[budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
Boleh saya ikut menambahkan, saya rasa kita harus memisahkan / membedakan Cina dan China (harap dibaca Cai-na dgn vokal a pada Cai yg jelas, bukan Ci-na tanpa vokal a pad Ci ) China (Cai-na) berasal dari bangsa Barat, yg artinya porselen / tembikar (Jalur Sutra), jadi jelas berbeda konotasi nya dgn Cina (bisa disetarakan dgn cerita Tembok Besar Dinasti Qin, dimana rakyat mengutuk raja / pemerintahannya dgn "Qin-na, Qin-na" (terdengar seperti Jin-na, Jin-na dan di Indonesia menjadi Cin-na, Cin-na. Ini seperti layaknya kata "Singkek" yg berasal dari kata "Xin-ge" = Tamu Baru, di Indonesia terdengar seperti Singkek-singkek. Hal ini masih juga berlangsung sampai sekarang, misal : Gong Xi Fa Cai, di Indonesia ada yg menulis Gong Xi Fa Choi, dll. Dari contoh diatas, Apakah kita harus menerima Singkek sbg hal yg benar ? Harus menerima Gong Xi Fa Choi ? dan harus menerima Cina (baca : Ci(tanpa a)-na atau Chi(baca Cai,dgn a yg jelas)-na ? Kita saja akan marah bila bangsa Indonesia disebut / dipanggil sebagai bangsa Indon (oleh bangsa Malaysia, yg artinya kurang lebih sbg Budak), dan tetap ingin disebut Indonesia bukan Indon. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" wrote: > > org2 serikat jesuit waktu jaman ming itu beranggepan istilah china itu dari > kata dinasti qin, padahal waktu itu artinya adalah porselein or ya negara > penghasil porselein, sama kayak sebutan org yunani ama roma dulu sebut seres. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote: > > > > China bukan berasal dari nama dinasti Qin, ini adalah kesalah pahaman > > belaka. Dinasti Qin berkuasanya hanya singkat, belum sempat mempopulerkan > > istilah Qin Ren spt halnya Tangren atau Hanrendan. Dan dlm bhs tionghoa, > > juga tdk lazim menambahkan akhiran a, yg ada adalah awalan a, spt a cai, a > > hok dll. > > > > Sent from my BlackBerry® > > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > > > -Original Message- > > From: Tjandra Ghozalli > > Date: Wed, 10 Mar 2010 22:52:27 > > To: > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > > Historis dan Masalah > > > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti > > biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada > > akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan > > "tenglang" (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti > > Tang / Tong" > > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > > > > From: kwartanada > > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > > Historis dan Masalah > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > > > > >  > > > > > > > > Rekan2 yth, > > > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" > > masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk > > Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg > > disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada > > baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. > > Terimakasih dan salam > > Didi > > > > Istilah "Cina" dan "China": > > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. > > 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan > > bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman > > : Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang > > berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku > > Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > > > 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang > > lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri > > tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" . > > > > 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh > > Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. > > > > 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi > > buruk. > > Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh > > kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya > > selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, > > istilah "Cina" sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian. > > > > 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan > > istilah "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi > > masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" > > antara para pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yan
Re: [budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
jika betul kata China sudah ada sejak 1400 SM, maka pasti bukan bermaksud dynasti Chin/Qin, karena jangan bilang dyanstinya, negeri Qin saja baru muncul pada zaman Musim Semi dan Rontok (Chunqiu) itu sudah th 800 SM! Tjandra Ghozalli wrote: > > > Mungkin betul kata itu asal dari India. Karena di utara India ada > negara Chin walaupun waktu itu Tiongkok masih terdiri dari tujuh > negara dan dinasti Chin belum menyatukan Tiongkok. Kemungkinan > maksud orang India dengan "negara yg jauh" adalah negara Chin. RGDS.TG > > --- On *Thu, 3/11/10, ardian_c //* wrote: > > > From: ardian_c > Subject: [budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": > Tinjauan Historis dan Masalah > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, March 11, 2010, 2:00 PM > > > setau owe kata china bukan asal dari kata org dinasti chin, tapi > kata sankrit, ini pernah ditulis disini dari jaman kapan tauk > dimilist ini. > sebutan syna itu akar kata china, shinni dsbnya. > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com > > <http://us.mc657.mail.yahoo.com/mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com>, > Tjandra Ghozalli wrote: > > > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan > seperti biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata > hidup "a..." pada akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya > "China.." Analogi dengan "tenglang" (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) > yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong" > > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > > > > From: kwartanada > > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": > Tinjauan Historis dan Masalah > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > > <http://us.mc657.mail.yahoo.com/mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com> > > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > > > > >  > > > > > > > > Rekan2 yth, > > > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", > "Tionghoa" masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah > ini berasal dari Bpk Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan > Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai jawaban atas email sdr > Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga dimilis > ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam > > Didi > > > > Istilah "Cina" dan "China": > > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 > Oktober 2008 hal. 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada > catatan kaki ada dijelaskan bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), > (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : Chinesische) , (Perancis : > Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Daerah yang > sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku Mahabharata > sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > > > > >
[budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
org2 serikat jesuit waktu jaman ming itu beranggepan istilah china itu dari kata dinasti qin, padahal waktu itu artinya adalah porselein or ya negara penghasil porselein, sama kayak sebutan org yunani ama roma dulu sebut seres. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > China bukan berasal dari nama dinasti Qin, ini adalah kesalah pahaman belaka. > Dinasti Qin berkuasanya hanya singkat, belum sempat mempopulerkan istilah Qin > Ren spt halnya Tangren atau Hanrendan. Dan dlm bhs tionghoa, juga tdk lazim > menambahkan akhiran a, yg ada adalah awalan a, spt a cai, a hok dll. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: Tjandra Ghozalli > Date: Wed, 10 Mar 2010 22:52:27 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > Historis dan Masalah > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti biasa > dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada akhir > kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan "tenglang" > (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong" > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > From: kwartanada > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > Historis dan Masalah > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > >  > > > > Rekan2 yth, > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" masih > menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie > Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai > jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan > juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam > Didi > > Istilah "Cina" dan "China": > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. > 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan > bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : > Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang > berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku > Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang > lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri > tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" . > > 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh > Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. > > 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi > buruk. > Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh > kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu > baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah "Cina" > sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian. > > 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah > "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi masyarakat > Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" antara para > pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, > untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi menghina/rasa > kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat Memoar Ang Yan > Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. > 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 > dll, semua menggunakan istilah "Tionghoa" dan bukan "Cina". > > 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan > 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 > Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi "Cina" dengan > alasan "Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang > dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan > warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, > sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri > kita." yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan > kesimpulan Seminar pada Suharto â" pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi > (sebutan "Tiongkok", "Tionghoa" dan "Cina") > > Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. > SE.06/Pres.Kab/ 6/1967 tgl 28 Juni 1967. > Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya > ditujukan/dialamatk an ke Neg
[budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
sebuitan itu dah ada dari jaman zhou, yg artinya negara berbudaya tinggi, btw india dgn tiongkok terpisah barrier alam , jadi apa yg mrk denger itu dari para pedagang antar negara jaman itu. nah sebutan org yunani /roma itu seres alias negri sutra. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli wrote: > > Mungkin betul kata itu asal dari India. Karena di utara India ada negara > Chin walaupun waktu itu Tiongkok masih terdiri dari tujuh negara dan > dinasti Chin belum menyatukan Tiongkok. Kemungkinan maksud orang > India dengan "negara yg jauh" adalah negara Chin. RGDS.TG > > --- On Thu, 3/11/10, ardian_c wrote: > > > From: ardian_c > Subject: [budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > Historis dan Masalah > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, March 11, 2010, 2:00 PM > > >  > > > > setau owe kata china bukan asal dari kata org dinasti chin, tapi kata > sankrit, ini pernah ditulis disini dari jaman kapan tauk dimilist ini. > sebutan syna itu akar kata china, shinni dsbnya. > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ...> wrote: > > > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti > > biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberiàkata hidupà"a..." > > pada akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan > > "tenglang" (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti > > Tang / Tong"à> > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > > > > From: kwartanada > > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > > Historis dan Masalah > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > > > > > à> > > > > > > > Rekan2 yth, > > > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" > > masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk > > Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg > > disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada > > baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. > > Terimakasih dan salam > > Didi > > > > Istilah "Cina" dan "China": > > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. > > 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan > > bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman > > : Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang > > berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku > > Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > > > 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang > > lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri > > tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" . > > > > 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh > > Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. > > > > 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi > > buruk. > > Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh > > kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya > > selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, > > istilah "Cina" sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian. > > > > 5.Di awal Abad 20, ñ th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan > > istilah "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi > > masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" > > antara para pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat > > Tionghoa, untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi > > menghina/rasa kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat >
Re: [budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
Mungkin betul kata itu asal dari India. Karena di utara India ada negara Chin walaupun waktu itu Tiongkok masih terdiri dari tujuh negara dan dinasti Chin belum menyatukan Tiongkok. Kemungkinan maksud orang India dengan "negara yg jauh" adalah negara Chin. RGDS.TG --- On Thu, 3/11/10, ardian_c wrote: From: ardian_c Subject: [budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, March 11, 2010, 2:00 PM setau owe kata china bukan asal dari kata org dinasti chin, tapi kata sankrit, ini pernah ditulis disini dari jaman kapan tauk dimilist ini. sebutan syna itu akar kata china, shinni dsbnya. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli wrote: > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti biasa > dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada akhir > kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan "tenglang" > (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong" > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > From: kwartanada > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > Historis dan Masalah > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > >  > > > > Rekan2 yth, > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" masih > menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie > Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai > jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan > juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam > Didi > > Istilah "Cina" dan "China": > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. > 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan > bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : > Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang > berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku > Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang > lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri > tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" . > > 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh > Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. > > 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi > buruk. > Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh > kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu > baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah "Cina" > sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian. > > 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah > "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi masyarakat > Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" antara para > pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, > untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi menghina/rasa > kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat Memoar Ang Yan > Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. > 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 > dll, semua menggunakan istilah "Tionghoa" dan bukan "Cina". > > 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan > 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 > Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi "Cina" dengan > alasan "Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang > dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan > warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, > sekaligus juga untuk menghilangka
[budaya_tionghua] Re: Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan Historis dan Masalah
setau owe kata china bukan asal dari kata org dinasti chin, tapi kata sankrit, ini pernah ditulis disini dari jaman kapan tauk dimilist ini. sebutan syna itu akar kata china, shinni dsbnya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli wrote: > > Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; > ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti biasa > dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada akhir > kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan "tenglang" > (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong" > ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro > Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG > > --- On Thu, 3/11/10, kwartanada wrote: > > > From: kwartanada > Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan > Historis dan Masalah > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM > > >  > > > > Rekan2 yth, > > Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" masih > menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie > Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai > jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan > juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam > Didi > > Istilah "Cina" dan "China": > Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini > > 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. > 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan > bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : > Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang > berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku > Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. > > 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang > lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri > tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" . > > 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh > Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. > > 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi > buruk. > Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh > kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu > baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah "Cina" > sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian. > > 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah > "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi masyarakat > Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" antara para > pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, > untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi menghina/rasa > kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat Memoar Ang Yan > Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. > 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 > dll, semua menggunakan istilah "Tionghoa" dan bukan "Cina". > > 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan > 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 > Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi "Cina" dengan > alasan "Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang > dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan > warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, > sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri > kita." yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan > kesimpulan Seminar pada Suharto â" pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi > (sebutan "Tiongkok", "Tionghoa" dan "Cina") > > Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. > SE.06/Pres.Kab/ 6/1967 tgl 28 Juni 1967. > Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya > ditujukan/dialamatk an ke Negara RRT dan orang-orang Tionghoa Asing. Sedang > untuk WNI keturunan Tionghoa, sebutan keturunan Tionghoa itu tetap > dipertahankan, tidak diubah. Tapi karena tingginya emosi/sentimen setelah > G30S, menggunakan istilah "Cina" meluber dan membanjiri kesemua orang-orang, > termasuk WNI keturunan Tionghoa. > > 7.Menarik untuk dicatat/diketahui, bahwa dalam buku "KESATRIA BANGSA : > Perjalanan Hati dan Karir Seorang Prajurit Laut" tulisan Laksamana Madya > SUMITRO hal. 135 ada catatan sebagai berikut : > > "Bukankah merupakan perintah Allah SWT pula bahwa janganlah satu kaum > mengolok-olok kaum ya