[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-03 Terurut Topik sumamihardja
Peristiwa Mandor terkait dengan upaya pendudukan Jepang ke kawasan Asia 
Tenggara dan pembantaian yang dilakukan bala tentara Jepang terhadap upaya 
perlawanan kaki tiga antara kalangan Melayu, Tionghoa dan Dayak (Belanda dan 
Inggris sudah sangat terdesak dan kabur/menyerah duluan; kalangan Kesultanan 
Melayu di Kalimantan Barat juga terpecah, sebagian malah perkolaborasi dengan 
Jepang dengan pertimbangan bahwa Jepang bisa mengembalikan kekuasaan politik 
mereka baik secara geografi maupun terhadap hak pertuanan; baca dokumen-dokumen 
yang disita sewaktu kekalahan Jepang tahun 1945). 

Monumen ini untungnya bisa didirikan selepas perang kemerdekaan, apalagi peran 
Sultan Pontianak tersebut dengan memberikan pengakuan penyatuannya kepada 
pemerintah Republik Indonesia segera setelah Proklamasi Kemerdekaan(yang saat 
itu juga ditentang sebagian keluarga sejumlah kesultanan, sebelum akhirnya 
diadakan pembicaraan, lalu terjadinya BFO di bawah kendali "boneka" Belanda dan 
akhirnya kemenangan politik Soekarno untuk membentuk Negara Kesatuan).

Tapi itu kontras sekali dengan monumen Lanfang yang diabaikan oleh para 
"penguasa wilayah" di seputaran Kalimantan Barat, dan enclaving besar-besaran 
yang didukung pemerintah Soeharto dan panglima militer pada kisaran tahun 1967 
atas dalih PGRS/Paraku yang sebenarnya adalah proyek Ganyang Nekolim dari 
Soekarno (resmi kebijakan negara). Jadi yang membela pimpinan sah negeri 
Indonesia pada saat itu siapa? Itu ironinya, merasa didukung dan bahkan 
"diprovokasi" Presiden Soekarno untuk melawan kolonialisme dan imperialisme, 
ujung-ujungnya dikorbankan juga dan menjadi biang kerok yang dicapkan oleh 
Presiden Soeharto sehingga menimbulkan korban besar di kalangan Tionghoa pada 
umumnya.

Meneliti hakekat tiap perkara, menggali kebenaran, itulah tugas seorang Budiman.


Suma Mihardja





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ivan"  wrote:
>
> Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi 
> peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi 
> korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana 
> peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan 
> terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati 
> atau mengenang.
> 
> Salam damai,
> 
> IT.
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_yahya@ wrote:
> >
> > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam.
> > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang 
> > australia beberapa waktu lalu. 
> > 
> > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka 
> > memperingati dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut.
> > 
> > Bukan menyembah tugu lo.
> > Tapi sebagai simbol saja
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> > Teruuusss...!
> > 
> > -----Original Message-
> > From: "David Kwa" 
> > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 
> > To: 
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG 
> > CINA
> > 
> > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng 
> > Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni 
> > Kelenteng Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya 
> > berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya 
> > bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak 
> > orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... 
> > 
> > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak 
> > menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, 
> > terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?
> > 
> > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
> > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
> > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), 
> > pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari 
> > Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."
> > 
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
> > 
> > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
> > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?
> > 
> > -Original Message-
> > From: Ong Bun  > Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 
> > To:  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN 
> > ORANG CINA
> > 
> > wah...
> > setuju 100%!!!
> > kalau sampai

[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-03 Terurut Topik sumamihardja
Salah dong. Kalau mau masukin sinci, bukan di Tan Seng Ong Bio. Sincinya 
diletakkan di dekat daerah situ juga, di Chenshi Zongci (kelenteng 
leluhur/kelenteng untuk kerabat dengan marga Tan) di Pinangsia III. Kalau yang 
Tan Seng Ong lebih tepatnya untuk penghormatan kepada "tokoh" pelindung marga 
Tan, khususnya yang berasal dari Hokkian. Tan Seng Ong juga diakui sebagai 
pejabat yang membuka daerah Selatan (Tenggara) Tiongkok, sehingga banyak juga 
marga lain dari Hokkian Ciangciu yang memberi hormat kepadanya.

Btw, saya sering menjadi rombongan Gus Dur ke sejumlah acara. Dari omong-omong 
saya sendiri dengan GD dan sejumlah rekan dekatnya, terus terang GD sebenarnya 
lebih bicara untuk memberikan kepercayaan diri kepada sejumlah kalangan 
(ceritanya banyak dan seringkali mengundang tawa bagi yang kenal tabiat asli 
GD). 

GD juga pernah mengklaim diri sebagai marga Ui (Oei, Huang)di beberapa 
kesempatan dan menurut rekan saya, terkadang menyebut sejumlah marga yang lain 
(dan bagi kalangan lain adalah mengaku turunan dari sesepuh yang dihormati di 
wilayah itu). Maaf, saya tidak mau bicara panjang dulu mengenai topik-topik 
cerita GD mengenai "marga" dirinya, karena bukan itu esensinya. GD senang 
memberikan dukungan spontan dan solidaritas yang tinggi. Kapan diperlukan, 
cerita-ceritanya baru akan saya buka. 

Apapun itu, saya memberikan penghormatan yang tinggi kepada GD karena sikap 
inertnya untuk melawan diskriminasi, dan kesetiannya untuk mengawal solidaritas 
kemanusiaan. Saya sendiri pernah didaulat dan memimpin Komite Anti Diskriminasi 
Indonesia yang waktu itu mengawal sejumlah UU dan peraturan hukum baru, mulai 
dari penghapusan pelarangan budaya "Cina" (yaaa, judulnya begitu sih oleh Orba 
Soeharto tahun 1967), perayaan Sincia, dsb hingga ke UU kewarganegaraan, UU 
Administrasi Kependudukan dan Penghapusan Diskriminasi (yang belakangan 
tereduksi kembali menjadi hanya Ras dan Etnis). Sayangnya kejatuhan GD 
mempengaruhi juga upaya menghapus diskriminasi total kepada sejumlah kelompok 
belaan saya (adat, penghayat, etnis, agama, status sosial, penyandang perbedaan 
kemampuan [maaf:cacad], dsb). Itulah kenangan beratnya perjuangan bersama GD 
dan rekan-rekan yang lain.

Yang pasti dalam hal ini, kalau mau dihubungkan dengan penghormatan kepada GD, 
saya tidak mau terbawa kepada "marga" apakah GD. GD boleh dianggap sebagai guru 
bangsa dan sekaligus juga "Bapak anti diskriminasi, pluralitas, 
mulstikulturalisme, dsb" dan otomatis juga "Bapak pelindung kalangan minoritas, 
pelindung kalangan Tionghoa, dsb" tentunya tanpa ditafsirkan menjadi pelindung 
"penjahat, kroruptor, pemerkosa yang kebetulan beretnis Tionghoa" (sengaja saya 
tulis ini karena saya sebal melihat ada yang suka memleset-mlesetkan istilah).

Jadi dalam hal ini, kalau mau diadakan pendoaan GD secara Tionghoa, saya pikir 
terbuka untuk setiap marga, dan setiap marga berhak mengaku GD sebagai bapak 
pelindungnya juga. Btw, kalau miliser BT juga mau mengadakan doa bersama 40 
hari-an GD, boleh juga dilakukan (di mana?). Akan lebih elok apabila bisa 
dilakukan secara ritual budaya Tionghoa (tanpa adanya unsur yang terlalu 
dominan dari kelompok agama manapun) untuk menunjukkan toleransi GD yang sangat 
tinggi terhadap semua golongan. Dua hari kemarin, saya menyaksikan sendiri 
bagaimana dua majelis agama "berebut" mendoakan arwah Ayah dari teman saya dan 
berceramah panjang lebar ke keluarga (Ayahnya aja enggak kayak begitu), padahal 
si Ayah tersebut adalah orang tradisionalis (Ru-Tao atau setidaknya agama 
rakyat). Dari pengalaman mutakhir itu, kita pakai saja metode umum hidangan 
samseng (tapi yang satu itu diganti sapi aja), sayuran, buah, kue, hio merah, 
lilin merah (usia 61 ke atas), dsb, tanpa menjadikannya syirik dalam pandangan 
tradisionalis (masih mirip dengan tradisi NU). Ritualnya hormat kepada orang 
tua (empat lambaian), bisa juga dilakukan dengan dua kali kui (berlutut) dengan 
masing-masing empat pai (soja). Kalau mau ke tempat GD baik di Jombang ataupun 
di Ciganjur, mungkin tempatnya sulit untuk diadakan ritual Tionghoa dan 
tentunya juga akan lebih elok kalau diisi tahlilan ala NU.

Dalam kematian, rasa sedihlah yang utama.


Suma Mihardja






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa"  wrote:
>
> Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne 
> Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng 
> Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang 
> yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan 
> negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja 
> oleh umatnya, tetap oleh semua... 
> 
> Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah 
> Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi 
> masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?
> 
> "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 

[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik iie_siang
Biarlah yang menyembah tetap menyembah...
Biarlah yang membuat tugu membuat tugu...
Biarlah yang melakukan

bukankah esensinya tetap MENGHORMATI..
budaya penghormatan tiap agama dan budaya adalah milik masing2

btw,
mohon informasi.. 
Bukankah yg masuk 'Altar leluhur marga' mengikuti 'she'dari pihak 
laki2?(menurut budaya yang saya ketahui selama ini)

Apakah Raden Brawidjaja V adalah orang tionghua juga?!

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ivan"  wrote:
>
> Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi 
> peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi 
> korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana 
> peringatan sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan 
> terlupakan. Memang benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati 
> atau mengenang.
> 
> Salam damai,
> 
> IT.
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_yahya@ wrote:
> >
> > Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam.
> > Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang 
> > australia beberapa waktu lalu. 
> > 
> > Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka 
> > memperingati dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut.
> > 
> > Bukan menyembah tugu lo.
> > Tapi sebagai simbol saja
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> > Teruuusss...!
> > 
> > -----Original Message-
> > From: "David Kwa" 
> > Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 
> > To: 
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG 
> > CINA
> > 
> > Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng 
> > Sne Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni 
> > Kelenteng Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya 
> > berbangga ada orang yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya 
> > bagi bangsa dan negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak 
> > orang, tidak saja oleh umatnya, tetap oleh semua... 
> > 
> > Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak 
> > menyembah Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, 
> > terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?
> > 
> > "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
> > Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
> > menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), 
> > pendiri Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari 
> > Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."
> > 
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
> > 
> > Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
> > marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?
> > 
> > -Original Message-
> > From: Ong Bun  > Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 
> > To:  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN 
> > ORANG CINA
> > 
> > wah...
> > setuju 100%!!!
> > kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. 
> > almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa.
> > 
> > zhoufy@ wrote:
> > 
> > Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong 
> > organisasi Tionghoa semacam INTI utk membangunnya!
> > Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng 
> > caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa 
> > terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi 
> > pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 
> > berjasa.
> >
>




Bls: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik Hung wicaksana
bro ivan , bisa cerita dikit tentang peristiwa mandor, dan dimana lokasitugunya?

--- Pada Jum, 1/1/10, Ivan  menulis:

Dari: Ivan 
Judul: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 1 Januari, 2010, 8:31 PM







 



  



  
  
  Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan 
bagi peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi 
korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana peringatan 
sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan terlupakan. Memang 
benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati atau mengenang.



Salam damai,



IT.



--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, jackson_yahya@ ... wrote:

>

> Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam.

> Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang 
> australia beberapa waktu lalu. 

> 

> Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati 
> dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut.

> 

> Bukan menyembah tugu lo.

> Tapi sebagai simbol saja

> Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss... !

> 

> -Original Message-

> From: "David Kwa" 

> Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 

> To: 

> Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG 
> CINA

> 

> Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne 
> Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng 
> Tan Seng Ong Bio ���}���R. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang 
> yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan 
> negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja 
> oleh umatnya, tetap oleh semua... 

> 

> Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah 
> Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi 
> masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?

> 

> "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
> Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
> menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri 
> Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri 
> Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."

> 

> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, agoeng_set@ wrote:

> 

> Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
> marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?

> 

> -Original Message-

> From: Ong Bun  Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 

> To:  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN 
> ORANG CINA

> 

> wah...

> setuju 100%!!!

> kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. 
> almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa.

> 

> zhoufy@ wrote:

> 

> Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong organisasi 
> Tionghoa semacam INTI utk membangunnya!

> Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng 
> caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa 
> terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi 
> pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 
> berjasa.

>






 





 



  






  Apakah demonstrasi & turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik Ivan
Jangan lupa pula. Sultan Hamid II juga ikut meresmikan tugu peringatan bagi 
peristiwa pembantaian di Mandor, dimana banyak etnis Tionghua yang menjadi 
korbannya. Membangun tugu memang sangat baik sekali, sebagai wahana peringatan 
sejarah. Dengan demikian suatu tokoh atau peristiwa tak akan terlupakan. Memang 
benar bahwa esensi menyembah berbeda dengan menghormati atau mengenang.

Salam damai,

IT.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote:
>
> Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam.
> Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang 
> australia beberapa waktu lalu. 
> 
> Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati 
> dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut.
> 
> Bukan menyembah tugu lo.
> Tapi sebagai simbol saja
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss...!
> 
> -Original Message-
> From: "David Kwa" 
> Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 
> To: 
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG 
> CINA
> 
> Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne 
> Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng 
> Tan Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang 
> yang kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan 
> negara kita ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja 
> oleh umatnya, tetap oleh semua... 
> 
> Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah 
> Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi 
> masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?
> 
> "Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
> Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
> menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri 
> Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri 
> Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
> 
> Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
> marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?
> 
> -Original Message-
> From: Ong Bun  Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 
> To:  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur: BERI JALAN 
> ORANG CINA
> 
> wah...
> setuju 100%!!!
> kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe. 
> almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa.
> 
> zhoufy@ wrote:
> 
> Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong organisasi 
> Tionghoa semacam INTI utk membangunnya!
> Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng 
> caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini bisa 
> terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus memberi 
> pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan, tapi tokoh2 
> berjasa.
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik jackson_yahya
Aku ngerti. Maksudnya kalau di barat itu seperti bangun tugu memoriam.
Contoh seperti korban ledakan bom bali yang banyak makan korban orang australia 
beberapa waktu lalu. 

Bule2nya membuat tugu peringatan dan setiap tahun sekali mereka memperingati 
dengan berdoa, taruh bunga di tugu tersebut.

Bukan menyembah tugu lo.
Tapi sebagai simbol saja
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: "David Kwa" 
Date: Fri, 01 Jan 2010 09:29:50 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne 
Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng Tan 
Seng Ong Bio ê�Â}Íõ�R. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang yang 
kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan negara kita 
ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja oleh umatnya, 
tetap oleh semua... 

Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah 
Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi 
masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?

"Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri 
Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, 
puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote:

Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?

-Original Message-
From: Ong Bun 

[budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik David Kwa
Kalu begitu sinci Gus Dur mesti masuk altar leluhur sne Tan di Kelenteng Sne 
Tan. Di Jakarta ada satu di Jln Blandongan, Jakarta Barat, yakni Kelenteng Tan 
Seng Ong Bio êÂ}ÍõR. Orang-orang sne Tan semestinya berbangga ada orang yang 
kakek-moyangnya sne Tan, yang begitu besar jasanya bagi bangsa dan negara kita 
ini. Yang kematiannya ditangisi begitu banyak orang, tidak saja oleh umatnya, 
tetap oleh semua... 

Sebagaimana kita tahu, karena sudah sering dibicarakan, kita tidak menyembah 
Gus Dur, tetapi menghormatinya sebagai tokoh yang berjasa, terutama bagi 
masyarakat Tionghoa Indonesia. So, why not?

"Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. 
Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang 
menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri 
Kesultanan Demak.Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, 
puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V."

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_...@... wrote:

Gus Dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?

-Original Message-
From: Ong Bun 

Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALANORANG CINA

2010-01-01 Terurut Topik agoeng_set
Gus dur pernah ngaku keturunan marga Tan klo gak salah, gimana perkumpulan 
marga Tan? Bisa masuk ke altar leluhur marga Tan gak?
-Original Message-
From: Ong Bun 
Date: Fri, 01 Jan 2010 13:37:25 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Kenangan pemikiran Gus Dur : BERI JALAN
 ORANG CINA

wah...
setuju 100%!!!
kalau sampai nggak kesampaian ya saya bikin sendiri di rumah hehehehehe
almarhum Gus Dur adalah benar-benar pahlawan bangsa

zho...@yahoo.com wrote:
> 
> 
> Kuil peringatan buat Gus Dur? Mengapa tidak? Kita bisa menndorong
> organisasi Tionghoa semacam INTI utk membangunnya!
> Nantinya, orang Tionghoa boleh menghormati dng dupa, umat Islam ya dng
> caranya sendiri, umat kristen mao pakai tanda salib silahkan. Jika ini
> bisa terjadi, saya kira Gus Dur akan sangat gembira! Ini sekaligus
> memberi pelajaran ke masyarakat: yg disembah di klenteng bukan setan,
> tapi tokoh2 berjasa.
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT