[budaya_tionghua] Re: Dasar CINA lho ! = Dasar NIGER lho !

2007-02-12 Terurut Topik perfect_harmony2000
Sdr.Ucup,

kata Cina bukan berasal dari nama dinasti Qin. Hal ini pernah 
dituliskan panjang lebar dan diulas berkali-kali di milist ini.
Istilah Cina berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Sina.
Sedangkan pada masa jaman lampau, Tiongkok disebut Seres yang artinya 
adalah negara penghasil sutra.

Sepanjang yang saya ingat, ketika Marcopolo berkelana ke Tiongkok, 
sebutannya adalah Cathay.

Pendapat mengenai kata Cina berasal dari dinasti Qin adalah pendapat 
dari kaum Serikat Yesuit pada abad ke 15 dan 16.

Sebutan Tang Ren lebih mengacu kepada masyarakat Tionghoa di daerah 
selatan, seperti Fu Jian, Guang Dong.
Masyarakat daerah utara umumnya menyebut dirinya adalah orang Han.



Hormat saya, 



Xuan Tong

 
 Kata Cina itu sendiri berasal dari nama Ahala Qin (baca Ch'in), 
dinasti
 pertama yang mempersatukan seluruh daratan Tiongkok, di bawah 
pemerintahan
 kaisarnya Qin Shihuang ( 225 s.M sampai 210 s.M), disamping itu 
kaiser Qin
 tersebut yang memerintahkan penyeragaman Huruf Kanji sehingga 
komunikasi
 tertulis dapat berjalan lancar. Tetapi dilain pihak ia adalah 
seorang Kaiser
 yang kejam dan biadab yang telah memerintahkan pembakaran semua 
buku-buku
 ajaran Kong Hu Cu dan memerintahkan hukuman dikubur hidup-hidup 
terhadap 500
 sarjana Konfusianis. Akibat dari tindakan brutal Kaisar Qin itu, 
sebagian
 dari karya-karya Kong Hu Cu yang disakralkan sebagai kitab suci 
untuk aliran
 itu, sampai sekarang belum diketemukan lagi.




Re: AW: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !-Liang U

2006-01-25 Terurut Topik liang u
Mang Ucup, terima kasih atas komentarnya, apalagi anda
sepaham dengan saya, hanya saja pada email saya,
bagian yang dibusek tepat lehernya yang digorok,
akibatnya tulisan saya berubah arti. Tolong baca lagi,
kata ia di sana oleh yang membaca bisa dianggap saya
sendiri, padahal bukan, saya hanya menceritakan
petugas lab. Tidak ada yang berani memanggil dosen
dengan kata emang di Indonesia, kecuali kemenakan di
rumah. 
Salam

--- MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote:

 liang u nulis:
 dibusek
 Ia bilang, ia sangat marah
 dipanggil emang oleh mahasiswa. Emang adalah kata
 yang menyakitkan hati bagi dia, padahal emang yang
 berarti paman dalam bahasa Indonesia adalah
 penghormatan kepada orang yang sedikit lebih muda
 dari
 ayah, atau sdr yang lebih muda dari ayah dan ibu.
 Saya mengerti mengapa ia marah, sebab di lingkungan
 universitas panggilan resmi adalah bapak, jadi
 penggunaan emang memang dirasakan melecehkan
 setingkat
 lawak Mang Ibing atau tukang beca.
 
 Mang Ucup:
 Yth. Sdr Liang U
 Terima kasih untuk komentarnya, saya pribadi lebih
 senang dipanggil
 Emang daripada Om ataupun Bapak, karena dgn demikian
 kesannya lebih akrab
 begitu
 Salam  tabik
 Mang Ucup
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-23 Terurut Topik stefanus lamuri
Saya tidak nyambung nih...mau ngomong historis istilah
Cina atau identifikasi kelompok masyarakat ya ?

Sejarah tetap tinggal sejarah, saya tidak paham
bagaimana istilah Cina muncul dan kenapa kemudian
dibenturkan dgn istilah Tionghoa. Tapi menurut saya
titik tekannya adalah kontribusi output-nya. Mau Cina
kek mau Tionghoa sama saja kalau ternyata konsep
kehidupan orangnya jauh dari gambaran ideal yang ada.
Prinsipnya kualitas pribadi manusia itu sifatnya
personal bukan golongan, kelas atau ras. Dan ini bisa
ditarik ke tataran yang lebih luas...Dasar Cina
Lo...nggak ada persoalan dgn kalimat 'Dasar Batak Lo',
'Dasar Jowo' ataupun 'Dasar Arab'.  Quality is nothing
to do with Race...just keep it personal !!

Thx

SFL

--- you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak Melani,
 
 istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang
 masuk.
 Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah
 cina.
 
 
 
 
 YQL
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh
 masa occupt 
 jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya
 jg mau 
 menguasai,adu domba adalah cara yg paling
 effective,begitu sayang.
  
  astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani
 chia 
 [EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah
 cinadiciptakan oleh 
 jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia
 local dg chinese 
 indonesia
  
  
 
Assalamualaikum 
 
mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei
 Hong Kian. 
 Peranakan dalam 3 budaya  Kelenteng-kelteng dan
 Masyarakat Tionghoa 
 di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg
 chinese indonesia 
 dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan
 karena VOC merasa 
 terancam tidak dapat menguasai sumber daya
 Indonesia. Saat VOC 
 pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat
 orang tionghoa 
 sudah sangat membaur dengan orang lokal
 (pribumi)...budayanya sudah 
 sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan
 indonesia yg terlihat 
 pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa
 tenga dan jawa 
 timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu
 perlawanan kpd 
 VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa
 ini mempunyai 
 akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam
 Indonesia saat 
 itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton
 (ibunya Raden 
 Patah adalah keturunan tiong hoa). 
 
Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program
 sistematis, untuk 
 memisahkan indonesia local dg chinese indonesia.
 Org2 tionghoa 
 dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai
 macam peraturan yg 
 memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan
 diberikan beberapa 
 propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org
 lokal..Propaganda 
 tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak
 indonesia local dg 
 chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan
 tahun setelanya..
 
itu informasi yg saya peroleh dari berbagai
 sumber (buku, 
 internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon
 maaf. Tolong 
 secepatnya dikoreksi...thx b4 
 
Wassalam
Achie
  
 
 
 
 
 
 
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-23 Terurut Topik thangoubheng
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak Melani,
 
 istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk.
 Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina.
 


Yaa, Bung You Qing Long benar, istilah itu sudah ada lama sebelum 
Jepang masuk. Berikut ini Thangoubheng melampirkan perseteruan 
antara penulis pribumi dan tionghoa di awal abad 20 yg di kutib dari 
Web Bacaan Liar. Tanda *** adalah dari redaksi Bacaan Liar, sedang 
tanda +++ adalah tulisan Marco, seorang aktivist pergerakan pribumi, 
dan tanda === adalah jawaban dari kaum tionghoa. Jadi perseteruan yg 
terekam dengan sangat jelas ini, sudah seabad umurnya. Mungkin hal 
ini menarik bagi kita semua untuk direnungkan.

***Kembali kepada tahap kedua dalam membaca tulisan seseorang, yakni 
harus menimbang ke arah mana peluru Mata Gelap-nya Marco ditujukan. 
Karangan ini ditujukan kepada perusahaan surat kabar Tjhoen Tjhioe 
yang terbit di Surabaya. Akibatnya suratkabar Tjhoen Tjhioe bereaksi 
dan terjadi perselisihan yang hebat antara jurnal Doenia Bergerak 
yang di pimpin Marco dengan suratkabar Tjhoen Tjhioe.

Apa yang sebenarnya yang menyebabkan surat kabar Tjhoen Tjhioe 
begitu berang terhadap Mata Gelap? Hal ini dapat dibaca dalam surat 
kabar Tjhoen Tjhioe sebagai berikut:

Ini hati kita trima satoe boekoe tjerita, jang pake nama Mata 
Gelap, terkarang oleh M. Marco, Redacteur Doenia Bergerak di Solo. 
Sabetoelnja itoe boekoe ada begitoe renda deradjatnja, hingga 
bermoela kita tida ada ingetan boeat bitjaraken isinja di ini soerat 
kabar. Tetapi sebab di sitoe penoelisnja soeda terlaloe njataken ia 
poenja pembrasa'an renda pada orang Tionghoa, kita merasa terpaksa 
djoega toelis ini recensie, dengan perminta'an, soepaja toean Marco, 
kalo dibelakang hari menoelis lagi satoe boekoe, djanganlah ia bikin 
orang Tionghoa djadi sakit hati seperti sekarang ia soeda bikin, 
antara mana di dalem kalimat: Bah! minta stroop ijs,. Ingetlah, 
bangsa Tionghoa ada satoe bangsa manoesia djoega, hingga tida pantes 
kaloe toean Marco pandang begiote renda pada marika Orang 
Tionghoa merasa dan mengakoe, di ini djadjahan ia orang ada seperti 
orang menoempang dan memang ingin hidoep roekoen dan demi dengan 
orang Boemipoetra. Tetapi orang Boemipoetera, seperti toean roema, 
djoega haroes oendjoek itoe kahormatan dan perendahan pada orang 
Tionghoa, seperti diantara orang-orang sopan, toean roema memang 
wadjib oendjoekkan pada tetamoenja

Isinja itoe boekoe ada begitoe tida berharga, hingga kita merasa 
sajang kaloe moesti boeang lebi banjak lagi dari kita poenja tempo, 
boeat menoelis lebi djaoeh tentang itoe. Kita hendak kirim poelang 
boekoe itoe pada penoelisnja, tetapi merasa sajang boeat itoe 2 1/2 
cent jang kita bajar boeat porto. Djadi boeang sadja di dalem 
krandjang kotor. Memang di sitoe, menoeroet haroesnja, itoe boekoe 
mesti dapet tempat.57)

Penegasan dari pihak Tjhoen Tjhioe sebenarnya mengandung tiga 
hal dan keberatan mereka terhadap Mata Gelap-nya Mas Marco. Tulisan 
kemudian mendapat balasan yang cukup tegas pula dari Mas Marco:

Itoe perkataan tidak saja doeloe telah lazim boeat seseboetan 
atau memanggil bangsa Tjina, djoega sampe sekarang itoe perkataan 
misih kami pakai boeat memanggil bangsa Tjina yang tidak soeka kami 
panggil Babah atau Bah? O! tidak ada. Sebab kalau kami bertjampoer 
gaoel dengan orang Tjina, itoe seboetan selaloe kami goenakan, en 
toch tidak ada seorang yang menjangkal. 

Apakakah koerang tjoekoep orang Djawa menghormati tetamoenja?! 
Apakah orang Djawa koerang Tjoekoep menoendjoekkan keroekoenannja 
kepada tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang rendah dan mengalah?! 

Kalau kami menjeboet Babah of Bah atau menjebut orang Tjina 
dikata: menghina kepada itoe bangsa, sesoenggoehnja kami tida 
mengerti. Apakah sebabnja dikaart (Atlas) misih selaloe ditoelis: 
China (Tjina Mal of Jav)?

Kalau betoel-betoel toean tamoe tidak mengharap perselisihan 
dengan toean romah, kami harep ini perkara djangan dibikin pandjang. 
Ingatlah, ini waktoe, waktoe jang koerang baik diseloeroeh 
doenia Lain roepa kalau toean tamoe tjari-tjari perkara dengan 
toean romah, itoe lain perkara. Kalau toean tamoe tidak dapat hidoep 
roekoen dengan toean romah, seharoesnja kami toean romah 
mendjalankan bagaimana adilnja.58)

*Perdebatan ini terus berkepanjangan hingga menjadi perselisihan 
soal kebangsaan atau nasionalisme, antara nasionalis Jawa 
berdasarkan versi Marco dengan nasionalisme bangsa Tionghoa. Kalau 
kita perhatikan konteksnya, perdebatan ini berkaitan dengan 
kebangkitan nasional bangsa Hindia dan kebangkitan nasionalis 
Tionghoa. Pada tahun 1911 banyak pelarian kaum muda nasionalis 
Tionghoa ke Hindia Belanda. Gelombang pelarian ini tiba di Hindia 
Belanda secara gelap dan mereka menyebar ke beberapa tempat, 
terutama Surabaya, Semarang dan Batavia. Mereka datang ke Hindia 
untuk mengabarkan kepada orang-orang Tionghoa lainnya 

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-23 Terurut Topik Septi
Istilah Cina kini menjadi sebentuk pemantik api, tampaknya, terkait 
dengan pengadudombaannya dengan kaum pribumi melalui ketidakadilan 
sosial, ekonomi, sampai gaya hidup, yang diakibatkan sistem politik 
kita yang korup, feodal, hegemonitif. 
Jejak VOC tanpa terasa masih terasa di segenap kehidupan kita.

septo

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak Melani,
 
 istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk.
 Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina.
 
 
 
 
 YQL
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh masa occupt 
 jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya jg mau 
 menguasai,adu domba adalah cara yg paling effective,begitu sayang.
  
  astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani chia 
 [EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah cinadiciptakan oleh 
 jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia local dg 
chinese 
 indonesia
  
  
 
Assalamualaikum 
 
mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei Hong Kian. 
 Peranakan dalam 3 budaya  Kelenteng-kelteng dan Masyarakat 
Tionghoa 
 di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia 
 dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan karena VOC 
merasa 
 terancam tidak dapat menguasai sumber daya Indonesia. Saat VOC 
 pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat orang tionghoa 
 sudah sangat membaur dengan orang lokal (pribumi)...budayanya 
sudah 
 sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan indonesia yg terlihat 
 pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa tenga dan jawa 
 timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu perlawanan kpd 
 VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa ini mempunyai 
 akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam Indonesia 
saat 
 itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton (ibunya Raden 
 Patah adalah keturunan tiong hoa). 
 
Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program sistematis, untuk 
 memisahkan indonesia local dg chinese indonesia. Org2 tionghoa 
 dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai macam peraturan yg 
 memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan diberikan beberapa 
 propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org 
lokal..Propaganda 
 tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak indonesia local dg 
 chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan tahun 
setelanya..
 
itu informasi yg saya peroleh dari berbagai sumber (buku, 
 internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon maaf. Tolong 
 secepatnya dikoreksi...thx b4 
 
Wassalam
Achie
  
 









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-23 Terurut Topik thangoubheng
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 mbak Melani,
 
 istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk.
 Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina.
 


Yaa, Bung You Qing Long benar, istilah itu sudah ada lama sebelum 
Jepang masuk. Berikut ini Thangoubheng melampirkan perseteruan 
antara penulis pribumi dan tionghoa di awal abad 20 yg di kutib dari 
Web Bacaan Liar. Tanda *** adalah dari redaksi Bacaan Liar, sedang 
tanda +++ adalah tulisan Marco, seorang aktivist pergerakan pribumi, 
dan tanda === adalah jawaban dari kaum tionghoa. Jadi perseteruan yg 
terekam dengan sangat jelas ini, sudah seabad umurnya. Mungkin hal 
ini menarik bagi kita semua untuk direnungkan.
http://members.fortunecity.com/edicahy/selectedworks/B-Liar1.html
***Kembali kepada tahap kedua dalam membaca tulisan seseorang, yakni 
harus menimbang ke arah mana peluru Mata Gelap-nya Marco ditujukan. 
Karangan ini ditujukan kepada perusahaan surat kabar Tjhoen Tjhioe 
yang terbit di Surabaya. Akibatnya suratkabar Tjhoen Tjhioe bereaksi 
dan terjadi perselisihan yang hebat antara jurnal Doenia Bergerak 
yang di pimpin Marco dengan suratkabar Tjhoen Tjhioe.

Apa yang sebenarnya yang menyebabkan surat kabar Tjhoen Tjhioe 
begitu berang terhadap Mata Gelap? Hal ini dapat dibaca dalam surat 
kabar Tjhoen Tjhioe sebagai berikut:

Ini hati kita trima satoe boekoe tjerita, jang pake nama Mata 
Gelap, terkarang oleh M. Marco, Redacteur Doenia Bergerak di Solo. 
Sabetoelnja itoe boekoe ada begitoe renda deradjatnja, hingga 
bermoela kita tida ada ingetan boeat bitjaraken isinja di ini soerat 
kabar. Tetapi sebab di sitoe penoelisnja soeda terlaloe njataken ia 
poenja pembrasa'an renda pada orang Tionghoa, kita merasa terpaksa 
djoega toelis ini recensie, dengan perminta'an, soepaja toean Marco, 
kalo dibelakang hari menoelis lagi satoe boekoe, djanganlah ia bikin 
orang Tionghoa djadi sakit hati seperti sekarang ia soeda bikin, 
antara mana di dalem kalimat: Bah! minta stroop ijs,. Ingetlah, 
bangsa Tionghoa ada satoe bangsa manoesia djoega, hingga tida pantes 
kaloe toean Marco pandang begiote renda pada marika Orang 
Tionghoa merasa dan mengakoe, di ini djadjahan ia orang ada seperti 
orang menoempang dan memang ingin hidoep roekoen dan demi dengan 
orang Boemipoetra. Tetapi orang Boemipoetera, seperti toean roema, 
djoega haroes oendjoek itoe kahormatan dan perendahan pada orang 
Tionghoa, seperti diantara orang-orang sopan, toean roema memang 
wadjib oendjoekkan pada tetamoenja

Isinja itoe boekoe ada begitoe tida berharga, hingga kita merasa 
sajang kaloe moesti boeang lebi banjak lagi dari kita poenja tempo, 
boeat menoelis lebi djaoeh tentang itoe. Kita hendak kirim poelang 
boekoe itoe pada penoelisnja, tetapi merasa sajang boeat itoe 2 1/2 
cent jang kita bajar boeat porto. Djadi boeang sadja di dalem 
krandjang kotor. Memang di sitoe, menoeroet haroesnja, itoe boekoe 
mesti dapet tempat.57)

Penegasan dari pihak Tjhoen Tjhioe sebenarnya mengandung tiga 
hal dan keberatan mereka terhadap Mata Gelap-nya Mas Marco. Tulisan 
kemudian mendapat balasan yang cukup tegas pula dari Mas Marco:

Itoe perkataan tidak saja doeloe telah lazim boeat seseboetan 
atau memanggil bangsa Tjina, djoega sampe sekarang itoe perkataan 
misih kami pakai boeat memanggil bangsa Tjina yang tidak soeka kami 
panggil Babah atau Bah? O! tidak ada. Sebab kalau kami bertjampoer 
gaoel dengan orang Tjina, itoe seboetan selaloe kami goenakan, en 
toch tidak ada seorang yang menjangkal. 

Apakakah koerang tjoekoep orang Djawa menghormati tetamoenja?! 
Apakah orang Djawa koerang Tjoekoep menoendjoekkan keroekoenannja 
kepada tetamoenja?! Apakah orang Djawa koerang rendah dan mengalah?! 

Kalau kami menjeboet Babah of Bah atau menjebut orang Tjina 
dikata: menghina kepada itoe bangsa, sesoenggoehnja kami tida 
mengerti. Apakah sebabnja dikaart (Atlas) misih selaloe ditoelis: 
China (Tjina Mal of Jav)?

Kalau betoel-betoel toean tamoe tidak mengharap perselisihan 
dengan toean romah, kami harep ini perkara djangan dibikin pandjang. 
Ingatlah, ini waktoe, waktoe jang koerang baik diseloeroeh 
doenia Lain roepa kalau toean tamoe tjari-tjari perkara dengan 
toean romah, itoe lain perkara. Kalau toean tamoe tidak dapat hidoep 
roekoen dengan toean romah, seharoesnja kami toean romah 
mendjalankan bagaimana adilnja.58)

*Perdebatan ini terus berkepanjangan hingga menjadi perselisihan 
soal kebangsaan atau nasionalisme, antara nasionalis Jawa 
berdasarkan versi Marco dengan nasionalisme bangsa Tionghoa. Kalau 
kita perhatikan konteksnya, perdebatan ini berkaitan dengan 
kebangkitan nasional bangsa Hindia dan kebangkitan nasionalis 
Tionghoa. Pada tahun 1911 banyak pelarian kaum muda nasionalis 
Tionghoa ke Hindia Belanda. Gelombang pelarian ini tiba di Hindia 
Belanda secara gelap dan mereka menyebar ke beberapa tempat, 
terutama Surabaya, Semarang dan Batavia. Mereka datang 

Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh

2006-01-22 Terurut Topik liang u
Antara ras dan nasion,
Kalau mau meributkan perbedaan kita orang Tionghoa
atau orang Indonesia, adalah salah kaprah. Dua istilah
yang berbeda artinya sulit diperbandingkan. Beda
himpunan, kata ahli matematik. Sama saja kalau orang
ditanya pintar insinyur atau dokter? 
Meninjau seorang manusia bisa dari berbagai segi, dari
kelaminnya, ya laki-laki atau prempuan, dari usianya,
ada anak kecil, bayi, dewasa, manula dsb. Dari
pendidikannya ada sarjana, buta huruf, doctor dll.
Dari rasnya ada Tionghoa ada, Melayu, Jepang, Korea
dll. Dari nasionnya (kebangsaan) ada Indonesia, ada
Tiongkok, ada US, Belanda dll. 
Seorang dapat mempunyai puluhan kwalifikasi, saya
laki-laki, manula, secara hukum orang Indonesia, ras
Tionghoa, pensiunan dll. Jadi sulit dibanding, tapi
sulit juga dipertentangkan. Coba tanya mana yang saya
pentingkan, saya manula atau saya laki-laki?
Saya setia pada umur saya atau pada profesi? Semua
bisa.
Seorang ras Tionghoa, wn Indonesia, seorang guru,
pria, olahragawan? Bagaimana membandingkannya setia ke
mana? Yang pasti ia akan mengatur konteksnya. Bila ia
mau ke belakang di shopping mall yang dia tonjolkan
laki-laki, jangan sampai masuk wc wanita. Dalam
pertandingan olah raga ia tonjolkan etik dan disiplin
seorang olah ragawan. Sebagai meyakan imlek dan
budaya, ia tonjolkan ke Tionghoa-annya, sebagai warga
negara ia harus menonjolkan baktinya kepada negara dan
bangsanya.
Saya sih berpendapat jangan mengajukan sesuatu yang
tak dapat dibandingkan, kalau dipaksakan, orang curiga
kita hanya mencari gara-gara untuk ribut, provokator
kata istilah modernya.
Ini pendapat pribadi sebagai orang kecil, dan manula
yang sudah tak dapat berkelahi lagi.
Salam
LU


--- david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh,
 warga negara hanya 
 selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok
 etnik Tionghoa, 
 bukan orang China. Seperti Xinjiaporen,
 Malaixiyaren, kita adalah 
 Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita
 seharusnya 
 ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau
 ke China, 
 memangnya kita diaku di sana sebagai orang China,
 dalam arti 
 Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW.
 
 Kiongchiu,
 DK
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia
 [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya 
 tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya
 berkoar2 tp  
 lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan
 terbuktiyg  
 merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan
 kuning 
 aja litle..to me...litle to me...(hehe).
 
Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy
 generasi 60an 
 orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw
 ngak 
 ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia
 bilang...oh...nie she inni 
 ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org
 keturunan tionghoa 
 masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau
 dinegara china,kitanya 
 jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho
  
  you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:
tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang
 ngomonk kata china 
  dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu
 jaman ming ape akhir 
  ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.
  
  
  Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China
 berasal dari kata
  dinasti Qin.
  Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah
 kaprah.
  
  Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan
 menyebut Tiongkok
  dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah
 Mahacoinasthana.
  Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu
 sebutan bangsa 
 India
  jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa
 mandarin. Dan dalam
  banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na Žxß
 (Ž‰ß), Zhen Dan.
  Mereka menyebutnya China.
  Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin
 berdiri.
  Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman
 sekarang.
  Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang
 berbudaya.
  Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh
 orang India sejak
  pada dinasti Shang berdiri.
  
  Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang
 Yunani yang
  memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan
 Qin sebenarnya
  adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok
 jaman dahulu
  adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata
 seres diambil 
 dari
  kata Si ãN yang berarti sutra.
  Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma
 adalah Da Qin `å `.
  
  Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin
 diperkirakan sama
  dengan bahasa Sogdian ˆ¾ÁŒê(cat: nenek moyang
 bangsa Kazhak ,
  sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn.
 Mereka kemungkinan
  berpatokan kepada penyebutan Seres.
  
  Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan
 sebutan Kitaj 
 berasal
  dari Qi Dan Œ_ 'Oatau Khitan.
  
  Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea
 JungGuk , bahasa
  Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok
 adalah berdasarkan
  dari kata Zhong Guo.
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG
 UCUP [EMAIL PROTECTED] 
  wrote:
  
   

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-22 Terurut Topik you_qing_long
mbak Melani,

istilah cino ataw cina mah dah ada sebelon jepang masuk.
Malahan jaman sebelon THHK itu nyang umum istilah cina.




YQL
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Astri benar,kemudian adu domba jg berlangsung oleh masa occupt 
jepang dg mengunakan istilah cino or cina,namanya jg mau 
menguasai,adu domba adalah cara yg paling effective,begitu sayang.
 
 astri rahadi [EMAIL PROTECTED] wrote:melani chia 
[EMAIL PROTECTED] wrote: Benar istilah cinadiciptakan oleh 
jepang tujuan:penhinaan,adu domba antara indonesia local dg chinese 
indonesia
 
 

   Assalamualaikum 

   mo nanggepin yg ini...Setau saya (dr buku Oei Hong Kian. 
Peranakan dalam 3 budaya  Kelenteng-kelteng dan Masyarakat Tionghoa 
di Jakarta), adu domba antara indonesia local dg chinese indonesia 
dilakukan pertama kali oleh VOC. Hal ini dilakukan karena VOC merasa 
terancam tidak dapat menguasai sumber daya Indonesia. Saat VOC 
pertama kali datang ke indonesia, mereka melihat orang tionghoa 
sudah sangat membaur dengan orang lokal (pribumi)...budayanya sudah 
sangat menyatu (bisa dilihat dari kebudayaan indonesia yg terlihat 
pengaruh kebudayaan tionghoa-nya, mis: betawi, jawa tenga dan jawa 
timur). Bahkan, org2 tiongoa ini g segan2 membantu perlawanan kpd 
VOC. Yg sangat ditakutkan oleh VOC, org2 tionghoa ini mempunyai 
akses yg sanga kuat dlm ekonomi dan sumber daya alam Indonesia saat 
itu..bahkan mempunyai hubungan erat dengan keraton (ibunya Raden 
Patah adalah keturunan tiong hoa). 

   Melihat hal ini, VOC mulai melakukan program sistematis, untuk 
memisahkan indonesia local dg chinese indonesia. Org2 tionghoa 
dilokalisasi dalam pecinan n dibuatkan berbagai macam peraturan yg 
memisahkan mereka dengan org Indonesia. Bahkan diberikan beberapa 
propaganda agar mereka merasa terpisah dengan org lokal..Propaganda 
tersebut sangat berhasil ditanamkan dalam benak indonesia local dg 
chinese indonesia bahkan sampai saat ini...ratusan tahun setelanya..

   itu informasi yg saya peroleh dari berbagai sumber (buku, 
internet n tanya2)...klo ada yg salah saya mohon maaf. Tolong 
secepatnya dikoreksi...thx b4 

   Wassalam
   Achie
 









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-21 Terurut Topik liang u
Sedikit tambahan:
Waktu saya masih SMA ada teman saya yang bercerita, ia
dimaki orang Suriname karen memanggil Bapak. Orang
Suriname tsb berteriak sambil bertanya: Kapan aku
kawin dengan ibumu? Memang saya tidak meneliti lebih
lanjut, mengapa orang Suriname itu mengerti bahasa
Indonesia, dan dimana itu terjadi. Tapi saya tahu
teman baik saya itu tidak membohong. Untuk kita
panggilan Bapak adalah panggilan kehormatan, ternyata
untuk dia tidak.
Kemudian ketika saya mengawasi praktikum di sebuah
perguruan tinggi di Kota Kembang, ketika saya masuk ke
ruang praktikum, saya menemukan petugas penyimpan alat
praktikum sedang marah besar kepada seorang mahasiswa.
Ketika saya tanya ada apa? Ia bilang, ia sangat marah
dipanggil emang oleh mahasiswa. Emang adalah kata
yang menyakitkan hati bagi dia, padahal emang yang
berarti paman dalam bahasa Indonesia adalah
penghormatan kepada orang yang sedikit lebih muda dari
ayah, atau sdr yang lebih muda dari ayah dan ibu.
Saya mengerti mengapa ia marah, sebab di lingkungan
universitas panggilan resmi adalah bapak, jadi
penggunaan emang memang dirasakan melecehkan setingkat
lawak Mang Ibing atau tukang beca.
Mengapa demikian? Konteks penting. Dalam kontek apa ia
bicara, kalau dirumah petugas itu tidak akan marah
dipanggil emang, tapi di universitas memang merupakan
pelecehan, menganggap ia orang bodoh tidak sederajat
dengan dosen.
Penggunaan kata Cina oleh orde baru, tanpa
dibicarakan, asal orang masih ingat dalam rangka apa,
istilah Tionghoa dan Tiongkok diganti Cina, tentu akan
mengerti sendiri. Meleceh.
Dalam perdebatan keras di majalah Sinergi yang lama,
pernah seorang kiayi dari NU yang dengan bijaksana
mengatakan:
Sudah jangan ribut asal usul Cina itu dari mana, kalau
yang bersangkutan dipanggil Cina merasa tersinggung,
sebagai bangsa yang tahu sopan santun, ya jangan
memaksakan memanggil demikian, karena kitapun tidak
mau dipanggil dengan panggilan yang oleh kita terasa
penghinaan.
Suatu komentar yang menyejukkan, sayang ada orang yang
masih tidak mau tahu. 
Salam
Liang U

--- you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ini diambil dari website buat mang ucup baca aje
 sekalian referensi
 hehehehehehe
 
 
 
 Bahasa Mandarin: China (Zhi1 Na4) : Penghinaan atau
 Bukan?
 Posted on Wednesday, September 28 @ 00:08:39 PDT by 
 
  
 China dalam sejarahnya memang banyak sekali padanan
 yang 
 menyertainya dikarenakan sejarah China sendiri yang
 panjang mencapai 
 5000 tahun.
 
 Istilah Zhong Guo atau Negara Tengah sendiri
 sebenarnya baru 
 populer setelah terbentuknya republik setelah
 revolusi 1911. 
 Tentunya istilah Zhong Guo tidak serta merta muncul
 begitu saja, 
 namun berasal dari istilah Zhong Yuan (Hokkian :
 Tiong Goan) yang 
 artinya dataran tengah. Dataran tengah ini merujuk
 kepada daerah di 
 antara Sungai Kuning di utara dan Sungai Panjang
 (Yang-tse) di 
 selatan yang merupakan mobilitas orang2 yang
 berbudaya Han. Dulu, 
 orang Han masih menganggap mereka sederajat lebih
 tinggi daripada 
 bangsa barbar yang belum cukup berbudaya. Jangan
 heran, sikap 
 egosentris seperti ini memang lazim pada negara
 besar di zaman dulu.
 
 
 Asal Kata China 
 Menanggapi opini Xuan Tong-xiong yang menyatakan
 bahwa kata China 
 berasal dari bahasa Sansekerta, memang banyak
 pendapat seperti itu 
 bersumber dari sejarahwan Barat yang mengambil
 sumbernya dari India. 
 Namun saya ingin menyatakan analisis saya atas
 pendapat di atas. 
 Kontak pertama India dan Tiongkok adalah melalui
 Jalan Sutra. 
 Terbentuknya jalan sutra dapat kita bagi menjadi 2
 bagian, bagian 
 barat dan timur. Bagian barat adalah yang
 menghubungkan India Utara 
 dengan Timur Tengah. Ini terbentuk pada abad 3 SM.
 Pada saat itu, 
 Yunani sedang berkuasa di Timur Tengah dan Laut
 Tengah. Ini yang 
 menyebabkan ada pengaruh kebudayaan India (dalam hal
 ini Buddhisme) 
 dalam kesenian Yunani seperti arca dan patung Yunani
 yang bentuknya 
 mirip dengan perwujudan arca Buddha di India. Bagian
 timur Jalan 
 Sutra menghubungkan India Utara dengan Tiongkok. Ini
 tercatat 
 sejarah pada zaman Dinasti Han. Bersamaan dengan
 ini, agama Buddha 
 pertama kali tersebar ke Tiongkok. 
 
 Dari sumber2 sejarah India, memang ada kontak dengan
 daerah yang 
 disebut Cina pada waktu sebelum berdirinya Dinasti
 Qin (abad 3 
 SM). Namun dituliskan bahwa yang disebut Cina
 bukanlah Tiongkok 
 orang Han yang adanya di Tionggoan, namun hanyalah
 dengan suku 
 minoritas di Tibet dan Yunnan. Ini dapat dimengerti
 karena memang 
 kontak Tiongkok dengan India terhalang oleh natural
 barrier yang 
 berupa Pegunungan Himalaya. Ini juga menyebabkan
 mengapa kontak 
 antara India dan Tiongkok terhitung lambat dibanding
 dengan kontak 
 India dengan Timur Tengah dan Eropa walau jarak
 mereka lebih jauh. 
 Jadi, memang ada istilah Cina di dalam literatur
 India kuno, namun 
 bukanlah merujuk kepada Tionggoan (orang Han) yang
 kita kenal. Bila 
 kemudian penggunaan istilah Cina ini kemudian
 meluas itu 
 dikarenakan orang India menganggap 

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh

2006-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh, warga negara hanya 
selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok etnik Tionghoa, 
bukan orang China. Seperti Xinjiaporen, Malaixiyaren, kita adalah 
Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita seharusnya 
ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau ke China, 
memangnya kita diaku di sana sebagai orang China, dalam arti 
Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya 
tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp  
lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg  
merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning 
aja litle..to me...litle to me...(hehe).

   Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an 
orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak 
ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh...nie she inni 
ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa 
masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau dinegara china,kitanya 
jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho
 
 you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:
   tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china 
 dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir 
 ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.
 
 
 Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata
 dinasti Qin.
 Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah.
 
 Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok
 dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana.
 Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa 
India
 jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam
 banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na Žxß (Ž‰ß), Zhen Dan.
 Mereka menyebutnya China.
 Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri.
 Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang.
 Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya.
 Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak
 pada dinasti Shang berdiri.
 
 Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang
 memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya
 adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu
 adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil 
dari
 kata Si ãN yang berarti sutra.
 Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `.
 
 Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama
 dengan bahasa Sogdian ˆ¾ÁŒê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak ,
 sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan
 berpatokan kepada penyebutan Seres.
 
 Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj 
berasal
 dari Qi Dan Œ_ 'Oatau Khitan.
 
 Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa
 Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan
 dari kata Zhong Guo.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut 
 dinilai sebagai
  suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu 
 adalah
  singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan 
 bagaimana
  perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka 
 disebut Niger,
  walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. 
  
  Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau 
 orang hitam,
  walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu  
 adalah hitam
  dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam 
 atau Black
  dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai 
 sama
  dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan 
 ungkapan hormat
  sedangkan yang lain penghinaan.
  
  Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang 
serupa 
 dirasakan
  oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari 
 huruf H nya,
  bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama 
 azah  C I
  N A! 
  
  Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan 
 diembel-embeli
  perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 
 degeneratif
  lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai 
 ketimbang
  kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi 
tidak 
 pernah
  ada sebutan Arab Medan. 
  
  Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah 
 untuk
  menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di 
 Indonesia.
  Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga 
 Keturunan itu
  selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis 
 entah di media
  cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga 
 yang
  dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada 
orang
  

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh

2006-01-19 Terurut Topik you_qing_long
tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china 
dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir 
ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.


Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata
dinasti Qin.
Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah.

Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok
dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana.
Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa India
jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam
banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na Žxß (Ž‰ß), Zhen Dan.
Mereka menyebutnya China.
Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri.
Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang.
Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya.
Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak
pada dinasti Shang berdiri.

Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang
memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya
adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu
adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil dari
kata Si ãN yang berarti sutra.
Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `.

Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama
dengan bahasa Sogdian ˆ¾ÁŒê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak ,
sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan
berpatokan kepada penyebutan Seres.

Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasal
dari Qi Dan Œ_ 'Oatau Khitan.

Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa
Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan
dari kata Zhong Guo.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut 
dinilai sebagai
 suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu 
adalah
 singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan 
bagaimana
 perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka 
disebut Niger,
 walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. 
 
 Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau 
orang hitam,
 walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu  
adalah hitam
 dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam 
atau Black
 dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai 
sama
 dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan 
ungkapan hormat
 sedangkan yang lain penghinaan.
 
 Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa 
dirasakan
 oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari 
huruf H nya,
 bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama 
azah  C I
 N A! 
 
 Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan 
diembel-embeli
 perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 
degeneratif
 lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai 
ketimbang
 kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi tidak 
pernah
 ada sebutan Arab Medan. 
 
 Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah 
untuk
 menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di 
Indonesia.
 Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga 
Keturunan itu
 selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis 
entah di media
 cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga 
yang
 dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada orang
 Tionghoa, tidak pernah mengacu kepada keturunan etnis lainnya 
entah Arab,
 India ataupun orang2 Eropa.
 
 Apakah Anda tahu bahwa Gus Dur (Abdurrahman Wahid)  itu keturunan 
Tionghoa,
 secara terbuka ia pernah menyatakan bahwa ia masih keturunan dari 
Tan Kim
 Han (Sumber Wikipedia). Disamping itu apakah Anda tahu nama asli 
Tionghoanya
 dari Rudy Hartono ? 
 
 Mengapa apabila ada seorang olahragawan yang berhasil membawa nama 
bangsa
 menjadi harum tidak pernah tuh dicantumkan bahwa ia itu non 
pribumi
 apalagi nama Tionghoa nya, tetapi kebalikannya begitu ada Cina 
Maling,
 langsung dicantumkan komplit bahwa ia itu non pri lengkap dengan
 embel-embel nama Tionghoanya.
 
 Begitu juga satu hal yang mustahil, apabila segelintir orang2 
Tionghoa
 dimana pun juga mereka berada ingin merubah perkataan China jadi 
Tiongkok,
 renungkanlah apakah mungkin kita bisa memaksakan seluruh bangsa di 
dunia
 ini; mulai besok merubah nama RRC menjadi Republik Rakyat 
Tiongkok. 
 
 Mungkin hanya segelintir orang Jepang saja yang membenci orang 
China akan
 merasa senang apabila istilah Tiongkok dipakai, sebab konon kata 
ini pertama
 kali digunakan oleh bangsa Jepang, terutama oleh kaum 
militerismenya yang
 berambisi ingin mencaplok Tiongkok; sebab lafal ini sama dengan 
lafal kata
 Jepang yang berkonotasi modyar sehingga lafal 

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-19 Terurut Topik you_qing_long
ini diambil dari website buat mang ucup baca aje sekalian referensi
hehehehehehe



Bahasa Mandarin: China (Zhi1 Na4) : Penghinaan atau Bukan?
Posted on Wednesday, September 28 @ 00:08:39 PDT by  
 
China dalam sejarahnya memang banyak sekali padanan yang 
menyertainya dikarenakan sejarah China sendiri yang panjang mencapai 
5000 tahun.

Istilah Zhong Guo atau Negara Tengah sendiri sebenarnya baru 
populer setelah terbentuknya republik setelah revolusi 1911. 
Tentunya istilah Zhong Guo tidak serta merta muncul begitu saja, 
namun berasal dari istilah Zhong Yuan (Hokkian : Tiong Goan) yang 
artinya dataran tengah. Dataran tengah ini merujuk kepada daerah di 
antara Sungai Kuning di utara dan Sungai Panjang (Yang-tse) di 
selatan yang merupakan mobilitas orang2 yang berbudaya Han. Dulu, 
orang Han masih menganggap mereka sederajat lebih tinggi daripada 
bangsa barbar yang belum cukup berbudaya. Jangan heran, sikap 
egosentris seperti ini memang lazim pada negara besar di zaman dulu.


Asal Kata China 
Menanggapi opini Xuan Tong-xiong yang menyatakan bahwa kata China 
berasal dari bahasa Sansekerta, memang banyak pendapat seperti itu 
bersumber dari sejarahwan Barat yang mengambil sumbernya dari India. 
Namun saya ingin menyatakan analisis saya atas pendapat di atas. 
Kontak pertama India dan Tiongkok adalah melalui Jalan Sutra. 
Terbentuknya jalan sutra dapat kita bagi menjadi 2 bagian, bagian 
barat dan timur. Bagian barat adalah yang menghubungkan India Utara 
dengan Timur Tengah. Ini terbentuk pada abad 3 SM. Pada saat itu, 
Yunani sedang berkuasa di Timur Tengah dan Laut Tengah. Ini yang 
menyebabkan ada pengaruh kebudayaan India (dalam hal ini Buddhisme) 
dalam kesenian Yunani seperti arca dan patung Yunani yang bentuknya 
mirip dengan perwujudan arca Buddha di India. Bagian timur Jalan 
Sutra menghubungkan India Utara dengan Tiongkok. Ini tercatat 
sejarah pada zaman Dinasti Han. Bersamaan dengan ini, agama Buddha 
pertama kali tersebar ke Tiongkok. 

Dari sumber2 sejarah India, memang ada kontak dengan daerah yang 
disebut Cina pada waktu sebelum berdirinya Dinasti Qin (abad 3 
SM). Namun dituliskan bahwa yang disebut Cina bukanlah Tiongkok 
orang Han yang adanya di Tionggoan, namun hanyalah dengan suku 
minoritas di Tibet dan Yunnan. Ini dapat dimengerti karena memang 
kontak Tiongkok dengan India terhalang oleh natural barrier yang 
berupa Pegunungan Himalaya. Ini juga menyebabkan mengapa kontak 
antara India dan Tiongkok terhitung lambat dibanding dengan kontak 
India dengan Timur Tengah dan Eropa walau jarak mereka lebih jauh. 
Jadi, memang ada istilah Cina di dalam literatur India kuno, namun 
bukanlah merujuk kepada Tionggoan (orang Han) yang kita kenal. Bila 
kemudian penggunaan istilah Cina ini kemudian meluas itu 
dikarenakan orang India menganggap orang Han adalah juga orang Timur 
(relatif dibandingkan India) sama dengan suku minoritas di Yunnan 
dan Tibet sedangkan yang disebut orang Barat di sini tentu adalah 
orang Persia dan Yunani.

Menilik keadaan di atas, maka memang dapat diterima bahwa asal mula 
kata China adalah berasal dari India dan bukan dari kata Qin. Ini 
dikarenakan pada zaman Qin, belum ada kontak antara Tionggoan dengan 
India maupun Eropa melalui Timteng. Di zaman Han, orang Tionggoan 
sendiri juga tidak menggunakan kata Qin untuk menyebut negara 
mereka, namun menggunakan kata Han, seperti yang tercatat dalam 
literatur Jepang. Orang Tionggoan pada zaman itu juga mulai menyebut 
diri mereka orang Han dan bukan Qin.


Kata China Sebagai Penghinaan 
Kata China sebagai dirasakan sebagai penghinaan dapat ditarik 
sejarahnya ke tahun 1915. Waktu itu, Presiden Yuan Shi-kai yang 
menerima kursi kepresidenan dari Sun Yat-sen demi mewujudkan 
impiannya mendirikan Kekaisaran Zhonghua meminta bantuan kepada 
Kekaisaran Jepang. Kekaisaran Jepang kemudian memaklumatkan 21 pasal 
yang harus diterima oleh Presiden Yuan Shi-kai untuk mendapatkan 
dukungan Jepang. Di antara 21 pasal ini adalah berisi pasal2 di mana 
kedaulatan China nantinya harus berada di bawah Jepang. Jepang 
berani memaklumatkan ini karena memang pada saat itu, Jepang merasa 
berada di atas angin setelah menang pada peperangan Jia Wu tahun 
1895 yang berakibat jatuhnya Taiwan ke tangan Jepang.

Pasal2 ini walaupun diterima oleh Presiden Yuan Shi-kai namun tidak 
pernah ia laksanakan karena tekanan dari kemarahan rakyat. Pada 
tahun 1919, pecah Gerakan 4 Mei yang merupakan refeksi nasionalisme 
dari mahasiswa dan kaum muda Tiongkok atas kesewenangan Jerman dan 
Jepang. Jepang pada waktu itu telah terang2an menduduki Shandong 
yang diambil dari Jerman, namun Tiongkok tidak dapat berbuat apa2. 
Di saat ini jugalah, kata Shina yang digunakan orang Jepang untuk 
menyebut Tiongkok dirasakan sebagai bentuk penghinaan. Mengapa 
dirasakan sebagai bentuk penghinaan?

Memang, kata Shina (mandarin : Zhi Na : dibaca Ce Na) untuk menyebut 
Tiongkok sebenarnya diambil Jepang sendiri dari literatur Tiongkok 
yang pernah mencatat 

Re: [budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh

2006-01-19 Terurut Topik melani chia



Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning aja litle..to me...litle to me...(hehe).Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh..."nie she inni ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa masih mengaku dan diakui sbg "org cina" kalau dinegara china,kitanya jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lhoyou_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:  tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman
 ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari katadinasti Qin.Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah.Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkokdalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana.Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa Indiajaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalambanyak literatur kuno menuliskan Zhi Na Žx"ß (Ž‰"ß), Zhen Dan.Mereka menyebutnya China.Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri.Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang.Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya.Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejakpada dinasti Shang berdiri.Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yangmemperkenalkan istilah China berdasarkan
 kerajaan Qin sebenarnyaadalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahuluadalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil darikata Si ãN yang berarti sutra.Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `.Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan samadengan bahasa Sogdian ˆ¾"ÁŒê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak ,sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinanberpatokan kepada penyebutan Seres.Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasaldari Qi Dan Œ_ 'Oatau Khitan.Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasaVietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkandari kata Zhong Guo.--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "MANG UCUP" [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut dinilai sebagai suatu
 penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu adalah singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan bagaimana perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka disebut "Niger", walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger.   Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan "black men" atau orang hitam, walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu adalah "hitam" dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam atau Black dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai sama dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan ungkapan hormat sedangkan yang lain penghinaan.  Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa dirasakan oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari huruf "H" nya,
 bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama azah " C I N A"!   Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan diembel-embeli perkataan seperti "Cina Loleng", "Cina Mindring" dan sebutan2 degeneratif lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai ketimbang kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan "Cina Medan", tetapi tidak pernah ada sebutan "Arab Medan".   Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah untuk menggunakan kata "Cina" secara resmi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan "Warga Keturunan" itu selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis entah di media cetak maupun media elektronik "Warga Keturunan Cina", begitu juga yang dimaksud dengan perkataan "non pribumi" selalu mengacu kepada
 orang Tionghoa, tidak pernah mengacu kepada keturunan etnis lainnya entah Arab, India ataupun orang2 Eropa.  Apakah Anda tahu bahwa Gus Dur (Abdurrahman Wahid) itu keturunan Tionghoa, secara terbuka ia pernah menyatakan bahwa ia masih keturunan dari Tan Kim Han (Sumber Wikipedia). Disamping itu apakah Anda tahu nama asli Tionghoanya dari Rudy Hartono ?   Mengapa apabila ada seorang olahragawan yang berhasil membawa nama bangsa menjadi harum tidak pernah tuh dicantumkan bahwa ia itu "non pribumi" apalagi nama Tionghoa nya, tetapi kebalikannya begitu ada Cina Maling, langsung dicantumkan komplit bahwa ia itu "non pri" lengkap dengan embel-embel nama Tionghoanya.  Begitu juga satu hal yang mustahil, apabila 

[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !

2006-01-19 Terurut Topik ChanCT




 Sedikit pembetulan Mang, Seminar 
Angkatan Darat yang mengusulkan penggantian istilah Tiongkok dan Tionghoa 
menjadi Tjina (ejaan baru menjadi Cina) yang kemudian digunakan secara resmi 
oleh Pemerintah RI sejak 25 Juli 1967 dengan dikeluarkannya Keputusan Penguasa 
Militer untuk mengganti penggunaan istilah "Tiongkok" dan "Tionghoa" menjadi 
"Tjina" sampai sekarang ini, apa bukan mestinya Seminar SESKOAD (Sekolah 
Staf Komando Angkatan Darat) yang diselenggarakan 25-31 Agustus 1966 (bukan 
tahun 1968), yang dihadiri juga oleh dr. Lie Tek Tjeng dan Shindunata 
itu? Yah, mengenai asal-usul istilah Cina dengan 
bahasa Inggrisnya China nampaknya masih bisa diperdebatkan, dan entah mana yang 
benar. Tentu merupakan tugas peneliti sejarah untuk membuat kesimpulan yang 
benar atau setidaknya lebih mendekati kebenaran. Tapi, bagi saya mengenai 
asal-usul istilah Cina/China bukanlah hal yang terlalu penting, yang pasti di 
Indonesia penggunaan istilah Tionghoa sudah ada sejak tahun 1900, berdirinya 
THHK (Tiong Hoa Hwe Kuan), sedang Rakyat Tiongkok sudah tidak menghendaki 
dirinya disebut Cina secara resmi setelah Revolusi Nasional Tiongkok dibawah 
pimpinan dr. Sun Yat-sen mencapai kemenangan, 10 Oktober 1911 dengan 
diproklamasikan Republik Nasional Tiongkok. Pada saat itu diadakan juga upacara 
menggunting kuncir dikepala laki-laki Tionghoa, sebagai lambang berakhirnya 
dinasty Qing, dengan berdiri tegakkan Rakyat Tiongkok. Tapi, karena Republik 
Nasionalis Tiongkok masih sangat lemah, penamaan diri sebagai Tiongkok dan 
Tionghoa kurang diperhatikan dan bisa dihargai dunia international. Pihak barat 
masih saja menggunakan istilah China dan Jepang juga tetap menggunakan Zhi-na 
yang berkonotasi penghinaan dan merendahkan rakyat 
Tiongkok. Tapi, ingat pejuang-pejuang kemerdekaan 
rakyat Indonesia sudah bisa menghargai dan menghormati kemenangan Rakyat 
Tiongkok, sejak itu juga mereka mengganti penggunaan istilah Tjina dengan 
istilah Tiongkok dan Tionghoa! Menghargai dan menghormati perjuangan rakyat 
dinegara-negara lain adalah tradisi mulia pejuang-pejuang kemerdekaan RI. 
Teladan ini diberikan oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Dr. 
Tjipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara, Tjokroaminoto, Dr. Sutomo, Bung Karno 
dan lain-lain. Tradisi baik ini diteruskan oleh Mochtar Lubis dan B.M.Diah yang 
memimpin harian Merdeka, yang tetap menggunakan istilah "Tiongkok" 
dan"Tionghoa", tidak menggunakan istilah Cina. Jadi, tidak sebagaimana 
dilakukan sementara jenderal yang digembongi Jenderal Soeharto, yang berhasil 
naik tachta kekuasaan dengan menginjak-injak hak-hak asasi manusia itu, 
semena-mena menggunakan kembali istilah "Cina" yang katanya untuk memperkokoh 
suatu "inferiority complex" , deengan tidak mengindahkan hasil revolusi Rakyat 
Tiongkok.  Rakyat Indonesia tentunya juga tetap 
mengharap bahwa hasil-hasil revolusinya akan dihargai dan dihormati oleh 
pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa lain didunia ini. Begitu juga dengan 
istilah “INDONESIA” yang digunakan sekarang ini, dijaman penjajahan kolonial 
Belanda dilarang untuk digunakan. Orang Indonesia merasa dihina apabila orang 
Belanda menyebut dirinya sebagai “Inlander”, sekalipun arti-kata “Inlander” 
adalah “Pribumi” atau “anak negeri”. Jadi, kalau kita bisa berpikir dengan 
tenang, dengan mempertimbangkan betul sebagai asas kemerdekaan bangsa, tentu 
tidak akan bisa membenarkan menghidupkan kembali penggunaan istilah dijaman 
penjajahan kolonial yang mengandung makna penghinaan terhadap segolongan bangsa 
lain, bahkan terhadap sekelompok penduduk tetap yang sudah hidup bersama ratusan 
tahun dinegeri ini.  Penggantian 
istilah Tjina menjadi Tiongkok dan Tionghoa jelas merupakan hasil kemenangan 
Revolusi Rakyat Tiongkok dengan menggulingkan Disnati Qing, adalah hasil 
perjuangan dengan pengorbanan darah dan jiwa putra-putri terbaik Rakyat 
Tiongkok. Adalah sesuatu yang patut dihargai dan dihormati oleh segenap rakyat 
didunia. Sama halnya dengan penggantian nama Congo dengan Zaire di Afrika dllnya 
lagi penggantian nama wilayah, negara di dunia ini sebagai hasil perjuangan dan 
kemenangan revolusi mencapai kemerdekaan nasional. Dimana rakyat yang menang 
berhak menentukan pilihan nama yang digunakan untuk menggantikan nama sebelumnya 
yang bermakna penghinaan dan merendahkan. Dan bagi segenap rakyat didunia, patut 
menghargai dan menghormati pilihan rakyat dalam menentukan nama negara tersebut. 
Itulah tradisi perjuangan kemerdekaan rakyat-rakyat tertindas mencapai 
kemenangan, selalu harus di-hormati sebagai solidaritas perjuangan mencapai 
kemerdekaan nasional dengan melikwidasi kolonialisme.Sebagaimana juga 
penamaan seseorang, bagi orang yang waras dan berkebudayaan tentu harus bisa 
menghargai dan menghormati seseorang yang tidak suka dipanggil dengan "X" dan 
lebih suka dipanggil dengan "A". Adalah seorang yang kurang ajar dan tidak tahu 
diri kalau tetap berkeras memanggil "X" bagi orang yang merasa terhina. Sikap