[ekonomi-nasional] Andai Malaysia-Indonesia Perang
Banyak sudah suara dari kalangan masyarakat agar kita menyatakan perang terhadap maly, baik suara dari politisi busuk, preman, kaum terdidik dan pengangguran bayaran. Ini hanya pikiran liar saja, andaikan inisiatif perang didahului oleh Inonesia. Tadinya saya berharap bahwa singapore dapat dimanfaatkan, karena alasan kedekatan hubungan yang sama-sama pemuja jahudi di kawasan ini, tapi tak tahulah apa singapore akan mau melanggar perjanjian sesama negara persemakmuran antara lima negara inggris-ostrali-NZ-sing-mlay. Kalau singapore mau, maka negara itu menjadi jembatan yg strategis untuk pasukan RI untuk entry ke Malaysia, selain tentunya dari arah pantai barat malaysia sendir, maupun kalimantan. Namun konsekwensi singapore untuk terlibat sangat lah buruk untuk negara tersebut, selat malaka sebagai jalur pelayaran vital internasional akan terganggu dan merugikan perekonomian dunia, akan muncul jalur2 alternatif semisal selat makassar dari eropa ke timur jauh atau melalu laut utara Rusia. Udara terbuka antara singapore-mlay-ind, juga sangat berbahaya dan terancam, maka changi sebagai airport tersibuk di dunia akan mengalami penurunan yg significant dan maah akan ditutup untuk sementara waktu dalam tempo tak tentu. Ini jelas mematikan perekonomian singapore dan membangkrutkan negara tersebut, ingat saja kasus endemi flu burung yg cukup merepotkan negara kecil tersebut atas jumlah kedatangan turis dan pebisnis. kalaupu singapore akan netral, tetap saja dia akan mengalami kerugian yg besar akibat efek kawasan bahaya perang, singapore sungguh akan menjadi kancil di diantara 2 gajah yg bertempur..sebagai bangsa yg selalu ditipu oleh singapore, seharusnya option perang sangat menguntungkan ke depannya utk indonesia. sektor jasa manufacture yg selama ini berada di singapore ada kemungkinan berpindah ke Indonesia, contohnya galangan kapal, refinery minyak, industri yg berkaitan dengan migas, fashion dan pusat dagang. Dalam perang modern, kecanggihan peralatan sangat menentukan..dengan jangkauan pusat industri Inonesia yg begitu dekat dengan malaysia ada beberapa kerugian yg kita alami, fasilitas produksi minyak kita di riau yg sangat menentukan sumber keuangan kita, akan menjadi titik rawan yg diincar mereka. Sumbangan devisa yg begitu besar dari minyak riau akan mempengaruhi neraca keuangan negara kalau peluru kendali dan pesawat tempur mereka bisa mengenai sasaran tersebut, terhentinya suply minyak olahan dari refenry di singapore akan membuat kelangkaan BBM di seluruh Indonesia yg berpotensi menimbulkan kekacauan sosial di DN, belum lagi jutaan warga dari TKI yg harus dipulangkan tanpa pekerjaan menambah carut-marutnya situasi sosial DN. Menyerang dan menguasai malasya mungkin akan lebih gampang dilakukan untuk daerah kalimantan, dengan batas negara yg langsung dengan kita maka pasukan TNI akan gampang memasuki daerah tersebut, dengan anggapan prajurit diraja malaysia juga tak akan mau berperang face to fece dengan TNI, namun dikarenakan sedikitnya penduduk yg bermukim dikawasan tersebut, malaysia tak memilki keberatan untuk bumi hanguskan kota-kota mereka terkecuali fasilitas migas mereka di miri dan sekitarnya. Keberadaan australia dan inggris disana tentu sangat memukul kita, australia sangat berambisi menyaplok papua untuk melanjutkan cengkeraman mereka di kawasa pacifik-oceania, saat inipun sudah terlihat bagaimana peran mereka untuk mensupport gpm di papua. Kedekatan darwin dengan perbatasan kita sungguh memudahkan mereka untuk pengerahan AB mereka ke kawasan Indonesia, belum lagi disebabkan AL indonesia yg begitu kalah segalanya dengan negara2 tersebut. Inisitaive perang oleh stu negara bisa menjadi titik lemah bagi suatu negara, kalau lembaga PBB sudah ikut mediasi atas perang tersebut. Masuknya pasukan perdamaian dan tuntutan ganti rugi dari negara yg diserang akan menjadi beban yg sangat besar untuk waktu kemudian, kekacauan politik, sosial adalah efek berikutnya yg sangat mempermudah kehancuran negara ini. Perang taklah seindah dalam layar perak, ada hroisme, kemenangan, cinta dan arogansi yang dibungkus sedimikian rupa sehingga begitu menarik dan indah, fakta lepasnya timtim dan kedigjayaan pasukan australia terhadap TNI seharusnya menjadi cerminan nyata buat para penuntut perang di indonesia. Untuk sekali ini saya lebih setuju sikap pemerintah yg menghindar wacana berperang walaupun saya tak suka dengan pemerintah yg dzolim ini. http://nasional.vivanews.com/news/read/174686-kekuatan-tempur-udara-ri-malaysia http://nasional.vivanews.com/news/read/174731-perangi-malaysia---lawan-australia-inggris -- Sent from my Computer® [Non-text portions of this message have been removed]
[ekonomi-nasional] Negeri Kaya yang “Miskin”: Ha rta Pokok Kehidupan
* Harta (ekonomi itu pokok kehidupan), jangan diserahkan kepada orang kurang akal dalam pengelolaannya.* An Nisaa (Wanita) 4:5 Dan *janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya*, *harta* yang dijadikan Allah sebagai *pokok kehidupan*. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. Pertanyaannya: Siapa yang mengelola dan menguasai ekonomi sekarang? -- Forwarded message -- From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com Date: 2010/9/1 Subject: [ekonomi-nasional] Negeri Kaya yang Miskin To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Negara yg diurus dengan salah kaprah, rencana ini harus di tentang Oleh *Singgih Widagdo* Rencana PT PLN mengimpor 9 juta ton batu bara pada 2011 mempertegas bahwa negeri ini dikelola dengan tidak benar, terutama sumber daya alamnya. Restu Menteri BUMN terhadap rencana PLN menusuk hati rakyat yang jelas-jelas secara filosofis pemilik kekayaan alam negeri ini. Apa pun alasan impor, sulit diterima akal sehat. Kalau toh Dahlan Iskan, orang nomor satu di PLN, tetap mengupayakan impor karena alasan tertentu, pemerintah mesti berjuang menghentikan. Restu Menteri BUMN mengimpor batu bara sama saja menyamakan batu bara dengan komoditas lain. Batu bara harus dipandang sebagai energi, bukan sekadar komoditas dagang. Keliru sekali keputusan impor batu bara disamakan dengan kebijakan serupa di China dan India. Kedua negara itu punya tingkat kebutuhan batu bara di atas tingkat produksi. Dengan impor dan bahkan memperluas jangkauan melalui investasi tambang batu bara di negara kita, mereka dapat dibilang smart mengelola energi dalam negeri. Sebaliknya, rencana kita impor dari Australia membuktikan salah urus negara ini dalam mengelola energi. Negara dengan kebijakan energi yang benar pasti mengedepankan batu bara bukan sekadar sumber penerimaan (revenue driver), melainkan juga lebih sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi (economic booster). Peningkatan produksi diletakkan lebih untuk kepentingan pasokan energi nasional sebagai sarana pertumbuhan ekonomi. Tanpa ini, mustahil kebijakan pro-growth, pro-job, pro-poor terwujud. Di samping itu, tingkat produksi seharusnya sama atau mendekati tingkat kebutuhan batu bara nasional. Mari kita lihat negeri kita, dengan kapasitas listrik 30.000 MW dan terseok-seok untuk menambah 10.000 MW. Semestinya kita belajar kepada China yang punya 570.000 MW dan India dengan 137.000 MW. Masing-masing berencana menambah 500.000 MW dan 140.000 MW sehingga wajar mengimpor batu bara. Tahun 2011 China memproyeksikan mengimpor batu bara 105 juta ton, demikian juga India 78 juta ton. Mereka mengimpor karena alasan kebutuhan batu bara mereka jauh di atas produksi nasional, yaitu 3 miliar ton (China) dan 600 juta ton (India). Bagaimana dengan Indonesia? Sesuatu yang dapat dikatakan konyol kalau impor batu bara benar terwujud tahun 2011. Produksi tahun depan diproyeksikan 325 juta ton, jauh di atas tingkat kebutuhan nasional sekitar 75 juta ton. Dengan angka ini, sulit memahami penggunaan devisa yang susah payah terbangun untuk kebutuhan impor batu bara yang jelas diakibatkan kesalahan mengurus SDA. *Ketegasan ke depan* Bagi penulis, seorang Dahlan Iskan pasti sosok yang berpikir panjang. Mantan wartawan yang terdidik berpikir tajam, menulis dan bicara dengan fakta. Dengan mengatakan impor, bukan itu tujuannya, tapi lebih rasa marah terhadap Republik yang dia cintai. Dengan perhitungan harga diterima di atas kapal (free on board) ditambah ongkos angkut ke tujuan (freight cost), sebagai Direktur Utama PLN, ia pasti tahu harga cost, insurance and freight (CIF) itu jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan batu bara dalam negeri. Belum lagi kualitas batu bara Australia hanya cocok di sedikit PLTU batu bara milik PLN. Jadi, pernyataan impor harus dibaca sebagai sebuah kritik tajam atau marah kepada pemerintah. Untuk mengelola batu bara lebih baik, banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Pertama, pemerintah harus tegas kepada pelaku usaha pertambangan batu bara yang tidak memprioritaskan kebutuhan batu bara nasional (domestic market obligation/DMO). Apalagi ada upaya perusahaan menawarkan batu bara ke PLN dengan spesifikasi jauh lebih jelek dari yang mereka ekspor, untuk sekadar mendapatkan surat tolakan agar terhindar dari penalti pemerintah (Kementerian ESDM). Dengan harga batu bara acuan yang dihitung atas dasar tiga indeks Australia dan satu dari Indonesia (Indonesian Coal Index), semestinya menjual batu bara ke PLN tidak jauh berbeda dengan harga ekspor. Kedua, untuk mengelola DMO, semestinya dibentuk Badan Pelaksana Batu Bara. Dengan badan ini, akan lebih fleksibel masuk ke masalah teknis. Badan ini diharapkan mampu mengawasi dan mengendalikan efektivitas dan efisiensi pertambangan batu bara, khususnya mengoptimalkan manfaat batu bara sebagai energy value. Ketiga, DMO bukan sekadar regulasi, melainkan sebagai manajemen rantai pasokan (supply chain management).
Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia
Setuju Pak Ganda...! Pada dasarnya manusia itu umat yang satu... Jika ada yang mau memecah-belah dan mengadu domba, merekalah sebenarnya sumber masalah... Al Baqarah (Sapi Betina) 2:213 *Manusia itu adalah umat yang satu*. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Huud (Nabi Hud) 11:118 *Jikalau Tuhanmu menghendaki*, tentu Dia menjadikan *manusia umat yang satu*, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Adalah juga tidak baik jika Pak Taufik menuduh pengikut agama lain tanpa bukti yang nyata... Ngomong-ngomong, apa Pak David punya bukti bahwa LIRA lah yang melempar tersebut? Mohon klarifikasi... Trims! Salam Satu Umat! Z 2010/8/27 syahganda nainggolan igan...@yahoo.com Dari banyak tulisan2 Ok taufik yang saya ikuti, analisanya cukup tajam dan mantap. Mungkin ada kekurang pas an dalam fakta dan analisanya terakhir, karena soal Malaysia mayoritas bangsa kita bersikap sama. Mungkin di bulan suci ini kita hentikan dulu sikap berang dan panas. Kita hindari kata2 provokasi, khususnya berbau agama. Apapun agama kita, kita satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air. Wassalam Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Date: Fri, 27 Aug 2010 16:57:45 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia begitulah kenyataan, manusiqa yg melempar kotoran ke rumah orang...kan anjinglah 2010/8/27 chriskoeso...@yahoo.com Ok Taufik berbicara tanpa pakai otak so ga bisa d salahkan.. Biarkanlah, anggap gonggongan anjing. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: David Silalahi davidfr76...@gmail.com Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Date: Fri, 27 Aug 2010 10:31:20 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia sudah keluar suara ngawur, ngotot pulak. coba anda itu kalau komentar mikir dulu komentar anda benar apa enggak. nih lihat organisasi yang melempar tinja: http://lirakalimantan.org/content/view/2/48/ setelah itu mikir apa komentar anda itu mengkaitkan ke agama, itu benar apa enggak. On 8/26/10, OK Taufik ok.tau...@gmail.com wrote: perlakuan segelitir orang yang memberi tinja buat keduataan malaisya jelas perbuatan orang kristen, sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam saya sangat terusik dengan prilaku tersebut, mereka juga telah mengotori kesucian bulan ramadhan ini...seburuk2nya Ummat Islam tak akan mereka lakukan perbuatan tak bermoral itu, hanya orang kristen yg mampu melakukannya.benar2 tak beradab, turunan anjing 2010/8/26 David Silalahi davidfr76...@gmail.com marty natalegawa harus berani bertindak tanpa ketergantungan dengan sby. sebagai menlu, kesempatan yang dipegang marty natalegawa adalah kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan masalah tanpa komando sby dimana sby sendiri bisa jadi saat ini pusing dan lamban berpikir. sebagai pembantu sby, marty bisa mem-push sby untuk bertindak sesuai keinginan rakyat dan sesuai permintaan anggota dpr. kalau sudah bisa seperti itu, maka gak perlu lagi nyewa menlu malaysia dan gak perlu lagi tki kita ngemis-ngemis di malaysia. hayo marty, hadapi anifah aman itu. On 8/26/10, rifky pradana rifkyp...@yahoo.com wrote: Kami telah sampai pada suatu titik di luar batas kesabaran kami , [Anifah Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia]. Kalimat itu diucapkannya dalam konferensi pers setelah memanggil Duta Besar Indonesia menghadap beliau kemarin (25/8). Singkat, bernas, tajam. Anifah Aman dengan telak menonjok wajah barisan diplomat Indonesia. Anifah Aman tidak memiliki latar belakang sebagai diplomat. Dia politisi biasa yang kerap gonta-ganti posisi dalam kabinet. Jabatan sebelumnya adalah Wakil Menteri Transportasi. Tetapi kepiawaiannya menangani isu hubungan bilateral Indonesia-Malaysia, jelas di atas Menteri Luar Negeri kita yang bergelar doktor dan sering berpidato di forum-forum ilmiah
[ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah
Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah Kamis, 2 September 2010 | 0:51 WIB| Editorial Dalam syarat-syarat gencarnya serangan neoliberal yang memiskinkan rakyat dan seruan umum untuk berkonfrontasi dengan Malaysia, pasukan Polri sedang bertempur dengan rakyat sendiri di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, sedikitnya 10 orang rakyat dinyatakan tewas dan puluhan lainnya masih dirawat di Rumah Sakit. Ya, di penghujung bulan kemerdekaan Indonesia, puluhan rakyat Indonesia meregang nyawa di Buol akibat diterjang peluru aparat Negara sendiri. Kerusuhan terjadi selasa malam (31/8), ketika ribuan warga mendatangi Mapolsek Biau untuk mempertanyakan tewasnya seorang warga, Kasmir Timumum, yang diduga dianiaya oleh anggota kepolisian saat ditahan. Sebetulnya, kemarahan ribuan warga itu tidak perlu terjadi, seandainya saja Polisi menggunakan cara-cara professional dan demokratis saat mengurusi persoalan kriminalitas. Kasmir Timumum, yang bersalah karena menabrak kepolisian, tidak seharusnya dijadikan objek kekerasan hingga merenggut nyawanya. Inilah yang sering terjadi; Polisi tidak segan-segan untuk berlaku keras terhadap rakyat biasa yang terlibat kriminalitas biasa, namun, ironisnya, polisi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pelaku kejahatan besar, terutama koruptor. Padahal, dosa seorang pelaku korupsi (ekstra-ordinary crime) jauh lebih besar ketimbang pelanggar lalu lintas. Kejadian ini mencerminkan suatu hal, bahwa polisi belum merubah mentalitas yang sangat buruk, anti-demokrasi, dan tidak sesuai dengan tuntutan reformasi. Pertama, Polisi masih menempatkan rakyat biasa sebagai musuh, bukan sebagai golongan yang harus dilindungi. Lihat saja perilaku Polisi saat menghadapi unjuk rasa, melakukan penggusuran, menangkap pelaku kriminal biasa, dan lain sebagainya. Kedua, Polisi masih sering menggunakan pola pengkambing-hitaman' terhadap kelompok masyarakat tertentu sebagai dalang kerusuhan, provokator, dan penganggu ketertiban. Sebuah prasangka yang sangat subur dipergunakan di jaman kolonial dan diwarisi dengan baik oleh Kepolisian Indoensia saat ini. Jadinya, kita pun mempertanyakan seberapa besar setiap anggota kepolisian menghayati dan menjalankan slogan mereka; Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat. Alih-alih menjadi pelindung dan pelayan masyarakat, Polisi malah sering berbenturan dengan masyarakat itu sendiri, seperti yang baru saja dipertontonkan di kabupaten Buol itu. Kalau Polisi benar-benar mencermati slogan tersebut, maka tidak sepantasnya satu butir peluru pun dipergunakan untuk membunuh rakyat. Kecuali, jika polisi berhadapan dengan aksi kejahatan yang mengancam rakyat banyak, misalnya terorisme dan perampokan bersenjata. Terkait kejadian di Buol itu, semua pihak semestinya mulai mempertanyakan sejauh mana proses reformasi di tubuh Polri itu sendiri. Karena, seperti kita ketahui, reformasi itu seharusnya menanamkan nilai-nilai penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM) dan demokrasi, disamping persoalan kecintaan terhadap rakyat dan dedikasinya terhadap Negara. Karena itu, kita sangat berharap agar petinggi Polri segera melakukan investigasi dan pengusutan tuntas atas kejadian di Buol. Pimpinan Polri tidak perlu ragu untuk menjatuhkan sanksi berat dan pemecatan terhadap personilnya yang menindas rakyat, termasuk Kapolres yang bertanggung jawab atas situasi keamanan di sana. Anda dapat menanggapi Editorial kami di: redaksiberdik...@yahoo.com mailto:redaksiberdik...@yahoo.com http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas-\ buol-tidak-berubah.html http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas\ -buol-tidak-berubah.html [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah
Mentalitas itu tidak akan berubah siapapun yang jadi kapolri, sepanjang cara rekruitment, sistem kenaikan pangkat dan struktur organisasi polri seperti saat ini. Sebab tiap anggota polisi lebih loyal kepada atasannya daripada tugasnya.Meskipun berprestasi tapi kalau tidak disukai atasannya maka sangat sulit untuk bisa naik pangkat. Apalagi kalau ditambah embel2 harus berpendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi, seperti S-2, S-3, untuk bisa mendapat kedudukan tertentu.Polisi yang betul2 berprestasi dilapangan tapi tidak punya cantolan keatas dan tidak punya gelar akademis yang lebih tinggi akan selalu tertinggal dalam kepangkatan. Sudah saatnya penilaian kinerja polisi itu melibatkan masayarakat didaerah tempat bertugas polisi tersebut. Cara bagaimana penilain yang melibatkan masyarakat itu bisa diimplementasikan perlu didiskusikan lebih lanjut. From: ulfha ulfha_...@yahoo.co.id To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 2, 2010 1:33:16 Subject: [ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah Kamis, 2 September 2010 | 0:51 WIB| Editorial Dalam syarat-syarat gencarnya serangan neoliberal yang memiskinkan rakyat dan seruan umum untuk berkonfrontasi dengan Malaysia, pasukan Polri sedang bertempur dengan rakyat sendiri di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, sedikitnya 10 orang rakyat dinyatakan tewas dan puluhan lainnya masih dirawat di Rumah Sakit. Ya, di penghujung bulan kemerdekaan Indonesia, puluhan rakyat Indonesia meregang nyawa di Buol akibat diterjang peluru aparat Negara sendiri. Kerusuhan terjadi selasa malam (31/8), ketika ribuan warga mendatangi Mapolsek Biau untuk mempertanyakan tewasnya seorang warga, Kasmir Timumum, yang diduga dianiaya oleh anggota kepolisian saat ditahan. Sebetulnya, kemarahan ribuan warga itu tidak perlu terjadi, seandainya saja Polisi menggunakan cara-cara professional dan demokratis saat mengurusi persoalan kriminalitas. Kasmir Timumum, yang bersalah karena menabrak kepolisian, tidak seharusnya dijadikan objek kekerasan hingga merenggut nyawanya. Inilah yang sering terjadi; Polisi tidak segan-segan untuk berlaku keras terhadap rakyat biasa yang terlibat kriminalitas biasa, namun, ironisnya, polisi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pelaku kejahatan besar, terutama koruptor. Padahal, dosa seorang pelaku korupsi (ekstra-ordinary crime) jauh lebih besar ketimbang pelanggar lalu lintas. Kejadian ini mencerminkan suatu hal, bahwa polisi belum merubah mentalitas yang sangat buruk, anti-demokrasi, dan tidak sesuai dengan tuntutan reformasi. Pertama, Polisi masih menempatkan rakyat biasa sebagai musuh, bukan sebagai golongan yang harus dilindungi. Lihat saja perilaku Polisi saat menghadapi unjuk rasa, melakukan penggusuran, menangkap pelaku kriminal biasa, dan lain sebagainya. Kedua, Polisi masih sering menggunakan pola pengkambing-hitaman' terhadap kelompok masyarakat tertentu sebagai dalang kerusuhan, provokator, dan penganggu ketertiban. Sebuah prasangka yang sangat subur dipergunakan di jaman kolonial dan diwarisi dengan baik oleh Kepolisian Indoensia saat ini. Jadinya, kita pun mempertanyakan seberapa besar setiap anggota kepolisian menghayati dan menjalankan slogan mereka; Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat. Alih-alih menjadi pelindung dan pelayan masyarakat, Polisi malah sering berbenturan dengan masyarakat itu sendiri, seperti yang baru saja dipertontonkan di kabupaten Buol itu. Kalau Polisi benar-benar mencermati slogan tersebut, maka tidak sepantasnya satu butir peluru pun dipergunakan untuk membunuh rakyat. Kecuali, jika polisi berhadapan dengan aksi kejahatan yang mengancam rakyat banyak, misalnya terorisme dan perampokan bersenjata. Terkait kejadian di Buol itu, semua pihak semestinya mulai mempertanyakan sejauh mana proses reformasi di tubuh Polri itu sendiri. Karena, seperti kita ketahui, reformasi itu seharusnya menanamkan nilai-nilai penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM) dan demokrasi, disamping persoalan kecintaan terhadap rakyat dan dedikasinya terhadap Negara. Karena itu, kita sangat berharap agar petinggi Polri segera melakukan investigasi dan pengusutan tuntas atas kejadian di Buol. Pimpinan Polri tidak perlu ragu untuk menjatuhkan sanksi berat dan pemecatan terhadap personilnya yang menindas rakyat, termasuk Kapolres yang bertanggung jawab atas situasi keamanan di sana. Anda dapat menanggapi Editorial kami di: redaksiberdik...@yahoo.com mailto:redaksiberdik...@yahoo.com http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas-\ buol-tidak-berubah.html http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas\ -buol-tidak-berubah.html [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=152105 On 9/2/10, Harlizon MBAu harli...@gmail.com wrote: Setuju Pak Ganda...! Pada dasarnya manusia itu umat yang satu... Jika ada yang mau memecah-belah dan mengadu domba, merekalah sebenarnya sumber masalah... Al Baqarah (Sapi Betina) 2:213 *Manusia itu adalah umat yang satu*. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Huud (Nabi Hud) 11:118 *Jikalau Tuhanmu menghendaki*, tentu Dia menjadikan *manusia umat yang satu*, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Adalah juga tidak baik jika Pak Taufik menuduh pengikut agama lain tanpa bukti yang nyata... Ngomong-ngomong, apa Pak David punya bukti bahwa LIRA lah yang melempar tersebut? Mohon klarifikasi... Trims! Salam Satu Umat! Z 2010/8/27 syahganda nainggolan igan...@yahoo.com Dari banyak tulisan2 Ok taufik yang saya ikuti, analisanya cukup tajam dan mantap. Mungkin ada kekurang pas an dalam fakta dan analisanya terakhir, karena soal Malaysia mayoritas bangsa kita bersikap sama. Mungkin di bulan suci ini kita hentikan dulu sikap berang dan panas. Kita hindari kata2 provokasi, khususnya berbau agama. Apapun agama kita, kita satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air. Wassalam Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Date: Fri, 27 Aug 2010 16:57:45 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia begitulah kenyataan, manusiqa yg melempar kotoran ke rumah orang...kan anjinglah 2010/8/27 chriskoeso...@yahoo.com Ok Taufik berbicara tanpa pakai otak so ga bisa d salahkan.. Biarkanlah, anggap gonggongan anjing. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: David Silalahi davidfr76...@gmail.com Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Date: Fri, 27 Aug 2010 10:31:20 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia sudah keluar suara ngawur, ngotot pulak. coba anda itu kalau komentar mikir dulu komentar anda benar apa enggak. nih lihat organisasi yang melempar tinja: http://lirakalimantan.org/content/view/2/48/ setelah itu mikir apa komentar anda itu mengkaitkan ke agama, itu benar apa enggak. On 8/26/10, OK Taufik ok.tau...@gmail.com wrote: perlakuan segelitir orang yang memberi tinja buat keduataan malaisya jelas perbuatan orang kristen, sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam saya sangat terusik dengan prilaku tersebut, mereka juga telah mengotori kesucian bulan ramadhan ini...seburuk2nya Ummat Islam tak akan mereka lakukan perbuatan tak bermoral itu, hanya orang kristen yg mampu melakukannya.benar2 tak beradab, turunan anjing 2010/8/26 David Silalahi davidfr76...@gmail.com marty natalegawa harus berani bertindak tanpa ketergantungan dengan sby. sebagai menlu, kesempatan yang dipegang marty natalegawa adalah kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan masalah tanpa komando sby dimana sby sendiri bisa jadi saat ini pusing dan lamban berpikir. sebagai pembantu sby, marty bisa mem-push sby untuk bertindak sesuai keinginan rakyat dan sesuai permintaan anggota dpr. kalau sudah bisa seperti itu, maka gak perlu lagi nyewa menlu malaysia dan gak perlu lagi tki kita ngemis-ngemis di malaysia. hayo marty, hadapi anifah aman itu. On 8/26/10, rifky pradana rifkyp...@yahoo.com wrote: “ Kami telah sampai pada suatu titik di luar batas kesabaran kami “ , [Anifah Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia]. Kalimat itu diucapkannya dalam konferensi pers setelah memanggil Duta Besar Indonesia menghadap beliau kemarin (25/8). Singkat, bernas, tajam. Anifah Aman dengan telak menonjok wajah barisan diplomat Indonesia. Anifah Aman tidak memiliki latar belakang sebagai diplomat. Dia politisi biasa yang kerap gonta-ganti posisi dalam kabinet. Jabatan sebelumnya adalah Wakil Menteri Transportasi. Tetapi kepiawaiannya menangani isu hubungan bilateral