Re: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-21 Terurut Topik skalaras



yah benar, saya sendiri yang tidak ganti nama merasakan tekanan
lingkungan. untung saja saya dari SMP saya sekolah di swasta yang
mayoritas Tionghoa, tekanan sedikit berkurang. dan setelah lulus juga
bekerja sendiri, proyeknya hanya berhubungan dng swasta.

tapi saat saya ikut kegiatan extra campus, saya sempat merasakan sorotan
mata orang2 yang aneh setiap nama saya disebut, karena bagaimanapun yang
tdk ganti nama adalah minoritas.

ZFy


> Saya jadi nimbrung lagi,e
> Masalah ganti nama semua orang sudah tahu, mengapa,
> untuk apa, siapa yang mengharuskan, siapa yang merasa
> ganti sendiri dll.
> Sebetulnya dari diskusi sudah kelihatan, kapan
> peraturan dibuat, siapa penganjurnya, lalu untuk apa
> ada sumpah setia kalau bukan "paksaan"?
> Hanya sayang sering dalam milis ini masalah yang sudah
> semua sepakat, kecuali satu dua orang, lalu dipelintir
> sehingga menjadi debat kusir.
> Bagi yang suka ganti nama, peraturan ganti nama tak
> terasa apa-apa, tapi bagi yang tidak rela ganti nama
> tapi terpaksa karena lingkungan mengancam, itu sudah
> pelanggaran hak azasi manusia yang paling dasar.
> Muncul lagi komentar, siapa yang maksa, kalau presiden
> yang maksa kenapa tidak diajukan kepangadilan? Orang
> demikian sebenarnya sudah merasa kalah dalam debat
> hanya ingin berputar-putar saja. Coba siapa yang bisa






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-20 Terurut Topik liang u



Saya jadi nimbrung lagi,
Masalah ganti nama semua orang sudah tahu, mengapa,
untuk apa, siapa yang mengharuskan, siapa yang merasa
ganti sendiri dll.
Sebetulnya dari diskusi sudah kelihatan, kapan
peraturan dibuat, siapa penganjurnya, lalu untuk apa
ada sumpah setia kalau bukan "paksaan"? 
Hanya sayang sering dalam milis ini masalah yang sudah
semua sepakat, kecuali satu dua orang, lalu dipelintir
sehingga menjadi debat kusir.
Bagi yang suka ganti nama, peraturan ganti nama tak
terasa apa-apa, tapi bagi yang tidak rela ganti nama
tapi terpaksa karena lingkungan mengancam, itu sudah
pelanggaran hak azasi manusia yang paling dasar.
Muncul lagi komentar, siapa yang maksa, kalau presiden
yang maksa kenapa tidak diajukan kepangadilan? Orang
demikian sebenarnya sudah merasa kalah dalam debat
hanya ingin berputar-putar saja. Coba siapa yang bisa
mengadili Suharto? Apalagi masalah ganti nama, masalah
pembantaian manusia saja tidak mampu dituntut. Masalah
korupsi saja tidak dituntut. Sudah dituntut dihapus
lagi dengan alasan kesehatan dll. 
Dik Marthajan benar, yang tidak kita lupakan adalah
pelanggaran HAMnya, pelanggaran demikian sudah harus
lenyap siapapun yang menjadi presiden negara ini.
Bila kita masih senang berputar-putar untuk debat
kusir, saya jamin kita tak akan pernah maju.
Bagi yang terpaksa ganti nama, gantilah kembali
sekarang, minimal dari anak yang baru lahir. Yang
sudah terlanjur sulit, sebab nanti harus ada surat
ganti nama lagi, perizinan bisnis harus diganti, KTP
diganti, paspor diganti dsb. Itu semua uang. Kalau
anda merasa masih takut, risi atau ngeri, kembalikan
dulu sne(marga, baca se dengan bunyi sengau) untuk
keturunan anda. Nama pemberian orang tua, sne adalah
warisan leluhur, sne hilnag berarti keturunan putus.
Kalau binatang piaraan saja, ada silsilahnya, mengapa
manusia Tionghoa harus putus silsilah. Kalau Tionghoa
Amerika yang sudah turun temurun di US sana pada
pulang ke RRT mencari di mana asal leluhurnya. Masa
Tionghoa Indonesia berasal dari mana saja tidak kita
ketahui. Inilah perlunya budaya, budaya Tionghoa.
Ketika saya bekerja di Jakarta saya merekrut seorang
engineer lulusan USA yang Tionghoa, saya dipanggil bos
dan ditegur mengapa merekrut Tionghoa?
Saya bawa setumpuk lamaran ada sekitar 10 orang. Semua
lulusan US karena memang big boss menghendaki sarjana
dari sana agar tidak ada kesulitan dengan bahasa
Inggeris. Di sana yang non Tionghoa semua anak pejabat
tinggi, akan maukah ia kerja siang malam menangani
dapur logam yang bertemperatur tinggi? Karenanya saya
ambil yang Tionghoa, nilai bagus, universitasnya
bagus, anak keluarga pas-pasan, hasil psikotest dari
SDM dialah yang terbaik.
Celakanya, ketika diinterview boss saya bertanya, kamu
anti Indonesia yah? Ia terperanjat, demikian juga saya
yang menjadi pendamping boss. Mengapa ia ditanya
begitu, tentu karena tidak ganti nama!!!
Bagaimana rasanya dia? Saya paksakan terima dia
meskipun boss tak senang, karena saya butuh pembantu
yang handal, dan tindakan saya dibenarkan oleh big
boss yang orang Amerika itu. Tapi.? Hubungan
saya dengan boss sendiri menjadi problem, dan tahun
itu tidak ada kenaikan gaji bagi saya, boss bilang,
meskipun prestasi kamu baik, tapi kamu menentang
keputusan saya, tahun ini tak ada adjusment
Kalau masih ada yang ngotot ganti nama tak dipaksa,
juga bukan terpaksa, silahkan saja, kita yang merasa
terpaksa, termasuk saya, mempunyai hak berpendapat
lain dan harus mencoba mengeliminir pengaruh
negatifnya minimal di keluarga masing-masing. 
"Manusia yang kehilangan budaya akan sangat berbahaya"
kata Lee Kuan Yew. 
Manusia demikianlah yang hanya tahu uang, uang, dan
uang. Kalau kita ingin orang Tionghoa tidak digiring
ke arah ini, biarkanlah kita menghidupkan kembali
budaya kita.





--- marthajan04 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ikut nimbrung juga ya,
> Saya rasa, yang Kenken masalahkan itu pelanggaran
> HAM-nya bukan 
> balas dendamnya.  Memang pada waktu itu banyak juga
> yang merasa 
> enggak suka. 
> Dibilang dipaksa ya enggak,  tapi dibilang sukarela
> ya enggak juga.
> Dulu banyak yang enggak mau ganti nama, sampai
> ber-tahun2 orang 
> tenang2saja. Sampai suatu saat, mungkin pemerintah
> merasa imbauannya 
> dicuekin orang, jadi mulai mengadakan pembatasan2
> kemudahan bagi 
> tionghoa2 yang enggak mau ganti nama.
> Masuk sekolah sulit. Yang udah ada disekolah itu
> dengan nama 
> tionghoanya, diancam enggak boleh ikut ujian, dsb. 
> Yang mau buka usaha apa lagi. Jangan harap keluar
> surat2 ijinnya 
> dengan 3 nama itu.  
> Nah dengan menghilangkan kemudahan2 ini, apa
> bukannya paksaan 
> terselubung? Dan yang namanya paksaan itu kan juga
> pelanggaran HAM.
> 
> Kalo ada nama2 beken seperti YapThiam Hien, Soe Hok
> Gie dll., enggak 
> ganti nama ya enggak apa2, wong bukan dia yang butuh
> kerjaan tapi 
> kerjaan yang butuhin dia.
> Ini, bagi orang2 biasa yang kayak gue ini, memang
> dipaksa kok.
> Belum lagi kalo ganti namanya dikota kecil yang
> pejabatnya ndeso. 
> Ganti nama harus 

RE: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-19 Terurut Topik richardwu9



Shakespeare's Quote: "What's in a name? That which we call a rose
By any other word would smell as sweet."

Best,

Richard


Ah, sudahlah. Saya pribadi benar2 sudah muak dengan diskusi yang 
mutar-mutar ini. Sepertinya pembahasannya sangat mendalam, namun kalau 
ditilik, itu cuma berputar di situ2 saja. Kayaknya yang disinggung di 
sini sudah pernah disinggung sebelumnya dan jauh sebelumnya.

Saya sudah katakan bahwa pemaksaan atau bukan, politisir masalah ini 
sudah harus dihentikan. Kalau peduli sama Indonesia, atau Tionghoa 
Indonesia, masih banyak pr yang lebih mendesak untuk diperhatikan, 
pengentasan kemiskinan misalnya. Kalau bisa bikin kenyang perut orang, 
saya rela saja berdiskusi 8 jam sehari dengan mengorbankan waktu 
istirahat saya.

Bila sangat concern akan masalah ini, mohon diajukanlah petisi ke 
instansi bersangkutan supaya peraturan bersangkutan dicabut. Bila sangat 
concern, yah ubah kembali dong itu nama menjadi nama Tionghoa. Tidak 
usah malah tanpa sadar melakukan "penghimbauan" untuk kembali menyandang 
nama Tionghoa. Punya nama Tionghoa akan menjadikan orang tambah 
Tionghoa-kah? Saya kenal banyak orang dengan nama non-Tionghoa, yang 
tidak berparas Tionghoa, dari suku non-Tionghoa yang malah lebih concern 
akan kelangsungan kebudayaan Tionghoa di Indonesia lewat jalan yang 
lebih konkrit. Melakukan liputan2 sejarah kelenteng2 di seluruh Jawa 
misalnya, itu suku Jawa yang bikin itu liputan dan kirim VCD-nya ke 
saya. Sampai malu saya kalau kelenteng2 Tionghoa itu harus diperhatikan 
oleh orang non-Tionghoa.

Terus, banyak pula anggota2 non-Tionghoa di milis ini yang malah lebih 
fasih peribahasa Tionghoa. Apalah arti sebuah nama.

Diskriminasi ada di mana2 sebenarnya, walau di negara se-demokratis 
apapun. Saya sendiri tidak mendukung peraturan yang notabene sangat 
absurd itu, yang mana mengharuskan orang jangan bernama Tionghoa. Mau 
bernama Amerika, Itali, Antartika, Mars, Venus boleh saja, asalkan 
jangan Tionghoa. Tapi, berkoar2 di milis ini apa gunanya? Kalau mau demo 
saja ke DPR? Lakukan sesuatu yang konkrit. Jangan cuma bisa bicara. Saya 
sendiri, untuk sementara ini tak dapat melakukan apa2, sehingga saya 
memilih diam. Apalagi, saya tidak merasa nama lokal saya annoying. Suruh 
saya mengganti nama balik ke Tionghoa, malas saya. Kurang kerjaan yah?

Kalau cuma mau menekankan pelanggaran HAM-nya, yah sudah, jangan 
memaksakan kehendak sama yang tidak merasa itu sebagai pelanggaran HAM. 
Prinsip kita itu satu, nama adalah hak pribadi seseorang. Jadi, bila 
seseorang memutuskan walau dengan berat hati untuk menukar namanya 
secara terpaksa, itu juga keputusan pribadinya. Begitu saja dari saya. 
Hemat waktu dan bandwith untuk diskusi yang lebih bermanfaat dan 
bergizi, daripada sekedar berputar2 di situ2 saja. Kapan majunya?


Rinto Jiang









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-19 Terurut Topik Rinto Jiang



Ah, sudahlah. Saya pribadi benar2 sudah muak dengan diskusi yang 
mutar-mutar ini. Sepertinya pembahasannya sangat mendalam, namun kalau 
ditilik, itu cuma berputar di situ2 saja. Kayaknya yang disinggung di 
sini sudah pernah disinggung sebelumnya dan jauh sebelumnya.

Saya sudah katakan bahwa pemaksaan atau bukan, politisir masalah ini 
sudah harus dihentikan. Kalau peduli sama Indonesia, atau Tionghoa 
Indonesia, masih banyak pr yang lebih mendesak untuk diperhatikan, 
pengentasan kemiskinan misalnya. Kalau bisa bikin kenyang perut orang, 
saya rela saja berdiskusi 8 jam sehari dengan mengorbankan waktu 
istirahat saya.

Bila sangat concern akan masalah ini, mohon diajukanlah petisi ke 
instansi bersangkutan supaya peraturan bersangkutan dicabut. Bila sangat 
concern, yah ubah kembali dong itu nama menjadi nama Tionghoa. Tidak 
usah malah tanpa sadar melakukan "penghimbauan" untuk kembali menyandang 
nama Tionghoa. Punya nama Tionghoa akan menjadikan orang tambah 
Tionghoa-kah? Saya kenal banyak orang dengan nama non-Tionghoa, yang 
tidak berparas Tionghoa, dari suku non-Tionghoa yang malah lebih concern 
akan kelangsungan kebudayaan Tionghoa di Indonesia lewat jalan yang 
lebih konkrit. Melakukan liputan2 sejarah kelenteng2 di seluruh Jawa 
misalnya, itu suku Jawa yang bikin itu liputan dan kirim VCD-nya ke 
saya. Sampai malu saya kalau kelenteng2 Tionghoa itu harus diperhatikan 
oleh orang non-Tionghoa.

Terus, banyak pula anggota2 non-Tionghoa di milis ini yang malah lebih 
fasih peribahasa Tionghoa. Apalah arti sebuah nama.

Diskriminasi ada di mana2 sebenarnya, walau di negara se-demokratis 
apapun. Saya sendiri tidak mendukung peraturan yang notabene sangat 
absurd itu, yang mana mengharuskan orang jangan bernama Tionghoa. Mau 
bernama Amerika, Itali, Antartika, Mars, Venus boleh saja, asalkan 
jangan Tionghoa. Tapi, berkoar2 di milis ini apa gunanya? Kalau mau demo 
saja ke DPR? Lakukan sesuatu yang konkrit. Jangan cuma bisa bicara. Saya 
sendiri, untuk sementara ini tak dapat melakukan apa2, sehingga saya 
memilih diam. Apalagi, saya tidak merasa nama lokal saya annoying. Suruh 
saya mengganti nama balik ke Tionghoa, malas saya. Kurang kerjaan yah?

Kalau cuma mau menekankan pelanggaran HAM-nya, yah sudah, jangan 
memaksakan kehendak sama yang tidak merasa itu sebagai pelanggaran HAM. 
Prinsip kita itu satu, nama adalah hak pribadi seseorang. Jadi, bila 
seseorang memutuskan walau dengan berat hati untuk menukar namanya 
secara terpaksa, itu juga keputusan pribadinya. Begitu saja dari saya. 
Hemat waktu dan bandwith untuk diskusi yang lebih bermanfaat dan 
bergizi, daripada sekedar berputar2 di situ2 saja. Kapan majunya?


Rinto Jiang



odeon_cafe wrote:
> ci Martha benar,
>
> NKRI itu tadinya hendak didirikan diatas
> landasan NATION-STATE bukan nation ras
> atau religio based nation.
>
> kemerdekaan dan bentuk negara spt ini
> didukung oleh golongan Tionghoa, baik
> nasionalis Tiongkok spt SIN PO maupun
> keturunan Tionghoa yang berkiblat pada
> 'ibu Indonesia' spt PTI.
>
> SIN PO dan kalangan nasionalis Tiongkok
> berjabat erat dengan nasionalis indonesia
> dengan kesatuan perspektif anti kolonialisme
> eropa. jalinan kerja sama ini pernah terjadi.
> nasionalis Tiongkok membantu nasionalis
> Indonesia mengusir kolonial Eropa.
>
> Dr. Tjipto Mangunkusumo berpesan kepada
> Tionghoa untuk mengabdi pada 'ibu indonesia'
> tanpa melupakan 'bapak Tiongkok'.
>
> bung Karno berucap bahwa ia lebih hormat
> kepada golongan Nasionalis Tiongkok yang
> menyokong penuh kemerdekaan Indonesia daripada
> Tionghoa yang memilih jadi orang Indonesia
> dengan maksud mengambil keuntungan oportunis.
>
> Liem Koen Hian pernah menggelar comite van
> aksi bangsa-bangsa asia yang terdiri dari
> Indonesia, Tionghoa dan Arab untuk bersikap
> menentang Belanda.
>
> adanya prejudis dari sejumlah kalangan 'pribumi'
> Indonesia seharusnya tidak perlu dilanjutkan
> pada generasi ini. harus disadari dengan jelas
> bahwa kehadiran Tionghoa di Nusantara ini tidak
> dengan maksud imperium, mengambil hak kepemilikan
> tanah, menindas rakyat 'pribumi' dan lain-lain
> prejudis yang sengaja dihembus-hembuskan.
>
> adanya desas-desus tentang kolone kelima,
> bahaya kuning dari utara, ekslusifisme
> negatif, tidak loyal dsb dsb terbukti
> tidak benar dan tidak pernah terjadi.
>
> pelanggaran HAM yang pernah dilakukan terhadap
> Tionghoa semestinya diakui dengan jujur untuk
> itikad perbaikan ke depan.
>
> semoga, peristiwa pemaksaan ganti nama
> tidak akan pernah lagi terjadi di atas bumi
> Indonesia.
>
> Sub-Rosa II
>


[Non-text portions of this message have been removed]







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  

[budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-19 Terurut Topik odeon_cafe



ci Martha benar, 

NKRI itu tadinya hendak didirikan diatas
landasan NATION-STATE bukan nation ras
atau religio based nation. 

kemerdekaan dan bentuk negara spt ini
didukung oleh golongan Tionghoa, baik
nasionalis Tiongkok spt SIN PO maupun
keturunan Tionghoa yang berkiblat pada
'ibu Indonesia' spt PTI. 

SIN PO dan kalangan nasionalis Tiongkok
berjabat erat dengan nasionalis indonesia
dengan kesatuan perspektif anti kolonialisme
eropa. jalinan kerja sama ini pernah terjadi.
nasionalis Tiongkok membantu nasionalis 
Indonesia mengusir kolonial Eropa. 

Dr. Tjipto Mangunkusumo berpesan kepada
Tionghoa untuk mengabdi pada 'ibu indonesia'
tanpa melupakan 'bapak Tiongkok'. 

bung Karno berucap bahwa ia lebih hormat
kepada golongan Nasionalis Tiongkok yang
menyokong penuh kemerdekaan Indonesia daripada
Tionghoa yang memilih jadi orang Indonesia
dengan maksud mengambil keuntungan oportunis. 

Liem Koen Hian pernah menggelar comite van 
aksi bangsa-bangsa asia yang terdiri dari
Indonesia, Tionghoa dan Arab untuk bersikap
menentang Belanda. 

adanya prejudis dari sejumlah kalangan 'pribumi'
Indonesia seharusnya tidak perlu dilanjutkan
pada generasi ini. harus disadari dengan jelas
bahwa kehadiran Tionghoa di Nusantara ini tidak
dengan maksud imperium, mengambil hak kepemilikan
tanah, menindas rakyat 'pribumi' dan lain-lain
prejudis yang sengaja dihembus-hembuskan. 

adanya desas-desus tentang kolone kelima,
bahaya kuning dari utara, ekslusifisme
negatif, tidak loyal dsb dsb terbukti
tidak benar dan tidak pernah terjadi. 

pelanggaran HAM yang pernah dilakukan terhadap
Tionghoa semestinya diakui dengan jujur untuk
itikad perbaikan ke depan. 

semoga, peristiwa pemaksaan ganti nama
tidak akan pernah lagi terjadi di atas bumi
Indonesia. 

Sub-Rosa II

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "marthajan04" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ikut nimbrung juga ya,
> Saya rasa, yang Kenken masalahkan itu pelanggaran HAM-nya bukan 
> balas dendamnya.  Memang pada waktu itu banyak juga yang merasa 
> enggak suka. 
> Dibilang dipaksa ya enggak,  tapi dibilang sukarela ya enggak juga.
> Dulu banyak yang enggak mau ganti nama, sampai ber-tahun2 orang 
> tenang2saja. Sampai suatu saat, mungkin pemerintah merasa 
imbauannya 
> dicuekin orang, jadi mulai mengadakan pembatasan2 kemudahan bagi 
> tionghoa2 yang enggak mau ganti nama.
> Masuk sekolah sulit. Yang udah ada disekolah itu dengan nama 
> tionghoanya, diancam enggak boleh ikut ujian, dsb. 
> Yang mau buka usaha apa lagi. Jangan harap keluar surat2 ijinnya 
> dengan 3 nama itu.  
> Nah dengan menghilangkan kemudahan2 ini, apa bukannya paksaan 
> terselubung? Dan yang namanya paksaan itu kan juga pelanggaran HAM.
> 
> Kalo ada nama2 beken seperti YapThiam Hien, Soe Hok Gie dll., 
enggak 
> ganti nama ya enggak apa2, wong bukan dia yang butuh kerjaan tapi 
> kerjaan yang butuhin dia.
> Ini, bagi orang2 biasa yang kayak gue ini, memang dipaksa kok.
> Belum lagi kalo ganti namanya dikota kecil yang pejabatnya ndeso. 
> Ganti nama harus yang seperti orang deso punya nama, seperti  
> Sariyem ato dikasih imbuhan yati atau wati yang enggak match 
banget 
> sama nama lamanya. Ada Imiyati, Linawati, Tjinawati� yang aneh2. 
> 
> MJ
> 
> 
> 
> 
> 












.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-18 Terurut Topik marthajan04



Ikut nimbrung juga ya,
Saya rasa, yang Kenken masalahkan itu pelanggaran HAM-nya bukan 
balas dendamnya.  Memang pada waktu itu banyak juga yang merasa 
enggak suka. 
Dibilang dipaksa ya enggak,  tapi dibilang sukarela ya enggak juga.
Dulu banyak yang enggak mau ganti nama, sampai ber-tahun2 orang 
tenang2saja. Sampai suatu saat, mungkin pemerintah merasa imbauannya 
dicuekin orang, jadi mulai mengadakan pembatasan2 kemudahan bagi 
tionghoa2 yang enggak mau ganti nama.
Masuk sekolah sulit. Yang udah ada disekolah itu dengan nama 
tionghoanya, diancam enggak boleh ikut ujian, dsb. 
Yang mau buka usaha apa lagi. Jangan harap keluar surat2 ijinnya 
dengan 3 nama itu.  
Nah dengan menghilangkan kemudahan2 ini, apa bukannya paksaan 
terselubung? Dan yang namanya paksaan itu kan juga pelanggaran HAM.

Kalo ada nama2 beken seperti YapThiam Hien, Soe Hok Gie dll., enggak 
ganti nama ya enggak apa2, wong bukan dia yang butuh kerjaan tapi 
kerjaan yang butuhin dia.
Ini, bagi orang2 biasa yang kayak gue ini, memang dipaksa kok.
Belum lagi kalo ganti namanya dikota kecil yang pejabatnya ndeso. 
Ganti nama harus yang seperti orang deso punya nama, seperti  
Sariyem ato dikasih imbuhan yati atau wati yang enggak match banget 
sama nama lamanya. Ada Imiyati, Linawati, Tjinawati� yang aneh2. 

MJ




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ikut nimbrung sedikit:
> Debat ganti nama, apa dipaksa atau tidak, kapan
> peraturan keluar, siapa yang menjadi pelopor dll, saya
> kira sudah cukup, semua orang kecuali anak muda yang
> baru gede, mengerti dan masih ingat hal ini. Dalam
> segala hal, pro dan kontra adalah wajar, semua proses
> kalau berjalan tanpa paksaan adalah wajar dan tidak
> perlu diperdebatkan, jang menjadi masalah kalau proses
> itu dipaksakan untuk kepentingan suatu golongan atau
> suatu aliran.
> Sekarang semua sudah lewat, yang penting untuk kita:
> BAGAIMANA MENGATASI PENGARUH NEGATIFNYA TERHADAP
> GOLONGAN TIONGHOA, KALAU ANDA MERASA ITU ADA.
> Kalau anda merasa ganti nama tidak ada pengaruh
> negatifnya untuk anda, ya, anda diam, jangan
> mengganggu yang tak sependapat. Bila anda merasa ganti
> nama ada pengaruh negatifnya terhadap anda, terhadap
> golongan Tionghoa, saat inilah anda harus merubah
> kenegatifan itu.  Kembalikan budaya Tionghoa,
> kembalikan nama dan sne (marga) Tionghoa, kembalikan
> bahasa Tionghoa, sebagai bagian dari bangsa Indonesia
> yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
> Berdebat terlalu lama tak ada faedahnya, tindakan
> sesuai paham anda yang diperlukan.
> Salam bekerja.
> LU









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama, mari melihat ke depan.

2006-05-18 Terurut Topik liang u



Ikut nimbrung sedikit:
Debat ganti nama, apa dipaksa atau tidak, kapan
peraturan keluar, siapa yang menjadi pelopor dll, saya
kira sudah cukup, semua orang kecuali anak muda yang
baru gede, mengerti dan masih ingat hal ini. Dalam
segala hal, pro dan kontra adalah wajar, semua proses
kalau berjalan tanpa paksaan adalah wajar dan tidak
perlu diperdebatkan, jang menjadi masalah kalau proses
itu dipaksakan untuk kepentingan suatu golongan atau
suatu aliran.
Sekarang semua sudah lewat, yang penting untuk kita:
BAGAIMANA MENGATASI PENGARUH NEGATIFNYA TERHADAP
GOLONGAN TIONGHOA, KALAU ANDA MERASA ITU ADA.
Kalau anda merasa ganti nama tidak ada pengaruh
negatifnya untuk anda, ya, anda diam, jangan
mengganggu yang tak sependapat. Bila anda merasa ganti
nama ada pengaruh negatifnya terhadap anda, terhadap
golongan Tionghoa, saat inilah anda harus merubah
kenegatifan itu.  Kembalikan budaya Tionghoa,
kembalikan nama dan sne (marga) Tionghoa, kembalikan
bahasa Tionghoa, sebagai bagian dari bangsa Indonesia
yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Berdebat terlalu lama tak ada faedahnya, tindakan
sesuai paham anda yang diperlukan.
Salam bekerja.
LU

--- odeon_cafe <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ulysee yth, 
> 
> Saya mengatakan bahwa LPKB tidak memaksa Tionghoa
> untuk ganti agama, 
> ganti nama, kawin campur tetapi sebagai warga-negara
> yang baik 
> semestinya Tionghoa ganti agama, ganti nama, kawin
> campur dll.
> 
> Begitu banyak artikel, orasi, pidato yang
> disampaikan oleh tokoh-
> tokoh LPKB. Langkah kongkrit pun diambil oleh LPKB.
> Seluruh artikel, 
> orasi dan perilaku LPKB disimpulkan dengan amat
> sederhana dengan 
> ungkapan LPKB tidak memaksa Tionghoa untuk ganti
> agama, ganti nama, 
> kawin campur tetapi kalau Tionghoa tidak ganti
> agama, ganti nama, 
> kawin campur bukan warga-negara yang baik. 
> 
> Ong hok Ham mengatakan bahwa ganti nama merupakan
> simbol loyalitas 
> terhadap Indonesia. Tulisan ini dikutip oleh Pak
> Beni G. Setiono 
> dalam bukunya. Nah, kata-kata Ong dapat disimpulkan
> bahwa Tionghoa 
> yang tidak ganti nama adalah tidak loyal terhadap
> Indonesia. Coba 
> tanya dalam hati anda setelah baca kata-kata Ong
> tersebut dgn 
> pertanyaan "bagaimana dengan tionghoa yang tidak
> ganti nama?" 
> 
> Omongan ulysee yang mengatakan "saking cintanya
> terhadap Indonesia, 
> Tionghoa ganti nama". Statemen ini juga dapat
> ditarik kesimpulan 
> bahwa Tionghoa yang tidak ganti nama berarti tidak
> cinta terhadap 
> Indonesia. 
> 
> Padahal, Go Gien Tjwan (menyebut satu contoh dari
> ribuan contoh) 
> ikut dalam perjuangan surabaya bersama Angkatan Muda
> Tionghoa 
> Malang. Toch, Dr. Go Gien Tjwan tidak ganti nama.
> Namanya tetap nama 
> Tionghoa. 
> 
> Memang, gagasan-gagasan `sok pribumi-pribumian' itu
> telah ada 
> sebelum tahun 60. beberapa Tionghoa yang masuk
> Masyumi dan PSII itu 
> telah mengganti namanya. Tetapi tetap mereka
> dipandang sebagai 
> tionghoa. gagasan `sok pribumi-pribumian' ini tidak
> menjadi tindakan 
> PEMAKSAAN seblum LPKB muncul dan diperparah pada
> saat Pak Harto naik 
> ke panggung. 
> 
> Saya sudah katakan kalau sebatas anjuran maka tidak
> perlu ada sebuah 
> regulasi setingkat Keppres yang semestinya bersifat
> imperatif. 
> 
> Bahkan saya juga tidak setuju dengan segala macam
> anjuran asimilasi. 
> Apalagi sampai dikampanyekan dan mengeluarkan sebuah
> statemen 
> asimilasi segala. 
> 
> Karena dampak dari anjuran-anjuran ini memiliki
> `side effect' 
> negatif. Contohnya kalau tidak mau kawin campur
> dikatakan rasis. 
> Kalau tidak mau ganti nama disebut tidak loyal.
> Kalau tidak mau 
> ganti agama dikatakan tidak indonesia. 
> 
> Bahkan di tahun 70-an, gereja katolik mengeluarkan
> maklumat kepada 
> orang Tionghoa katolik bahwa `ganti nama' itu bukan
> kebijakan gereja 
> dan gereja tidak mengharuskan Tionghoa menanggalkan
> nama-nama 
> Tionghoa. 
> 
> Sub-Rosa II
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Huehuehue, keluar lagi jurusnya. Gagal meniru koh
> hong hay siang 
> lay
> > (burung dari lautan terbang sendirian) kepleset
> yang keluar jadi 
> jurus
> > koh hong Han siang lay ( manusia datang sendirian
> teriak teriak). 
> > 
> > Pertama, menghindari jebakan kulit pisang yang kau
> tebarkan, 
> > Gue luruskan dulu ya, 
> > 
> > Gue nggak pernah bilang PAKSAAN ganti nama keluar
> tahun 51
> > Gue bilang HIMBAUAN ganti nama sudah ada sejak
> 1951.
> > 
> > Gila ya, masalah nama aja bisa dipelintir begitu. 
> > Kebangetan gak sih? 
> > Atau semata mata hanya memperlihatkan ketiadaan
> etika politik? 
> > Hehehe. 
> > 
> > Sejak tahun 1951, darimana? 
> > Duh elu tuh mentok di buku Ong Hok Ham melulu dari
> kemarin. 
> > Luaskan wawasan donk, baca juga buku buku yang
> memperlihatkan pro-
> kontra
> > opini di masa itu. 
> > 
> > Coba deh lu lihat di buku Pemikiran Politik Etnis
> tionghoa
> > Editornya Leo Suryadinata
> > Gue hari ini ngga bawa bukunya, besok gue kasih
> tahu lu musti 
> lihat di