Salam,
Saya ingin mengomentari kata2 jangan Terpengaruh Ucapan Tukang
Obat... atau REP... dengan iming2 bonus Dokter juga sebetulnya
butuh REP, kenapa?? karena dokter bisa dibilang mempunya bisnis
sampingan dengan REP dalam hal ini Seperti Bonus tak jarang ada dokter
yang mendapatkan Sebuah mobil dengan FREE tanpa memperhatikan apakah
obat itu baik/bagus atau tidak. Saya menghimbau kepada seluruh milist,
agar apabila sakit sedikit jangan selalu langsung ke Rmh.Sakit.
NB: tidak bermaksud untuk menyudutkan sebuah profesi...
Thanks.
dokter_umum@yahoogroups.com, anom jati drary_ot...@... wrote:
Salam Sejawat
wakakaka lucu tapi tragis
yang jadi masalah bukan puyernya tapi etika kedokteranya..
tanpa di periksa berani di beri obat???( sebagaimana kasus yang di
publikasi di rcti), mengenai dispensing...dll
Menjadi dokter itu baik
menjadi pedagang juga baik
tetapi menjadi dokter pedagang. mikir2 ya kasian psien kita
begitu kita ingin memberi obat apapau ada 3 prinsip yang harus di pegang
Berikan Obat yang kita kenal kepada pasien yang kita kenal untuk
penyakit yang kita kenal,
aku gak perduli ketika harus resep racikan atau tunggal...
jangan pernah membandingkan indonesia sebagai bangsa yang tidak
mampu , di bawah bangsa manapun.
karena kita bangsa INDONESIA
Kesalahan yang sering dokter lakukan Adalah ketika dia menganggap
dirinya
Mesias, (juru selamat) bagi pasien
ingat Kita Cuma ALAT (fasilitator)...
kadang pasien cuma ingin di dengarkan keluhanya meskipun kita tau
Dia AKAN MATI.
pasien cuma ingin membagi kesakitan, penderitaan, harapan...dan itu
kita tidak bisa melakukan jika anamnesa cuma 2 menit...
Obat??
kita punya prinsip metode penanganan penyakit
ikuti aja PROSEDURNYA!!
jangan Cuma nyontek warisan Puyer leluhur.
kenali obatnya, indikasinya, dosisnya, interaksinya,absorbsinya,
distribusinya, metabolismenya, ekskresinya
lhaa khan dah di pelajari di kuliah?
jangan Terpengaruh Ucapan Tukang Obat... atau REP... dengan iming2
bonus
MAAF SAYA KHILAP MATA GELAP.
Penyakit..
tidak semua penyakit bisa di sembuhkan.
tidak semua penyakit butuh obat
JANGAN SEMBARANGAN MEMATIKAN ALARM PENYAKIT
..
demikian kesan dari saya sebagai dokter yan tidak pernah merasa
hebat, pandai, specialCUMA DOKTER UMUM INDONESIA
wassalam. shalom. semoga semua mahluk berbahagia
--- Pada Rab, 25/2/09, ferry wardhana y...@... menulis:
Dari: ferry wardhana y...@...
Topik: Bls: [Dokter Umum] Mengapa Puyer?- tulisan seorang dokter
Kepada: dokter_umum@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 25 Februari, 2009, 8:59 PM
gak semua obat bisa dipake untuk sirup bu..contoh,deksamet
ason,..dan sy yakin gak ada dokter di dunia ini yg punya keinginan tuk
membunuh pasiennya..kalo pasien gak mau dikasih puyer../ya udah..gak
usah dipaksa..kasih aja sirup..beres khan..kasian dokter..kalo berjasa
gak ada yg memperdulikan, eh giliran kena apes malah digembar-gemborin. ..
--- Pada Sel, 24/2/09, hoesana hoes...@bhinneka. com menulis:
Dari: hoesana hoes...@bhinneka. com
Topik: [Dokter Umum] Mengapa Puyer?- tulisan seorang dokter
Kepada: dokter_umum@ yahoogroups. com
Tanggal: Selasa, 24 Februari, 2009, 11:57 PM
Ketika saya lulus menjadi seorang dokter, terus terang saya bagaikan
orang
buta yang baru pernah melihat merasa senang kegirangan karena status
dokter
yang saya sandang, tetapi masih meraba raba juga karena belum tahu apa
yang
harus saya lakukan.
Menangani pasien pertama kalinya (sebagai seorang dokter tentunya)
merupakan
suatu kebanggaan tersendiri. Pasien datang, mendengarkan keluhannya,
memeriksa, dan memberikan obat.
Puas? Tentu saja puas rasanya. Pasien puas, karena keluhan berkurang
bahkan
menghilang. Dan bulan berikutnya pasien ada keluhan mereka kembali
kepada
saya karena merasa cocok dengan obat yang saya berikan.
Sebagai catatan ketika saya bilang pasien, termasuk orang tua pasien
untuk
pasien saya yang tergolong anak anak. Anggap saja saya sedang
membicarakan
pasien anak anak.
Tapi apakah saya sudah menangani pasien tersebut dengan baik? Tentu saja
TIDAK jawabannya.
Mengurangi keluhan pasien bukan berarti menyembuhkan, bahkan tanpa
disadari
bisa membahayakan pasien.
Ada satu titik balik dimana saya menyadari terdapat kesalahan dalam
penanganan pasien saya selama ini, dan di kemudian hari saya bertemu
dengan
komunitas yang membuat saya semakin belajar dan belajar setiap harinya.
Sebelumnya puyer menjadi andalan saya, pasien (orang tua pasien) puas,
waktu
yang dibutuhkan untuk menangani pasien jauh lebih singkat. Cukup
berkata: oh
ini batuk pilek, obatnya cukup minum, 3 hari tidak sembuh balik kembali.
Rutinitas yang saya lakukan selama sekitar 6 bulan pertama saya menjadi
dokter.
Sampai suatu saat saya menemukan suatu kejadian yang begitu menampar
saya.
Datanglah seorang pasien berumur 5 bulan, datang dengan