CiKEAS> UN Trust Fund Provides Hope for Indonesian Women Trafficked Abroad

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Bagus PBB menyediakan dana tetapi kalau rezim berkuasa seperti di 
Indonesia mempraktek penjualan tenaga kerja sebagai kambing ternak, maka 
hasilnya dari dana ini tidak seberapa bisa membantu menyelasiakan "human 
trafficking" teristimewa dari Indonesia. Alasannya ialah rezim berkuasa NKRI 
acuh tak acuh memperhatikan masalah tsb. terutama apabila dikirim tenaga kerja 
ke negeri-negeri gurun pasir yang dianggap negeri sahabat dalam agama.

http://www.voanews.com/english/news/Indonesian-Women-Trafficked-Abroad-Find-Hope-in-UN-Trust-Fund-102283959.html

UN Trust Fund Provides Hope for Indonesian Women Trafficked Abroad 
Angela Dewan | Jakarta 06 September 2010 

 
Photo: Credit - A. Dewan 
Elly Anita is one of many Indonesian women who have been trafficked to the 
Middle East for forced labor


Related Articles
  a.. Human Rights Groups Urge Indonesia to Stop Torture 
The United Nations has established a new multi-donor trust fund to aid victims 
of human trafficking around the world. Indonesian women remain among the most 
vulnerable to trafficking, despite the country's progress in passing laws to 
combat the problem.



Anita's story

In 2006, Elly Anita from East Java moved to Dubai to work as a secretary. After 
two months of sexual harassment by her boss and having received no wages, she 
asked for a transfer. She was sent to Kurdistan, which she was told was a part 
of Italy.

When Anita stepped off the plane and called her agent, he refused to tell her 
where she was.

"I couldn't sleep that night. I was thinking, where am I? Oh my god. I was so 
afraid," Anita recalled.

It took her two weeks to figure out that she had been sent to war-torn Iraq.

Anita's story is not unique. In recent years, the number of reported cases of 
abuse has sharply increased. 

Target areas 

The vast majority of reports of violence last year occurred in the Middle East 
and Malaysia, comprising 63 percent and 33 percent, respectively, according to 
the Foreign Affairs Ministry.

Gary Lewis, the East Asia and Pacific representative from the U.N. Office of 
Drugs and Crime, says that although the number of reports has risen, the lack 
of data makes it difficult to measure the true extent of the problem.

"If we don't know that outcomes are resulting, if we don't know, for example, 
that there are fewer women being arrested for soliciting who have been victims, 
if we don't know that there are a greater number of brothel keepers and 
kingpins who are being arrested, prosecuted and convicted for these crimes, we 
won't know that our actions are leading to anything conclusive or useful at 
all," said Lewis. "So we need baseline data not only to see if the problem is 
growing, but we need it to see if our actions are actually having a proper 
impact."

Agency role 


The UN agency will be responsible for administering a multi-donor trust find as 
part of the UN Global Action Plan to Combat Human Trafficking, launched last 
week. The money will strengthen support for trafficked victims.

Nora Murat, director of Amnesty International Malaysia, says the money should 
address victims' immediate needs.

"The urgent need right now is to build a center for them, for them to wait 
until their cases are heard in court," Murat  said. "Because right now, them 
being put into detention centers is not really helping, both for the 
prosecution and also the victim. I would put the money there first, and also to 
look into their personal human rights - the right to food the right to health 
and access to water."

Lack of assistance 

When Anita tried to escape Iraq, she had no such shelter to go to. She went 
back to her agent's office and found around 40 other women victims sleeping on 
the floor. Instead of helping her, Anita's agent confiscated her cellphone and 
refused to return her passport. She resorted to stealing the security guard's 
phone, and contacting the Indonesian Embassy in Jordan.

"When I talked to my government, nothing," said Anita. "They didn't even give 
me a small response. So no one. I just talked to my god and found a solution by 
myself, because I couldn't depend on anyone. Even my government."

Happy ending

Victims who do not get government help often rely on non-governmental 
organizations for support. Anita finally found help when she contacted Migrant 
Care, a local NGO for whom she now works. While still in Iraq, her story 
circulated on the internet. When her agent heard about the publicity, he and 
his workers beat Anita.

"The pulled my hair, they beat me, they kicked me also, they tried to strangle 
me," Anita added. "They wanted to kill me at that time, because they said all 
this damage was because of me."

With the help of Migrant Care, Anita found her way home to Indonesia.

Since her ordeal, Indonesia has made some progress on the issue, passing an 
anti-trafficking law and signing all U.N. conventions and protocols relating to 
human trafficking.

Implementation of these laws, however, re

CiKEAS> Laksamana Agus Suhartono Calon Tunggal Panglima TNI

2010-09-07 Thread John Oei

Laksamana Agus Suhartono Calon Tunggal Panglima TNI Jakarta, KabariNews.com - Teka-teki siapa yang akan menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso sebagai Panglima TNI terjawab sudah.Untuk artikel selengkapnya klik http://www.KabariNews.com/?35519












  

CiKEAS> Segarkan Wajah Dengan Timun

2010-09-07 Thread John Oei
Segarkan Wajah Dengan TimunJika Anda sudah menyiapkan hati dengan beribadah selama
bulan suci Ramadhan, hmm…Bagaimana dengan penampilan Anda?Untuk artikel selengkapnya klik http://www.KabariNews.com/?35514






  

CiKEAS> Inilah Prajurit TNI Pengkritik SBY

2010-09-07 Thread John Oei
 
Inilah Prajurit TNI Pengkritik SBYPertama kalinya seorang anggota TNI aktif, Kolonel Penerbang
Adjie Suradji, membuat tulisan opini di media massa yang berisi tentang kritik kepada
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tulisan yang dimuat di Harian Umum
Nasional Kompas pada Senin 6 September
2010 berjudul 'Pemimpin, Keberanian, dan
Perubahan'.Untuk artikel selengkapnya klik http://www.KabariNews.com/?35518












  

CiKEAS> Rintihan Seorang Mayor TNI AL di Indonesia Timur

2010-09-07 Thread Al Faqir Ilmi
Rintihan Seorang Mayor TNI AL di Indonesia Timur

Tribunnews.com - Minggu, 5 September 2010 01:54 WIB

Share



 


 
+
–




123istTambang Emas di Timika Papua yang memiliki cadangan emas terbesar di 
dunia.istPembabatan hutan di Kalimantan terus berlangsungistIlustrasi
 perdagangan senjata ilegal di samudera Pasifik sangat marak
#yiv1345723542 .yiv1345723542side_box_news {
background-color:#eff1f9;padding-left:10px;float:right;}
#yiv1345723542 



Yang membuatnya sedih adalah kasus "perampokan" paling akbar oleh 
Amerika di bumi Papua Indonesia, pembalakan liar hutan hutan di 
Kalimantan dan Papua yang di-majikan-i orang Malaysia. Serta kasus 
penyelundupan besar-besaran dengan 'kongkalikong' antara pelaku dengan 
instansi yang berwenang. Serta perdagangan senjata di perbatasan 
Filipina, Malaysia dan Australia yang tentu saja ada "becking"nya orang 
besar di Indonesia.




TRIBUNNEWS.COM- Melihat
hubungan Indonesia dengan Malaysia yang memanas tidak begitu membuatnya
risau karena yakin akan bisa diselesaikan dengan bijaksana. 

Kalaupun harus berperang maka TNI yakin menang dan sudah siap siaga karena 
dunia tahu kekuatan tentara Indonesia adalah terbaik ke-13 di dunia.
Dan dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara cinta damai dan
pemimpin ASEAN yang memayungi. Sehingga bisa dipastikan "tidak akan
terjadi" perang.

Banyaknya aksi perampokan di darat serta berbagai isu terorisme tidak 
membuatnya sedih si Mayor TNI AL ini karena yakin hal-hal begitu bisa 
diselesaikan dengan baik dan tidak makan waktu lama.

Yang membuatnya sedih adalah kasus "perampokan" paling akbar oleh Amerika di 
bumi Papua Indonesia, pembalakan liar hutan hutan di Kalimantan dan Papua yang 
di-majikan-i orang Malaysia. Serta kasus penyelundupan besar-besaran dengan 
'kongkalikong' antara pelaku dengan instansi yang berwenang. Serta perdagangan 
senjata di perbatasan Filipina, Malaysia dan Australia yang tentu saja ada 
"becking"nya orang besar di Indonesia.

Untuk
keempat kasus tersebut si Mayor ini harus prihatin karena menahan
gejolak idealisme sebagai TNI yang harus mengamankan NKRI, tapi di sisi
lain "para pembesar" justru merusak negerinya sendiri. "Saya hanya
seorang mayor bisa berbuat apa?" kata si Mayor kepada tribunnews.com,
Sabtu (4/9/2010) malam.

Coba bayangkan kasus penambangan EMAS di PAPUA.
Si Mayor pernah berhasil menyelinap masuk ke lokasi pertambangan itu
dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Amerika mengeruk harta
karun Indonesia secara besar-besaran dan "dilegalkan" oleh pemerintah
dengan "kontrak" yang sangat merugikan rakyat Indonesia.

Dalam
sehari saja, perusahaan Amerika itu bisa mengangkut sekitar 175.000 ton
biji pasir emas dari bumi Papua melewati perairan Samudera Pasifik.
Indonesia dapat apa?? tidak ada sama sekali uang masuk ke kas negara.
Kalau 20 persen saja dari jumlah emas yang diangkut itu untuk kas
negara maka sudah cukup untuk biaya pendidikan dan kesehatan GRATIS  seluruh 
Indonesia selama-lamanya.

Penambangan
emas di Timika, terbesar di dunia, memang sejak awal sangat merugikan
rakyat Indonesia karena hanya 0% untuk kas negara.

Indonesia
sewajarnya mendapat manfaat yang proposional dari tambang yang dimilki.
Hal ini bisa dicapai jika kontrak kerja yang ditandatangani antara lain
berisi ketentuan-ketentuan yang adil, transparan, dan memihak
kepentingan negara dan rakyat. Ternyata pemerintah pada masa lalu,
hingga kini tidak mampu mengambil manfaat optimal.

Hingga Tahun 1976 perusahaan itu gratis atau setor ke negara 0%, enak kan?
Tahun 1976-1983 pemerintah kenakan (PPh) sebesar 35% (bukan produk yang dikenai 
pajak tapi hanya penghasilan !)
Tahun 1984 pemerintah dapat royalti 1% atas penjualan emas dan perak. 
Tahun 1994 pemerintah mengeluarkan  PP No.20/1994 belum maksimal. 

Seharusnya
Presiden SBY bisa mengeluarkan PP  untuk menghilangkan berbagai
kerugian dengan menjadikan BUMN dan BUMD sebagai pemegang saham mayoritas di 
Freeport atau Timika

Perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan pemerintah untuk mengeruk emas 
terbesar di dunia itu,
diduga ada  penyelewengan, manipulasi, dugaan KKN, tekanan politik, dan
jauh dari kaidah-kaidah bisnis dan negara yang terpuji dan beradab.
Coba hitung lagi jika di bawah emas itu terdapat cadangan URANIUM
terbesar di dunia. Berapa nilainya?? Harga URANIUN berapa kali lipat dari harga 
emas?? Indonesia itu SANGAT KAYA!

Selama
42 tahun periode tambang (1967-2009) bangsa Indonesia tidak mendapatkan
hasil yang optimal dan sebanding dari potensi tambang Timika. 

Dan jika Presiden tidak melakukan perubahan dengan PP maka harta karun di Papua 
itu akan terus dikeruk hingga tahun 2041. Menagislah rakyat Indonesia tanpa 
sadar kekayaannya diangkut ke Amerika.

Padahal
kalau rakyat tahu, berbagai manipulasi data dilakukan oleh perusahaan
tersebut untuk mengelabuhi pajak kepada pemerintah. Katakanlah ada 100
kapal yang mengangkut emas dari Papua ke Amerika maka yang dilaporkan
hanya 10 kapal saja agar pajak royalti 1

CiKEAS> Freeport Kuras Uranium di Papua

2010-09-07 Thread Al Faqir Ilmi
Freeport Kuras Uranium di Papua

Jayapura - Freeport diduga menggali bahan baku uranium secara diam-diam
sejak delapan bulan silam, kata Yan Permenas Mandenas S.Sos Ketua
Fraksi Pikiran Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua di
Jayapura, Selasa, di ruang kerjanya. "Kegiatan ini dilakukan secara
tersembunyi dan telah berlangsung cukup lama," ungkapnya yang juga
anggota Komisi C DPRDP.

Ia menambahkan, Freeport telah mencuri
hasil kekayaan masyarakat Papua dan membohongi pemerintah dengan hasil
tambang yang disalurkan lewat jaringan pipa-pipa bawah tanah. "Selain
emas, uranium juga diproduksi oleh Freeport," tambahnya.

Informasi ini menurutnya, didapatkan dari sejumlah masyarakat dan karyawan 
Freeport di Timika.

"Selain karyawan dan masyarakat, saya juga mendapat laporan dari sumber yang 
dapat dipercaya," tandasnya.

Hal
ini sangat disayangkan mengingat pajak yang didapatkan dari perusahaan
emas terbesar di dunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu.

Mandenas
juga mengeluhkan, bahwa dewan belum bisa bergerak karena terkendala
masalah klasik, yaitu belum ada alokasi dana untuk turun ke lapangan.
"Kami belum bisa ke lapangan karena terkendala dana," katanya

http://www.theglobejournal.com/kategori/ekonomi/freeport-kuras-uranium-di-papua.php



  

CiKEAS> Berdebat Harus Ada Patokannya Bukan Debat Kusir !!!

2010-09-07 Thread muskitawati
Berdebat Harus Ada Patokannya Bukan Debat Kusir !!!

Muslim2 extreemist pendukung teror jihad banyak yang mengajak aku berdebat, 
padahal sudah berulangkali debat pun ternyata mereka kalah, mereka tersungkur 
enggak bisa menyanggah argument2 yang merupakan kenyataan2 yang aku susun dalam 
bentuk kata2.

Mereka enggak ngerti berdebat, mereka cuma memfitnah, mencaci maki, kemudian 
mempropagandakan ayat2 Quran yang sudah usang yang enggak bisa jadi rujukan 
apapun juga.

Oleh karena itu, sekali lagi aku tegaskan disini, bahwa AKU bersedia meladeni 
segala bentuk perdebatan apapun topiknya, TAPI DENGAN SYARAT, yaitu, apapun 
topik perdebatannya harus ada rujukan yang sama sehingga landasan perdebatannya 
jadi jelas dan tidak akan bisa disesatkan jadi debat kusir seperti yang 
dilakukan para pedakwah2 Islam pada umumnya.

Pendakwah2 agama Islam itu modal debatnya ngawur, landasannya bisa pindah2 dari 
kepercayaan bisa jadi logika, dan dari logika bisa jadi hati nurani, dan akhir 
kesemuanya mereka bilang itu kemauan Allah, padahal Allahnya itu sendiri tidak 
bisa dibuktikannya.  Jadi berdebat dengan kelas ulama2 kerdil begini sudah tahu 
aku kemana akhirnya, nama Allah itulah yang jadi keranjang sampah mereka untuk 
se-olah2 menjadi menang.

Naaah...  Aku enggak bisa diakalin model debat kusir seperti itu, oleh karena 
itu kita harus bikin patokan yang sama sehingga enggak bisa lari dari patokan 
itu, enggak bisa dipelintir lagi jadi debat kusir.

Patokannya juga harus diterima dan disetujui semua orang diseluruh dunia bukan 
cuma muslimin saja, karena kalo patokan yang dibuat muslimin itu cuma Quran dan 
hadisnya saja yang selain tafsirnya beda2, juga Qurannya tidak sama, lalu mau 
kemana akhirnya selain jadi debat Kusir 

Demikianlah, patokannya harus universal, yaitu landasannya Demokrasi dan 
Deklarasi HAM, karena hal ini sudah diterima diseluruh dunia termasuk semua 
negara2 Islam juga.

Jadi jangan coba bedebat kalo enggak ada patokannya, dan jangan harap bisa 
menang berdebat dengan rujukan Quran dan hadisnya, karena hadis itu cuma tafsir 
bukan kenyataan bukan kepercayaan, karena tafsir itu berasal dari kata bahasa 
Arab, yang dalam bahasa Indonesianya berarti "tebak2an".

Demikianlah, berdebat itu bukan tebak2an, jadi tidak bisa pakai landasan Quran 
dan Hadisnya, apalagi enggak ada didunia yang pernah menanda tangani menerima 
Syariah Islam, bahkan Arab Saudia saja yang menggunakan Syariah Islam tapi 
ternyata menolak Syariah Islamnya buatan Iran.  Jadi yang begini bukan 
dinamakan patokan melainkan debat kusir, dan debat kusir itu bukan perdebatan 
melainkan akal2an saja menipu pendengarnya DAN itulah cara2 umum dakwah dalam 
agama Islam.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





CiKEAS> Masih Ada 8,3 Juta Orang Buta Aksara

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Apakah jumlah buta aksara cuma 8,3 juta? Mengapa ada buta askara di 
negeri yang hampir di setiap sudut jalan ada rumah ibadah?

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/masih-ada-83-juta-orang-buta-aksara/

Selasa, 07 September 2010 13:38 
Masih Ada 8,3 Juta Orang Buta Aksara
OLEH: NAOMI SIAGIAN



Jakarta - Jumlah buta aksara yang ada di Indonesia ditargetkan mencapai 8,3 
juta orang di tahun 2010. Tahun 2009, jumlah buta aksara mencapai 8,7 juta 
orang, berusia di atas 15 tahun. 

 
Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan 
Nasional (Kemendiknas) Hamid Muhammad menegaskan, pihaknya akan fokus pada 
penanganan untuk menuntaskan buta aksara di tujuh provinsi Indonesia, yaitu 
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, 
Kaliman­tan Barat, dan Kalimantan Tengah. 
"Ada 142 kabupaten yang nanti akan menjadi fokus program kita ke depan. Jumlah 
absolutnya dari yang paling tinggi 232.000 orang di Kabupaten Jember, sampai 
yang terkecil Kabupaten Bengkulu Utara masih tersisa 16.402 orang," kata Hamid 
di Jakarta, saat jumpa pers menyambut peringatan Hari Aksara Internasional 
(HAI) ke-45.


Peringatan HAI tahun ini ­diselenggarakan 10 Oktober 2010 di Balikpapan, 
Kalimantan Timur. Tema peringatan adalah Aksara Membangun Keadaban dan Karakter 
Bangsa. Dari jumlah penduduk yang buta aksara, sebagian besar adalah penduduk 
berusia di atas 45 tahun (70-80 persen) dan berjenis kelamin perempuan (64 
persen). Disparitas gender yang dihadapi ini merupakan tantangan berat. 
Permasalahan lain untuk ­memberantas buta aksara adalah mereka kelompok 
masyarakat yang tersulit, miskin serta secara geografis berada di lokasi 
terpencil dan perbatasan.  
Bahkan, ada kelompok masyarakat yang sudah mendapat pendidikan keaksaraan 
dasar, kembali menjadi buta aksara karena faktor kemiskinan maupun akses 
pendidikan yang sulit terjangkau.
Indonesia termasuk sembilan negara yang berpenduduk terbesar di dunia 
penyandang buta aksara. Negara lainnya adalah India, Pakistan, China, Meksiko, 
Bang­ladesh, Mesir, Brasil, Indonesia, dan Nigeria. Negara-negara ini tergabung 
dalam Literacy Initiative for Empowerment (LIFE), sebuah program yang 
digulirkan oleh UNESCO.

Evaluasi
Untuk menuntaskan program buta aksara, Kemendiknas akan melakukan evaluasi 
menyeluruh terhadap program pendidikan keaksaraan. Fokus pendidikan keaksaraan 
ke depan tidak hanya keaksaraan dasar, tetapi memberdayakan secara ekonomi, 
sosial, dan budaya. Diharapkan pendidikan keaksaraan dapat bermakna bagi 
masyarakat dan mampu menjawab tantangan saat ini. 
Hamid menjelaskan, sejalan dengan kerangka LIFE, penyelenggaraan program 
penuntasan buta aksara sejak tahun 2009 dibangun dalam kerangka kerja Aksara 
agar Berdaya (Akrab). "Upaya penuntasan buta aksara melalui pendidikan 
keaksaraan terintegrasi dengan kecakapan hidup dan program pengentasan 
kemiskinan secara umum," ujarnya.


Pada 1965, UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai HAI. Sejak saat itu, 
Indonesia aktif memperingati HAI dengan tujuan utama untuk memotivasi dan 
membangkitkan semangat belajar masyarakat, khususnya penduduk usia 15 tahun ke 
atas yang masih buta aksara. Hal ini sekaligus untuk memacu percepatan 
pemberantasan buta aksara. n

Kembali ke : Cetak





CiKEAS> Kepercayaan Turun, Warga Serang Kantor Polisi

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi :  Tentu saja kalau polisi  menjadi tukang pungli dan macam-amacam 
lagi seperti petinggi-petinggimya punya rekning gendut di bank belum lagi ada 
yang bantu teroris, maka tidak ada jalan lain  bagi penduduk untuk menghajar 
mereka, apabila mereka terus dengan bermain aturan bandit.


http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/kepercayaan-turun-warga-serang-kantor-polisi/

Senin, 06 September 2010 12:51 
Kepercayaan Turun, Warga Serang Kantor Polisi
OLEH: DEYTRI ARITONANG/ RIKANDO SOMBA



Jakarta - Aksi penyerangan ke kantor polisi meningkat. Peningkatan itu diakui 
disebabkan menurunnya kepercayaan warga terhadap Polri. 

 
Ada sejumlah tindakan ok­num Polri belakangan ini yang menjadi  ihwal turunnya 
kepercayaan masyarakat di sejumlah daerah. "Aksi-aksi penyerangan kan­tor 
polisi menunjukkan si­kap polisi setempat kurang di­terima masyarakat. Polisi 
ku­rang dapat membawa dirinya di lapangan," aku Kadiv Humas Polri Brigjen 
Iskandar Ha­san kepada  SH, Minggu (5/9).


Dia mengakui adanya ang­gota polisi yang masih bersikap arogan terhadap 
masyarakat. Hal itu, katanya, membuat ge­ram warga dan bereaksi de-ngan 
mengambil tindakan di luar hukum. Diakuinya, kepo­lisian menghadapi dilema 
da-lam menegakkan hukum di tengah masyarakat. Peninda­kan tegas, kata dia, 
menimbul­kan kegeraman warga. Se­baliknya, lemahnya penegakan hukum tidak 
memberikan efek jera.


Hal yang sama juga disampaikan anggota Komisi Ke­polisian Nasional (Kompolnas) 
Novel Ali. Dia mengutarakan, telah terjadi resistensi kepercayaan masyarakat 
terhadap kinerja Polri. Novel berpenda­pat, sikap arogan oknum polisi dalam 
memperlakukan taha­nan, tidak menimbulkan rasa hormat, melainkan rasa takut. 
Ketakutan itu, menurutnya, mendorong warga menghimpun kekuatan dengan 
melaku­kan perlawanan. Salah satunya adalah dengan melakukan penyerangan dengan 
membakar kantor polisi.


Dia mengungkapkan, aksi penyerangan warga terhadap markas kepolisian, terutama 
di daerah selain Jakarta, sering terjadi. Maka, kata dia, se­harusnya 
kepolisian, mulai dari kapolsek hingga kapolda, melakukan evaluasi terhadap 
kinerja anggotanya di lapangan. "Sebaiknya dibentuk tim evaluasi monitoring 
yang melibatkan pihak ketiga, misalnya dari Kompolnas, DPR, juga LSM," lanjut 
dia.


Akhir pekan, Markas Pol­sek Ulu Rawa, Polres Mura, Su­matera Selatan, dibakar 
massa. Iskandar mengungkapkan, pem­­bakaran dipicu Operasi Cipta Kondisi di 
depan Ma­polsek, Sabtu (4/9) pukul 17.00 WIB. Razia itu, ungkap jenderal 
bintang satu ini, menyebabkan Khairul, warga Lesung Batu, Ulu Rawas, terjatuh 
dan mengalami luka saat mencoba menghindar dari pengejaran. Sekitar pukul 21.30 
WIB, ratusan warga mendatangi ma­polsek kemudian merusak dan membakar markas.


Aksi tersebut menyebabkan kantor polisi dan kendaraan patroli ludes terbakar. 
Untuk mengatasi hal itu, Kapolres Mura melakukan dialog de­ngan tokoh 
masyarakat. Ha­silnya, memulangkan 23 warga diamankan juga 14 unit sepeda motor 
yang disita. Sementara itu, Tim In­ves­tigasi dari Mabes Polri yang 
di­terjunkan ke Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (Sul­teng), pada Rabu (1/9) 
lalu hingga kini, masih me­ngum­pulkan bukti-bukti ihwal kerusuhan. Belum ada 
satu pun yang tegas dijadikan tersangka dalam kasus itu. n






CiKEAS> Dewan Kepausan: Bersama Mengatasi Kekerasan

2010-09-07 Thread sunny
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/dewan-kepausan-bersama-mengatasi-kekerasan/

Selasa, 07 September 2010 13:22 
Idul Fitri 1431 H 

Dewan Kepausan: Bersama Mengatasi Kekerasan 
OLEH: RM BENNY SUSETYO



Setiap tahun, dalam kesempatan-kesempatan penting keagamaan, Dewan Kepausan 
untuk Dialog Antaragama menge­luarkan pesan khusus. 

 
Pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini, Dewan Kepausan menge­luarkan pesan yang 
menyuarakan kerja sama dalam mengatasi kekerasan di antara para penganut agama 
yang berbeda. 


Tema tahun ini yang diusulkan oleh Dewan Kepausan adalah "Christians and 
Muslims: Together in overcoming violence among follo­wers of different 
religions (Umat Kristen dan Kaum Muslim: Bersama mengatasi kekerasan di 
kalangan pe­nganut agama yang berbeda)." Sesungguhnya ini merupakan hal yang 
mendesak, setidaknya di sejumlah kawasan di dunia. Dalam Joint Committee for 
Dialogue (Komisi Bersama untuk Dialog) yang dibentuk Dewan Kepausan dan 
al-Azhar Permanent Committee for Dialogue among the Monotheistic Religions 
(Komisi Tetap al-Azhar untuk Dialog di antara Agama-agama Monoteis) juga sudah 
memilih pokok ini sebagai bahan studi, refleksi, dan pertukaran dalam pertemuan 
tahunan terakhir mereka (Kairo, 23-24 Februari 2010).


Izinkanlah saya berbagi dengan Anda beberapa kesimpulan yang dikeluarkan pada 
akhir pertemuan ini. Ada banyak penyebab kekerasan di kalangan penganut agama, 
antara lain manipulasi agama untuk tujuan politis atau tujuan-tujuan lainnya; 
diskriminasi berlandaskan etnis atau agama; perpecahan, dan tegangan sosial. 


Kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan pembangunan juga, langsung maupun tak 
langsung, turut menyebabkan kekerasan dalam komunitas-komunitas agama. Semoga 
para pemimpin agama dan penguasa sipil turut membenahi semua situasi ini demi 
kepentingan bersama seluruh masyarakat! 
Semoga penguasa sipil menegakkan hukum dengan memastikan adanya keadilan yang 
sesungguhnya guna menghentikan tindakan para pelaku dan pendukung kekerasan! 
Dalam bahan yang telah disebut di atas, juga ada rekomendasi-rekomendasi 
penting: membuka hati untuk saling mengampuni dan berdamai, demi hidup bersama 
yang damai dan berguna; me­ngakui apa yang sama dan menghormati apa yang 
berbeda di antara kita, sebagai landasan untuk dialog budaya.
Selain itu, juga diperlukan untuk mengakui dan menghormati martabat, serta hak 
setiap manusia tanpa bias etnis atau agama apa pun; pentingnya memberlakukan 
undang-undang yang adil yang menjamin kesetaraan fundamental semua orang; 
menekankan kembali kepentingan pendidikan demi terciptanya penghormatan, 
dialog, dan persaudaraan dalam pelbagai ranah pendidikan: baik di rumah, 
sekolah, gereja, dan masjid. 


Dengan demikian, kita akan mampu melawan ke­kerasan di antara para pemeluk 
agama dan mempromosikan perdamaian dan kerukunan di antara berbagai komunitas 
agama. Ajaran para pemimpin agama, baik dalam buku-buku pelajaran yang 
memaparkan agama secara objektif, serta ajaran-ajaran lain pada umumnya, 
memiliki dampak yang menentukan dalam pendidikan dan pembentukan generasi muda.

Kesalehan Sosial
Dialog yang menciptakan kebersaman untuk mengatasi kekerasan harus bisa 
terwujud. Dialog antaragama tidak boleh berhenti sebatas formalitas belaka. 
Pembumian makna dialog ini berarti menepis hal-hal yang berbau ritual dan 
formal, tetapi lebih menjunjung tinggi aspek semangat dan rohnya. Lebih jauh 
lagi, pembumian makna dialog juga berarti bagaimana masyarakat bawah menerima 
cahaya kedamaian ini guna menjalankan kehidupan dalam suasana yang tenang tanpa 
ketakutan dan kecemasan. 


Yang perlu mendapat prio­ritas adalah bagaimana membangun kesadaran dalam 
beragama. Keberagamaan kita mestinya tidak sekadar berwajah kesalehan 
individual, tetapi juga kesalehan sosial. Kesalehan sosial, selain bermakna 
kepedulian di bidang ekonomi, juga kepedulian untuk tidak menghardik umat agama 
lain. 


Jika agama kita berwajah seperti itu, wajah agama kita amat manusiawi, sebab 
orientasinya tidak egoistik, tetapi mengandung relasi dengan sesama, bahkan 
altruistik. Jika demikian, tiap ibadat pun lebih dilandasi sikap hati yang 
tulus untuk memberi penghargaan terhadap martabat kemanusiaan. Mempersembahkan 
korban bukan hal utama dalam agama, tetapi pemihakan pada nilai-nilai 
kemanusiaan, itulah yang dipentingkan. 


Tugas umat beriman adalah menyucikan dunia de­ngan menegakkan kemanusiaan 
manusia dan keadilan yang bermoral. Ke­beragamaannya bukan untuk kepentingan 
yang egostik, tetapi sebaliknya altruistik. Romo Mangunwijaya (alm) mengatakan, 
orang yang memiliki religiositas itu tidak memikirkan diri sendiri, tetapi 
justru memberikan diri untuk keselamatan orang lain. Iman harus menghasilkan 
buah kebaikan, perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan. Intinya, beragama 
secara benar adalah bila kita mampu mengendalikan organ tubuh kita sendiri 
untuk tidak memuaskan diri sendiri.
Upaya menciptakan tole­ransi dan kerukunan antarumat beragama sering kal

CiKEAS> Lulusan SMA Menghadapi Ketidakpastian

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Kalau lulus SMA menghadapi ketidakpastian maka tentu sekali bisa 
dipertanyakan:  apa yang bisa diharapkan dari rezim SBY dan konco-konco 
berkuasanya yang mendesign dan menjalankan politik pendidikan dan penempatan 
tenaga kerja?

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/lulusan-sma-menghadapi-ketidakpastian/

Selasa, 21 April 2009 01:04 
Lulusan SMA Menghadapi Ketidakpastian


Sedikitnya 2,2 juta siswa kelas tiga SMA di seluruh Indonesia dan sekolah 
Indonesia di 13 negara, mulai Senin (20/4) ini mengikuti ujian nasional (UN). 
Mereka berjuang agar lulus, kemudian setelah itu memasuki alam kesulitan. 
Teradang biaya masuk perguruan tinggi, sulit mencari lapangan pekerjaan dan 
berpeluang besar menjadi penganggur. 

 

Gambaran di atas terjadi berulang-ulang, dari tahun ke tahun. Setiap upaya 
untuk mengatasinya tak pernah berhasil, lantaran perbandingannya seperti penyu 
dengan lumba-lumba.


Pemerintah telah meningkatkan anggaran pendidikan. Dari total anggaran belanja 
2009 yang mencapai Rp 1.122 triliun, sejumlah 20% di antaranya diarahkan ke 
sektor pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional memperoleh Rp 51,9 triliun, 
anggaran pendidikan Rp 69 triliun dan tambahan anggaran pendidikan Rp 46,1 
triliun. Selain itu ditambah dengan anggaran dalam Dana Alokasi Umum (DAU) yang 
ada di setiap provinsi sebanyak Rp 20 triliun.


Anggaran pendidikan yang diturunkan pada tahun pemilu itu, lebih tinggi 
ketimbang tahun lalu yang mencapai 15,6% dari total APBN 2008. Penambahan ini 
sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945 yang menetapkan 20% dari total anggaran 
belanja.


Penambahan itu sangat bermanfaat dan merupakan langkah maju. Penambahan ini 
menunjukkan pemerintah mulai menaruh perhatian besar, kendati bernuansa politis 
sebab merupakan pelipur lara di tengah kondisi sulit dan tahun pemilu. 
Pemerintah pun terbukti tak menyia-nyiakannya dengan membuat berbagai iklan 
tentang pendidikan gratis dan lain-lain.
Perubahan sikap pemerintah memberi pengaruh yang sangat berarti terhadap sektor 
pendidikan, tetapi masih belum cukup sebab persoalan di sektor pendidikan sudah 
bertumpuk sejak belasan tahun lalu. Mengapa bisa jadi begitu?


Beberapa rezim pemerintahan yang berkuasa memang memberi perhatian pada sektor 
pendidikan, namun kurang memadai. Pemerintah terjepit keharusan membayar 
cicilan bunga maupun utang pokok pinjaman, yang makin lama makin membesar 
hingga melampaui tingkat batas yang ditoleransi, dari 20% hingga melebihi 30%. 
Di lain pihak, sektor-sektor lain seperti infrastruktur juga memerlukan 
perhatian. Ironisnya, anggaran yang sudah menipis itu masih juga dikorupsi 
hingga yang terkadang hanya cukup untuk kegiatan rutin.  Dalam kondisi seperti 
itu, pemerintah tidak memiliki dana khusus yang memadai buat  anak didik yang 
berbakat dan cemerlang serta bermoral baik. Berbeda dengan kerajaan Malaysia, 
yang secara khusus menyediakan anggaran pendidikan untuk anak didik berprestasi.


Alhasil, sekalian anak didik itu, dan direlakan pemerintah, mengambil beasiswa 
yang disediakan pihak swasta maupun pemerintah asing. Padahal, pihak asing bisa 
saja mempunyai agenda atau persyaratan sendiri yang belum tentu sesuai 
kepentingan nasional. 


Perbedaan kepentingan itu sudah menjadi isu nasional dan sangat memprihatinkan. 
Berbagai fakta menunjukkan, kebijaksanaan yang diterbitkan terkadang malah 
melemahkan potensi nasional. Hal ini terutama dapat dilihat dari iklim di 
sektor investasi yang sangat liberal. Atas nama globalisasi, investor asing 
leluasa menguasai sektor-sektor vital seperti pertambangan, telekomunikasi, 
perbankan bahkan hingga eceran. Memang pemerintah memperoleh pajak, tetapi 
berapa kerugian yang ditimbulkan akibat kebijaksanaan yang liberal itu. 


Begitulah, kita melihat ketimpangan yang mendasar. Para anak didik didorong 
untuk meraih angka kelulusan yang meningkat dari tahun ke tahun, namun setelah 
itu tidak mempunyai kepastian. 
Bila dilihat dalam bentuk piramida, mereka yang berada di tengah hingga ke 
puncak umumnya adalah anak orang tua yang diuntungkan dari strategi pembangunan 
yang berorientasi pertumbuhan. Sulit bagi anak lain untuk menerobos ke atas 
sebab tangga-tangga yang tersedia sedikit dan diperebutkan. 
Inilah ironi di tengah kegemaran berwacana. n







CiKEAS> Teror Pencitraan Jelang Lebaran

2010-09-07 Thread sunny
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpage&kat=7

[ Selasa, 07 September 2010 ] 


Teror Pencitraan Jelang Lebaran 
Oleh Atik Catur Budiati


ADA sebuah guyonan dari seorang ulama dari Jombang ketika bertemu penulis pada 
acara seminar di Australia. "Mendekati akhir puasa, jamaah masjid mulai 
mengalami 'kamajuan signifikan'," kata dia. Pernyataan itu cukup mengherankan 
karena sejak dulu negeri kita memang dikenal berpenduduk muslim terbesar di 
dunia. Pernyataan ulama tersebut jelas kontradiktif dan terkesan tidak 
realistis. Lantas, apa maksud "kemajuan signifikan" itu? 

Dengan sedikit senyum merekah dari bibirnya, beliau pun segera menyudahi 
keheranan saya. Menurut dia, "Kemajuan signifikan yang saya maksud adalah 
barisan jamaah yang semakin lama semakin maju. Dengan begitu, jamaah salat yang 
dulu memadati masjid sampai ke barisan paling belakang, mendekati Lebaran, kini 
mulai berkurang dan tinggal dua barisan di paling depan saja". Itu tentu 
sindiran pedas dan kritik tajam bagi masyarakat muslim di negeri Indonesia. 

Di Negeri Nonmuslim 

Hal tersebut jelas cukup berbeda dengan keadaan di negeri rantau, misalnya, 
Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, yang jumlah jamaahnya di masjid selalu 
"stabil", pada awal puasa hingga detik-detik menjelang Lebaran tiba. Itu 
menunjukkan bahwa umat beragama di negeri yang mayoritas penduduknya nonmuslim 
memiliki kekokohan dan solidaritas keagamaan yang masif. 

Dalam teori solidaritas sosial-teologis Durkheim, fenomena tersebut merupakan 
ungkapan emosional dan ekpresi kebatinan kolektif yang secara otomatis 
membangkitkan spirit kebersamaan dan rasa tali persaudaraan tanpa mengenal 
batas wilayah dan ideologi keagamaan. 

Dengan demikian, komunitas teologis yang berbeda sudut pandang dalam tafsiran 
ayat suci sebuah agama akan menjadi tampak biasa dan saling meleburkan diri di 
negeri Barat. Islam sudah ada dan eksis di negeri Barat. Umat Islam yang 
berasal dari negeri mayoritas muslim (Indonesia, Timur Tengah, dan lain-lain) 
justru cenderung mengurai konflik horizontal yang memanas dan eskalatif di 
negeri sendiri. Rasa superioritas komunitas itu akan mencair dan melebur 
menjadi rasa toleransi apabila mereka berada di negeri Barat dan Eropa. 

Yang lebih unik lagi, masjid di Barat akan selalu diupayakan diisi dengan 
beragam kegiatan keagamaan mulai yang sunah hingga yang wajib, baik pada 
masa-masa normal maupun masa Ramadan. Citra yang ingin dibentuk di negeri Barat 
adalah umat Islam merupakan komunitas yang solid, penuh persaudaraan, toleran, 
antiteror, inklusif, dan taat menjalankan nilai-nilai agama. Kegiatan teologis 
umat Islam di Barat, khususnya pada Ramadan kali ini, terbilang berbeda dengan 
Ramadan yang sudah-sudah. 

Kegiatan teologis muslim di Barat, mulai mengagendakan aksi syiar Islam ke luar 
masjid hingga saling berdialog dengan nonmuslim. Itu dilakukan karena akhir 
Ramadan dan Lebaran kali ini bertepatan dengan peringatan 11 September di AS. 
Terlebih, ada seorang pastor di AS yang menyerukan melakukan gerakan membakar 
kitab suci umat Islam (Alquran) pada saat momen peringatan 11 September 
mendatang (tepat pada saat umat Islam merayakan Lebaran). 

Nah, sikap umat Islam di Barat itu merupakan upaya counter pencitraan orang 
Barat yang berpikiran naif, sempit, dan dikotomis. Citra yang berusaha 
dikibarkan oleh umat Islam di Barat berkaitan dengan citra Islam yang notabene 
secara hakiki adalah rahmatan lil alamin (agama rahmat bagi alam semesta), 
cinta damai, dan nir kekerasan.

Membalikkan Nilai-Nilai 

Logika terbalik dan kontradiktif justru terjadi di negeri kita sendiri. Hingga 
saat ini, tidak sedikit masyarakat kita yang justru membangun citra buruk di 
mata orang luar. Korupsi merajalela, teror bom dilakukan atas nama tuhan 
(jihad), kekerasan dijadikan solusi oleh kelompok garis keras saat menertibkan 
kegiataan yang mengganggu bulan Ramadan, serta konflik masal terjadi di antara 
umat Islam sendiri karena persoalan tafsir dan kegiatan keagamaan yang dianggap 
patologi. Masih banyak lagi contoh kasusnya. 

Kasus mutakhir yang sering disuguhkan ke hadapan publik adalah praktik 
konsumtif. Menjelang akhir puasa dan memasuki detik-detik Lebaran, banyak 
masyarakat muslim di negeri ini yang kecanduaan pergi ke mal secara masal. 
Mulai pagi hingga tengah malam, mereka sibuk membeli baju, celana, dan 
perlengkan Lebaran yang bermerek serta trendi di mal-mal. Data sementara 
menunjukkan, mal-mal di kota besar (Jakarta, Surabaya, Jogja, Medan, dan 
lain-lain) mengalami peningkatan pengunjung, terutama pada malam hari. 

Mal semakin ramai hingga tengah malam karena ada diskon midnight hingga 70 
persen yang ditawarkan oleh konter-konter pakaian. Akibatnya, masjid yang 
seharusnya digunakan untuk beriktikaf dan tadarus secara intensif menjelang 
akhir Ramadan justru tampak sepi, sedangkan mal tampak semakin padat merayap.

Ada semacam teror pencitraan dari iklan-iklan komersial yang telah merasuk ke 
jiwa dan pik

CiKEAS> Transaksi di Pegadaian Meningkat

2010-09-07 Thread sunny
 
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/09/07/64476/Transaksi-di-Pegadaian-Meningkathttp://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/09/07/64476/Transaksi-di-Pegadaian-Meningkat

07 September 2010 | 22:51 wib | Daerah

Transaksi di Pegadaian Meningkat

Semarang, CyberNews. Menjelang Lebaran tahun ini, sejumlah pegadaian di 
Semarang ramai. Jumlah nasabah di pegadaian mengalami peningkatan. Antrian pun 
mulai terjadi di beberapa pegadaian. Kepala Pegadaian Cabang Pedurungan 
Sutrisno mengatakan, menjelang Lebaran ini pegadaian cabang pedurungan dan 
delapan unit lainnya telah menyiapkan dana Rp 13 miliar. "Mulai sepekan ini, 
transaksi meningkat hingga 50% dibanding bulan biasa. Per hari rata-rata 
transaksi mencapai Rp 650 juta," jelasnya, Selasa (7/9). 

Menurutnya, pada H-6 hingga H-3 Lebaran akan terjadi puncak transaksi di 
pegadaian. Setiap harinya untuk transaksi gadai mencapai Rp 300 juta per hari, 
sedang untuk transaksi tebus mencapai Rp 400 juta per hari. "Untuk transaksi 
penebusan juga mengalami peningkatan 50% dibanding sebelumnya yang hanya 
mencapai Rp 150 juta per hari," terangnya. 

Hal yang sama juga terjadi di pegadaian cabang Banyumanik yang telah menyiapkan 
dana hingga Rp 6 miliar. "Meski baru minggu pertama, transaksi menjelang 
Lebaran sudah mulai terasa. Jumlah transaksi pun meningkat hingga 20 persen," 
ujar Pemimpin Pegadaian Cabang Banyumanik, Nirawan Hadi.

Menurutnya, pada bulan biasa jumlah transaksi tercatat mencapai Rp 150 juta. 
Terhitung mulai awal Agustus jumlah transaksi sudah mencapai Rp 3 miliar, atau 
sekitar 50 persen dari target. "Biasanya tiga hari menjelang Lebaran masyarakat 
mulai berdatangan untuk menjaminkan emas atau barang mereka," ungkapnya.

( Fani Ayudea , Fista Novianti/CN14 )









CiKEAS> Desain Besar Penataan Daerah 2010-2025 Indonesia Jadi 44 Provinsi

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Makin banyak raja kecil, makin mudah kkn subur?

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=24550

2010-09-07
Desain Besar Penataan Daerah 2010-2025 Indonesia Jadi 44 Provinsi

 


[JAKARTA] Kendati berulang kali menyatakan moratorium pemekaran daerah, 
diam-diam pemerintah telah memproyeksikan penambahan 11 provinsi dan 54 
kabupaten/kota baru dalam rentang waktu 15 tahun ke depan. Dengan penambahan 
tersebut, Indonesia akan memiliki 44 provinsi dan 545 kabupaten/kota pada tahun 
2025 nanti. Demikian yang tertuang dalam dokumen Kementerian Dalam Negeri 
(Kemdagri) berjudul "Desain Besar Penataan Daerah di Indonesia Tahun 2010-2025" 
yang diterima SP di Jakarta, akhir pekan lalu. Desain itu akan dibahas bersama 
DPR setelah Lebaran untuk disetujui atau diperbarui.


Dokumen setebal 70 halaman dan ditandatangani Mendagri Gamawan Fauzi pada 21 
Juni 2010 itu menyebutkan, sejak diberlakukannya UU 22/1999 tentang Pemerintah 
Daerah, yang kemu- dian diganti dengan UU 32/2004, aspirasi pemekaran daerah 
sedemikian deras mengalir dan sulit dibendung. 


Merespons hal itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di depan Sidang Paripurna 
DPR pada 3 Agustus 2009, menyatakan untuk memberlakukan kebijakan moratorium 
pemekaran, sebagai bagian dari evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. 
Alasannya, untuk mencegah pemborosan dan penghamburan sumber dana negara secara 
tidak tepat.


Sejak keran pemekaran daerah baru dibuka, sebanyak 205 daerah otonom baru (DOB) 
terbentuk hanya dalam waktu 10 tahun (1999-2009). Daerah itu meliputi 7 
provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Dengan demikian, total jumlah daerah 
otonom di Indonesia menjadi 524 daerah otonom, yang terdiri dari 33 provinsi, 
398 kabupaten, dan 93 kota, tidak termasuk 6 daerah administratif di DKI 
Jakarta. 
Jumlah tersebut akan terus bertambah, karena usulan yang masuk melalui pintu 
Kemdagri dan DPR terus mengalir.


Motivasi pembentukan daerah otonom baru adalah untuk pemerataan pembangunan, 
setidaknya, akan ada aliran dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), 
membuka peluang kerja sebagai PNS, memunculkan elite-elite baru yang akan duduk 
di DPR, serta meningkatkan eksistensi identitas lokal. Pada titik inilah, dalam 
banyak kasus, upaya pemekaran daerah menjadi arena bagi para pemburu rente 
(rent-seeker), maupun para petualangan politik yang mengejar kepentingan 
sendiri dan kepentingan jangka pendek.


Beban APBN
Ledakan pemekaran selama 1999-2010 menyebabkan lonjakan beban APBN yang luar 
biasa. Disebutkan, pada 2003, pemerintah pusat harus menyediakan DAU Rp 1,33 
triliun bagi 22 DOB hasil pemekaran sepanjang tahun 2002. Jumlah tersebut 
melonjak dua kali lipat pada tahun 2004, di mana pemerintah harus mentransfer 
Rp 2,6 triliun alokasi DAU bagi 40 DOB. Sementara tahun 2010, pemerintah 
terpaksa mengucurkan Rp 47,9 triliun sebagai DAU untuk daerah pemekaran. Beban 
terhadap APBN makin bertambah, akibat lemahnya daya dukung keuangan sebagian 
besar DOB.


Di beberapa daerah pemekaran, pemerintah pusat harus mengalokasikan DAK untuk 
membiayai pembangunan infrastruktur. Karena itu, pemerintah membatasi ambisi 
pemekaran dengan hanya ada 8 daerah yang dimekarkan hingga 2025. Daerah 
tersebut adalah Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, 
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat. "Untuk setiap 
daerah tersebut hanya diperbolehkan memekarkan satu provinsi baru. Kecuali 
untuk Papua, diperbolehkan mendapatkan empat provinsi baru.


Untuk pemekaran kabupaten/kota yang baru itu, juga hanya bisa dilakukan di 
tujuh daerah saja. Untuk daerah Sumatera hanya akan ada 10 kabupaten/kota baru 
yang bisa mekar. Lalu untuk Jawa, hanya diperbolehkan tujuh. Kemudian 
Kalimantan hanya ada 10 kabupaten/kota baru yang terbentuk. Sulawesi hanya ada 
11 kabupaten/kota. Di Bali dan Nusa Tenggara akan ada tiga kabupaten/kota yang 
terbentuk. Maluku ada empat kabupaten/kota yang mekar dari daerah induknya. Dan 
di daerah Papua, diperbolehkan sembilan kabupaten/kota. 


Pemerintah menyusun desain besar ini guna menjawab banyaknya daerah-daerah yang 
minta pemekaran. Saat ini di DPR terdapat 33 usulan calon daerah baru yang 
tengah diproses. Usulan tersebut, terbagi atas 10 provinsi, 21 kabupaten, dan 2 
kota. 
Mendagri Gamawan Fauzi belum mau bicara banyak soal desain besar tersebut. 
"Saya belum bisa berkomentar karena belum ada pembahasan dengan DPR. Jika sudah 
mulai pembahasan, maka saya siap membuka ke publik," katanya kepada SP di 
Jakarta, akhir pekan lalu. Menurutnya pembahasan bersama DPR baru akan dimulai 
16 September mendatang. Karena itu, pihaknya baru akan bicara kepada publik 
terkait desain pemekaran pada saat tersebut.


Menanggapi desain tersebut, anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDI-P Ganjar 
Pranowo belum mau berkomentar soal kuantitas wilayah yang akan dimekarkan. 
Baginya yang terpenting adalah apakah memang perlu pemekaran atau cukup 
digabung saja, ataukah harus ada w

CiKEAS> British MP's wife found working as a sex worker

2010-09-07 Thread sunny
 

 
 Indo-Asian News Service
London, September 06, 2010
First Published: 14:21 IST(6/9/2010)
Last Updated: 17:48 IST(6/9/2010)
British MP's wife found working as a sex worker
A British MP's wife works as a prostitute charging 70 pounds "for oral sex 
without a condom followed by full sex with a condom", said a media report in 
London. The revelation left the MP stunned as he said: "That's a horrible 
shock".

Sunday Mirror reported that Tory MP Mike Weatherley's Brazilian wife Carla, 39, 
works at three seedy brothels. 

The expose could prove embarrassing to Prime Minister David Cameron, who 
campaigned alongside Weatherley at the general election earlier this year. 

Weatherley met Carla 10 years ago while he was on a business trip to Rio de 
Janeiro. Sources say that she was already then a sex worker. There is, however, 
nothing to suggest that Weatherley knew. 

After starting a relationship, Weatherley may have bought Carla an apartment in 
the Copacabana beach area. 

Later, Weatherley moved Carla to Britain, where they married in Brighton, East 
Sussex, in 2003. 

Carla's occupation was listed as housewife in the marriage certificate and 
initially, she put her past behind her. 

However, in February, as Weatherley geared up for the poll campaign, she 
re-entered the sex industry. 

During the campaign, Weatherley took Carla to a number of political functions 
in the Hove and Portslade constituency. 

Sunday Mirror reporter met her at a South London massage parlour where she 
offered to perform a list of sex acts. She then stripped off and danced naked. 

The media report said that Carla walked into the room in pink lingerie and  
said she was "Bea". 

She then rattled off a price list - "30 pounds for hand relief, 40 pounds for 
oral sex with a condom followed by sex and 70 pounds for oral sex without a 
condom followed by full sex with a condom". 

She also spoke about two brothels where she works - North Cheam Massage and 
Intimate Massage in Bedford. 

"I started working in Bedford in February, but it is very far away. Here we 
have two houses, this one and one in Cheam. And I work there at the moment. I 
cover for my friend because she's on holiday. I work on Thursday there and on 
Friday in London. Then, when she is back, I will work on Mondays. Thursdays 
here, Mondays there," she was quoted as saying. 

She added: "I like it here, nice clients, nice people, nice place and good 
money." 

Weatherley said he was not aware that his wife was a prostitute and added: "Oh 
no. It's a bit of a shock. We separated in February and I had absolutely no 
idea at all. We've kept in touch and have lunch together every week so we're 
still good friends." 

"That's a horrible shock... thank you for letting me know." 


http://www.hindustantimes.com/StoryPage/Print/596677.aspx
© Copyright 2009 Hindustan Times





CiKEAS> Rescued after three weeks on a leaky boat

2010-09-07 Thread sunny
http://www.smh.com.au/world/rescued-after-three-weeks-on-a-leaky-boat-20100907-14zit.html

Rescued after three weeks on a leaky boat 
Russell Skelton and Adam Carey 
September 8, 2010 
 
Home and dry ... Benedict Jor is taken aboard the Wangaratta after his three 
week ordeal, above. 

LAST night fisherman Benedict Jor finally set foot on dry land again after a 
dramatic rescue at sea.

Mr Jor and the crew of the ANL Wangaratta berthed at Melbourne's docks,  where 
Mr Jor will spend the next two days before the container ship leaves for 
Sydney, where he will fly back home to his family in PNG.

Lost at sea, Benedict Jor survived on coconuts and rain water for three weeks 
before the crew of the giant container ship spotted his tiny fishing craft 
drifting in the Saint Andrew Strait off the Papua New Guinea coast.

The 20-year-old from the village of Noga near Rabaul had been fishing alone for 
tuna between two islands when a  change in wind and currents swept his boat out 
to sea.

Last night Mr Jor was adjusting to his new surrounds. "It's strange [here]. 
I've never been to a city like this because I've grown up in a village,'' he 
said from on board the ship, surrounded by the bright lights of Melbourne.

The young fisherman feared he would die at sea after several boats passed by 
without spotting him, despite his frantic waving. But a break in the rain and a 
burst of sunshine was enough for the crew of the Wangaratta to detect him. He 
had been sleeping under a blanket of banana leaves, huddling from the heavy 
rain, before the ship came into view.

His ordeal ended on Thursday when the Wangaratta, en route from China to 
Melbourne with a cargo of electrical goods, picked him up. He was about 50 
nautical miles from the coast when he was sighted by crew members from the deck 
of the Wangaratta.

"I'd like to the thank them for what they have done for me and I thank God for 
them. I'm very pleased they saved my life," he said.

Mr Jor's parents still have no idea of his fate and he has no phone number to 
reach them on. PNG officials hope Mr Jor could be united with his family by the 
weekend.

Stephen Allaker, captain and master of the Wangaratta, said when Mr Jor was 
first spotted, there were fears he might not have been alone.

"We were initially concerned that we could only see a lone person, but he 
assured us he had been on his own throughout."

The rescue had been a tricky operation that involved turning the fully laden 
container ship about and then manoeuvring it to within 40 metres of Mr Jor's 
boat, which had capsized. A lifebuoy attached to a rope was tossed to the young 
man.

"We then pulled him to the ship's ladder," Captain Allaker said.

He said Jor was immediately admitted to the ship's hospital where he was 
treated for hypothermia, dehydration and shock. ''He had a small cut on his 
left side that cleared up very quickly. Within 24hours, he had made a full 
recovery.''

Mr Jor said yesterday that he was feeling fine, but anxious to get home after 
his extraordinary adventure. A spokesman for ANL said Mr Jor had been lucky to 
have been in the shipping channel in the middle of the day rather than at night 
when the Wangaratta came across him.

The Wangaratta berthed at West Swanson dock in Melbourne Port late last night. 
Mr Jor will be kept on board until the ship returns to Sydney where he will 
pass through immigration and be met by PNG consular officials, who will  assist 
in his return home.








CiKEAS> Soft power

2010-09-07 Thread sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/04/soft-power.html

Soft power
The Jakarta Post | Sat, 09/04/2010 5:37 PM | Opinion 




Soft power  
   JP/Irma Rahmi Damayanti

Related News >> 
  a.. SBY silences war-drum sentiment vs Malaysia
  b.. SBY wants peaceful solution to row with Malaysia
  c.. Politicians under fire over Malaysian feud 
  d.. Govt, legislators divided over mending fences with Malaysia 
 |  |  |  |  |  |  |  | 
Post Comments |  Comments (17)





CiKEAS> Group lobbying for 'permanent residency'

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Bagimana kalau peraturan serupa diberlakukan terhada warganegara 
Indonesia yang berdiam di luar negeri?


http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/07/group-lobbying-%E2%80%98permanent-residency%E2%80%99.html

Group lobbying for 'permanent residency'
Arghea Desafti Hapsari, The Jakarta Post, Jakarta | Tue, 09/07/2010 9:37 AM | 
Headlines 


When the Asian financial crisis hit in 1997, Australian national Elora (not her 
real name) saw her Indonesian husband's business caving in, and went to pieces. 

Being a foreigner sponsored to live in Indonesia by her husband's company, 
Elora could no longer get permission to stay.

A work permit is issued to foreigners who have sponsorship from a company or 
other organization.
The government imposes strict guidelines on what expertise workers need to be 
entitled to such 
permits.

While she lacked the expertise, Elora found work - to make ends meet. 

"It's not easy living on a single income," she told The Jakarta Post on Monday. 
Her discreet job as a freelance translator required her to use her husband's 
name on the payroll.

Several groups have voiced concerns regarding the matter and are currently 
pushing for Indonesia to recognize permanent residency, which, if granted, 
would allow a foreign spouse of an Indonesian to gain the same rights to live 
and work in Indonesia as Indonesians have.

"Permanent residents will have almost the same rights as Indonesian citizens, 
except for the right to vote and run for office," said Dewi Tjakrawinata of the 
International Rainbow Alliance (APAB). 

The concept of permanent residency has been long adopted by other Southeast 
Asian countries including Thailand, Singapore and Malaysia.

In these countries, permanent resident status can be gained easily by 
foreigners who are married to locals, and by their children.

The APAB has been advocating legislators deliberating the bill on immigration. 
Permanent residency, the alliance says, needs to be regulated in the bill.

Lawmakers are targeting to pass the bill into law by the end of the month.

Julie Mace from the APAB said recently that by granting permanent residency to 
foreign spouses of Indonesians, "family reunification would be made easier and 
would be guaranteed."

Mixed-marriage families have often faced times when their children, who are of 
foreign nationalities, are not allowed to live permanently with their parents 
and earn a living in Indonesia. 

Such is the case when the children reach more than 18 years of age, when they 
are no longer entitled to parental sponsorship to reside in Indonesia.

Foreigners who want to live in Indonesia are currently given stay permits, 
which can be temporary (KITAS) or "permanent" stay (KITAP) permits. 

The latter lasts five years. Such permits are given to, among others, foreign 
investors, foreign experts, top foreign managers of companies, children joining 
Indonesian parents or foreign spouses joining an Indonesian husband or wife.

In the latter case, a foreigner must first arrange sponsorship from his or her 
Indonesian spouse before applying for a stay permit.

"Problems arise when marriages break up or get into trouble. The Indonesian 
husband or wife can easily deny their spouse sponsorship and thus make it 
harder for them to get a stay permit here," said Marilyn Ardipraja, another 
member of the APAB.

Marilyn, who has spent 34 years living in Indonesia with her Indonesian 
husband, also lamented the fact that her children, who are of Australian 
nationality, can only visit her on a tourist visa, which is valid for just two 
months.






CiKEAS> Christians open free resting area for travelers in Semarang

2010-09-07 Thread sunny
Refleksi : Mudah-mudahan tidak dibilang usaha murtadisasi, seperti  dengan 
super mie.

http://www.thejakartapost.com/news/2010/09/07/christians-open-free-resting-area-travelers-semarang.html

Christians open free resting area for travelers in Semarang
Suherdjoko, The Jakarta Post, Semarang, Central Java | Tue, 09/07/2010 9:13 PM 
| Archipelago 


Gereformed Church and Kristen Karangsaru Church congregation in Semarang has 
opened a free resting area called Peduli Kasih (Care with Compassion) on Jl. 
Sultan Agung in Semarang, Central Java, to serve travelers who were passing on 
the city before reaching their respective destinations during Idul Fitri exodus.

The resting area, which provides free meals, beverages and health service, will 
last until Thursday, which is one day prior to the holiday.

"Let's not see this as a religious matter because it is pure about humanity. We 
are moved to help our brothers and sisters who are on journey. They are surely 
tired, even some of them got sick during the trip, but we will do our best to 
make their homecoming trip safe and sound," volunteers chief Rev. Rahmat Paska 
Rajaguguk said Tuesday.

The resting area, which is run by 20 volunteers from the churches, has been 
serving the travelers since 2007.

Homecomer Aris Dwi Setyono, 31, said that it was the first time for him and 
family to visit the resting area. "It was quite a surprise to recognize that 
our Christian brothers and sisters run the service," he added.






CiKEAS> Polemik tentang Regulasi Zakat!

2010-09-07 Thread sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010090801183515

  Rabu, 8 September 2010 
 

  BURAS 
 
 
 

Polemik tentang Regulasi Zakat!


   
  "ORANG kota sudah datang!" Pak Modin, pengurus keagamaan dusun, menyambut 
kehadiran Temon di musala. "Langsung mau bayar zakat fitrah?"

  "Itulah salah satu alasan mudik, membayar fitrah di kampung!" jawab 
Temon. Seusai bayar fitrah ke amil, sambil duduk dekat Pak Modin ia menukas, 
"Jangan-jangan ini jadi kesempatan terakhir membayar zakat fitrah ke amil 
musala!"

  "Memangnya ada apa?" tanya Modin.

  "Saya baca di koran, pemerintah menyiapkan perubahan menyeluruh 
Undang-Undang (UU) tentang Zakat Nomor 38/1999 untuk meregulasi zakat! (Koran 
Tempo, Editorial, [6-9]). Maksudnya, pengelolaan zakat yang sekarang ini 
ditangani masyarakat, nantinya dikelola negara!" jelas Temon. "Dengan dikelola 
negara itu, wajib zakat akan diberi sanksi denda dan hukuman jika enggan atau 
lalai menunaikan kewajibannya!"

  "Begitu? Perubahan luar biasa itu!" timpal Modin. "Kami para petugas amil 
zakat musala tentu amat senang menyambutnya, tak perlu repot lagi menangani 
zakat warga karena bakal ada pejabat negara yang mengurusnya!"

  "Jadi Pak Modin setuju?" tanya Temon.

  "Kalau UU-nya begitu, siapa berani melanggar?" jawab Modin. "Soal zakat 
diurus negara, di zaman sahabat sebagai khalifah dahulu begitu! Sedang sanksi 
hukumnya, mungkin sebanding dengan penegasan Abu Bakar Siddik ra., bahwa dia 
akan memerangi siapa yang tidak melunasi zakatnya!"

  "Tapi kenapa koran itu menentang pengalihan pengelolaan zakat dari 
masyarakat ke negara dengan sanksi hukum itu?" timpal Temon.

  "Polemik itu mungkin karena masyarakat sudah terbiasa pada pengelolaan 
zakat yang sekarang!" jawab Modin. "Juga kepercayaan masyarakat pada badan amil 
zakat (BAZ) pelat merah masih kurang, sehingga lebih banyak orang memilih untuk 
membayar zakat ke masjid dan musala, atau lembaga amil zakat (LAZ) swasta yang 
terlihat nyata penggunaan dananya bagi umat!"

  "Soal kepercayaan itu yang penting!" timpal Temon. "Kalau zakat dikelola 
negara seperti pajak, bisa-bisa ditangani ala Gayus Tambunan pula!"

  "Tak perlu suuzan!" tegas Modin. "Tapi sebaiknya Presiden dan DPR 
memikirkan masak-masak soal ini, agar maksud baik tak malah jadi bencana! Juga, 
yang selama ini sudah berjalan baik tak berubah justru menjadi buruk!"

  "Paling tidak buktikan dahulu pengelolaan uang negara bersih dari 
korupsi, baru masukkan zakat dalam keranjang keuangan negara!" timpal Temon. 
"Kan lucu kalau yang tak bayar zakat dibui, padahal uang zakatnya dikorupsi!"

  H. Bambang Eka Wijaya
 






CiKEAS> Europe raids on file-sharing groups

2010-09-07 Thread sunny
http://english.aljazeera.net/news/europe/2010/09/20109719310578178.html


Europe raids on file-sharing groups 
Police in 14 European countries crackdown on suspected online file-sharing 
network, with seven Swedish locations raided.
Last Modified: 07 Sep 2010 20:32 GMT 

 
 

Authorities in more than a dozen European nations have launched a crackdown on 
an online file-sharing network.

Swedish officials said that raids had been undertaken in 14 countries on 
Tuesday in a major operation that followed two years of investigations by 
Belgian police.

The majority of the police action occurred in Sweden, according to 
TorrentFreak, a file-sharing news website.

A network named The Scene was a key target, according to a statement from 
Swedish prosecutors.

The Scene was said to have offered films before they were available on DVD.

Paul Pinter, a Swedish police officer from the minor crimes unit, said that 
police targetted 48 sites across Europe that were part of the network.

Police raided seven locations in Sweden, including one in a suburb of 
Stockholm, containing servers used by file-sharing website The Pirate Bay and 
Wikileaks, the whisteblowing website.

However, that service provider said that officers had visited them but only 
asked questions over two suspect IP addresses, and that no computers or other 
goods had been seized.

Frederick Ingblad, a Swedish Prosecutor, confirmed to local media that 
Wikileaks was not involved in the current action.

Locations in Malmo, Umea University and Eskilstuna were also raided in Sweden.

Reports state that four people are reportedly being questioned on alleged 
breach of copyright law, with servers and computers having been taken by 
authorities.

Raids were also said to have been carried out in the Netherlands, Norway, 
Germany, the UK, the Czech Republic and Hungary.