RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
Kakak saya juga tidak mempunyai orang yang dipanggil mama dan papa, karena mengalami hal yang sama seperti anda. Ketika dia masih kecil, dia selalu sakit. Setelah ditanyakan pada “orang pinter”, diberitahukan bahwa dia ‘tjiong’ sama papa, dan dianjurkan agar dia diberikan pada orang lain. Karena orang tua tidak tega memberikannya pada orang lain, jadi dia dirawat oleh tante (Yiyi) yang adalah adik mama. Memang setelah itu dia tidak pernah sakit yang terus-terusan itu, tetapi setiap disentuh oleh papa kalau ketemu (ketika masih kecil), dia langsung panas (sakit). Untuk selamanya dia memanggil mama dan papanya dengan panggilan Sukme dan Asuk. Kami berasal dari Jakarta, dan setelah menikah kakak menetap di Jawa Timur. Mudah-mudahan informasi ini berguna. iin -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan Sent: Tuesday, July 26, 2005 4:26 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman Rekan-rekan sekalian, Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan sekitarnya, tanpa melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak mengerti. Contohnya adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu kandung saya bukan dengan sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi. Terhadap ayah kandung saya tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya sendiri, teman saya memanggil mamanya engan encim, papanya dengan acek. Keponakan saya sendiri memanggil mamanya dengan sebutan a yi, papanya dengan sebutan suk suk / paman. Sejauh ini jawaban yang saya dapatkan adalah karena dulu di masa kecil saya sering sakit, makanya nama saya diganti dan panggilan terhadap orang tua kandung juga diganti. Apakah hal ini berlaku di kebudayaan tionghua, karena selama ini di jawa saya belum bertemu orang yang senasib. Dan apakah berhubungan dengan hitung- hitungan shio, hari lahir, chiong dll ? thx, hy .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
Yah, cara yang juga umum kalau ada keadaan begitu adalah mencari orang lain yang tidak ada hubungan darah untuk diangkatkan sebagai anak angkat. Pemilihan orang tua angkat ini biasanya ditentukan atas dasar shio suami istri yang bersangkutan. Bila dihitung cocok, maka segeralah diangkatkan dengan ritual sederhana. Adik paling kecil saya dulu sering rewel waktu kecil, sakit2an dan sebagainya. Mendengar saran orang tua maka dicarikanlah orang tua angkat bagi adik bungsu saya itu. Setelah itu, sedikit sekali terdengar keadaan adik saya merepotkan bagi orang tua. Efek positif dari kepercayaan seperti ini adalah mempererat hubungan 2 keluarga. 2 keluarga yang tidak kenal sama sekali tiba2 diikatkan jadi satu karena adik saya. Adik bungsu saya juga dapat angpau dobel. Itu dulu sering menjadi satu kecemburuan bagi abang2nya yang tidak punya orang tua angkat. Rinto Jiang Lim Wiss wrote: Tidak semua anak yang chiong ama ortu tidak boleh panggil ortu dengan panggilan papa & mama. Mamaku pernah cerita kalau saya masih kecil sering sakit-sakitan. Lalu mamaku minta saya (waktu itu saya sekitar umur 3 tahun) panggil mama saya dengan sebutan yi yi (tante) tetapi saya tidak mau. Akhirnya mamaku menyerah dan saya tetap panggil mamaku dengan panggilan mama. Hanya saya diangkat anak oleh 18 Lou Han. Hanya bawa ke klenteng lalu diurus pengangkatan anak oleh para pengurus klenteng. -Lim Wiss- -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com] On Behalf Of Steve Haryono Sent: Tuesday, July 26, 2005 3:28 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman Hallo, Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi. Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau apa saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau keluarga tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ? Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu anak pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa juga : mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua ini dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan kemudian meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan ramalan dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan saya yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau kita selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu datang kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok, padahal kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun). Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau ramalan sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang pinter" yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau mami dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si anak ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua kandungnya, sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang ke 5 lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan tidak dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa baru yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa, sedangkan yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante. Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap memanggil oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang. salam, steve - Original Message - From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman > Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya > berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak > anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir > anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak > sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka > orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya > orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener > gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi > dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh). > Kemarin dulu belasan tahun kebelakang
RE: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
Tidak semua anak yang chiong ama ortu tidak boleh panggil ortu dengan panggilan papa & mama. Mamaku pernah cerita kalau saya masih kecil sering sakit-sakitan. Lalu mamaku minta saya (waktu itu saya sekitar umur 3 tahun) panggil mama saya dengan sebutan yi yi (tante) tetapi saya tidak mau. Akhirnya mamaku menyerah dan saya tetap panggil mamaku dengan panggilan mama. Hanya saya diangkat anak oleh 18 Lou Han. Hanya bawa ke klenteng lalu diurus pengangkatan anak oleh para pengurus klenteng. -Lim Wiss- -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Steve Haryono Sent: Tuesday, July 26, 2005 3:28 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman Hallo, Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi. Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau apa saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau keluarga tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ? Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu anak pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa juga : mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua ini dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan kemudian meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan ramalan dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan saya yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau kita selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu datang kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok, padahal kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun). Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau ramalan sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang pinter" yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau mami dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si anak ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua kandungnya, sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang ke 5 lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan tidak dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa baru yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa, sedangkan yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante. Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap memanggil oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang. salam, steve - Original Message - From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman > Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya > berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak > anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir > anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak > sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka > orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya > orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener > gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi > dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh). > Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg > nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat > kerokan punya oma saya diembat, heheheh. > > Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki) > dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki > laki di keluarganya yang baru. > > Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya > bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara > makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake > makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam > masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara > keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang. > Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja? > Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si di jawa > juga ada upacara angkat anak sepert
[Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
Hallo, Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi. Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau apa saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau keluarga tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ? Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu anak pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa juga : mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua ini dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan kemudian meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan ramalan dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan saya yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau kita selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu datang kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok, padahal kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun). Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau ramalan sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang pinter" yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau mami dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si anak ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua kandungnya, sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang ke 5 lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan tidak dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa baru yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa, sedangkan yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante. Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap memanggil oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang. salam, steve - Original Message - From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman > Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya > berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak > anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir > anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak > sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka > orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya > orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener > gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi > dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh). > Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg > nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat > kerokan punya oma saya diembat, heheheh. > > Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki) > dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki > laki di keluarganya yang baru. > > Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya > bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara > makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake > makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam > masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara > keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang. > Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja? > Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si di jawa > juga ada upacara angkat anak seperti ini, ada yang tahu? Biar bisa bikin > studi banding, terutama symbol-simbolnya gitu. Sebab saya percayanya > tradisi Cina dan Jawa banyak mempernya. > > -Original Message- > From: Hendri Irawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Tuesday, July 26, 2005 2:26 PM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman > > Rekan-rekan sekalian, > > Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan sekitarnya, tanpa > melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak mengerti. Contohnya > adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu kandung saya bukan dengan > sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi. Terhadap ayah kandung saya > tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya
RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh). Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat kerokan punya oma saya diembat, heheheh. Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki) dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki laki di keluarganya yang baru. Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang. Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja? Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si di jawa juga ada upacara angkat anak seperti ini, ada yang tahu? Biar bisa bikin studi banding, terutama symbol-simbolnya gitu. Sebab saya percayanya tradisi Cina dan Jawa banyak mempernya. -Original Message- From: Hendri Irawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 26, 2005 2:26 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman Rekan-rekan sekalian, Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan sekitarnya, tanpa melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak mengerti. Contohnya adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu kandung saya bukan dengan sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi. Terhadap ayah kandung saya tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya sendiri, teman saya memanggil mamanya engan encim, papanya dengan acek. Keponakan saya sendiri memanggil mamanya dengan sebutan a yi, papanya dengan sebutan suk suk / paman. Sejauh ini jawaban yang saya dapatkan adalah karena dulu di masa kecil saya sering sakit, makanya nama saya diganti dan panggilan terhadap orang tua kandung juga diganti. Apakah hal ini berlaku di kebudayaan tionghua, karena selama ini di jawa saya belum bertemu orang yang senasib. Dan apakah berhubungan dengan hitung- hitungan shio, hari lahir, chiong dll ? thx, hy .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/