[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Peristiwa Mandor terkait dengan upaya pendudukan Jepang ke kawasan Asia Tenggara dan pembantaian yang dilakukan bala tentara Jepang terhadap upaya perlawanan kaki tiga antara kalangan Melayu, Tionghoa dan Dayak (Belanda dan Inggris sudah sangat terdesak dan kabur/menyerah duluan; kalangan Kesultanan Melayu di Kalimantan Barat juga terpecah, sebagian malah perkolaborasi dengan Jepang dengan pertimbangan bahwa Jepang bisa mengembalikan kekuasaan politik mereka baik secara geografi maupun terhadap hak pertuanan; baca dokumen-dokumen yang disita sewaktu kekalahan Jepang tahun 1945). Monumen ini untungnya bisa didirikan selepas perang kemerdekaan, apalagi peran Sultan Pontianak tersebut dengan memberikan pengakuan penyatuannya kepada pemerintah Republik Indonesia segera setelah Proklamasi Kemerdekaan(yang saat itu juga ditentang sebagian keluarga sejumlah kesultanan, sebelum akhirnya diadakan pembicaraan, lalu terjadinya BFO di bawah kendali "boneka" Belanda dan akhirnya kemenangan politik Soekarno untuk membentuk Negara Kesatuan). Tapi itu kontras sekali dengan monumen Lanfang yang diabaikan oleh para "penguasa wilayah" di seputaran Kalimantan Barat, dan enclaving besar-besaran yang didukung pemerintah Soeharto dan panglima militer pada kisaran tahun 1967 atas dalih PGRS/Paraku yang sebenarnya adalah proyek Ganyang Nekolim dari Soekarno (resmi kebijakan negara). Jadi yang membela pimpinan sah negeri Indonesia pada saat itu siapa? Itu ironinya, merasa didukung dan bahkan "diprovokasi" Presiden Soekarno untuk melawan kolonialisme dan imperialisme, ujung-ujungnya dikorbankan juga dan menjadi biang kerok yang dicapkan oleh Presiden Soeharto sehingga menimbulkan korban besar di kalangan Tionghoa pada umumnya. Meneliti hakekat tiap perkara, menggali kebenaran, itulah tugas seorang Budiman. Suma Mihardja --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ivan" wrote: > > Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi > peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi > korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana > peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan > terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati > atau mengenang. > > Salam damai, > > IT. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_yahya@ wrote: > > > > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam. > > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang > > australia beberapa waktu lalu. > > > > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka > > memperingati dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut. > > > > Bukan menyembah tugu lo. > > Tapi sebagai simbol saja > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > > Teruuusss...! > > > > -----Original Message- > > From: "David Kwa" > > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 > > To: > > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG > > CINA > > > > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng > > Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni > > Kelenteng Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya > > berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya > > bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak > > orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... > > > > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak > > menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, > > terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? > > > > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. > > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang > > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), > > pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari > > Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote: > > > > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan > > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? > > > > -Original Message- > > From: Ong Bun > Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 > > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN > > ORANG CINA > > > > wah... > > setuju 100%!!! > > kalau sampai
[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Salah dong. Kalau mau masukin sinci, bukan di Tan Seng Ong Bio. Sincinya diletakkan di dekat daerah situ juga, di Chenshi Zongci (kelenteng leluhur/kelenteng untuk kerabat dengan marga Tan) di Pinangsia III. Kalau yang Tan Seng Ong lebih tepatnya untuk penghormatan kepada "tokoh" pelindung marga Tan, khususnya yang berasal dari Hokkian. Tan Seng Ong juga diakui sebagai pejabat yang membuka daerah Selatan (Tenggara) Tiongkok, sehingga banyak juga marga lain dari Hokkian Ciangciu yang memberi hormat kepadanya. Btw, saya sering menjadi rombongan Gus Dur ke sejumlah acara. Dari omong-omong saya sendiri dengan GD dan sejumlah rekan dekatnya, terus terang GD sebenarnya lebih bicara untuk memberikan kepercayaan diri kepada sejumlah kalangan (ceritanya banyak dan seringkali mengundang tawa bagi yang kenal tabiat asli GD). GD juga pernah mengklaim diri sebagai marga Ui (Oei, Huang)di beberapa kesempatan dan menurut rekan saya, terkadang menyebut sejumlah marga yang lain (dan bagi kalangan lain adalah mengaku turunan dari sesepuh yang dihormati di wilayah itu). Maaf, saya tidak mau bicara panjang dulu mengenai topik-topik cerita GD mengenai "marga" dirinya, karena bukan itu esensinya. GD senang memberikan dukungan spontan dan solidaritas yang tinggi. Kapan diperlukan, cerita-ceritanya baru akan saya buka. Apapun itu, saya memberikan penghormatan yang tinggi kepada GD karena sikap inertnya untuk melawan diskriminasi, dan kesetiannya untuk mengawal solidaritas kemanusiaan. Saya sendiri pernah didaulat dan memimpin Komite Anti Diskriminasi Indonesia yang waktu itu mengawal sejumlah UU dan peraturan hukum baru, mulai dari penghapusan pelarangan budaya "Cina" (yaaa, judulnya begitu sih oleh Orba Soeharto tahun 1967), perayaan Sincia, dsb hingga ke UU kewarganegaraan, UU Administrasi Kependudukan dan Penghapusan Diskriminasi (yang belakangan tereduksi kembali menjadi hanya Ras dan Etnis). Sayangnya kejatuhan GD mempengaruhi juga upaya menghapus diskriminasi total kepada sejumlah kelompok belaan saya (adat, penghayat, etnis, agama, status sosial, penyandang perbedaan kemampuan [maaf:cacad], dsb). Itulah kenangan beratnya perjuangan bersama GD dan rekan-rekan yang lain. Yang pasti dalam hal ini, kalau mau dihubungkan dengan penghormatan kepada GD, saya tidak mau terbawa kepada "marga" apakah GD. GD boleh dianggap sebagai guru bangsa dan sekaligus juga "Bapak anti diskriminasi, pluralitas, mulstikulturalisme, dsb" dan otomatis juga "Bapak pelindung kalangan minoritas, pelindung kalangan Tionghoa, dsb" tentunya tanpa ditafsirkan menjadi pelindung "penjahat, kroruptor, pemerkosa yang kebetulan beretnis Tionghoa" (sengaja saya tulis ini karena saya sebal melihat ada yang suka memleset-mlesetkan istilah). Jadi dalam hal ini, kalau mau diadakan pendoaan GD secara Tionghoa, saya pikir terbuka untuk setiap marga, dan setiap marga berhak mengaku GD sebagai bapak pelindungnya juga. Btw, kalau miliser BT juga mau mengadakan doa bersama 40 hari-an GD, boleh juga dilakukan (di mana?). Akan lebih elok apabila bisa dilakukan secara ritual budaya Tionghoa (tanpa adanya unsur yang terlalu dominan dari kelompok agama manapun) untuk menunjukkan toleransi GD yang sangat tinggi terhadap semua golongan. Dua hari kemarin, saya menyaksikan sendiri bagaimana dua majelis agama "berebut" mendoakan arwah Ayah dari teman saya dan berceramah panjang lebar ke keluarga (Ayahnya aja enggak kayak begitu), padahal si Ayah tersebut adalah orang tradisionalis (Ru-Tao atau setidaknya agama rakyat). Dari pengalaman mutakhir itu, kita pakai saja metode umum hidangan samseng (tapi yang satu itu diganti sapi aja), sayuran, buah, kue, hio merah, lilin merah (usia 61 ke atas), dsb, tanpa menjadikannya syirik dalam pandangan tradisionalis (masih mirip dengan tradisi NU). Ritualnya hormat kepada orang tua (empat lambaian), bisa juga dilakukan dengan dua kali kui (berlutut) dengan masing-masing empat pai (soja). Kalau mau ke tempat GD baik di Jombang ataupun di Ciganjur, mungkin tempatnya sulit untuk diadakan ritual Tionghoa dan tentunya juga akan lebih elok kalau diisi tahlilan ala NU. Dalam kematian, rasa sedihlah yang utama. Suma Mihardja --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa" wrote: > > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne > Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng > Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang > yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan > negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja > oleh umatnya, tetap oleh semua... > > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah > Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi > masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? > > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa.
[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Biarlah yang menyembah tetap menyembah... Biarlah yang membuat tugu membuat tugu... Biarlah yang melakukan bukankah esensinya tetap MENGHORMATI.. budaya penghormatan tiap agama dan budaya adalah milik masing2 btw, mohon informasi.. Bukankah yg masuk 'Altar leluhur marga' mengikuti 'she'dari pihak laki2?(menurut budaya yang saya ketahui selama ini) Apakah Raden Brawidjaja V adalah orang tionghua juga?! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ivan" wrote: > > Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi > peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi > korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana > peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan > terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati > atau mengenang. > > Salam damai, > > IT. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_yahya@ wrote: > > > > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam. > > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang > > australia beberapa waktu lalu. > > > > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka > > memperingati dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut. > > > > Bukan menyembah tugu lo. > > Tapi sebagai simbol saja > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > > Teruuusss...! > > > > -----Original Message- > > From: "David Kwa" > > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 > > To: > > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG > > CINA > > > > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng > > Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni > > Kelenteng Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya > > berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya > > bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak > > orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... > > > > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak > > menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, > > terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? > > > > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. > > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang > > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), > > pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari > > Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote: > > > > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan > > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? > > > > -Original Message- > > From: Ong Bun > Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 > > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN > > ORANG CINA > > > > wah... > > setuju 100%!!! > > kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. > > almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa. > > > > zhoufy@ wrote: > > > > Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong > > organisasi Tionghoa semacam INTI utk membangunnya! > > Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng > > caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa > > terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi > > pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 > > berjasa. > > >
Bls: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
bro ivan , bisa cerita dikit tentang peristiwa mandor, dan dimana lokasitugunya? --- Pada Jum, 1/1/10, Ivan menulis: Dari: Ivan Judul: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 1 Januari, 2010, 8:31 PM Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati atau mengenang. Salam damai, IT. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, jackson_yahya@ ... wrote: > > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam. > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang > australia beberapa waktu lalu. > > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati > dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut. > > Bukan menyembah tugu lo. > Tapi sebagai simbol saja > Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss... ! > > -Original Message- > From: "David Kwa" > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 > To: > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG > CINA > > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne > Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng > Tan Seng Ong Bio ���}���R. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang > yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan > negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja > oleh umatnya, tetap oleh semua... > > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah > Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi > masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? > > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri > Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri > Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, agoeng_set@ wrote: > > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? > > -Original Message- > From: Ong Bun Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 > To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN > ORANG CINA > > wah... > setuju 100%!!! > kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. > almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa. > > zhoufy@ wrote: > > Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong organisasi > Tionghoa semacam INTI utk membangunnya! > Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng > caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa > terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi > pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 > berjasa. > Apakah demonstrasi & turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati atau mengenang. Salam damai, IT. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote: > > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam. > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang > australia beberapa waktu lalu. > > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati > dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut. > > Bukan menyembah tugu lo. > Tapi sebagai simbol saja > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message- > From: "David Kwa" > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 > To: > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG > CINA > > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne > Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng > Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang > yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan > negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja > oleh umatnya, tetap oleh semua... > > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah > Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi > masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? > > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri > Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri > Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote: > > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? > > -Original Message- > From: Ong Bun Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 > To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN > ORANG CINA > > wah... > setuju 100%!!! > kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. > almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa. > > zhoufy@ wrote: > > Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong organisasi > Tionghoa semacam INTI utk membangunnya! > Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng > caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa > terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi > pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 > berjasa. >
Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam. Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang australia beberapa waktu lalu. Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut. Bukan menyembah tugu lo. Tapi sebagai simbol saja Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "David Kwa" Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng Tan Seng Ong Bio ê�Â}Íõ�R. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote: Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? -Original Message- From: Ong Bun
[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not? "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V." --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote: Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? -Original Message- From: Ong Bun
Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Gus dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak? -Original Message- From: Ong Bun Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALAN ORANG CINA wah... setuju 100%!!! kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa zho...@yahoo.com wrote: > > > Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong > organisasi Tionghoa semacam INTI utk membangunnya! > Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng > caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini > bisa terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus > memberi pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, > tapi tokoh2 berjasa. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT