CiKEAS Fwd: 49,5 juta orang terancam PHK

2008-11-17 Terurut Topik setyawan_abe
'Seandainya' dana kampanye dari semua partai dan dana pemilu dikumpulkan
kira2 = Rp. Trilliun (?), Lumayan buat ngopi-ngopi bareng

--- In [EMAIL PROTECTED], hendra - [EMAIL PROTECTED] wrote:

 -- Pesan terusan --
 Dari: Beka Faryan Riangka XL
 Tanggal: 17 November 2008 13:49
 Subjek: [trisakti-pc] 49,5 juta orang terancam PHK

 49,5 Juta Orang Terancam PHK

 Oleh
 Effatha Tamburian

 Jakarta – Pemerintah harus segera melakukan upaya penyelamatan
 sejumlah perusahaan di dalam negeri. Upaya penyelamatan itu guna
 mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran
 sebagai dampak krisis keuangan global.

 Apabila upaya penyelamatan tidak dilakukan, pada tahun 2009 mendatang
 sebanyak 50 persen tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 45,5 juta
 pekerja terancam mengalami PHK.
 Wakil Ketua Umum Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Djimanto
 mengatakan hal itu ketika dihubungi SH, Kamis (13/11). Saat ini,
 semua sektor sedang terancam penurunan jumlah penjualan, kemudian
 produksi akan turun, dan itu berarti harus ada pengurangan pekerja.
 Saat ini baru lima persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia yang
 terancam, tetapi belum terjadi PHK, jelasnya.
 Menurutnya, berbagai upaya yang harus dilakukan antara lain penguasaan
 pasar di dalam negeri dengan cara mengisi barang-barang konsumen
 dengan produk dalam negeri. Barang konsumen itu seperti barang
 elektronik, barang rumah tangga (household), plastik, dan lain-lain
 yang 50 persennya berasal dari impor. Boleh saja, tapi seharusnya
 hanya lima persen, tandas Djimanto.
 Di samping itu, lanjutnya, berbagai komoditas yang selama ini diekspor
 dalam bentuk bahan mentah harus diolah di dalam negeri sehingga bahan
 baku yang harus diimpor dapat dibeli dari dalam negeri.

 Untuk itu, tegas Djimanto, harus didukung kebijakan publik, seperti
 insentif pajak untuk toko-toko atau para penjual yang komposisi
 dagangannya lebih banyak barang produksi dalam negeri.
 Ia menekankan insentif bagi industri pengolahan berupa stimulus
 penurunan pajak bagi industri yang menampung tenaga kerja lebih
 banyak, sehingga industri akan berlomba-lomba mencapai kondisi padat
 karya.
 Penurunan pajak harus ditimbang menurut aset dikalikan omzet dalam
 setahun. Industri pengolahan sebenarnya bukan hanya untuk pertumbuhan
 ekonomi tetapi untuk kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu harus
 didukung pemerintah, politisi, dunia-dunia usaha, LSM, dan
 masyarakat, ungkapnya.
 Djimanto menekankan pula, daerah otonom perlu diberi suatu penilaian
 tentang tren pengangguran yang terjadi di daerah tersebut. Hal itu,
 sambung dia, agar para bupati juga mengeluarkan kebijakan untuk
 mengurangi jumlah pengangguran, seperti mengembangkan investasi supaya
 industri pengolahan tumbuh di daerah. Kalau tren kemiskinan menurun
 maka diberi stimulus seperti menaikkan DAK-nya dan sebaliknya,
 tandasnya.

 Harus Dicegah
 Sebelumnya, Ketua Ka-din MS Hidayat seusai meng-ikuti pertemuan antara
 Pre-siden Susilo Bambang Yudhoyono dengan sekitar 300 pengusaha dan
 bankir di Gedung Setneg, Jakarta, Rabu (12/11), mengatakan, pihaknya
 bersama pemerintah akan berupaya mencegah kemungkinan terjadinya
 gelombang PHK besar-besaran mulai Januari 2009 mendatang.
 Presiden, kata Hidayat, meminta pengusaha tidak melakukan PHK.
 Sebaliknya, para pengusaha dan bankir meminta pemerintah memperkuat
 sektor keuangan dan perbankan, misalnya saja dengan aturan-aturan
 proteksi bagi perbankan dengan mengeluarkan kebijakan penjaminan penuh
 terhadap simpanan di bank maupun interbank.
 Menurut Hidayat, yang paling terkena dampak akibat krisis keuangan
 global saat ini adalah labour intensive industry, seperti tekstil dan
 turunannya, alas kaki, furnitur, serta produk pertanian, seperti karet
 dan kakao yang jumlah permintaannya tiba-tiba turun drastis. Untuk
 tekstil, secara tradisi pasarnya hanya itu-itu saja, seperti Amerika
 dan Eropa, yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan akan bangkrut.
 Kalaupun ingin dilakukan pengalihan pasar, menurut Hidayat akan
 mengalami kendala. Mengingat pengusaha, pemerintah dan banknya harus
 satu paket. Sebab, bila pindah ke negara lain, seperti Rusia atau
 Afrika, sistem perbankannya juga harus tersambung (connect) karena
 harus membuka L/C.
 Hidayat khawatir pada Januari 2009 nanti akan terjadi gelombang PHK
 besar-besaran. Saya takut (PHK-resd) pada Januari akan menjadi besar
 dan untuk itu kita masih punya waktu dua bulan. Masih ada
 tindakan-tindakan darurat, paling tidak kewajiban-kewajiban para
 eksportir yang tiba-tiba kena getahnya masalah pasar mereka yang drop
 itu, bisa dibantu dengan tax allowance (penundaan pajak-red), atau
 kewajiban-kewajiban perbankan bisa dirundingkan dulu, ujar Hidayat.
 Sebenarnya, lanjut Hidayat, ketika order ekspor untuk 2009 belum
 ditandatangani, pengusaha membuat proyeksi menciutkan omzet penjualan.
 Menciutkan kapasitas produksi, berarti dia mengurangi karyawan.
 Menurut Hidayat, rencana bisnis internal semacam ini 

Re: CiKEAS Fwd: 49,5 juta orang terancam PHK

2008-11-17 Terurut Topik Frans J Santoso
Cemilannya apa mas? Sepedamotor gimana cocok?





From: setyawan_abe [EMAIL PROTECTED]
To: cikeas@yahoogroups.com
Sent: Monday, November 17, 2008 8:58:26 PM
Subject: CiKEAS Fwd: 49,5 juta orang terancam PHK


'Seandainya' dana kampanye dari semua partai dan dana pemilu dikumpulkan
kira2 = Rp. Trilliun (?), Lumayan buat ngopi-ngopi bareng

--- In keadilan4all@ yahoogroups.. com, hendra - [EMAIL PROTECTED] . wrote:

 -- Pesan terusan --
 Dari: Beka Faryan Riangka XL
 Tanggal: 17 November 2008 13:49
 Subjek: [trisakti-pc] 49,5 juta orang terancam PHK

 49,5 Juta Orang Terancam PHK

 Oleh
 Effatha Tamburian

 Jakarta – Pemerintah harus segera melakukan upaya penyelamatan
 sejumlah perusahaan di dalam negeri. Upaya penyelamatan itu guna
 mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran
 sebagai dampak krisis keuangan global.

 Apabila upaya penyelamatan tidak dilakukan, pada tahun 2009 mendatang
 sebanyak 50 persen tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 45,5 juta
 pekerja terancam mengalami PHK.
 Wakil Ketua Umum Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Djimanto
 mengatakan hal itu ketika dihubungi SH, Kamis (13/11). Saat ini,
 semua sektor sedang terancam penurunan jumlah penjualan, kemudian
 produksi akan turun, dan itu berarti harus ada pengurangan pekerja.
 Saat ini baru lima persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia yang
 terancam, tetapi belum terjadi PHK, jelasnya..
 Menurutnya, berbagai upaya yang harus dilakukan antara lain penguasaan
 pasar di dalam negeri dengan cara mengisi barang-barang konsumen
 dengan produk dalam negeri. Barang konsumen itu seperti barang
 elektronik, barang rumah tangga (household), plastik, dan lain-lain
 yang 50 persennya berasal dari impor. Boleh saja, tapi seharusnya
 hanya lima persen, tandas Djimanto.
 Di samping itu, lanjutnya, berbagai komoditas yang selama ini diekspor
 dalam bentuk bahan mentah harus diolah di dalam negeri sehingga bahan
 baku yang harus diimpor dapat dibeli dari dalam negeri.

 Untuk itu, tegas Djimanto, harus didukung kebijakan publik, seperti
 insentif pajak untuk toko-toko atau para penjual yang komposisi
 dagangannya lebih banyak barang produksi dalam negeri.
 Ia menekankan insentif bagi industri pengolahan berupa stimulus
 penurunan pajak bagi industri yang menampung tenaga kerja lebih
 banyak, sehingga industri akan berlomba-lomba mencapai kondisi padat
 karya.
 Penurunan pajak harus ditimbang menurut aset dikalikan omzet dalam
 setahun. Industri pengolahan sebenarnya bukan hanya untuk pertumbuhan
 ekonomi tetapi untuk kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu harus
 didukung pemerintah, politisi, dunia-dunia usaha, LSM, dan
 masyarakat, ungkapnya.
 Djimanto menekankan pula, daerah otonom perlu diberi suatu penilaian
 tentang tren pengangguran yang terjadi di daerah tersebut. Hal itu,
 sambung dia, agar para bupati juga mengeluarkan kebijakan untuk
 mengurangi jumlah pengangguran, seperti mengembangkan investasi supaya
 industri pengolahan tumbuh di daerah. Kalau tren kemiskinan menurun
 maka diberi stimulus seperti menaikkan DAK-nya dan sebaliknya,
 tandasnya.

 Harus Dicegah
 Sebelumnya, Ketua Ka-din MS Hidayat seusai meng-ikuti pertemuan antara
 Pre-siden Susilo Bambang Yudhoyono dengan sekitar 300 pengusaha dan
 bankir di Gedung Setneg, Jakarta, Rabu (12/11), mengatakan, pihaknya
 bersama pemerintah akan berupaya mencegah kemungkinan terjadinya
 gelombang PHK besar-besaran mulai Januari 2009 mendatang.
 Presiden, kata Hidayat, meminta pengusaha tidak melakukan PHK.
 Sebaliknya, para pengusaha dan bankir meminta pemerintah memperkuat
 sektor keuangan dan perbankan, misalnya saja dengan aturan-aturan
 proteksi bagi perbankan dengan mengeluarkan kebijakan penjaminan penuh
 terhadap simpanan di bank maupun interbank.
 Menurut Hidayat, yang paling terkena dampak akibat krisis keuangan
 global saat ini adalah labour intensive industry, seperti tekstil dan
 turunannya, alas kaki, furnitur, serta produk pertanian, seperti karet
 dan kakao yang jumlah permintaannya tiba-tiba turun drastis. Untuk
 tekstil, secara tradisi pasarnya hanya itu-itu saja, seperti Amerika
 dan Eropa, yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan akan bangkrut.
 Kalaupun ingin dilakukan pengalihan pasar, menurut Hidayat akan
 mengalami kendala. Mengingat pengusaha, pemerintah dan banknya harus
 satu paket. Sebab, bila pindah ke negara lain, seperti Rusia atau
 Afrika, sistem perbankannya juga harus tersambung (connect) karena
 harus membuka L/C..
 Hidayat khawatir pada Januari 2009 nanti akan terjadi gelombang PHK
 besar-besaran. Saya takut (PHK-resd) pada Januari akan menjadi besar
 dan untuk itu kita masih punya waktu dua bulan. Masih ada
 tindakan-tindakan darurat, paling tidak kewajiban-kewajiban para
 eksportir yang tiba-tiba kena getahnya masalah pasar mereka yang drop
 itu, bisa dibantu dengan tax allowance (penundaan pajak-red), atau
 kewajiban-kewajiban perbankan bisa dirundingkan dulu, ujar Hidayat