CiKEAS Anak Terlantar RI Capai 5,4 Juta

2010-03-14 Terurut Topik sunny
Refleksi : Kenaikan angka penduduk miskin di negara kleptokratik adalah gejala 
yang tidak dapat dihindarkan. Pemberian uang tunai hanya oleh-oleh untuk waktu 
singkat. Hal ini banyak dilakukan, teristimewa menjelang masa kampanye pemilu 
untuk memperharum nama caleg, caper etc, tetapi bukan  sebagai obat mujarab 
untuk  membasmi kemiskinan dan akar-akarnya.

http://www.antaranews.com/berita/1268547583/anak-terlantar-ri-capai-5-4-juta


Anak Terlantar RI Capai 5,4 Juta
Minggu, 14 Maret 2010 13:19 WIB | Peristiwa | Umum | 
Mataram (ANTARA News) - Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri, menyatakan bahwa 
anak terlantar di Indonesia yang usianya dibawah 18 tahun terus bertambah dan 
kini jumlahnya telah mencapai 5,4 juta orang.

Tingkat pertumbuhan anak-anak terlantar itu jelas tidak sehat karena tidak di 
rumah, dan kurang mendapat perlindungan seperti akses belajar, kesehatan dan 
lain-lain, kata Salim Segaf dalam pertemuan silaturahmi di Pondok Pesantren 
Nurul Hakim, Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Minggu. 

Ia mengatakan, dari 5,4 juta anak terlantar itu, sebanyak 232 ribu diantaranya 
merupakan anak jalanan yang terbagi atas tiga kelompok yakni kelompok anak-anak 
yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan, dan 
kelompok anak yang mendekati jalanan.

Khusus di Jakarta, jumlah anak jalanan telah mencapai 12 ribu orang, sesuai 
hasil pendataan dinas sosial setempat, kalau di daerah lain seperti NTB juga 
cukup banyak tapi saya tidak ingat datanya, ujarnya.

Mensos Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II itu juga mengungkapkan jumlah 
penyandang cacat di Indonesia yang telah mencapai 1,6 juta orang, termasuk 
penyandang cacat berat (kesulitan bergerak) mencapai 163 ribu orang.

Dari 163 ribu penyandang cacat berat itu, baru 17 ribu orang yang mendapat 
santunan dari pemerintah berupa uang tunai sebesar Rp300 ribu/bulan yang 
diterima melalui PT Posindo.

Selain itu, jumlah lansia terlantar usia 60-80 tahun di Indonesia saat ini 
telah mencapai 1,7 juta jiwa, dan baru sekitar 10 ribu orang diantaranya yang 
mendapat santuan sebesar Rp300 ribu/bulan, juga melalui PT Posindo.

Jadi, belum banyak yang kita berikan santuan terkait keterbatasan anggaran 
namun akan terus diupayakan untuk meningkatkannya, ujarnya.

Pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga menyebut jumlah penduduk 
Indonesia yang belum memiliki rumah layak huni masih mencapai 2,3 juta keluarga.

Penduduk yang belum memiliki rumah layak huni itu, termasuk yang tinggal 
diatas pohon seperti di Irian Jaya (Papua), dan beberapa provinsi yang pernah 
saya kunjungi, ujarnya.

Demikian pula, jumlah Komunitas Atas Terpencil (KAT) di berbagai daerah di 
Indonesia yang jumlahnya mencapai 225 ribu keluarga, termasuk yang ada di 
wilayah NTB.

Menurut Salim Segaf, secara keseluruhan, pemberdayaan KAT di Indonesia baru 
sekitar 31,2 persen sehingga masih sekitar 68,8 persen yang belum diberdayakan. 

Semuanya itu jumlahnya cukup signifikan, termasuk wanita yang mempunyai 
permasalahan ekonomi, sosial, juga cukup banyak, jumlahnya jutaan orang, 
ujarnya.

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial itu, menurut Salim Segaf, 
harus ada keterpaduan antara pemerintah dengan lembaga kemasyarakatan serta 
kesadaran berbagai komponen masyarakat.

Kalau setiap orang membantu seorang saja untuk keluar dari permasalahan sosial 
itu, maka masalahnya akan selesai, itu yang diharapkan pemerintah demi 
peningkatan kesejahteraan masyarakat, ujarnya.
(T. ANT/P003)

CiKEAS Dicari Pelukis Ilsutrator/Kartun

2010-03-14 Terurut Topik kabarindonesia
Dicari Pelukis Islustrator/Kartun
Terima kasih kepada pak Modie yang telah meloloskan artikel ini. 

Dalam waktu dekat ini kami merencanakan akan menerbitkan sebuah buku untuk ini 
dicari pelukis Ilustrator/Kartun yang berbakat dan bersedia untuk membantu kami.

Adapun pekerjaan yang ditawarkan adalah pekerjaan freelance atau sampingan, 
sehingga dengan mana Anda dapat mengerjakannya dirumah

Apabila Anda memiliki bakat dan mampu melukis Ilustrator untuk menghias sebuah 
buku, silahkan kirimkan CV maupun beberapa contoh dari hasil lukisan Anda ke 
alamat Redaksi:
redaksiatkabarindonesia.com

Harian Online KabarIndonesia
www.kabarindonesia.com




Re: CiKEAS promo modem bundling XL hanya Rp599 ribu

2010-03-14 Terurut Topik :: nepha ::
selain ini, ada yang lain ga mas?
yang gratisnya setaun gitu.. :)

On 3/14/10, herman sahputra hermansa...@yahoo.com wrote:
 bagi yang membutuhkan modem untuk laptop, kami sedang promo besar-besaran
 modem haier wm220 bundling xl
 hanya Rp599.000 (sudah termasuk free penggunaan selama satu bulan).
 promo ini hanya berlaku hingga akhir maret ini.. buruaaan


 informasi lebih lanjut bisa mengklik :


 http://nyambungterus.com/order_modem/


   Get your preferred Email name!
 Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
 http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/


CiKEAS I'm staying put, declares Sheik Mansour Leghaei

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://www.theaustralian.com.au/news/nation/im-staying-put-declares-sheik-mansour-leghaei/story-e6frg6nf-1225840678715





Sheik Mansour Leghaei with his wife Marzieh, right, daughter Fatima and son 
Ali. Picture: Jane Dempster

I'm staying put, declares Sheik Mansour Leghaei 
Natasha Robinson, ethnic affairs reporter 
From: The Australian 
March 15, 2010 12:00AM 

HE has been given just days to leave the country or be deported, but Iranian 
sheik Mansour Leghaei has no intention of packing his bags. 

Like Indian doctor Mohamed Haneef before him, he is convinced that the 
intelligence that has caused the Australian government to view him with 
suspicion will eventually be revealed as false. I am not the first person that 
they have proven to be wrong in their assessment, Sheik Mansour said 
yesterday. You remember the story of Dr Haneef?

I have never doubted that I am going to win this case, not only because I 
believe I am innocent and very unfairly treated. There have been many innocent 
people before me and after me as well.

The federal government is under increasing pressure to re-examine whether the 
Iranian sheik - who came to Australia in 1994 and has a reputation as a leading 
moderate Shia cleric - should be deported on the basis that he has been deemed 
a risk to national security. The government is believed to suspect Dr Leghaei 
of spying.

While Dr Leghaei has launched numerous legal battles seeking to have his 
security assessment reviewed in courts, all have failed. His only available 
avenue of review now lies with Immigration Minister Chris Evans.

The sheik must demonstrate that new information that was not before a tribunal 
or court has emerged in his case in order to meet Immigration Department 
guidelines for a case review.

But he will also be appealing to Senator Evans on humanitarian grounds.

In an interview with The Australian yesterday at the Imam Husain Islamic Centre 
in Earlwood in Sydney's inner southwest, Dr Leghaei cried as he described the 
impact of his impending deportation on his family. The sheik has three sons and 
one daughter. Two of his sons have permanent residency, as does his daughter, 
Fatima, who was born here. Son Ali, 21, does not have Australian citizenship 
and also faces deportation with his father.

Dr Leghaei has been given until Friday to leave the country.

A spokeswoman for the Immigration Department said the government had not yet 
received a request for ministerial intervention in Dr Leghaei's case. She said 
when such requests were received, it was standard for the applicant to be able 
to remain in Australia on a bridging visa pending the outcome of the review.

Related Coverage
  a.. Muslim cleric hard to replace The Australian, 2 days ago
  b.. Sheik in last-ditch bid to stay here The Australian, 5 days ago
  c.. Iranian cleric ordered to leave Perth Now, 22 Feb 2010
  d.. Iranian on brink of deportation The Australian, 31 Jan 2010
  e.. 'Poison pen' sheik unrepentant The Australian, 10 Nov 2009
654327-sheik-mansour-leghaei-15-03-10.jpg

CiKEAS 'We feel the pain of Balibo killings'

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://www.theaustralian.com.au/news/opinion/we-feel-the-pain-of-balibo-killings/story-e6frg6zo-1225840197257


'We feel the pain of Balibo killings' 
Greg Sheridan, Foreign editor 
From: The Australian 
March 13, 2010 12:00AM 
THE Indonesian President, Susilo Bambang Yudhoyono, discussed the ongoing 
controversy over the Balibo five - the five Australian journalists killed at 
Balibo during Indonesia's invasion of East Timor in 1975 - with his Foreign 
Minister, Marty Natalegawa, and other senior officials before deciding to make 
a serious gesture of sympathy to their families on his visit to Australia this 
week. 

Natalegawa, in an exclusive interview with The Weekend Australian, revealed 
that this was a considered and deliberate action by the Indonesians to take 
somecontrol of the issue to help put it to rest.

We thought about this a lot, Natalegawa told me in the course of a long 
discussion.

We don't want to deny what we have been saying in the past - that we want to 
remain forward looking, not looking backwards. We have a mechanism for 
addressing the past with Timor Leste (East Timor), the Truth and Friendship 
Commission.

So we didn't want to contradict everything we have previously said, but there 
was an urgent need to reach out in a personal way to the grieving families. We 
want to show them that we feel their pain, we feel their grief.

We are looking forward but, in looking forward, we don't want to be 
insensitive to the sufferings of the families. We want to express our 
sensitivity to them.

SBY's gesture on the Balibo Five was precisely calibrated.

A statement was issued from the office of Prime Minister Kevin Rudd saying that 
the two leaders - SBY and Rudd - both expressed their sympathy for those 
bereaved by the tragedy including Shirley Shackleton.

Shackleton, the widow of Greg Shackleton, attended the formal lunch in 
parliament house for SBY as a guest of independent senator Nick Xenophon. SBY 
and Rudd had discussed the fact that she had a letter for the President and 
during the lunch one of the President's officials approached her and received 
the letter on SBY's behalf. The Indonesian official extended his condolences to 
Shackleton.

This demonstrates the political maturity and self confidence of SBY's 
presidency. It also displays a growing willingness of the Indonesian political 
culture to deal with the Balibo Five issue, that has plagued 
Australia-Indonesia relations for 35 years. When the Australian film, Balibo, 
came out, Tempo, Indonesia's most prestigious news magazine, ran a cover story 
which interviewed a witness to the killings. Although the Tempo account pointed 
out some of the many inaccuracies in the film, it did support the narrative 
that the journalists were captured by Indonesian soldiers and shot after being 
captured.

Although the film was banned in Indonesia it has received countless private and 
even semi-public screenings.

The editor of the English edition of Tempo later wrote: While Indonesians do 
not condone the tragic incident, they feel there must come a time to move on.

But Natalegawa's revelation demonstrates the reality of the new, democratic 
Indonesia.

It also demonstrates the depth of SBY's commitment to the relationship with 
Australia. There are no domestic points for him in this issue, and there are 
some risks, but he is willing to acknowledge the wrongs of the past and ask 
Australians to look at the new Indonesia and judge it fairly.

In a substantial interview, Natalegawa offered a range of positives on the 
relationship but also gently suggested some limitations.

I asked him when Indonesia was likely to pass a law making people-smuggling a 
criminal offence. SBY, in his speech to parliament, promised such a law, and 
that it would contain prison terms of up to five years for people-smugglers. 
But Natalegawa was cautious: I don't think I can put a time line on that. I 
would say the earlier the better, but I can't put a time on it. People 
understand it's not an insignificant decision on our part. We understand more 
than anyone the need for urgency in this matter.

But I'm certainly not in a position to be in control of the legislative 
calendar of our parliament. But as far as the executive is concerned, we have 
taken the decision.

This law was first proposed in 2008 and according to news reports out of 
Jakarta it is still only in the drafting stage. There is no need to doubt the 
good faith of the Indonesian administration in saying they will present such a 
law to parliament, but there is every prospect the law could take years to pass 
in a feisty parliament where the President does not control the numbers and 
cannot automatically rely on legislation passing. There are also lengthy 
internal Indonesian procedures to go through before the law even gets to 
parliament.

Natalegawa believes the new framework agreement between Canberra and Jakarta on 
how to respond to people-smuggling - the details of which 

CiKEAS Bang Idris Beragama Buddha atau Islam ???

2010-03-14 Terurut Topik muskitawati
Bang Idris Beragama Buddha atau Islam ???

Kalo seorang bernama Muhammad Jibril tentunya pasti beragama Islam, karena 
mengambil nama nabi Muhammad yang menyebarkan agama Islam.

Lalu karena Idris itu dalam Quran dikenal sebagai nabi yang beragama dan 
menyebarkan agama Buddha, maka mungkin bang Idris ini juga beragama Buddha.

Tapi itu semua cuma angan2 saja untuk menista agama Buddha karena bang Idris 
pada galibnya juga beragama Islam meskipun dalam Quran dan Hadisnya dianggap 
nabi penyebar agama Buddha.

Yang dimaksudkan Idris adalah nabi agama Buddha artinya bahwa ajaran sang 
Buddha itu sebenarnya sudah dipalsukan karena ajaran Buddha yang aselinya 
adalah ayat2 yang tertulis dalam Quran.

Lebih tepatnya, nabi Idris itu adalah nabi penyebar agama Buddha yang kitab 
sucinya bernama Al-Quran.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






Re: CiKEAS promo modem bundling XL hanya Rp599 ribu

2010-03-14 Terurut Topik herman sahputra
hehehehee.. ini sudah termasuk murah looh mbak 


--- On Sun, 14/3/10, :: nepha :: nephas...@gmail.com wrote:

From: :: nepha :: nephas...@gmail.com
Subject: Re: CiKEAS promo modem bundling XL hanya Rp599 ribu
To: CIKEAS@yahoogroups.com
Date: Sunday, 14 March, 2010, 7:14 PM







 



  



  
  
  selain ini, ada yang lain ga mas?

yang gratisnya setaun gitu.. :)



On 3/14/10, herman sahputra hermansah79@ yahoo.com wrote:

 bagi yang membutuhkan modem untuk laptop, kami sedang promo besar-besaran

 modem haier wm220 bundling xl

 hanya Rp599.000 (sudah termasuk free penggunaan selama satu bulan).

 promo ini hanya berlaku hingga akhir maret ini.. buruaaan





 informasi lebih lanjut bisa mengklik :





 http://nyambungteru s.com/order_ modem/





   Get your preferred Email name!

 Now you can @ymail.com and @rocketmail. com.

 http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/




 





 



  






  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. 
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

CiKEAS We must make the running with Indonesia

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://www.theaustralian.com.au/news/world/we-must-make-the-running-with-indonesia/story-e6frg6so-1225840630651


We must make the running with Indonesia 
Rowan Callick 
From: The Australian 
March 15, 2010 12:00AM 
THE visit of Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono last week was a 
triumph. What can top it? A visit by the US President? 

As it happens, Barack Obama is due here soon, although the visit has been put 
back and shortened because he needs to sort out the US health system.

But he will be here. And by then we'll have filed the SBY visit away with other 
happy snaps.

We have become accustomed, ever since our founding as a nation by Britain, to 
weighing our international relations by standards other than proximity.

The people-smuggling waves, the terrorist bombings and the drug sentences on 
Australians directly affect our relationship with Indonesia, and all bear 
weight because of proximity.

During SBY's visit, measures were promised to ameliorate these problems. 
Jakarta Post columnist Ati Nurbaiti wrote explaining the roots of the latter 
issue: While in Australia people get `slapped on the wrist' for carrying 
illegal drugs, it's hard for Australians to understand how people could be 
jailed, let alone put to death, for such a crime.

Start of sidebar. Skip to end of sidebar.


Such differences of understanding, emerging from a cultural chasm, are at the 
root of the fragility of the overall relationship, however warm the sentiments 
between the two political elites.

Lowy Institute polling, and similar surveys in Indonesia, highlight the 
persistence of out-of-date negative stereotypes. Such patterns tend to emerge 
from experience. Islamist terrorists are still at large in Indonesia, whose 
military continues to act cruelly in West Papua and elsewhere, while we still 
have supporters of White Australia, and our universities provide support for 
West Papuan independence activists, seen in Indonesia as part of a neo-colonial 
imperative to pull the nation apart. But such people are on the margins these 
days.

The Jakarta Post editorialised as SBY arrived: In the greater theme of 
Indonesia-Australia relations, (the visit) should not be regarded as a historic 
milestone any more. As closest neighbours, such visits should be rudimentary in 
the same way as one visits the house next door. Nothing special, but no less 
important.

An admirable sentiment. But the visit was special to us, more than to 
Indonesia, for two reasons. First, because SBY is so special - we may not for a 
long time have such a supportive leader next door. And second, because 
Indonesia is crucial to our security and to our economic future.

Indonesia, the world's third-largest democracy, grew its economy at 4 per cent 
through the global downturn last year, and will return to 6 per cent-plus 
growth this year. Yet our trade is only half that with New Zealand, and our 
investment less than 1 per cent of our total overseas.

Under Suharto, Indonesia's economy developed, but only so far, and the benefits 
were distributed very unevenly. Today, democratic and internationally minded 
Indonesia is fast catching up with its formerly more successful Asian peers. It 
is fostering a vast middle class, several times larger than the entire 
Australian population. If we miss out in Indonesia, what would that say about 
our economic future?

Because of past prejudices, Australians have become used to viewing ourselves 
as the courted party in this relationship. But we must begin getting used to 
the reality that as the smaller nation, we have to make the running.

Tim Lindsey, director of the Asian Law Centre at the University of Melbourne 
and one of Australia's leading Indonesia experts, commended SBY's announcement 
about criminalising people-smuggling, pointing out: Australia is the 
destination country and Indonesia the transit country. It's not really their 
problem - there's nothing in it for them.

Professor Lindsey, now in Jakarta, said the Oceanic Viking saga involving Sri 
Lankan asylum-seekers, was not a big story in Indonesia. They have many 
displaced people of their own internally.

He says the big question is what to do next, beyond more frequent political 
exchanges. The challenge is for Australia to respond to the people-smuggling 
move by changing its official travel warnings.

Many Australians routinely ignore advisory notices when travelling to Bali as 
tourists, as Tony Abbott pointed out, but business, public service and 
especially educational visits are still restricted because of the insurance 
consequences of defying them. Educational and other institutions are unable to 
make such judgment calls on their own. And the engagement of tourists with 
Indonesians is limited - some don't even realise Bali is part of Indonesia.

Professor Lindsey said that despite some restoration of funding for Asian 
languages by the Rudd government, Indonesian studies were in crisis. The 
subject had declined 

CiKEAS Think-tank warns of developing world 'arms race'

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://www.hindustantimes.com/Think-tank-warns-of-world-arms-race/H1-Article1-519056.aspx

Think-tank warns of developing world 'arms race'
Agence France-Presse
Stockholm, March 14, 2010

Developing countries have entered a dangerous arms race in the last five 
years with huge sums ploughed into combat aircraft, a leading defence 
think-tank said on Monday.

The Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) said in an annual 
report that global arms sales had risen 22 percent in the period from 2005 to 
2009 compared to 2000 to 2004.

Imports of combat aircraft accounted for 27 per cent of the volume in the last 
five years.

Orders and deliveries of these potentially destabilising weapon systems have 
led to arms race concerns in the following regions of tension: the Middle East, 
North Africa, South America, South Asia and South East Asia, it said.

According to the expert in charge of the report, Paul Holtom, resource-rich 
countries were setting the trend by using their earnings to build out their 
combat aircraft fleets.

Neighbouring rivals have reacted to these acquisitions with orders of their 
own. One can question whether this is an appropriate allocation of resources in 
regions with high levels of poverty, he added.

In the case of South America, the institute found arms imports were 150 per 
cent higher during the last five years compared to the beginning of the 
millennium.

We see evidence of competitive behaviour in arms acquisitions in South 
America, said SIPRI Latin America expert Mark Bromley.

This clearly shows we need improved transparency and confidence-building 
measures to reduce tension in the region.

Brazil is currently looking to buy 36 combat aircraft with the French-made 
Rafale, Sweden's Gripen and the US F/A-18 in the running for the contract.

South East Asia also saw a dramatic increase between 2005 and 2009 with 
Malaysia ramping up its arms imports by 722 percent, Singapore 146 percent and 
Indonesia 84 percent.

The increase in arms imports to Singapore made the island country the first 
member of ASEAN to make SIPRI's list of top 10 biggest arms importers since the 
end of the Vietnam war, giving the nation seventh place overall.

The current wave of South East Asian acquisitions could destabilise the 
region, jeopardising decades of peace, said SIPRI Asia expert Siemon Wezeman. 

Vietnam has also been busy building up its military capabilities, ordering 
submarines and long-range combat aircraft in 2009.

Like Singapore, Algeria made it into the list of top ten biggest arms importers 
for the first time with the ninth place.

The United States kept its position as the world's biggest arms exporter, 
accounting for 30 per cent of global volume. The Asia Pacific region took in 39 
per cent of US arms exports followed by the Middle East with 36 per cent.

Combat aircraft made up 40 per cent of Russian exports of conventional weapons 
and 39 per cent of US deliveries.

The report is available on the Internet site: 
www.sipri.org/databases/armstransfers.


CiKEAS Societal perspectives on terrorism

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=2010\03\14\story_14-3-2010_pg3_2

Sunday, March 14, 2010

ANALYSIS: Societal perspectives on terrorism -Dr Hasan-Askari Rizvi

 At least one generation has been socialised into a favourable disposition 
towards Islamic conservatism and militancy. They have a natural sympathy 
towards the political discourse of the militants even if they do not support 
their violent methods

The terrorist attacks in Lahore on March 8 and 12 are a reminder of how 
terrorism continues to threaten internal order and stability in Pakistan. These 
attacks also show that the terrorists are not only present in the cities but 
they have also developed strong networking with each other to the detriment of 
the Pakistani government and the people.

The last major terrorist attack in Lahore was on December 7, 2009, when two 
bombs exploded in a marketplace, killing at least 70 people. The peace in 
Lahore over the last three months created the false impression that the worst 
was over. The latest incidents show that the dislodging of the terrorists from 
Swat and most of South Waziristan has weakened them but their threat is still 
formidable.

A combined security operation by the army, the air force and the paramilitary 
forces was successful in ending the territorial control of the Taliban in 
Swat/Malakand and most of South Waziristan. Most of the Taliban that survived 
the attack fled to the mountains, Afghanistan and other tribal agencies. As the 
security forces initiated operations in Bajaur, Khyber, Orakzai, Kurram 
agencies, some of the Taliban moved to the settled areas of Pakistan, 
especially the major cities.

The recent Taliban activities have shown two noticeable trends. There are 
growing linkages between the Pakistani and the Afghan Taliban. They collaborate 
and cooperate with each other for pursuing their respective agendas against 
Pakistan and Afghanistan respectively. These linkages were exposed after the 
TTP leadership lost control of South Waziristan and some of its activists were 
accommodated by the Afghan Taliban in Afghanistan. Further, these linkages were 
also confirmed by the video showing the Jordanian double agent who killed 
several US intelligence officers in Afghanistan in December with the chief of 
the TTP, Hakimullah Mehsud.

The more significant linkages are between the TTP and the Punjab based Islamic 
hardline and sectarian groups, especially their splinter elements. These 
linkages came into the limelight in 2009 when the TTP engaged in suicide 
attacks and violent actions in different cities in the Punjab and NWFP. The 
suicide bombers and other militant activists from the tribal areas parked 
themselves with the militant and sectarian groups in and around the target 
city. Some terrorist operations in 2009 were undertaken jointly by the Taliban 
and the local Punjabi groups. The latter also launched their exclusive 
operations.

Some militant and sectarian groups were banned in 2001-2002 but these 
resurfaced under new names towards the end of 2002 or in 2003. Now, these 
militants are not merely confined to well-known militant and sectarian groups 
but they have also penetrated all kinds of Islamic groups and movements. 

The religious-denominational identities are critical to building support for 
militancy. Most Deobandi, Wahabbi and Ahle-Hadees elements express varying 
degrees of support or sympathy for the Taliban and other militants. The other 
Islamic denominational groups like the Barelvis and the Shias or those 
subscribing to some Sufi traditions are generally critical of their violent 
methods but share their notion of an Islamic religious order and the 
dichotomised worldview characterised by the hostility of the powerful states of 
the West towards Islam and the Muslims.

The other major source of support to militancy is the political right that 
overlaps with religious-conservative and orthodox circles. This perspective 
enjoyed the patronage of the Pakistani state and especially the military and 
intelligence establishment for years when they used militant and hardline 
Islamic groups as the instruments of foreign and security policies in 
Afghanistan and Indian-administered Kashmir. These young individuals were 
socialised into this perspective through education in state institution and the 
state-controlled media from the mid-1980s to 2004-2005. At least one generation 
has been socialised into a favourable disposition towards Islamic conservatism 
and militancy that is now holding middle level jobs in government (civil and 
military) and the private sector. Their political discourse is laden with a 
strongly conservative Islamic worldview that invariably views international and 
local politics as a function of religion and religion-based conflict in the 
international system. They have a natural sympathy towards the political 
discourse of the militants even if they do not support their violent methods.

Though Pakistan's 

CiKEAS One Child's Hunger Just Tip of the Iceberg of Indonesian M alnutrition

2010-03-14 Terurut Topik sunny
   

http://www.thejakartaglobe.com/home/one-childs-hunger-just-tip-of-the-iceberg-of-indonesian-malnutrition/363888

March 14, 2010 


One Child's Hunger Just Tip of the Iceberg of Indonesian Malnutrition

 Cikarang, West Java. Eight months ago, 7-year-old Puji began a battle with 
acute malnutrition, a condition that her family's poverty makes nearly 
impossible to address. She now weighs just 10 kilograms, less than half the 
average healthy weight for her age, according to a growth chart from the 
US-based National Center for Health. 

Now she cannot even digest food normally, her father, Suryadi, 26, said 
during an interview at the family's house in the village of Jati Mulya in 
Bekasi, West Java, on Saturday. 

Suryadi said he was deeply concerned about his daughter's condition. Puji 
appeared to be weak and had difficulty moving as she remained on her bed. 

He said Puji's mother, Liah, 26, would spend hours feeding her daughter daily 
with porridge and powdered milk. 

He said despite the child's dire condition, they lacked the funds needed to pay 
for medical care. 

Liah said she and her husband work as vegetable vendors, earning between Rp 
50,000 ($5.45) and Rp 100,000 on their busiest days - not nearly enough for a 
hospital stay. 

Ropi, the head of Jati Mulya, said he had provided the family with an official 
letter confirming their low-income status for hospital discounts, and promised 
to pay for Puji's treatment at the Bekasi Public Hospital. 

According to World Vision Indonesia, a nongovernmental organization tackling 
malnutrition, Puji is just one of more than five million Indonesian children 
suffering from malnutrition. 

The group calls it an iceberg phenomenon, meaning the actual number of 
malnourished children is much higher than treatment statistics indicate.






4_9_15v.gif4_14_1.gif

sig.jsp?pc=ZSzeb097pp=GRfox000
Description: Binary data


CiKEAS Kebersihan Masih Menjadi Kendala Pariwisata

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://regional.kompas.com/read/2010/03/14/12443420/Kebersihan.Masih.Menjadi.Kendala.Pariwisata


Kebersihan Masih Menjadi Kendala Pariwisata
Minggu, 14 Maret 2010 | 12:44 WIB

MANADO, KOMPAS.com - Pakar pariwisata Sulawesi Utara (Sulut) Dr Joice Lapian 
mengatakan masalah kebersihan masih menjadi kendala pengembangan pariwisata di 
provinsi tersebut. 

Toilet di tempat umum seperti bandara masih sering dikeluhkan, demikian juga 
kebersihan fasilitas umum lainnya perlu dibenahi lagi, kata pakar pariwisata 
dari Universitas Sam Ratulangi tersebut di Manado, Minggu (14/3/2010). 

Dr Joice mengatakan, sering mendapat keluhan dari para turis tentang masalah 
kebersihan di sejumlah sarana umum. Untuk itu pemerintah daerah perlu 
memerhatikan soal ini. 

Tentang lokasi wisata di Sulut, harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan 
seperti toilet dan kamar mandi. 

Banyak lokasi yang bisa dikembangkan menjadi tempat wisata menarik, tetapi 
sayangnya tidak punya toilet dan kamar mandi, akibatnya tidak mampu berkembang 
menjadi lokasi wisata potensial, kata Joice. 

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi itu mengatakan optimistis 
Sulut bisa bersaing dengan Bali sebagai daerah kunjungan wisata sepanjang mampu 
mengembangkan sarana dan prasarana yang menarik, layak dan bersih. 

Sebagai destinasi pariwisata, sudah saatnya Manado berbenah dengan memperbaiki 
semua sarana dan prasarana yang ada sehingga layak menjadi daerah tujuan wisata 
potensial, kata Joice. 

Pelaku pariwisata Sulut Freddy Walandaouw mengatakan, Sulut menjadi andalan 
kunjungan turis selain Bali sehingga membutuhkan dukungan semua stakeholder. 

Pengembangan pariwisata tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu instansi, 
tetapi dibutuhkan keterlibatan banyak pihak sehingga koordinasi sangat 
penting, katanya. 

Pakar Ekonomi Sulut Jack Parera MA, mengatakan, pariwisata merupakan salah satu 
sektor unggulan Sulut tetapi hingga kini belum memberi banyak andil terhadap 
pertumbuhan ekonomi daerah. 

Sudah sekian tahun Pemerintah Provinsi Sulut menjadikan pariwisata sebagai 
sektor unggulan sayangnya devisa yang diperoleh masih jauh dari harapan, 
sehingga perlu terus didorong dimulai dari pembenahan sarana dan prasarana 
pariwisata, kata Jack


CiKEAS Ribuan Muslim Kalsel Demo Tolak Obama + PKS Dukung Kehadiran Obama ke Indonesia

2010-03-14 Terurut Topik sunny
http://regional.kompas.com/read/2010/03/14/09484784/Ribuan.Muslim.Kalsel.Demo.Tolak.Obama.


Ribuan Muslim Kalsel Demo Tolak Obama 
Laporan wartawan KOMPAS Defri Werdiono
Minggu, 14 Maret 2010 | 09:48 WIB

KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN 
Aktivis Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) melempar gambar Presiden 
Amerika Serikat, Barrack Obama dengan sepatu saat menggelar aksi di depan 
Gedung Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/3/2010). Mereka secara tegas 
menolak kedatangan Obama ke Indonesia yang dilakukan 20-22 Maret 2010. 
BANJARMASIN, KOMPAS.com - Ribuan umat Islam di Kota Banjarmasin dan daerah lain 
di Kalimantan Selatan yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia Kalsel, 
Minggu (14/3/2010), berunjuk rasa menolak rencana kedatangan Presiden Amerika 
Serikat Barack Obama ke Indonesia. 

Unjuk rasa yang juga diikuti oleh ibu-ibu dan anak ini dilakukan di ruas jalan 
yang mengelilingi Masjid Raya Sabilal Muhtadin di Kota Banjarmasin. Sebelumnya, 
mereka melakukan longmarch menyusuri Jalan MT Haryono, Pangeran Samudera, 
Lambung Mangkurat, Sudirman, dan Suprapto. Sebelum longmarch, mereka juga 
melakukan konvoi kendaraan dari delapan titik. 

Selain berorasi dan menggelar poster, mereka juga memasang spanduk warna putih 
untuk pengumpulan tanda tangan. 

Menurut pengunjuk rasa, Obama adalah tamu yang bermasalah. Obama adalah 
presiden dari negara yang jelas-jelas menjajah kaum Muslim, seperti Irak dan 
Afganistan. Banyak kebijakan Amerika yang selalu mendiskreditkan umat Islam. 

Kita tidak ada hubungan baik dengan Amerika jika Amerika masih saja 
mempertahankan pasukannya di negeri-negeri Islam. Pemerintah harus menunjukkan 
sikap mewakili dunia Islam, ujar Hidayatul Akbar, Humas Hizbut Tahrir 
Indonesia Kalsel. 

Menurut Akbar, kalaupun kedatangan Obama ke Indonesia untuk kepentingan 
ekonomi, investasi mereka di sini hanyalah bentuk gurita kapitalisme yang tidak 
banyak menguntungkan bagi Indonesia. Yang kita dapatkan hanya kerusakan 
lingkungan. Sebagian besar keuntungan mengalir ke luar, ujarnya.



http://www.antaranews.com/berita/1268566951/pks-dukung-kehadiran-obama-ke-indonesia



PKS Dukung Kehadiran Obama ke Indonesia
Minggu, 14 Maret 2010 18:42 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Bandarlampung (ANTARA News) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi 
Hasan Ishaq mengatakan, pihaknya mendukung kehadiran Presiden Amerika Serikat 
Barack Obama ke Indonesia.

Kehadirannya sebagai tamu negara. Kita `welcome`. Kitapun mendukung saling 
kesepahaman antara Indonesia dan AS, untuk menuju Indonesia yang lebih baik, 
katanya di Kantor DPW PKS Lampung, di Bandarlampung, Minggu.

Sementara terkait dengan pengamanan yang ekstra ketat, Luthfi mengharapkan 
jangan sampai melanggar hak-hak sipil.

Kita berharap semua berjalan lancar dan tidak mengganggu hak sipil. 
Mudah-mudahan ini sudah diantisipasi oleh pihak keamanan, kata dia, usai 
meresmikan ruang media DPW PKS Lampung.

Terkait dengan ancaman terorisme terhadap kehadiran Presiden AS itu, Luthfi 
mengaku semua diserahkan ke aparat keamanan.

Selain itu, dia berharap pihak keamanan untuk menangkap tersangka terorisme 
hidup sehingga bisa diurai jaringan mereka dan dapat diselesaikan secara hukum 
kasusnya.

Masing-masing tersangka `kan memiliki peran berbeda dan hukumannya pun beda, 
karena itu jika dimungkinkan untuk menangkap para tersangka dalam kondisi 
hidup, ujarnya.

Presiden PKS menjelaskan, aksi yang dilakukan teroris, umumnya terkait 
perubahan di negeri ini dan cara mereka melakukannya seperti itu.

Karena itu, perlunya pendekatan persuasif. Represif bagi mereka yang melanggar 
hukum, kata dia.

PKS cenderung menginginkan tersangka terorisme untuk dibawa ke ranah hukum, 
daripada dieksekusi di lapangan.

Kehadiran Presiden PKS ke Lampung untuk melakukan beberapa agenda, antara lain, 
konsolidasi kader dan pertemuan dengan bakal calon kepala daerah yang diusung 
partai tersebut.1907218p.jpg

CiKEAS Ancaman Penjara 1 Tahun, Berciuman di Restoran Dubai

2010-03-14 Terurut Topik sunny
Refleksi : Jangan berciuman di restauran, jalan sambil pegang tangan antara 
perempuan dan laki-lali pun bisa dipenjarakan 3 bulan.

http://www.republika.co.id/berita/106709/ancaman-penjara-1-tahun-berciuman-di-restoran-dubai


Ancaman Penjara 1 Tahun, Berciuman di Restoran Dubai 
Senin, 15 Maret 2010, 07:33 WIB
bbc.co.uk
 
Masih ada perbedaan, Dubai yang dicitrakan modern dan nilai-nilai Islam.
DUBAI--Seorang pria dan perempuan Inggris hadir di pengadilan banding atas 
dakwaan berciuman di depan umum. Keputusan pengadilan banding pada Ahad waktu 
setempat (14/3) ditunda sampai bulan depan.

Ayman Nafaji, yang sudah bekerja di Dubai selama 18 bulan, dan teman 
perempuannya yang sedang berkunjung ke Dubai ditangkap polisi pada bulan 
November karena berciuman dan bersentuhan di salah satu restoran di Dubai.

Seorang perempuan setempat yang sedang berada di dalam restoran bersama 
keluarganya merasa tersinggung dengan yang dia saksikan dan melaporkannya 
kepada polisi.

Di pengadilan, Najafi mengatakan dia hanya mencium teman perempuannya di bagian 
pipi, namun alasan itu ditolak oleh hakim. Keduanya masih bisa menikmati 
kebebasan sambil menunggu keputusan pengadilan banding, namun dengan jaminan, 
dan pihak berwenang Dubai menyita paspor mereka.

Nafaji, 24 tahun, dan teman perempuannya yang berusia 25 tahun diancam dengan 
hukuman satu tahun penjara jika permohonan banding mereka ditolak. Sidang atas 
kedua warga negara Inggris ini merupakan kasus terbaru yang menyita perhatian 
sehubungan dengan undang-undang yang ketat di Dubai.

Bulan Januari lalu, seorang perempuan Inggris ditangkap karena didakwa minum 
alkohol secara tidak sah dan melakukan hubungan seksual di luar nikah. 
Sebelumnya, Juli 2008, sepasang warga Inggris ditangkap dan dijatuhi hukuman 
penjara karena dituduh melakukan hubungan seksual di pantai.

Kasus yang dialami Nafaji dan temannya ini mengangkat kembali perbedaan besar 
antara citra Dubai yang moder, yang tampaknya ingin dikembangkan, dengan 
nilai-nilai Islam.
dubai226.jpg

Re: CiKEAS Ancaman Penjara 1 Tahun, Berciuman di Restoran Dubai

2010-03-14 Terurut Topik gusti_lesek
Tapi kalau TKI yang diperkosa kok gak hebo spt ini. Apa memang perempuan 
Indonesia sangat hina sehingga dibiarkan disiksa?
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: sunny am...@tele2.se
Date: Mon, 15 Mar 2010 02:28:04 
To: Undisclosed-Recipient:;Invalid address
Subject: CiKEAS Ancaman Penjara 1 Tahun, Berciuman di Restoran Dubai

Refleksi : Jangan berciuman di restauran, jalan sambil pegang tangan antara 
perempuan dan laki-lali pun bisa dipenjarakan 3 bulan.

http://www.republika.co.id/berita/106709/ancaman-penjara-1-tahun-berciuman-di-restoran-dubai


Ancaman Penjara 1 Tahun, Berciuman di Restoran Dubai 
Senin, 15 Maret 2010, 07:33 WIB
bbc.co.uk
 
Masih ada perbedaan, Dubai yang dicitrakan modern dan nilai-nilai Islam.
DUBAI--Seorang pria dan perempuan Inggris hadir di pengadilan banding atas 
dakwaan berciuman di depan umum. Keputusan pengadilan banding pada Ahad waktu 
setempat (14/3) ditunda sampai bulan depan.

Ayman Nafaji, yang sudah bekerja di Dubai selama 18 bulan, dan teman 
perempuannya yang sedang berkunjung ke Dubai ditangkap polisi pada bulan 
November karena berciuman dan bersentuhan di salah satu restoran di Dubai.

Seorang perempuan setempat yang sedang berada di dalam restoran bersama 
keluarganya merasa tersinggung dengan yang dia saksikan dan melaporkannya 
kepada polisi.

Di pengadilan, Najafi mengatakan dia hanya mencium teman perempuannya di bagian 
pipi, namun alasan itu ditolak oleh hakim. Keduanya masih bisa menikmati 
kebebasan sambil menunggu keputusan pengadilan banding, namun dengan jaminan, 
dan pihak berwenang Dubai menyita paspor mereka.

Nafaji, 24 tahun, dan teman perempuannya yang berusia 25 tahun diancam dengan 
hukuman satu tahun penjara jika permohonan banding mereka ditolak. Sidang atas 
kedua warga negara Inggris ini merupakan kasus terbaru yang menyita perhatian 
sehubungan dengan undang-undang yang ketat di Dubai.

Bulan Januari lalu, seorang perempuan Inggris ditangkap karena didakwa minum 
alkohol secara tidak sah dan melakukan hubungan seksual di luar nikah. 
Sebelumnya, Juli 2008, sepasang warga Inggris ditangkap dan dijatuhi hukuman 
penjara karena dituduh melakukan hubungan seksual di pantai.

Kasus yang dialami Nafaji dan temannya ini mengangkat kembali perbedaan besar 
antara citra Dubai yang moder, yang tampaknya ingin dikembangkan, dengan 
nilai-nilai Islam.

dubai226.jpg

CiKEAS [ADVOKATKU] Perilaku Pialang Berjangka yang bertanggung Jawab

2010-03-14 Terurut Topik NM. WAHYU KUNCORO, SH
Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang
Berjangka, adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli
Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah dengan
menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai margin
untuk menjamin transaksi tersebut.

Dalam menjaring nasabahnya, Pialang Berjangka wajib dan harus tunduk
pada ketentuan etika/ pedoman perilaku sebagaimana dimaksud dan diatur
Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
dan Peraturan-peraturan yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh Bappebti
(Badan Pengawas Perdagangan Berjangka komodiTI).

Pasal 50 Undang-Undang No. 32 Tahun 1997, mensyaratkan bahwasanya
Pialang Berjangka dalam menjalankan usahanya dan ketika berhadapan
dengan calon nasabah/ nasabah wajib mengetahui latar belakang, keadaan
keuangan, dan pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka dari
Nasabahnya (pasal 50 ayat (1) UU No. 32/1997). Bahwa kemudian, dalam
rangka perlindungan Nasabah, Pialang Berjangka wajib terlebih dahulu
menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan kepada Nasabahnya, yang
antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan kepengurusan
perusahaan tersebut. Dokumen keterangan perusahaan ini tidak sama
dengan dokumen “company profile” yang kerap ditawar-tawarkan pihak
marketing kepada calon klien/ nasabahnya. Adapun yang dikatakan Dokumen
keterangan Perusahaan adalah sebagaimana yang dimaksud Pasal 3 ayat (1)
huruf (b) Peraturan Kepala Bappebti No. 64/ Bappebti/ per/ 1/ 2009
tentang Perubahan Peraturan Kepala Bappebti No.63/Bappebti/per/9/2008
tentang KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA yakni dokumen
Keterangan Perusahaan berupa profil perusahaan yang telah disetujui
Bappebti yang isinya berpedoman pada Formulir Nomor: IV.PRO.9.

Setelah menjelaskan dokumen keterangan perusahaan, Pialang Berjangka
diwajibkan terlebih dahulu untuk menjelaskan segala risiko yang mungkin
dihadapi Nasabahnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemberitahuan
Adanya Risiko. Apabila Nasabahnya mengerti dan dapat menerima risiko
tersebut, Nasabah tersebut harus menandatangani dan memberi tanggal
pada dokumen tersebut, yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah
mengerti risiko yang akan dihadapi dan menyetujuinya (pasal 50 ayat (2)
UU No. 32/1997).

Perlu diperhatikan, bahwasanya berdasarkan Pasal 7 huruf (b) Peraturan
Kepala Bappebti No.64/Bappebti/per/1/2009, Pegawai Pialang Berjangka
atau pihak lainnya yang memiliki kepentingan dengan Perusahaan Pialang
Berjangka dilarang: secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
calon Nasabah atau Nasabah dengan memberikan informasi yang menyesatkan
untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka. Jadi, dalam aktifitasnya
mencari nasabah, wakil pialang dan atau marketing Pialang Berjangka
tidak diperkenankan untuk memberikan prediksi keadaan pasar bursa
berjangka kepada calon nasabah/ nasabahnya apalagi menjanjikan suatu
keuntungan (profit) dari nilai investasi yang diberikan.


--
Posting oleh NM. WAHYU KUNCORO, SH ke ADVOKATKU pada 3/14/2010 07:28:00
PM

CiKEAS Kalo Idrus Diakui Nabi, Kenapa Ghulam Akhmad Tidak ???

2010-03-14 Terurut Topik muskitawati
Kalo Idrus Diakui Nabi, Kenapa Ghulam Akhmad Tidak ???
 
Idrus dalam Quran dan Hadist diakui nabi yaitu nabi yang menyebarkan agama 
Buddha.  Idrus itu adalah Sidharta Gautama.

Padahal si Idrus itu enggak bisa bahasa Arab, tidak tahu kalimat Syahadat, 
belum pernah baca Quran, bahkan tidak menyembah Allah.  Tetapi dia tetap 
dianggap nabi yang diakui juga Islam.

Lalu gimana bisa Ghulam Ahmad yang fasih berbahasa Arab, menyebut kalimah 
Syahadah, rajin membaca Quran, rajin bertahajut, menyembah Allah, tapi dia 
ditolak dianggap nabi bahkan ditolak dianggap Islam.

Lebih parah lagi, umatnya malah di-uber2, diusir, dirampas tanah dan rumahnya, 
dijarah harta bendanya, dibakar mesjid2nya, dibunuh pengikut2nya dan kesemuanya 
ini dianggap halal karena agama Islam Ahmadiah ini dianggap menodai Islam.

Padahal Bible dan agama Nasrani juga bisa juga dianggap menodai Islam karena 
menyamakan Yesus dengan Tuhan, atau sebaliknya, umat Nasrani juga merasa 
agamanya dinodai oleh umat Islam karena umat Islam menganggap Yesus itu cuma 
nabi bukan Tuhan.

Disinilah bukti keimanan Islam itu merusak akal sehat.

Ny. Muslim binti Muskitawati.



CiKEAS Bersaksi Bohong Dalam Ucapan Syahadat !!!

2010-03-14 Terurut Topik muskitawati
Bersaksi Bohong Dalam Ucapan Syahadat !!!
 
Mengaku bersaksi tanpa menyaksikannya jelas berbohong, disebut juga sebagai 
kesaksian palsu.

Syahadat adalah ucapan wajib bagi setiap umat Islam untuk memberi kesaksian 
bohong atau kesaksian palsu kepada Allah  !!!

Agama Islam satu2nya agama yang mewajibkan umatnya berbohong demi memuliakan 
nama Allahnya.

Syahadat ini sebenarnya menodai, menista, dan menghina Islam itu sendiri dengan 
mewajibkan umatnya untuk selalu berbohong.

Jadi, kalo kita sebagai muslimin berani jujur, seharusnya kita berani untuk 
mengubah kata bersaksi disini menjadi tidak bersaksi atau tidak 
menyaksikan.

Bersaksi itu tidak sama artinya dengan percaya, jadi kata2 bersaksi tidak 
bisa diubah dengan kata percaya, tapi lebih jujur jadinya kalo diganti dengan 
kata tidak menyaksikan.


 rezameutia rezameu...@... wrote:
 kata 'bersaksi' memang bukan kata kunci
 di dua kalimat syahadat.  kata kuncinya
 adalah allah itu tauhid dan muhammad
 adalah rasul allah.  kata saksi mau
 diganti kata janji, ikrar, sumpah  atau
 apapun juga nggak ada masalah, selama
 dua kata kunci tersebut tidak dirubah.
 


Kalo bersaksi dalam syahadat bukan kata kunci, bagaimana kalo kata ini kita 
ganti saja dengan kata tidak bersaksi atau tidak menyaksikan ???

Justru kalo diganti dengan kata tidak bersaksi maka permasalahannya jadi 
jelas, yaitu tidak lagi berbohong.

Karena kalo kita gunakan kata bersaksi biarpun bukan kata kunci sekalipun 
tetap saja berbohong karena kenyataannya kan tidak menyaksikan !!!

Berbohong memang halal dalam Islam asal bertujuan untuk memuliakan nama Allah.  
Konsekuensinya, umat yang berbohong memuliakan Allahnya sebenarnya justru 
menistakan Allahnya karena cuma memuliakan bohong2an aja.

Enggak salah kalo Islam banyak disebut sebagai Agama Kebohongan disamping 
sebagai Agama Kebencian.

Ny. Muslim binti Muskitawati.