RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

2005-07-26 Terurut Topik H&I Pfister










Kakak saya juga tidak mempunyai orang yang
dipanggil mama dan papa, karena mengalami hal yang sama
seperti anda. Ketika dia masih kecil, dia selalu sakit.
Setelah ditanyakan pada “orang pinter”, diberitahukan
bahwa dia ‘tjiong’ sama papa, dan dianjurkan agar dia diberikan
pada orang lain. Karena orang tua tidak tega memberikannya pada orang lain, jadi dia dirawat oleh tante (Yiyi) yang adalah adik
mama. Memang setelah itu dia tidak pernah sakit yang
terus-terusan itu, tetapi setiap disentuh oleh papa kalau ketemu (ketika masih
kecil), dia langsung panas (sakit). Untuk selamanya dia memanggil mama dan papanya
dengan panggilan Sukme dan Asuk. Kami berasal dari Jakarta, dan setelah menikah
kakak menetap di Jawa Timur.

 

Mudah-mudahan
informasi ini berguna.

 

iin

 

-Original Message-
From:
budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
Sent: Tuesday, July 26, 2005 4:26
PM
To:
budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua]
Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

 

Rekan-rekan sekalian,

Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan
sekitarnya, tanpa 
melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak
mengerti. Contohnya 
adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu
kandung saya bukan dengan 
sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi.
Terhadap ayah kandung saya 
tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya
sendiri, teman saya 
memanggil mamanya engan encim, papanya dengan
acek. Keponakan saya 
sendiri memanggil mamanya dengan sebutan a yi,
papanya dengan sebutan 
suk suk / paman. Sejauh ini jawaban yang saya
dapatkan adalah karena 
dulu di masa kecil saya sering sakit, makanya nama
saya diganti dan 
panggilan terhadap orang tua kandung juga diganti.
Apakah hal ini 
berlaku di kebudayaan tionghua, karena selama ini
di jawa saya belum 
bertemu orang yang senasib. Dan apakah berhubungan
dengan hitung-
hitungan shio, hari lahir, chiong dll ?

thx,
hy












.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

2005-07-26 Terurut Topik Rinto Jiang






Yah, cara yang juga umum kalau ada keadaan begitu adalah mencari orang
lain yang tidak ada hubungan darah untuk diangkatkan sebagai anak
angkat. Pemilihan orang tua angkat ini biasanya ditentukan atas dasar
shio suami istri yang bersangkutan. Bila dihitung cocok, maka segeralah
diangkatkan dengan ritual sederhana. Adik paling kecil saya dulu sering
rewel waktu kecil, sakit2an dan sebagainya. Mendengar saran orang tua
maka dicarikanlah orang tua angkat bagi adik bungsu saya itu. Setelah
itu, sedikit sekali terdengar keadaan adik saya merepotkan bagi orang
tua.

Efek positif dari kepercayaan seperti ini adalah mempererat hubungan 2
keluarga. 2 keluarga yang tidak kenal sama sekali tiba2 diikatkan jadi
satu karena adik saya. Adik bungsu saya juga dapat angpau dobel. Itu
dulu sering menjadi satu kecemburuan bagi abang2nya yang tidak punya
orang tua angkat.


Rinto Jiang




Lim Wiss wrote:

Tidak semua anak yang chiong ama ortu tidak boleh panggil ortu dengan
panggilan papa & mama.
  
Mamaku pernah cerita kalau saya masih kecil sering sakit-sakitan. Lalu
mamaku minta saya (waktu itu saya sekitar umur 3 tahun) panggil mama
saya
dengan sebutan yi yi (tante) tetapi saya tidak mau.
  
Akhirnya mamaku menyerah dan saya tetap panggil mamaku dengan panggilan
mama. Hanya saya diangkat anak oleh 18 Lou Han. Hanya bawa ke klenteng
lalu
diurus pengangkatan anak oleh para pengurus klenteng.
  
-Lim Wiss-
  
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com] On Behalf Of Steve Haryono
Sent: Tuesday, July 26, 2005 3:28 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan
bibi/paman
  
Hallo,
  
Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi.
Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau
apa 
saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau
keluarga 
tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh 
banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ?
Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan 
ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu
anak
  
pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa
juga
  
: mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka 
mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua
ini 
dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan
kemudian 
meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan
ramalan 
dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak
  
pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya 
sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan
saya
  
yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau
kita
  
selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu
datang
  
kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok,
padahal 
kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun).
  
Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau
ramalan 
sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang
pinter"
  
yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau
mami
  
dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si
anak 
ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua
kandungnya, 
sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang
ke 5 
lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan
tidak 
dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa
baru 
yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa,
sedangkan 
yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante.
  
Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) 
secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap
memanggil
  
oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang.
  
salam,
steve
  
- Original Message - 
From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan
bibi/paman
  
  
> Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi
alasannya
> berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu
enggak
> anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir
> anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak
> sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka
> orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya
> orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya
bener
> gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak
nanti jadi
> dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang
deh).
> Kemarin dulu belasan tahun kebelakang

RE: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

2005-07-26 Terurut Topik Lim Wiss
Tidak semua anak yang chiong ama ortu tidak boleh panggil ortu dengan
panggilan papa & mama.

Mamaku pernah cerita kalau saya masih kecil sering sakit-sakitan. Lalu
mamaku minta saya (waktu itu saya sekitar umur 3 tahun) panggil mama saya
dengan sebutan yi yi (tante) tetapi saya tidak mau.

Akhirnya mamaku menyerah dan saya tetap panggil mamaku dengan panggilan
mama. Hanya saya diangkat anak oleh 18 Lou Han. Hanya bawa ke klenteng lalu
diurus pengangkatan anak oleh para pengurus klenteng.

-Lim Wiss-

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Steve Haryono
Sent: Tuesday, July 26, 2005 3:28 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan
bibi/paman

Hallo,

Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi.
Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau apa 
saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau keluarga 
tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh 
banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ?
Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan 
ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu anak

pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa juga

: mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka 
mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua ini 
dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan kemudian 
meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan ramalan 
dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak 
pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya 
sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan saya

yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau kita

selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu datang

kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok, padahal 
kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun).

Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau ramalan 
sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang pinter"

yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau mami

dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si anak 
ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua kandungnya, 
sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang ke 5 
lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan tidak 
dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa baru 
yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa, sedangkan 
yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante.

Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) 
secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap memanggil

oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang.

salam,
steve

- Original Message - 
From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman


> Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya
> berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak
> anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir
> anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak
> sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka
> orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya
> orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener
> gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi
> dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh).
> Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg
> nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat
> kerokan punya oma saya diembat, heheheh.
>
> Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki)
> dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki
> laki di keluarganya yang baru.
>
> Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya
> bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara
> makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake
> makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam
> masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara
> keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang.
> Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja?
> Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si  di jawa
> juga ada upacara angkat anak sepert

[Spam] Re: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

2005-07-26 Terurut Topik Steve Haryono
Hallo,

Di keluarga saya ada yang lebih lucu lagi.
Salah satu keluarga ada dulu yang pernah di ramal (entah kwamia atau apa 
saya sendiri kurang jelas, sebab saya masih kecil waktu itu) kalau keluarga 
tersebut hanya boleh mempunyai 1 keturunan dan tidak lebih. Anak boleh 
banyak, tetapi keturunan cuman boleh 1. Naaah, bingung khan ?
Keluarga saya itu mungkin pada awalnya tidak mau percaya dengan 
ramalan-ramalan tadi, sehingga tidak begitu dipikirkan akibatnya. Waktu anak 
pertama lahir, anak itu biasa, dan memanggil orang tuanya seperti biasa juga 
: mama/papa (atau mami/papi entah lah). Waktu anak kedua lahir mereka 
mungkin lupa akan ramalannya, dan beberapa bulan kemudian anak kedua ini 
dibawa kedokter ternyata ada kelainan jantung, dan beberapa bulan kemudian 
meninggal. Saya kurang tau, apakah mereka sudah mulai ingat akan ramalan 
dulu itu. Tetapi ketika anak ketiga lahir setelah beberapa minggu, anak 
pertamanya jatuh sakit, dan bahkan meninggal secara cepat sekali. Saya 
sempat sedit sekali, karena anak pertama keluarga ini adalah adik misan saya 
yang hanya berbeda 1 tahun lebih muda, sehingga dapat dibayangkan kalau kita 
selalu bermain bersama-sama. Kalau ada acara malam imlek, kami selalu datang 
kerumah engkong/ema dan serasa waktu itu kami tidak pernah cekcok, padahal 
kita masih sama-sama kecil (sekitar 5-6 tahun).

Nah ketika anak ini meninggal, baru oom/tante saya ini sadar kalau ramalan 
sebelumnya. Kalau tidak salah mereka bahkan menanyakan kepada "orang pinter" 
yang menyimpulkan bahwa yang boleh memanggil mereka mama dan papa (atau mami 
dan papi) hanya boleh 1 orang saja. Jadi waktu anak ke 4 mau lahir, si anak 
ketiga ini diajarkan memanggil oom dan tante kepada orang tua kandungnya, 
sehingga yang kecil bisa memanggil mama/papa. Demikian juga waktu yang ke 5 
lahir, yang ke 4 memanggil oom/tante lagi. Supaya tidak janggal dan tidak 
dibuat ejekan bagi teman-teman sekolahnya, mereka mempunyai mama/papa baru 
yaitu yang sebenarnya oom/tante asli mereka panggil mama/papa, sedangkan 
yang mama/papa asli mereka justru panggil oom/tante.

Saya sendiri kurang tau apakah anak-anak itu (saudara sepupu saya itu) 
secara rituil/resmi di kwepang atau tidak. Yang pasti mereka tetap memanggil 
oom dan tante kepada orang tuanya sendiri sampai sekarang.

salam,
steve

- Original Message - 
From: "ulysee" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, July 26, 2005 10:12 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman


> Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya
> berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak
> anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir
> anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak
> sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka
> orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya
> orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener
> gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi
> dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh).
> Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg
> nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat
> kerokan punya oma saya diembat, heheheh.
>
> Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki)
> dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki
> laki di keluarganya yang baru.
>
> Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya
> bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara
> makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake
> makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam
> masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara
> keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang.
> Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja?
> Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si  di jawa
> juga ada upacara angkat anak seperti ini, ada yang tahu? Biar bisa bikin
> studi banding, terutama symbol-simbolnya gitu. Sebab saya percayanya
> tradisi Cina dan Jawa banyak mempernya.
>
> -Original Message-
> From: Hendri Irawan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, July 26, 2005 2:26 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman
>
> Rekan-rekan sekalian,
>
> Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan sekitarnya, tanpa
> melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak mengerti. Contohnya
> adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu kandung saya bukan dengan
> sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi. Terhadap ayah kandung saya
> tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya 

RE: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

2005-07-26 Terurut Topik ulysee
Oh di jawa juga banyak. Di keluarga saya juga banyak, tapi alasannya
berbagai bagai. Ada yang lantaran ciong - maka jadi sakitan kalu enggak
anaknya ya bapaknya. Biasanya katanyaaa lantaran shio dan jam lahir
anaknya bentrok sama orangtuanya, masalah yang bisa timbul: si anak
sakitan, atau kalau shio dan jam anak dianggap lebih kuat maka
orangtuanya yang sakitan atau susah rejeki, ada juga yang katanya
orangtuanya jadi pendek umur. Jadi si anak di kweepang (istilahnya bener
gak nih)kayak dijual gitu, suka suka dibayar sepicis (si anak nanti jadi
dipanggil si picis) atau segobang (anaknya dipanggil si gobang deh).
Kemarin dulu belasan tahun kebelakang, keluarga sempet pusngg
nyariin segobang buat upacara ngangkat anak, alhasil uang logam buat
kerokan punya oma saya diembat, heheheh. 

Ada juga lantaran keluarga yang mengambil enggak punya anak (laki-laki)
dan biasanya si anak ini dibeli dengan harapan nanti mancing anak laki
laki di keluarganya yang baru. 

Yang saya pingin tahu, upacara pengangkatan anak ini ritualnya
bagaimana. Waktu kec itu saya pernah lihat satu kali. Ada acara
makan besar (sebagaimana biasanya ritual orang tionghua banyak pake
makan makan, pada jago makan enak semua sih, hehehhe) berapa macam
masakan yang harus ada dan apa aja itu yang saya lupa. Terus ada acara
keluar masuk kolong meja dan upacara sembahyang. 
Ada yang tahu ritualnya lengkapnya apa aja? Dan sebagai symbol apa aja?
Kalu ada yang kumplit plit plit gitu lhoh. Kalo ngga salah si  di jawa
juga ada upacara angkat anak seperti ini, ada yang tahu? Biar bisa bikin
studi banding, terutama symbol-simbolnya gitu. Sebab saya percayanya
tradisi Cina dan Jawa banyak mempernya. 

-Original Message-
From: Hendri Irawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, July 26, 2005 2:26 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Memanggil orang tua kandung dengan bibi/paman

Rekan-rekan sekalian,

Di komunitas tionghoa sumatera bagian utara dan sekitarnya, tanpa 
melihat suku, ada satu masalah yang saya tidak mengerti. Contohnya 
adalah diri saya sendiri. Saya memanggil ibu kandung saya bukan dengan 
sebutan mama/niang tapi dengan a yi / bibi. Terhadap ayah kandung saya 
tetap memanggil papa. Dan ternyata bukan saya sendiri, teman saya 
memanggil mamanya engan encim, papanya dengan acek. Keponakan saya 
sendiri memanggil mamanya dengan sebutan a yi, papanya dengan sebutan 
suk suk / paman. Sejauh ini jawaban yang saya dapatkan adalah karena 
dulu di masa kecil saya sering sakit, makanya nama saya diganti dan 
panggilan terhadap orang tua kandung juga diganti. Apakah hal ini 
berlaku di kebudayaan tionghua, karena selama ini di jawa saya belum 
bertemu orang yang senasib. Dan apakah berhubungan dengan hitung-
hitungan shio, hari lahir, chiong dll ?

thx,
hy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links



 






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/