana di dalem kalimat: Bah! minta stroop ijs,. Ingetlah, bangsa Tionghoa ada satoe bangsa manoesia djoega, hingga tida pantes kaloe toean Marco pandang begiote renda pada marika Orang Tionghoa merasa dan mengakoe, di ini djadjahan ia orang ada seperti orang menoempang dan memang ingin hidoep roekoen dan demi dengan orang Boemipoetra. Tetapi orang Boemipoetera, seperti toean roema, djoega haroes oendjoek itoe kahormatan dan perendahan pada orang Tionghoa, seperti diantara orang-orang sopan, toean roema memang wadjib oendjoekkan pada tetamoenja Isinja itoe boekoe ada begitoe tida berharga, hingga kita merasa sajang kaloe moesti boeang lebi banjak lagi dari kita poenja tempo, boeat menoelis lebi djaoeh tentang itoe. Kita hendak kirim poelang boekoe itoe pada penoelisnja, tetapi merasa sajang boeat itoe 2 1/2 cent jang kita bajar boeat porto. Djadi boeang sadja di dalem krandjang kotor. Memang di sitoe, menoeroet haroesnja, itoe boekoe mesti dapet tempat.57) Penegasan dari pihak Tjhoen Tjhioe sebenarnya mengandung tiga hal dan keberatan mereka terhadap Mata Gelap-nya Mas Marco. Tulisan kemudian mendapat balasan yang cukup tegas pula dari Mas Marco: Itoe perkataan tidak saja doeloe telah lazim boeat seseboetan atau memanggil bangsa Tjina, djoega sampe sekarang itoe perkataan misih kami pakai boeat memanggil bangsa Tjina yang tidak soeka kami panggil Babah atau Bah? O! tidak ada. Sebab kalau kami bertjampoer gaoel dengan orang Tjina, itoe seboetan selaloe kami goenakan, en toch tidak ada seorang yang menjangkal. Apakakah koerang tjoekoep orang Djawa menghormati tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang Tjoekoep menoendjoekkan keroekoenannja kepada tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang rendah dan mengalah?! Kalau kami menjeboet Babah of Bah atau menjebut orang Tjina dikata: menghina kepada itoe bangsa, sesoenggoehnja kami tida mengerti. Apakah sebabnja dikaart (Atlas) misih selaloe ditoelis: China (Tjina Mal of Jav)? Kalau betoel-betoel toean tamoe tidak mengharap perselisihan dengan toean romah, kami harep ini perkara djangan dibikin pandjang. Ingatlah, ini waktoe, waktoe jang koerang baik diseloeroeh doenia Lain roepa kalau toean tamoe tjari-tjari perkara dengan toean romah, itoe lain perkara. Kalau toean tamoe tidak dapat hidoep roekoen dengan toean romah, seharoesnja kami toean romah mendjalankan bagaimana adilnja.58) *Perdebatan ini terus berkepanjangan hingga menjadi perselisihan soal kebangsaan atau nasionalisme, antara nasionalis Jawa berdasarkan versi Marco dengan nasionalisme bangsa Tionghoa. Kalau kita perhatikan konteksnya, perdebatan ini berkaitan dengan kebangkitan nasional bangsa Hindia dan kebangkitan nasionalis Tionghoa. Pada tahun 1911 banyak pelarian kaum muda nasionalis Tionghoa ke Hindia Belanda. Gelombang pelarian ini tiba di Hindia Belanda secara gelap dan mereka menyebar ke beberapa tempat, terutama Surabaya, Semarang dan Batavia. Mereka datang
Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh
Antara ras dan nasion, Kalau mau meributkan perbedaan kita orang Tionghoa atau orang Indonesia, adalah salah kaprah. Dua istilah yang berbeda artinya sulit diperbandingkan. Beda himpunan, kata ahli matematik. Sama saja kalau orang ditanya pintar insinyur atau dokter? Meninjau seorang manusia bisa dari berbagai segi, dari kelaminnya, ya laki-laki atau prempuan, dari usianya, ada anak kecil, bayi, dewasa, manula dsb. Dari pendidikannya ada sarjana, buta huruf, doctor dll. Dari rasnya ada Tionghoa ada, Melayu, Jepang, Korea dll. Dari nasionnya (kebangsaan) ada Indonesia, ada Tiongkok, ada US, Belanda dll. Seorang dapat mempunyai puluhan kwalifikasi, saya laki-laki, manula, secara hukum orang Indonesia, ras Tionghoa, pensiunan dll. Jadi sulit dibanding, tapi sulit juga dipertentangkan. Coba tanya mana yang saya pentingkan, saya manula atau saya laki-laki? Saya setia pada umur saya atau pada profesi? Semua bisa. Seorang ras Tionghoa, wn Indonesia, seorang guru, pria, olahragawan? Bagaimana membandingkannya setia ke mana? Yang pasti ia akan mengatur konteksnya. Bila ia mau ke belakang di shopping mall yang dia tonjolkan laki-laki, jangan sampai masuk wc wanita. Dalam pertandingan olah raga ia tonjolkan etik dan disiplin seorang olah ragawan. Sebagai meyakan imlek dan budaya, ia tonjolkan ke Tionghoa-annya, sebagai warga negara ia harus menonjolkan baktinya kepada negara dan bangsanya. Saya sih berpendapat jangan mengajukan sesuatu yang tak dapat dibandingkan, kalau dipaksakan, orang curiga kita hanya mencari gara-gara untuk ribut, provokator kata istilah modernya. Ini pendapat pribadi sebagai orang kecil, dan manula yang sudah tak dapat berkelahi lagi. Salam LU --- david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh, warga negara hanya selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok etnik Tionghoa, bukan orang China. Seperti Xinjiaporen, Malaixiyaren, kita adalah Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita seharusnya ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau ke China, memangnya kita diaku di sana sebagai orang China, dalam arti Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning aja litle..to me...litle to me...(hehe). Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh...nie she inni ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau dinegara china,kitanya jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu. Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata dinasti Qin. Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah. Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana. Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa India jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na xß (ß), Zhen Dan. Mereka menyebutnya China. Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri. Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang. Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya. Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak pada dinasti Shang berdiri. Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil dari kata Si ãN yang berarti sutra. Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `. Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama dengan bahasa Sogdian ¾Áê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak , sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan berpatokan kepada penyebutan Seres. Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasal dari Qi Dan _ 'Oatau Khitan. Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan dari kata Zhong Guo. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote:
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
mbak Melani, istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk. Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina. YQL --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh masa occupt jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya jg mau menguasai,adu domba adalah cara yg paling effective,begitu sayang. astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah cinadiciptakan oleh jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia Assalamualaikum mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei Hong Kian. Peranakan dalam 3 budaya Kelenteng-kelteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan karena VOC merasa terancam tidak dapat menguasai sumber daya Indonesia. Saat VOC pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat orang tionghoa sudah sangat membaur dengan orang lokal (pribumi)...budayanya sudah sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan indonesia yg terlihat pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa tenga dan jawa timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu perlawanan kpd VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa ini mempunyai akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam Indonesia saat itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton (ibunya Raden Patah adalah keturunan tiong hoa). Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program sistematis, untuk memisahkan indonesia local dg chinese indonesia. Org2 tionghoa dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai macam peraturan yg memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan diberikan beberapa propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org lokal..Propaganda tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak indonesia local dg chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan tahun setelanya.. itu informasi yg saya peroleh dari berbagai sumber (buku, internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon maaf. Tolong secepatnya dikoreksi...thx b4 Wassalam Achie .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
Sedikit tambahan: Waktu saya masih SMA ada teman saya yang bercerita, ia dimaki orang Suriname karen memanggil Bapak. Orang Suriname tsb berteriak sambil bertanya: Kapan aku kawin dengan ibumu? Memang saya tidak meneliti lebih lanjut, mengapa orang Suriname itu mengerti bahasa Indonesia, dan dimana itu terjadi. Tapi saya tahu teman baik saya itu tidak membohong. Untuk kita panggilan Bapak adalah panggilan kehormatan, ternyata untuk dia tidak. Kemudian ketika saya mengawasi praktikum di sebuah perguruan tinggi di Kota Kembang, ketika saya masuk ke ruang praktikum, saya menemukan petugas penyimpan alat praktikum sedang marah besar kepada seorang mahasiswa. Ketika saya tanya ada apa? Ia bilang, ia sangat marah dipanggil emang oleh mahasiswa. Emang adalah kata yang menyakitkan hati bagi dia, padahal emang yang berarti paman dalam bahasa Indonesia adalah penghormatan kepada orang yang sedikit lebih muda dari ayah, atau sdr yang lebih muda dari ayah dan ibu. Saya mengerti mengapa ia marah, sebab di lingkungan universitas panggilan resmi adalah bapak, jadi penggunaan emang memang dirasakan melecehkan setingkat lawak Mang Ibing atau tukang beca. Mengapa demikian? Konteks penting. Dalam kontek apa ia bicara, kalau dirumah petugas itu tidak akan marah dipanggil emang, tapi di universitas memang merupakan pelecehan, menganggap ia orang bodoh tidak sederajat dengan dosen. Penggunaan kata Cina oleh orde baru, tanpa dibicarakan, asal orang masih ingat dalam rangka apa, istilah Tionghoa dan Tiongkok diganti Cina, tentu akan mengerti sendiri. Meleceh. Dalam perdebatan keras di majalah Sinergi yang lama, pernah seorang kiayi dari NU yang dengan bijaksana mengatakan: Sudah jangan ribut asal usul Cina itu dari mana, kalau yang bersangkutan dipanggil Cina merasa tersinggung, sebagai bangsa yang tahu sopan santun, ya jangan memaksakan memanggil demikian, karena kitapun tidak mau dipanggil dengan panggilan yang oleh kita terasa penghinaan. Suatu komentar yang menyejukkan, sayang ada orang yang masih tidak mau tahu. Salam Liang U --- you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: ini diambil dari website buat mang ucup baca aje sekalian referensi hehehehehehe Bahasa Mandarin: China (Zhi1 Na4) : Penghinaan atau Bukan? Posted on Wednesday, September 28 @ 00:08:39 PDT by China dalam sejarahnya memang banyak sekali padanan yang menyertainya dikarenakan sejarah China sendiri yang panjang mencapai 5000 tahun. Istilah Zhong Guo atau Negara Tengah sendiri sebenarnya baru populer setelah terbentuknya republik setelah revolusi 1911. Tentunya istilah Zhong Guo tidak serta merta muncul begitu saja, namun berasal dari istilah Zhong Yuan (Hokkian : Tiong Goan) yang artinya dataran tengah. Dataran tengah ini merujuk kepada daerah di antara Sungai Kuning di utara dan Sungai Panjang (Yang-tse) di selatan yang merupakan mobilitas orang2 yang berbudaya Han. Dulu, orang Han masih menganggap mereka sederajat lebih tinggi daripada bangsa barbar yang belum cukup berbudaya. Jangan heran, sikap egosentris seperti ini memang lazim pada negara besar di zaman dulu. Asal Kata China Menanggapi opini Xuan Tong-xiong yang menyatakan bahwa kata China berasal dari bahasa Sansekerta, memang banyak pendapat seperti itu bersumber dari sejarahwan Barat yang mengambil sumbernya dari India. Namun saya ingin menyatakan analisis saya atas pendapat di atas. Kontak pertama India dan Tiongkok adalah melalui Jalan Sutra. Terbentuknya jalan sutra dapat kita bagi menjadi 2 bagian, bagian barat dan timur. Bagian barat adalah yang menghubungkan India Utara dengan Timur Tengah. Ini terbentuk pada abad 3 SM. Pada saat itu, Yunani sedang berkuasa di Timur Tengah dan Laut Tengah. Ini yang menyebabkan ada pengaruh kebudayaan India (dalam hal ini Buddhisme) dalam kesenian Yunani seperti arca dan patung Yunani yang bentuknya mirip dengan perwujudan arca Buddha di India. Bagian timur Jalan Sutra menghubungkan India Utara dengan Tiongkok. Ini tercatat sejarah pada zaman Dinasti Han. Bersamaan dengan ini, agama Buddha pertama kali tersebar ke Tiongkok. Dari sumber2 sejarah India, memang ada kontak dengan daerah yang disebut Cina pada waktu sebelum berdirinya Dinasti Qin (abad 3 SM). Namun dituliskan bahwa yang disebut Cina bukanlah Tiongkok orang Han yang adanya di Tionggoan, namun hanyalah dengan suku minoritas di Tibet dan Yunnan. Ini dapat dimengerti karena memang kontak Tiongkok dengan India terhalang oleh natural barrier yang berupa Pegunungan Himalaya. Ini juga menyebabkan mengapa kontak antara India dan Tiongkok terhitung lambat dibanding dengan kontak India dengan Timur Tengah dan Eropa walau jarak mereka lebih jauh. Jadi, memang ada istilah Cina di dalam literatur India kuno, namun bukanlah merujuk kepada Tionggoan (orang Han) yang kita kenal. Bila kemudian penggunaan istilah Cina ini kemudian meluas itu dikarenakan orang India menganggap
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh
Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh, warga negara hanya selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok etnik Tionghoa, bukan orang China. Seperti Xinjiaporen, Malaixiyaren, kita adalah Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita seharusnya ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau ke China, memangnya kita diaku di sana sebagai orang China, dalam arti Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning aja litle..to me...litle to me...(hehe). Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh...nie she inni ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau dinegara china,kitanya jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu. Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata dinasti Qin. Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah. Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana. Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa India jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na xß (ß), Zhen Dan. Mereka menyebutnya China. Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri. Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang. Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya. Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak pada dinasti Shang berdiri. Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil dari kata Si ãN yang berarti sutra. Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `. Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama dengan bahasa Sogdian ¾Áê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak , sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan berpatokan kepada penyebutan Seres. Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasal dari Qi Dan _ 'Oatau Khitan. Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan dari kata Zhong Guo. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut dinilai sebagai suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu adalah singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan bagaimana perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka disebut Niger, walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau orang hitam, walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu adalah hitam dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam atau Black dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai sama dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan ungkapan hormat sedangkan yang lain penghinaan. Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa dirasakan oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari huruf H nya, bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama azah C I N A! Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan diembel-embeli perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 degeneratif lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai ketimbang kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi tidak pernah ada sebutan Arab Medan. Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah untuk menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga Keturunan itu selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis entah di media cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga yang dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada orang
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh
tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu. Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata dinasti Qin. Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah. Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana. Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa India jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na xß (ß), Zhen Dan. Mereka menyebutnya China. Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri. Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang. Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya. Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak pada dinasti Shang berdiri. Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil dari kata Si ãN yang berarti sutra. Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `. Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama dengan bahasa Sogdian ¾Áê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak , sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan berpatokan kepada penyebutan Seres. Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasal dari Qi Dan _ 'Oatau Khitan. Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan dari kata Zhong Guo. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut dinilai sebagai suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu adalah singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan bagaimana perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka disebut Niger, walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau orang hitam, walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu adalah hitam dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam atau Black dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai sama dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan ungkapan hormat sedangkan yang lain penghinaan. Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa dirasakan oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari huruf H nya, bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama azah C I N A! Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan diembel-embeli perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 degeneratif lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai ketimbang kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi tidak pernah ada sebutan Arab Medan. Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah untuk menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga Keturunan itu selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis entah di media cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga yang dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada orang Tionghoa, tidak pernah mengacu kepada keturunan etnis lainnya entah Arab, India ataupun orang2 Eropa. Apakah Anda tahu bahwa Gus Dur (Abdurrahman Wahid) itu keturunan Tionghoa, secara terbuka ia pernah menyatakan bahwa ia masih keturunan dari Tan Kim Han (Sumber Wikipedia). Disamping itu apakah Anda tahu nama asli Tionghoanya dari Rudy Hartono ? Mengapa apabila ada seorang olahragawan yang berhasil membawa nama bangsa menjadi harum tidak pernah tuh dicantumkan bahwa ia itu non pribumi apalagi nama Tionghoa nya, tetapi kebalikannya begitu ada Cina Maling, langsung dicantumkan komplit bahwa ia itu non pri lengkap dengan embel-embel nama Tionghoanya. Begitu juga satu hal yang mustahil, apabila segelintir orang2 Tionghoa dimana pun juga mereka berada ingin merubah perkataan China jadi Tiongkok, renungkanlah apakah mungkin kita bisa memaksakan seluruh bangsa di dunia ini; mulai besok merubah nama RRC menjadi Republik Rakyat Tiongkok. Mungkin hanya segelintir orang Jepang saja yang membenci orang China akan merasa senang apabila istilah Tiongkok dipakai, sebab konon kata ini pertama kali digunakan oleh bangsa Jepang, terutama oleh kaum militerismenya yang berambisi ingin mencaplok Tiongkok; sebab lafal ini sama dengan lafal kata Jepang yang berkonotasi modyar sehingga lafal
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
ini diambil dari website buat mang ucup baca aje sekalian referensi hehehehehehe Bahasa Mandarin: China (Zhi1 Na4) : Penghinaan atau Bukan? Posted on Wednesday, September 28 @ 00:08:39 PDT by China dalam sejarahnya memang banyak sekali padanan yang menyertainya dikarenakan sejarah China sendiri yang panjang mencapai 5000 tahun. Istilah Zhong Guo atau Negara Tengah sendiri sebenarnya baru populer setelah terbentuknya republik setelah revolusi 1911. Tentunya istilah Zhong Guo tidak serta merta muncul begitu saja, namun berasal dari istilah Zhong Yuan (Hokkian : Tiong Goan) yang artinya dataran tengah. Dataran tengah ini merujuk kepada daerah di antara Sungai Kuning di utara dan Sungai Panjang (Yang-tse) di selatan yang merupakan mobilitas orang2 yang berbudaya Han. Dulu, orang Han masih menganggap mereka sederajat lebih tinggi daripada bangsa barbar yang belum cukup berbudaya. Jangan heran, sikap egosentris seperti ini memang lazim pada negara besar di zaman dulu. Asal Kata China Menanggapi opini Xuan Tong-xiong yang menyatakan bahwa kata China berasal dari bahasa Sansekerta, memang banyak pendapat seperti itu bersumber dari sejarahwan Barat yang mengambil sumbernya dari India. Namun saya ingin menyatakan analisis saya atas pendapat di atas. Kontak pertama India dan Tiongkok adalah melalui Jalan Sutra. Terbentuknya jalan sutra dapat kita bagi menjadi 2 bagian, bagian barat dan timur. Bagian barat adalah yang menghubungkan India Utara dengan Timur Tengah. Ini terbentuk pada abad 3 SM. Pada saat itu, Yunani sedang berkuasa di Timur Tengah dan Laut Tengah. Ini yang menyebabkan ada pengaruh kebudayaan India (dalam hal ini Buddhisme) dalam kesenian Yunani seperti arca dan patung Yunani yang bentuknya mirip dengan perwujudan arca Buddha di India. Bagian timur Jalan Sutra menghubungkan India Utara dengan Tiongkok. Ini tercatat sejarah pada zaman Dinasti Han. Bersamaan dengan ini, agama Buddha pertama kali tersebar ke Tiongkok. Dari sumber2 sejarah India, memang ada kontak dengan daerah yang disebut Cina pada waktu sebelum berdirinya Dinasti Qin (abad 3 SM). Namun dituliskan bahwa yang disebut Cina bukanlah Tiongkok orang Han yang adanya di Tionggoan, namun hanyalah dengan suku minoritas di Tibet dan Yunnan. Ini dapat dimengerti karena memang kontak Tiongkok dengan India terhalang oleh natural barrier yang berupa Pegunungan Himalaya. Ini juga menyebabkan mengapa kontak antara India dan Tiongkok terhitung lambat dibanding dengan kontak India dengan Timur Tengah dan Eropa walau jarak mereka lebih jauh. Jadi, memang ada istilah Cina di dalam literatur India kuno, namun bukanlah merujuk kepada Tionggoan (orang Han) yang kita kenal. Bila kemudian penggunaan istilah Cina ini kemudian meluas itu dikarenakan orang India menganggap orang Han adalah juga orang Timur (relatif dibandingkan India) sama dengan suku minoritas di Yunnan dan Tibet sedangkan yang disebut orang Barat di sini tentu adalah orang Persia dan Yunani. Menilik keadaan di atas, maka memang dapat diterima bahwa asal mula kata China adalah berasal dari India dan bukan dari kata Qin. Ini dikarenakan pada zaman Qin, belum ada kontak antara Tionggoan dengan India maupun Eropa melalui Timteng. Di zaman Han, orang Tionggoan sendiri juga tidak menggunakan kata Qin untuk menyebut negara mereka, namun menggunakan kata Han, seperti yang tercatat dalam literatur Jepang. Orang Tionggoan pada zaman itu juga mulai menyebut diri mereka orang Han dan bukan Qin. Kata China Sebagai Penghinaan Kata China sebagai dirasakan sebagai penghinaan dapat ditarik sejarahnya ke tahun 1915. Waktu itu, Presiden Yuan Shi-kai yang menerima kursi kepresidenan dari Sun Yat-sen demi mewujudkan impiannya mendirikan Kekaisaran Zhonghua meminta bantuan kepada Kekaisaran Jepang. Kekaisaran Jepang kemudian memaklumatkan 21 pasal yang harus diterima oleh Presiden Yuan Shi-kai untuk mendapatkan dukungan Jepang. Di antara 21 pasal ini adalah berisi pasal2 di mana kedaulatan China nantinya harus berada di bawah Jepang. Jepang berani memaklumatkan ini karena memang pada saat itu, Jepang merasa berada di atas angin setelah menang pada peperangan Jia Wu tahun 1895 yang berakibat jatuhnya Taiwan ke tangan Jepang. Pasal2 ini walaupun diterima oleh Presiden Yuan Shi-kai namun tidak pernah ia laksanakan karena tekanan dari kemarahan rakyat. Pada tahun 1919, pecah Gerakan 4 Mei yang merupakan refeksi nasionalisme dari mahasiswa dan kaum muda Tiongkok atas kesewenangan Jerman dan Jepang. Jepang pada waktu itu telah terang2an menduduki Shandong yang diambil dari Jerman, namun Tiongkok tidak dapat berbuat apa2. Di saat ini jugalah, kata Shina yang digunakan orang Jepang untuk menyebut Tiongkok dirasakan sebagai bentuk penghinaan. Mengapa dirasakan sebagai bentuk penghinaan? Memang, kata Shina (mandarin : Zhi Na : dibaca Ce Na) untuk menyebut Tiongkok sebenarnya diambil Jepang sendiri dari literatur Tiongkok yang pernah mencatat
Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh
Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning aja litle..to me...litle to me...(hehe).Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh..."nie she inni ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa masih mengaku dan diakui sbg "org cina" kalau dinegara china,kitanya jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lhoyou_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari katadinasti Qin.Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah.Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkokdalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana.Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa Indiajaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalambanyak literatur kuno menuliskan Zhi Na x"ß ("ß), Zhen Dan.Mereka menyebutnya China.Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri.Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang.Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya.Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejakpada dinasti Shang berdiri.Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yangmemperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnyaadalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahuluadalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil darikata Si ãN yang berarti sutra.Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `.Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan samadengan bahasa Sogdian ¾"Áê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak ,sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinanberpatokan kepada penyebutan Seres.Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasaldari Qi Dan _ 'Oatau Khitan.Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasaVietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkandari kata Zhong Guo.--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "MANG UCUP" [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut dinilai sebagai suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu adalah singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan bagaimana perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka disebut "Niger", walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan "black men" atau orang hitam, walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu adalah "hitam" dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam atau Black dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai sama dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan ungkapan hormat sedangkan yang lain penghinaan. Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa dirasakan oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari huruf "H" nya, bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama azah " C I N A"! Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan diembel-embeli perkataan seperti "Cina Loleng", "Cina Mindring" dan sebutan2 degeneratif lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai ketimbang kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan "Cina Medan", tetapi tidak pernah ada sebutan "Arab Medan". Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah untuk menggunakan kata "Cina" secara resmi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan "Warga Keturunan" itu selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis entah di media cetak maupun media elektronik "Warga Keturunan Cina", begitu juga yang dimaksud dengan perkataan "non pribumi" selalu mengacu kepada orang Tionghoa, tidak pernah mengacu kepada keturunan etnis lainnya entah Arab, India ataupun orang2 Eropa. Apakah Anda tahu bahwa Gus Dur (Abdurrahman Wahid) itu keturunan Tionghoa, secara terbuka ia pernah menyatakan bahwa ia masih keturunan dari Tan Kim Han (Sumber Wikipedia). Disamping itu apakah Anda tahu nama asli Tionghoanya dari Rudy Hartono ? Mengapa apabila ada seorang olahragawan yang berhasil membawa nama bangsa menjadi harum tidak pernah tuh dicantumkan bahwa ia itu "non pribumi" apalagi nama Tionghoa nya, tetapi kebalikannya begitu ada Cina Maling, langsung dicantumkan komplit bahwa ia itu "non pri" lengkap dengan embel-embel nama Tionghoanya. Begitu juga satu hal yang mustahil, apabila
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !
Sedikit pembetulan Mang, Seminar Angkatan Darat yang mengusulkan penggantian istilah Tiongkok dan Tionghoa menjadi Tjina (ejaan baru menjadi Cina) yang kemudian digunakan secara resmi oleh Pemerintah RI sejak 25 Juli 1967 dengan dikeluarkannya Keputusan Penguasa Militer untuk mengganti penggunaan istilah "Tiongkok" dan "Tionghoa" menjadi "Tjina" sampai sekarang ini, apa bukan mestinya Seminar SESKOAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) yang diselenggarakan 25-31 Agustus 1966 (bukan tahun 1968), yang dihadiri juga oleh dr. Lie Tek Tjeng dan Shindunata itu? Yah, mengenai asal-usul istilah Cina dengan bahasa Inggrisnya China nampaknya masih bisa diperdebatkan, dan entah mana yang benar. Tentu merupakan tugas peneliti sejarah untuk membuat kesimpulan yang benar atau setidaknya lebih mendekati kebenaran. Tapi, bagi saya mengenai asal-usul istilah Cina/China bukanlah hal yang terlalu penting, yang pasti di Indonesia penggunaan istilah Tionghoa sudah ada sejak tahun 1900, berdirinya THHK (Tiong Hoa Hwe Kuan), sedang Rakyat Tiongkok sudah tidak menghendaki dirinya disebut Cina secara resmi setelah Revolusi Nasional Tiongkok dibawah pimpinan dr. Sun Yat-sen mencapai kemenangan, 10 Oktober 1911 dengan diproklamasikan Republik Nasional Tiongkok. Pada saat itu diadakan juga upacara menggunting kuncir dikepala laki-laki Tionghoa, sebagai lambang berakhirnya dinasty Qing, dengan berdiri tegakkan Rakyat Tiongkok. Tapi, karena Republik Nasionalis Tiongkok masih sangat lemah, penamaan diri sebagai Tiongkok dan Tionghoa kurang diperhatikan dan bisa dihargai dunia international. Pihak barat masih saja menggunakan istilah China dan Jepang juga tetap menggunakan Zhi-na yang berkonotasi penghinaan dan merendahkan rakyat Tiongkok. Tapi, ingat pejuang-pejuang kemerdekaan rakyat Indonesia sudah bisa menghargai dan menghormati kemenangan Rakyat Tiongkok, sejak itu juga mereka mengganti penggunaan istilah Tjina dengan istilah Tiongkok dan Tionghoa! Menghargai dan menghormati perjuangan rakyat dinegara-negara lain adalah tradisi mulia pejuang-pejuang kemerdekaan RI. Teladan ini diberikan oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Dr. Tjipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, Tjokroaminoto, Dr. Sutomo, Bung Karno dan lain-lain. Tradisi baik ini diteruskan oleh Mochtar Lubis dan B.M.Diah yang memimpin harian Merdeka, yang tetap menggunakan istilah "Tiongkok" dan"Tionghoa", tidak menggunakan istilah Cina. Jadi, tidak sebagaimana dilakukan sementara jenderal yang digembongi Jenderal Soeharto, yang berhasil naik tachta kekuasaan dengan menginjak-injak hak-hak asasi manusia itu, semena-mena menggunakan kembali istilah "Cina" yang katanya untuk memperkokoh suatu "inferiority complex" , deengan tidak mengindahkan hasil revolusi Rakyat Tiongkok. Rakyat Indonesia tentunya juga tetap mengharap bahwa hasil-hasil revolusinya akan dihargai dan dihormati oleh pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa lain didunia ini. Begitu juga dengan istilah INDONESIA yang digunakan sekarang ini, dijaman penjajahan kolonial Belanda dilarang untuk digunakan. Orang Indonesia merasa dihina apabila orang Belanda menyebut dirinya sebagai Inlander, sekalipun arti-kata Inlander adalah Pribumi atau anak negeri. Jadi, kalau kita bisa berpikir dengan tenang, dengan mempertimbangkan betul sebagai asas kemerdekaan bangsa, tentu tidak akan bisa membenarkan menghidupkan kembali penggunaan istilah dijaman penjajahan kolonial yang mengandung makna penghinaan terhadap segolongan bangsa lain, bahkan terhadap sekelompok penduduk tetap yang sudah hidup bersama ratusan tahun dinegeri ini. Penggantian istilah Tjina menjadi Tiongkok dan Tionghoa jelas merupakan hasil kemenangan Revolusi Rakyat Tiongkok dengan menggulingkan Disnati Qing, adalah hasil perjuangan dengan pengorbanan darah dan jiwa putra-putri terbaik Rakyat Tiongkok. Adalah sesuatu yang patut dihargai dan dihormati oleh segenap rakyat didunia. Sama halnya dengan penggantian nama Congo dengan Zaire di Afrika dllnya lagi penggantian nama wilayah, negara di dunia ini sebagai hasil perjuangan dan kemenangan revolusi mencapai kemerdekaan nasional. Dimana rakyat yang menang berhak menentukan pilihan nama yang digunakan untuk menggantikan nama sebelumnya yang bermakna penghinaan dan merendahkan. Dan bagi segenap rakyat didunia, patut menghargai dan menghormati pilihan rakyat dalam menentukan nama negara tersebut. Itulah tradisi perjuangan kemerdekaan rakyat-rakyat tertindas mencapai kemenangan, selalu harus di-hormati sebagai solidaritas perjuangan mencapai kemerdekaan nasional dengan melikwidasi kolonialisme.Sebagaimana juga penamaan seseorang, bagi orang yang waras dan berkebudayaan tentu harus bisa menghargai dan menghormati seseorang yang tidak suka dipanggil dengan "X" dan lebih suka dipanggil dengan "A". Adalah seorang yang kurang ajar dan tidak tahu diri kalau tetap berkeras memanggil "X" bagi orang yang merasa terhina. Sikap