Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-18 Terurut Topik Skalaras
Uly,

Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling berpengaruh 
tetap Kampanye teror  dari Orba, saya merasakan sendiri situasinya, kakak 
saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk datang mengubah nama. 
mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan, toh tidak jelas sagsinya, tapi 
di zaman horor itu siapa yang berani berresiko? saya berhasil lolos dari 
situasi delematis ini karena saat itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar 
setelah mendekati lulus S1. walau demikian, saya juga merasakan tekanan 
psikologis saat kuliah, karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi 
saat ikut kegiatan extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk 
bisa lancar mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya.---.oh, perlu 
mental kuat.
 
  - Original Message - 
  From: Ulysee 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)


  Oh ya?

  menimbang : 
  bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada
  sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu
  sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan
  merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? 

  Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue
  soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti
  nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah
  keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang
  suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. 
  Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi
  terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya
  sendiri.
  Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang
  yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja
  berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga
  orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga
  melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti.

  oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru
  dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi
  enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk
  keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan
  peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang
  MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan
  yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan?

  Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan
  (25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal
  nama ini:

  ... Akan tetapi mengganti nama tidak akan memuaskan rasialisme. Juga
  tidak akan menyenangkan atau menimbulkan penghargaan pada orang orang
  pribumi yang baik dan yang berpikir rasional.
  Bagi pembinaan kesatuan bangsa, mengganti nama sama sekali tidak punya
  arti dan faedah sedikitpun. Adalah naif sekali untuk mengira bahwa
  mengganti nama merupakan langkah positif ke arah proses persatuan
  bangsa. Proses Asimilasi/integrasi minoritas Cina ke dalam mayoritas
  pribumi juga bukanlan conditio sine qua non bagi kesatuan bangsa. Ini
  tergantung pada faktor-faktor lain yang lebih banyak dan kompleks.

  Jadi apa gunanya mengganti nama? Mengganti nama hanya berguna bagi
  orang orang yang ingin mencapai tujuan pribadi yang egoistis: untuk
  menyelamatkan posisi, perdagangan, jaminan masuk sekolah/universitas dan
  jaminan bagi hari depan. Para idealis yang mengganti nama cina mereka
  boleh memprotes kata-kata yang keras ini. Tetapi idealisme pun bisa
  dikelabui oleh verbogen wensen, bisa jadi korban dari zelf bedrog.

  Ganti nama an sich adalah hak dan kebebasan pribadi. tidak ada yang
  boleh memaksa orang memakai nama ini atau nama itu. Tetapi sama halnya
  dengan hak dan kebebasan, mengganti nama juga bisa disalahgunakan.

  Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan
  latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu?

  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
  Sent: Thursday, December 13, 2007 8:25 PM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember

  Yang menjadi unsur pemaksa dan penekan bagi masayarakat Tionghoa
  sebenanya adalah pasal2 dibawah ini:

  Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka nation dan character building
  Indonesia; proses asimilasi warga negara Indonesia keturunan asing
  kedalam tubuh bangsa Indonesia harus dipertjepat; 
  2. Bahwa penggantian nama dari orang Indonesia keturunan asing dengan
  nama jang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong usaha
  asimilasi ini; 

  Mengingat peraturan ini dikeluarkan pada saat gencar2nya teror putih,
  dimana banyak orang Tinghoa

RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-18 Terurut Topik Ulysee
Iya,  Zhou Xiong, 
 
Gue belon lahir jaman itu, yang merasakan adalah mami gue dan papi gue, 
Mami sih ada surat ganti namanya, mami gue kalau cerita jaman horror
rada histeris sih heheh
Papi nggak punya, sementara oma engkong gue ngotot nggak mau ganti nama
jadi sampe masuk peti masih pake tiga suku kata
Tapi entah apa lantaran kita tinggal di kota, nggak pernah tuh ada
sangsi HORROR buat keluarga gue yang namanya tiga suku kata 
Si papi malahan sempet diminta jadi RT segala. 
Belakangan acek dan papi memang ganti nama setelah sebel lantaran
namanya ditulis berbeda-beda setiap saat, jadinya merepotkan. 
Tapi alasannya ya itu; untuk memudahkan dan tidak repot - bukan lantaran
horor-horor.
 
Satu asuk gue juga pake tiga hurup waktu kuliah. 
Waktu itu dia juga kena sorot lantaran tiga suku katanya. 
Katanya senior jadi suka panggil panggil dia sewaktu ospek, lantaran
namanya antik (univ negri lagih, jarang cokinnya)
beberapa kali dia disuruh maju, sekedar untuk memberi tahu gimana cara
menyebut namanya secara benar.
Tapi lantaran si asuk ini pe de banget, dan tidak minder sama namanya,
dia sih senang aja
malah asyik, jadi beken, katanya. 
Taon depannya dia jadi senior, kalu ada yunior yang lewat, dia selalu
suruh baca namanya yang tiga suku kata itu. 
Kalau nyebutnya salah atau tergagap gagap dia suruh push up, wakakaka. 
Kali lantaran si asuk emang dasarnya badung kali ya, jadinya mental
baja, huehuehue.
Tapi waktu reuni memang jarang yang lupa sama si asuk itu.
 
Ya sudahlah, reaksi orang terhadap satu peristiwa memang beda beda,
itu mami gue sama papi gue aje bisa lain ceritanya, padahal besar di
kota yang sama. 
gue pun kalau diperlakukan kayak si asuk itu barangkali bakalan
gemeteran merasa di anak tirikan.
Atau gue bakalan sama badungnya sama si asuk? 
hihihi, nggak tahu deh, berandai andai ga ada gunanya. gue sih
berangan-angan punya mental kayak asuk, hopefully.
 
Zhou Xiong, lu masuk S1 tahun berapa? 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
Sent: Tuesday, December 18, 2007 7:53 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9
dec)



Uly,

Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling
berpengaruh tetap Kampanye teror  dari Orba, saya merasakan sendiri
situasinya, kakak saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk
datang mengubah nama. mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan,
toh tidak jelas sagsinya, tapi di zaman horor itu siapa yang berani
berresiko? saya berhasil lolos dari situasi delematis ini karena saat
itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar setelah mendekati lulus S1.
walau demikian, saya juga merasakan tekanan psikologis saat kuliah,
karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi saat ikut kegiatan
extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk bisa lancar
mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya..oh, perlu mental
kuat.

- Original Message - 
From: Ulysee 
To: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com 
Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9
dec)

Oh ya?

menimbang : 
bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada
sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu
sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan
merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? 

Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue
soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti
nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah
keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang
suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. 
Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi
terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya
sendiri.
Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang
yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja
berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga
orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga
melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti.

oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru
dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi
enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk
keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan
peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang
MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan
yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan?

Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan
(25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal
nama ini:

... Akan tetapi mengganti nama tidak

Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-18 Terurut Topik Skalaras
Hebat A Suk kamu, saya tidak setegar dia. dan masih untung...kuliahnya di 
kampus yang banyak cokinnya, jadi tak tersiksa amat. saya masuk S1 1975.

ZFy

  - Original Message - 
  From: Ulysee 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, December 18, 2007 8:37 PM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)


  Iya, Zhou Xiong, 

  Gue belon lahir jaman itu, yang merasakan adalah mami gue dan papi gue, 
  Mami sih ada surat ganti namanya, mami gue kalau cerita jaman horror
  rada histeris sih heheh
  Papi nggak punya, sementara oma engkong gue ngotot nggak mau ganti nama
  jadi sampe masuk peti masih pake tiga suku kata
  Tapi entah apa lantaran kita tinggal di kota, nggak pernah tuh ada
  sangsi HORROR buat keluarga gue yang namanya tiga suku kata 
  Si papi malahan sempet diminta jadi RT segala. 
  Belakangan acek dan papi memang ganti nama setelah sebel lantaran
  namanya ditulis berbeda-beda setiap saat, jadinya merepotkan. 
  Tapi alasannya ya itu; untuk memudahkan dan tidak repot - bukan lantaran
  horor-horor.

  Satu asuk gue juga pake tiga hurup waktu kuliah. 
  Waktu itu dia juga kena sorot lantaran tiga suku katanya. 
  Katanya senior jadi suka panggil panggil dia sewaktu ospek, lantaran
  namanya antik (univ negri lagih, jarang cokinnya)
  beberapa kali dia disuruh maju, sekedar untuk memberi tahu gimana cara
  menyebut namanya secara benar.
  Tapi lantaran si asuk ini pe de banget, dan tidak minder sama namanya,
  dia sih senang aja
  malah asyik, jadi beken, katanya. 
  Taon depannya dia jadi senior, kalu ada yunior yang lewat, dia selalu
  suruh baca namanya yang tiga suku kata itu. 
  Kalau nyebutnya salah atau tergagap gagap dia suruh push up, wakakaka. 
  Kali lantaran si asuk emang dasarnya badung kali ya, jadinya mental
  baja, huehuehue.
  Tapi waktu reuni memang jarang yang lupa sama si asuk itu.

  Ya sudahlah, reaksi orang terhadap satu peristiwa memang beda beda,
  itu mami gue sama papi gue aje bisa lain ceritanya, padahal besar di
  kota yang sama. 
  gue pun kalau diperlakukan kayak si asuk itu barangkali bakalan
  gemeteran merasa di anak tirikan.
  Atau gue bakalan sama badungnya sama si asuk? 
  hihihi, nggak tahu deh, berandai andai ga ada gunanya. gue sih
  berangan-angan punya mental kayak asuk, hopefully.

  Zhou Xiong, lu masuk S1 tahun berapa? 



  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
  Sent: Tuesday, December 18, 2007 7:53 PM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9
  dec)

  Uly,

  Memang banyak alasan bagi orang untuk ganti nama, tapi yang paling
  berpengaruh tetap Kampanye teror  dari Orba, saya merasakan sendiri
  situasinya, kakak saya diberi surat panggilan(lupa instansi mana) untuk
  datang mengubah nama. mungkin saja surat panggilan ini bisa diabaikan,
  toh tidak jelas sagsinya, tapi di zaman horor itu siapa yang berani
  berresiko? saya berhasil lolos dari situasi delematis ini karena saat
  itu masih WNA, dan surat WNInya baru keluar setelah mendekati lulus S1.
  walau demikian, saya juga merasakan tekanan psikologis saat kuliah,
  karena menjadi mahluk langka dng nama ajaib. apalagi saat ikut kegiatan
  extra kampus, saat diabsen satu persatu (yang mengabsen tdk bisa lancar
  mengeja lagi), semua mata tertuju pada saya..oh, perlu mental
  kuat.

  - Original Message - 
  From: Ulysee 
  To: HYPERLINK
  mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
  com 
  Sent: Friday, December 14, 2007 7:06 PM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9
  dec)

  Oh ya?

  menimbang : 
  bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada
  sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu
  sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan
  merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? 

  Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue
  soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti
  nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah
  keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang
  suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. 
  Dan yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi
  terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya
  sendiri.
  Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang
  yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja
  berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga
  orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga
  melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti.

  oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru
  dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi
  enggak bisa

RE: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-14 Terurut Topik Ulysee
Oh ya?
 
menimbang : 
bahwa dalam beberapa kesempatan tidak ada maksud paksaan, tapi ada
sebagian orang merasa dipaksa menggunakan istilah tertentu
sehingga meragukan bahwa unsur pemaksa dan penekan ini apa bukan
merupakan anggapan pribadi sementara orang saja? 
 
Paroh artikel di bawah ini pernah gue posting di sebelah, dan yang gue
soroti adalah, pada masa itu ada BANYAK ALASAN orang untuk segera ganti
nama. Sebagian dengan alasan 'bunglon', menyembunyikan diri di tengah
keramaian. Dan supaya alasan pribadinya tidak diketahui orang, kadang
suka menakut nakuti kawannya supaya ikutan ganti nama. 
Dan  yang jadi korban adalah mereka yang tidak tahu apa apa, tapi
terseret sehingga merasa HARUS ikut ganti nama karena kekuatirannya
sendiri.
Apalagi saat itu arus informasi ngga sebebas sekarang, sedikit orang
yang pernah baca aturan dan keputusan pemerintah (jaman sekarang aja
berapa banyak sih yang mau baca dan memahami undang undang?) sehingga
orang mudah sekali dipengaruhi, dihasut, dan ditakut takuti sehingga
melakukan sesuatu dengan alasan yang tidak pasti.
 
oh ya, kata engkong, keputusan peraturan ganti nama tjina itu baru
dibuat setelah BANYAK ORANG yang ingin mengganti nama cina nya, tapi
enggak bisa dilayani sebab birokrasi belon dapet JUKLAK nya, maka untuk
keperluan melayani orang-orang yang mau ganti nama itulah dikeluarkan
peraturan tsb sebagai pedoman untuk prosedur pelayanan bagi mereka yang
MAU ganti nama. Boleh di crosscheck deh informasi engkong, mana duluan
yang berbondong bondong mau ganti nama, atau keputusan peraturan duluan?
 
Yet, gue pengen mengutip kata kata Yap Thiam Hien di Sinar harapan
(25-27 januari 1967) yang menurut gue masih 'nyambung' sehubungan soal
nama ini:

... Akan tetapi mengganti nama tidak akan memuaskan rasialisme. Juga
tidak akan menyenangkan atau menimbulkan penghargaan pada orang orang
pribumi yang baik dan yang berpikir rasional.
Bagi pembinaan kesatuan bangsa, mengganti nama sama sekali tidak punya
arti dan faedah sedikitpun. Adalah naif sekali untuk mengira bahwa
mengganti nama merupakan langkah positif ke arah proses persatuan
bangsa. Proses Asimilasi/integrasi minoritas Cina ke dalam mayoritas
pribumi juga bukanlan conditio sine qua non bagi kesatuan bangsa. Ini
tergantung pada faktor-faktor lain yang lebih banyak dan kompleks.

Jadi apa gunanya mengganti nama? Mengganti nama hanya berguna bagi
orang orang yang ingin mencapai tujuan pribadi yang egoistis: untuk
menyelamatkan posisi, perdagangan, jaminan masuk sekolah/universitas dan
jaminan bagi hari depan. Para idealis yang mengganti nama cina mereka
boleh memprotes kata-kata yang keras ini. Tetapi idealisme pun bisa
dikelabui oleh verbogen wensen, bisa jadi korban dari zelf bedrog.

Ganti nama an sich adalah hak dan kebebasan pribadi. tidak ada yang
boleh memaksa orang memakai nama ini atau nama itu. Tetapi sama halnya
dengan hak dan kebebasan, mengganti nama juga bisa disalahgunakan.

Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan
latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu?

 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
Sent: Thursday, December 13, 2007 8:25 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember



Yang menjadi unsur pemaksa dan penekan bagi masayarakat Tionghoa
sebenanya adalah pasal2 dibawah ini:

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka nation dan character building
Indonesia; proses asimilasi warga negara Indonesia keturunan asing
kedalam tubuh bangsa Indonesia harus dipertjepat; 
2. Bahwa penggantian nama dari orang Indonesia keturunan asing dengan
nama jang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong usaha
asimilasi ini; 

Mengingat peraturan ini dikeluarkan pada saat gencar2nya teror putih,
dimana banyak orang Tinghoa dituduh menjadi antek RRT dan menjadi
simpatisan PKI, dampaknya menjadi sangat besar, yang segan mengganti
nama harus siap menerima tuduhan bahwa dia tak mau berasimilasi dan
menghambat nation building. akibatnya, sebagian besar warga Tionghoa
memilih aman dng berganti nama. ini adalah strategi politik yang umum
dipakai pemerintahan totaliter. seperti pemerintahan RRT di zaman
revolusi kebudayaan, semua yang berhubungan surat dng warga asing
dituduh mata2. padahal di undang2 resmi tak ada larangan.

ZFy

- Original Message - 
From: dewa mabuk 
To: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com 
Sent: Thursday, December 13, 2007 5:17 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] notulen pangjay 9 desember

Informasi bagi yang ingin tahu:

Peraturan mengenai Ganti Nama TJINA menjadi nama Indonesia dituangkan
dalam Keputusan Presidium Kabinet nomor 127/U/Kep.12/-166 yang
ditetapkan di jakarta pada tanggal 27 Desember 1966 (bertepatan dengan
ulangtahun Konferensi Meja Bundar).

Secara formal, dalam Keputusan itu tidak ada kewajiban untuk ganti nama,
yang ada adalah perintah untuk melayani 

Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-14 Terurut Topik gsuryana
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]

 Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira berapa banyak alasan dan
 latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya pada masa itu?
+++
Khusus untuk masyarakat tenglang Cianjur, ganti nama pada saat itu menjadi 
sebuah keharusan.tidak ganti nama langsung di cap PKI.
Yang sialnya nama pun dipilih oleh lurah seenak dia, tanpa kita bisa 
memilih.

Seperti halnya nama ku Gunawan Suryana, Ayah Rivai Sumantri, Ibu Yenny 
Suwarna, semua gak nyambung...beneran deh bikin sengak...yang berani 
ngotot juga ada sih, palingan marga doangan yang di ikut kan, semisal marga 
Lie menjadi Lili ( Gunawan Lili aslinya Lie Djie Hoat )pokoke 
nama Gunawan jadi beken deh di Cianjur ntu waktu..( suer banyak banget orang 
sepantaran ku yang bernama Gunawan, bila aku gundul sih masih mending jadi 
Gundul Menawan, lha aku Gondrong ? )...
Yang perempuan bisa dibilang berakhiran wati.Yuliawati, Sariwati, 
Meliawati, Mulia wati, pokoke semua serbawati..:o( ( maklum 
peragawati dan wartawati belon populer ngkali...

Undang Undang ?, siapa yang tahu ada Undang Undang ?, sejak 65 an bisa 
dibilang banyak Undang Undang selain bias juga tidak di sosialisasikan.

sur



Re: [budaya_tionghua] soal ganti nama (was notulen pangjay 9 dec)

2007-12-14 Terurut Topik Mr sanliong thee
Kang Sur,
Selamat pagi,terima kasih sudah meluangkan waktu untuk
bertemu saya bersama moderator,suatu kehormatan bagi
saya.
Mengganti nama merupakn hal yang menyakitkan waktu itu
terutama pada orang yang masih menghormati nama
keluarga yang didapatkan turun temurun walaupun
pemerintah pada saat itu tujuan nya adalah baik,tetapi
seperti kita semua tahu bahwa gaji goverment servant
are not good and chinese Indonesia adalah warganegara
kelas dua yang paling mudah untuk di intimidasi dan
diperas, dan tentu saja tidak semua pegawai pemerintah
seperti itu,masih ada yang baik.
Di Thailand juga sebagian chinese nya mengganti nama
mereka ke nama thailand karena mereka menghormati
rajanya dan juga ada budaya saling menghormati antara
penduduk asli dan pendatang chinese atau dari negara
lain.
Anyway seperti kita ketahui pemerintah pada waktu itu
tidak memaksa chinese Indonesia untuk mengganti nama
seperti Yap Thiam Hien tetapi kebanyakan chinese indo
sudah takut...jadi ya mau tak mau.
Di banyak negara kalau kita menjadi warga dari negara
tsb,tidak ada keharusan untuk mengganti
nama,diharuskan membaur dsb nya hanya himbauan untuk
dapat fasih berbahasa negara tsb,kalau tidak akan
menyulitkan untuk berkomunikasi dll sebagainya.
Apa tidak lebih baik pakai nomor aje ,gampang diingat
dan hemat waktu heheehehehe

--- gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
 
  Menarik khan untuk direnung renung, kira-kira
 berapa banyak alasan dan
  latar belakang orang untuk ganti nama Cina nya
 pada masa itu?
 +++
 Khusus untuk masyarakat tenglang Cianjur, ganti nama
 pada saat itu menjadi 
 sebuah keharusan.tidak ganti nama langsung di
 cap PKI.
 Yang sialnya nama pun dipilih oleh lurah seenak dia,
 tanpa kita bisa 
 memilih.
 
 Seperti halnya nama ku Gunawan Suryana, Ayah Rivai
 Sumantri, Ibu Yenny 
 Suwarna, semua gak nyambung...beneran deh bikin
 sengak...yang berani 
 ngotot juga ada sih, palingan marga doangan yang di
 ikut kan, semisal marga 
 Lie menjadi Lili ( Gunawan Lili aslinya Lie Djie
 Hoat )pokoke 
 nama Gunawan jadi beken deh di Cianjur ntu waktu..(
 suer banyak banget orang 
 sepantaran ku yang bernama Gunawan, bila aku gundul
 sih masih mending jadi 
 Gundul Menawan, lha aku Gondrong ? )...
 Yang perempuan bisa dibilang berakhiran
 wati.Yuliawati, Sariwati, 
 Meliawati, Mulia wati, pokoke semua
 serbawati..:o( ( maklum 
 peragawati dan wartawati belon populer ngkali...
 
 Undang Undang ?, siapa yang tahu ada Undang Undang
 ?, sejak 65 an bisa 
 dibilang banyak Undang Undang selain bias juga tidak
 di sosialisasikan.
 
 sur
 
 



  Make the switch to the world's best email. Get the new Yahoo!7 Mail now. 
www.yahoo7.com.au/worldsbestemail