Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
Uly, Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling berpengaruh tetap Kampanye teror dari Orba, saya merasakan sendiri situasinya, kakak saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk datang mengubah nama. mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan, toh tidak jelas sagsinya, tapi di zaman horor itu siapa yang berani berresiko? saya berhasil lolos dari situasi delematis ini karena saat itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar setelah mendekati lulus S1. walau demikian, saya juga merasakan tekanan psikologis saat kuliah, karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi saat ikut kegiatan extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk bisa lancar mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya.---.oh, perlu mental kuat. - Original Message - From: Ulysee To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Oh ya? menimbang : bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya sendiri. Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti. oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan? Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan (25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal nama ini: ... Akan tetapi mengganti nama tidak akan memuaskan rasialisme. Juga tidak akan menyenangkan atau menimbulkan penghargaan pada orang orang pribumi yang baik dan yang berpikir rasional. Bagi pembinaan kesatuan bangsa, mengganti nama sama sekali tidak punya arti dan faedah sedikitpun. Adalah naif sekali untuk mengira bahwa mengganti nama merupakan langkah positif ke arah proses persatuan bangsa. Proses Asimilasi/integrasi minoritas Cina ke dalam mayoritas pribumi juga bukanlan conditio sine qua non bagi kesatuan bangsa. Ini tergantung pada faktor-faktor lain yang lebih banyak dan kompleks. Jadi apa gunanya mengganti nama? Mengganti nama hanya berguna bagi orang orang yang ingin mencapai tujuan pribadi yang egoistis: untuk menyelamatkan posisi, perdagangan, jaminan masuk sekolah/universitas dan jaminan bagi hari depan. Para idealis yang mengganti nama cina mereka boleh memprotes kata-kata yang keras ini. Tetapi idealisme pun bisa dikelabui oleh verbogen wensen, bisa jadi korban dari zelf bedrog. Ganti nama an sich adalah hak dan kebebasan pribadi. tidak ada yang boleh memaksa orang memakai nama ini atau nama itu. Tetapi sama halnya dengan hak dan kebebasan, mengganti nama juga bisa disalahgunakan. Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras Sent: Thursday, December 13, 2007 8:25 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember Yang menjadi unsur pemaksa dan penekan bagi masayarakat Tionghoa sebenanya adalah pasal2 dibawah ini: Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka nation dan character building Indonesia; proses asimilasi warga negara Indonesia keturunan asing kedalam tubuh bangsa Indonesia harus dipertjepat; 2. Bahwa penggantian nama dari orang Indonesia keturunan asing dengan nama jang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong usaha asimilasi ini; Mengingat peraturan ini dikeluarkan pada saat gencar2nya teror putih, dimana banyak orang Tinghoa
RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
Iya, Zhou Xiong, Gue belon lahir jaman itu, yang merasakan adalah mami gue dan papi gue, Mami sih ada surat ganti namanya, mami gue kalau cerita jaman horror rada histeris sih heheh Papi nggak punya, sementara oma engkong gue ngotot nggak mau ganti nama jadi sampe masuk peti masih pake tiga suku kata Tapi entah apa lantaran kita tinggal di kota, nggak pernah tuh ada sangsi HORROR buat keluarga gue yang namanya tiga suku kata Si papi malahan sempet diminta jadi RT segala. Belakangan acek dan papi memang ganti nama setelah sebel lantaran namanya ditulis berbeda-beda setiap saat, jadinya merepotkan. Tapi alasannya ya itu; untuk memudahkan dan tidak repot - bukan lantaran horor-horor. Satu asuk gue juga pake tiga hurup waktu kuliah. Waktu itu dia juga kena sorot lantaran tiga suku katanya. Katanya senior jadi suka panggil panggil dia sewaktu ospek, lantaran namanya antik (univ negri lagih, jarang cokinnya) beberapa kali dia disuruh maju, sekedar untuk memberi tahu gimana cara menyebut namanya secara benar. Tapi lantaran si asuk ini pe de banget, dan tidak minder sama namanya, dia sih senang aja malah asyik, jadi beken, katanya. Taon depannya dia jadi senior, kalu ada yunior yang lewat, dia selalu suruh baca namanya yang tiga suku kata itu. Kalau nyebutnya salah atau tergagap gagap dia suruh push up, wakakaka. Kali lantaran si asuk emang dasarnya badung kali ya, jadinya mental baja, huehuehue. Tapi waktu reuni memang jarang yang lupa sama si asuk itu. Ya sudahlah, reaksi orang terhadap satu peristiwa memang beda beda, itu mami gue sama papi gue aje bisa lain ceritanya, padahal besar di kota yang sama. gue pun kalau diperlakukan kayak si asuk itu barangkali bakalan gemeteran merasa di anak tirikan. Atau gue bakalan sama badungnya sama si asuk? hihihi, nggak tahu deh, berandai andai ga ada gunanya. gue sih berangan-angan punya mental kayak asuk, hopefully. Zhou Xiong, lu masuk S1 tahun berapa? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras Sent: Tuesday, December 18, 2007 7:53 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Uly, Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling berpengaruh tetap Kampanye teror dari Orba, saya merasakan sendiri situasinya, kakak saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk datang mengubah nama. mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan, toh tidak jelas sagsinya, tapi di zaman horor itu siapa yang berani berresiko? saya berhasil lolos dari situasi delematis ini karena saat itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar setelah mendekati lulus S1. walau demikian, saya juga merasakan tekanan psikologis saat kuliah, karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi saat ikut kegiatan extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk bisa lancar mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya..oh, perlu mental kuat. - Original Message - From: Ulysee To: HYPERLINK mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED] com Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Oh ya? menimbang : bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya sendiri. Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti. oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan? Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan (25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal nama ini: ... Akan tetapi mengganti nama tidak
Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
Hebat A Suk kamu, saya tidak setegar dia. dan masih untung...kuliahnya di kampus yang banyak cokinnya, jadi tak tersiksa amat. saya masuk S1 1975. ZFy - Original Message - From: Ulysee To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, December 18, 2007 8:37 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Iya, Zhou Xiong, Gue belon lahir jaman itu, yang merasakan adalah mami gue dan papi gue, Mami sih ada surat ganti namanya, mami gue kalau cerita jaman horror rada histeris sih heheh Papi nggak punya, sementara oma engkong gue ngotot nggak mau ganti nama jadi sampe masuk peti masih pake tiga suku kata Tapi entah apa lantaran kita tinggal di kota, nggak pernah tuh ada sangsi HORROR buat keluarga gue yang namanya tiga suku kata Si papi malahan sempet diminta jadi RT segala. Belakangan acek dan papi memang ganti nama setelah sebel lantaran namanya ditulis berbeda-beda setiap saat, jadinya merepotkan. Tapi alasannya ya itu; untuk memudahkan dan tidak repot - bukan lantaran horor-horor. Satu asuk gue juga pake tiga hurup waktu kuliah. Waktu itu dia juga kena sorot lantaran tiga suku katanya. Katanya senior jadi suka panggil panggil dia sewaktu ospek, lantaran namanya antik (univ negri lagih, jarang cokinnya) beberapa kali dia disuruh maju, sekedar untuk memberi tahu gimana cara menyebut namanya secara benar. Tapi lantaran si asuk ini pe de banget, dan tidak minder sama namanya, dia sih senang aja malah asyik, jadi beken, katanya. Taon depannya dia jadi senior, kalu ada yunior yang lewat, dia selalu suruh baca namanya yang tiga suku kata itu. Kalau nyebutnya salah atau tergagap gagap dia suruh push up, wakakaka. Kali lantaran si asuk emang dasarnya badung kali ya, jadinya mental baja, huehuehue. Tapi waktu reuni memang jarang yang lupa sama si asuk itu. Ya sudahlah, reaksi orang terhadap satu peristiwa memang beda beda, itu mami gue sama papi gue aje bisa lain ceritanya, padahal besar di kota yang sama. gue pun kalau diperlakukan kayak si asuk itu barangkali bakalan gemeteran merasa di anak tirikan. Atau gue bakalan sama badungnya sama si asuk? hihihi, nggak tahu deh, berandai andai ga ada gunanya. gue sih berangan-angan punya mental kayak asuk, hopefully. Zhou Xiong, lu masuk S1 tahun berapa? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras Sent: Tuesday, December 18, 2007 7:53 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Uly, Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling berpengaruh tetap Kampanye teror dari Orba, saya merasakan sendiri situasinya, kakak saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk datang mengubah nama. mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan, toh tidak jelas sagsinya, tapi di zaman horor itu siapa yang berani berresiko? saya berhasil lolos dari situasi delematis ini karena saat itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar setelah mendekati lulus S1. walau demikian, saya juga merasakan tekanan psikologis saat kuliah, karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi saat ikut kegiatan extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk bisa lancar mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya..oh, perlu mental kuat. - Original Message - From: Ulysee To: HYPERLINK mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED] com Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec) Oh ya? menimbang : bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya sendiri. Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti. oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi enggak bisa
RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
Oh ya? menimbang : bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya sendiri. Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti. oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan? Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan (25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal nama ini: ... Akan tetapi mengganti nama tidak akan memuaskan rasialisme. Juga tidak akan menyenangkan atau menimbulkan penghargaan pada orang orang pribumi yang baik dan yang berpikir rasional. Bagi pembinaan kesatuan bangsa, mengganti nama sama sekali tidak punya arti dan faedah sedikitpun. Adalah naif sekali untuk mengira bahwa mengganti nama merupakan langkah positif ke arah proses persatuan bangsa. Proses Asimilasi/integrasi minoritas Cina ke dalam mayoritas pribumi juga bukanlan conditio sine qua non bagi kesatuan bangsa. Ini tergantung pada faktor-faktor lain yang lebih banyak dan kompleks. Jadi apa gunanya mengganti nama? Mengganti nama hanya berguna bagi orang orang yang ingin mencapai tujuan pribadi yang egoistis: untuk menyelamatkan posisi, perdagangan, jaminan masuk sekolah/universitas dan jaminan bagi hari depan. Para idealis yang mengganti nama cina mereka boleh memprotes kata-kata yang keras ini. Tetapi idealisme pun bisa dikelabui oleh verbogen wensen, bisa jadi korban dari zelf bedrog. Ganti nama an sich adalah hak dan kebebasan pribadi. tidak ada yang boleh memaksa orang memakai nama ini atau nama itu. Tetapi sama halnya dengan hak dan kebebasan, mengganti nama juga bisa disalahgunakan. Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras Sent: Thursday, December 13, 2007 8:25 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember Yang menjadi unsur pemaksa dan penekan bagi masayarakat Tionghoa sebenanya adalah pasal2 dibawah ini: Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka nation dan character building Indonesia; proses asimilasi warga negara Indonesia keturunan asing kedalam tubuh bangsa Indonesia harus dipertjepat; 2. Bahwa penggantian nama dari orang Indonesia keturunan asing dengan nama jang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong usaha asimilasi ini; Mengingat peraturan ini dikeluarkan pada saat gencar2nya teror putih, dimana banyak orang Tinghoa dituduh menjadi antek RRT dan menjadi simpatisan PKI, dampaknya menjadi sangat besar, yang segan mengganti nama harus siap menerima tuduhan bahwa dia tak mau berasimilasi dan menghambat nation building. akibatnya, sebagian besar warga Tionghoa memilih aman dng berganti nama. ini adalah strategi politik yang umum dipakai pemerintahan totaliter. seperti pemerintahan RRT di zaman revolusi kebudayaan, semua yang berhubungan surat dng warga asing dituduh mata2. padahal di undang2 resmi tak ada larangan. ZFy - Original Message - From: dewa mabuk To: HYPERLINK mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED] com Sent: Thursday, December 13, 2007 5:17 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember Informasi bagi yang ingin tahu: Peraturan mengenai Ganti Nama TJINA menjadi nama Indonesia dituangkan dalam Keputusan Presidium Kabinet nomor 127/U/Kep.12/-166 yang ditetapkan di jakarta pada tanggal 27 Desember 1966 (bertepatan dengan ulangtahun Konferensi Meja Bundar). Secara formal, dalam Keputusan itu tidak ada kewajiban untuk ganti nama, yang ada adalah perintah untuk melayani
Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED] Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu? +++ Khusus untuk masyarakat tenglang Cianjur, ganti nama pada saat itu menjadi sebuah keharusan.tidak ganti nama langsung di cap PKI. Yang sialnya nama pun dipilih oleh lurah seenak dia, tanpa kita bisa memilih. Seperti halnya nama ku Gunawan Suryana, Ayah Rivai Sumantri, Ibu Yenny Suwarna, semua gak nyambung...beneran deh bikin sengak...yang berani ngotot juga ada sih, palingan marga doangan yang di ikut kan, semisal marga Lie menjadi Lili ( Gunawan Lili aslinya Lie Djie Hoat )pokoke nama Gunawan jadi beken deh di Cianjur ntu waktu..( suer banyak banget orang sepantaran ku yang bernama Gunawan, bila aku gundul sih masih mending jadi Gundul Menawan, lha aku Gondrong ? )... Yang perempuan bisa dibilang berakhiran wati.Yuliawati, Sariwati, Meliawati, Mulia wati, pokoke semua serbawati..:o( ( maklum peragawati dan wartawati belon populer ngkali... Undang Undang ?, siapa yang tahu ada Undang Undang ?, sejak 65 an bisa dibilang banyak Undang Undang selain bias juga tidak di sosialisasikan. sur
Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)
Kang Sur, Selamat pagi,terima kasih sudah meluangkan waktu untuk bertemu saya bersama moderator,suatu kehormatan bagi saya. Mengganti nama merupakn hal yang menyakitkan waktu itu terutama pada orang yang masih menghormati nama keluarga yang didapatkan turun temurun walaupun pemerintah pada saat itu tujuan nya adalah baik,tetapi seperti kita semua tahu bahwa gaji goverment servant are not good and chinese Indonesia adalah warganegara kelas dua yang paling mudah untuk di intimidasi dan diperas, dan tentu saja tidak semua pegawai pemerintah seperti itu,masih ada yang baik. Di Thailand juga sebagian chinese nya mengganti nama mereka ke nama thailand karena mereka menghormati rajanya dan juga ada budaya saling menghormati antara penduduk asli dan pendatang chinese atau dari negara lain. Anyway seperti kita ketahui pemerintah pada waktu itu tidak memaksa chinese Indonesia untuk mengganti nama seperti Yap Thiam Hien tetapi kebanyakan chinese indo sudah takut...jadi ya mau tak mau. Di banyak negara kalau kita menjadi warga dari negara tsb,tidak ada keharusan untuk mengganti nama,diharuskan membaur dsb nya hanya himbauan untuk dapat fasih berbahasa negara tsb,kalau tidak akan menyulitkan untuk berkomunikasi dll sebagainya. Apa tidak lebih baik pakai nomor aje ,gampang diingat dan hemat waktu heheehehehe --- gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ulysee [EMAIL PROTECTED] Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu? +++ Khusus untuk masyarakat tenglang Cianjur, ganti nama pada saat itu menjadi sebuah keharusan.tidak ganti nama langsung di cap PKI. Yang sialnya nama pun dipilih oleh lurah seenak dia, tanpa kita bisa memilih. Seperti halnya nama ku Gunawan Suryana, Ayah Rivai Sumantri, Ibu Yenny Suwarna, semua gak nyambung...beneran deh bikin sengak...yang berani ngotot juga ada sih, palingan marga doangan yang di ikut kan, semisal marga Lie menjadi Lili ( Gunawan Lili aslinya Lie Djie Hoat )pokoke nama Gunawan jadi beken deh di Cianjur ntu waktu..( suer banyak banget orang sepantaran ku yang bernama Gunawan, bila aku gundul sih masih mending jadi Gundul Menawan, lha aku Gondrong ? )... Yang perempuan bisa dibilang berakhiran wati.Yuliawati, Sariwati, Meliawati, Mulia wati, pokoke semua serbawati..:o( ( maklum peragawati dan wartawati belon populer ngkali... Undang Undang ?, siapa yang tahu ada Undang Undang ?, sejak 65 an bisa dibilang banyak Undang Undang selain bias juga tidak di sosialisasikan. sur Make the switch to the world's best email. Get the new Yahoo!7 Mail now. www.yahoo7.com.au/worldsbestemail