[ekonomi-nasional] Mewaspadai Wacana di Media Massa

2010-05-03 Terurut Topik mundo

*Buletin Elektronik** www.Prakarsa-Rakyat.org*

*SADAR
Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi*

*Buletin Elektronik SADAR Edisi 290 Tahun VI 2010
Sumber: www.Prakarsa-Rakyat.org*


*MEWASPADAI WACANA DI MEDIA MASSA*

*Oleh : Fredy Wansyah**

**

* *

Wacana dalam perdebatan antar-partai --misalnya melalui perdebatan kasus 
Century-, wacana idealisasi hukum, bahkan terakhir wacana terorisme 
menjadi /headline/ di berbagai media. Metode isu terhangat tidak 
terlepas dari model industrialisasi wacana (/marketing-media/). Chris 
Barker menyatakan dalam /Cultural Studies/, Menurut model manipulatif, 
media dipandang sebagai cerminan dari masyarakat yang didominasi oleh 
kelas dan ideologi disebarkan secara sadar oleh mereka yang memegang 
kendali alokatif. Ini adalah akibat langsung dari konsentrasi 
kepemilikan media oleh orang-orang yang merupakan bagian dari kemapanan 
atau oleh menipulasi pemerintah dan tekanan informal. 

Selengkapnya:
http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/bulsad/artikel.php?aid=41870

 

*webmas...@prakarsa-rakyat.org*  



[Non-text portions of this message have been removed]



[ekonomi-nasional] Mewaspadai Wacana di Media Massa

2010-05-03 Terurut Topik mundo

*Buletin Elektronik** www.Prakarsa-Rakyat.org*

*SADAR
Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi*

*Buletin Elektronik SADAR Edisi 290 Tahun VI 2010
Sumber: www.Prakarsa-Rakyat.org*


*MEWASPADAI WACANA DI MEDIA MASSA*

*Oleh : Fredy Wansyah**

**

* *

Wacana dalam perdebatan antar-partai --misalnya melalui perdebatan kasus 
Century-, wacana idealisasi hukum, bahkan terakhir wacana terorisme 
menjadi /headline/ di berbagai media. Metode isu terhangat tidak 
terlepas dari model industrialisasi wacana (/marketing-media/). Chris 
Barker menyatakan dalam /Cultural Studies/, Menurut model manipulatif, 
media dipandang sebagai cerminan dari masyarakat yang didominasi oleh 
kelas dan ideologi disebarkan secara sadar oleh mereka yang memegang 
kendali alokatif. Ini adalah akibat langsung dari konsentrasi 
kepemilikan media oleh orang-orang yang merupakan bagian dari kemapanan 
atau oleh menipulasi pemerintah dan tekanan informal. 

Selengkapnya:
http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/bulsad/artikel.php?aid=41870

 

*webmas...@prakarsa-rakyat.org*  



[Non-text portions of this message have been removed]



[ekonomi-nasional] Bls: Boediono: Rupiah Tidak Dipatok untuk Hindari Spekulasi

2010-05-03 Terurut Topik A Nizami
Lah bukannya dengan tidak dipatok seperti tahun 1998 saat Boediono jadi salah 
seorang direktur BI rupiah justru rentan serangan sehingga nilainya jatuh dari 
Rp 2400/1 US$ jadi Rp 16.700 lebih?

Kalau dipatok kan misalnya Rp 9000, maka para spekulan jadi bubar sebab harga 
rupiah kemarin, sekarang, dan besok tetap sama sehingga tidak ada gain yang 
bisa diharapkan.


===

Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits

http://media-islam.or.id

Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com

Belajar Islam via SMS:

http://media-islam.or.id/2008/01/14/dakwah-syiar-islam-lewat-sms-mobile-phone

--- Pada Sen, 3/5/10, Sandy Dwiyono sdwiy...@yahoo.com menulis:

Dari: Sandy Dwiyono sdwiy...@yahoo.com
Judul: [ppiindia] Boediono: Rupiah Tidak Dipatok untuk Hindari Spekulasi
Kepada: 
Tanggal: Senin, 3 Mei, 2010, 7:41 AM







 



  



  
  
  http://www.detikfin ance.com/ read/2010/ 05/03/071832/ 1349764/6/ 
boediono- rupiah-tidak- dipatok-untuk- hindari-spekulas i



Senin, 03/05/2010 07:18 WIB



Boediono: Rupiah Tidak Dipatok untuk Hindari Spekulasi



Irwan Nugroho - detikFinance



Yogya - Nilai tukar rupiah menguat sangat tajam akhir-akhir ini seiring terus 
mengalirnya aliran modal ke Indonesia. Para eksportir mulai khawatir karena 
penguatan rupiah yang terlalu tajam bisa membuat barang-barang Indonesia di 
luar negeri terlalu mahal.



Wapres Boediono mengatakan, kurs rupiah memang harus diberi ruang untuk 
bergerak sendiri sesuai mekanisme pasar. Kurs rupiah tidak perlu dipatok karena 
justru akan menjadi ajang spekulasi yang pada akhirnya bisa menghabiskan 
cadangan devisa Indonesia.



Pernyataan tersebut disampaikan Boediono dalam silaturahmi dengan Forum 
Pimpinan Daerah Provinsi, Kabupaten, Kota se-Provinsi Daerah Istimewa 
Yogyakarta di Istana Kepresidenan, Gedung Agung, Yogyakarta, Minggu (2/5/2010) 
malam.



Hal itu disampaikan menanggapi pertanyaan dari Yulisdiyanto dari Aspindo 
Yogyakarta yang menyatakan, pemerintah melalui BI sudah waktunya mengendalikan 
kurs agar tidak terlalu kuat.



Karena kalau sampai Rp 9.000 dan turun menjadi Rp 8.000 (per dolar AS), 
barang-barang kita di pasar internasional akan terasa sangat mahal, ungkap 
Yulisdianto.



Atas pertanyaan tersebut, Boediono mengatakan, pemerintah akan terus berupaya 
menjaga semua aspek ekonomi termasuk daya saing.



Ttetapi kita tidak bisa mematok kurs itu. kurs kalau dipatok akan jadi sasaran 
spekulasi. Itu pasti. Misalnya kurs dipatok 9000, nggak boleh berubah, pasti 
akan diserang. Dan itu akhirnya bebannya pada cadangan devisa kita, akan 
habis, ungkap Boediono.



Oleh sebab itu, memang kurs itu harus diberi ruang untuk bergerak-gerak, 
supaya kalau mereka yang mau spekulasi lawannya spekulan yang lain, bukan 
lawannya satu saja. Kalau dipatok Rp 9000 lawannya adalah pemerintah saja, 
semua mengeroyok pemerintah. Kenyataannya begitu, imbuh mantan Gubernur BI itu.



Karena itu, kurs rupiah memang sebaiknya diberi jarak untuk bergerak namun 
dalam kisaran yang masuk akal dan bisa mendukung seluruh kepentingan termasuk 
eksportir, importir maupun masyarakat umum.



Jadi cuma itu saya bisa mengatakan. Saya tidak bisa berkomentar lebih lanjut. 
kalau komentar saya lebih spesifik besok pagi pasar bisa-bisa akan goyah 
nanti, pungkas Boediono.



Nilai tukar rupiah memang terus menguat dan pada akhir pekan lalu ditutup 
menguat tipis ke level 9.012 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di 
level 9.018 per dolar AS. Penguatan rupiah terjadi seiring kuatnya aliran modal 
ke Indonesia. Hal itu juga ditunjukkan oleh IHSG yang juga terus menanjak 
menembus rekor terbarunya.



(qom/qom) 



[Non-text portions of this message have been removed]






 





 



  







[Non-text portions of this message have been removed]