[ekonomi-nasional] Andai Malaysia-Indonesia Perang

2010-09-01 Terurut Topik OK Taufik
Banyak sudah suara dari kalangan masyarakat agar kita menyatakan perang
terhadap maly, baik suara dari politisi busuk, preman, kaum terdidik dan
pengangguran bayaran.
Ini hanya pikiran liar saja, andaikan inisiatif perang didahului oleh
Inonesia.
Tadinya saya berharap  bahwa singapore dapat dimanfaatkan, karena alasan
kedekatan hubungan yang sama-sama pemuja jahudi di kawasan ini, tapi tak
tahulah apa singapore akan mau melanggar perjanjian sesama negara
persemakmuran antara lima negara inggris-ostrali-NZ-sing-mlay. Kalau
singapore mau, maka negara itu menjadi jembatan yg strategis untuk pasukan
RI untuk entry ke Malaysia, selain tentunya dari arah pantai barat malaysia
sendir, maupun kalimantan.
Namun konsekwensi singapore untuk terlibat sangat lah buruk untuk negara
tersebut, selat malaka sebagai jalur pelayaran vital internasional akan
terganggu dan merugikan perekonomian dunia, akan muncul jalur2 alternatif
semisal selat makassar dari eropa ke timur jauh atau melalu laut utara
Rusia. Udara terbuka antara singapore-mlay-ind, juga sangat berbahaya dan
terancam, maka changi sebagai airport tersibuk di dunia akan mengalami
penurunan yg significant dan maah akan ditutup untuk sementara waktu dalam
tempo tak tentu. Ini jelas mematikan perekonomian singapore dan
membangkrutkan negara tersebut, ingat saja kasus endemi flu burung yg cukup
merepotkan negara kecil tersebut atas jumlah kedatangan turis dan pebisnis.
kalaupu singapore akan netral, tetap saja dia akan mengalami kerugian yg
besar akibat efek kawasan bahaya perang, singapore sungguh akan menjadi
kancil di diantara 2 gajah yg bertempur..sebagai bangsa yg selalu ditipu
oleh singapore, seharusnya option perang sangat menguntungkan ke depannya
utk indonesia. sektor jasa manufacture yg selama ini berada di singapore ada
kemungkinan berpindah ke Indonesia, contohnya galangan kapal, refinery
minyak, industri yg berkaitan dengan migas, fashion dan pusat dagang.

Dalam perang modern, kecanggihan peralatan sangat menentukan..dengan
jangkauan pusat industri Inonesia yg begitu dekat dengan malaysia ada
beberapa kerugian yg kita alami, fasilitas produksi minyak kita di riau yg
sangat menentukan sumber keuangan kita, akan menjadi titik rawan yg diincar
mereka. Sumbangan devisa yg begitu besar dari minyak riau akan mempengaruhi
neraca keuangan negara kalau peluru kendali dan pesawat tempur mereka bisa
mengenai sasaran tersebut, terhentinya suply minyak olahan dari refenry di
singapore akan membuat kelangkaan BBM di seluruh Indonesia yg berpotensi
menimbulkan kekacauan sosial di DN, belum lagi jutaan warga dari TKI yg
harus dipulangkan tanpa pekerjaan menambah carut-marutnya situasi sosial DN.
Menyerang dan menguasai malasya mungkin akan lebih gampang dilakukan untuk
daerah kalimantan, dengan batas negara yg langsung dengan kita maka pasukan
TNI akan gampang memasuki daerah tersebut, dengan anggapan prajurit diraja
malaysia juga tak akan mau berperang face to fece dengan TNI, namun
dikarenakan sedikitnya penduduk yg bermukim dikawasan tersebut, malaysia tak
memilki keberatan untuk bumi hanguskan kota-kota mereka terkecuali fasilitas
migas mereka di miri dan sekitarnya.

Keberadaan australia dan inggris disana tentu sangat memukul kita, australia
sangat berambisi menyaplok papua untuk melanjutkan cengkeraman mereka di
kawasa pacifik-oceania, saat inipun sudah terlihat bagaimana peran mereka
untuk mensupport gpm di papua. Kedekatan darwin dengan perbatasan kita
sungguh memudahkan mereka untuk pengerahan AB mereka ke kawasan Indonesia,
belum lagi disebabkan AL indonesia yg begitu kalah segalanya dengan negara2
tersebut.

Inisitaive perang oleh stu negara bisa menjadi titik lemah bagi suatu
negara, kalau lembaga PBB sudah ikut mediasi atas perang tersebut. Masuknya
pasukan perdamaian dan tuntutan ganti rugi dari negara yg diserang akan
menjadi beban yg sangat besar untuk waktu kemudian, kekacauan politik,
sosial adalah efek berikutnya yg sangat mempermudah kehancuran negara ini.

Perang taklah seindah dalam layar perak, ada hroisme, kemenangan, cinta dan
arogansi yang dibungkus sedimikian rupa sehingga begitu menarik dan indah,
fakta lepasnya timtim dan kedigjayaan pasukan australia terhadap TNI
seharusnya menjadi cerminan nyata buat para penuntut perang di indonesia.
Untuk sekali ini saya lebih setuju sikap pemerintah yg menghindar wacana
berperang walaupun saya tak suka dengan pemerintah yg dzolim ini.




http://nasional.vivanews.com/news/read/174686-kekuatan-tempur-udara-ri-malaysia

http://nasional.vivanews.com/news/read/174731-perangi-malaysia---lawan-australia-inggris

-- 
Sent from my Computer®


[Non-text portions of this message have been removed]



[ekonomi-nasional] Negeri Kaya yang “Miskin”: Ha rta Pokok Kehidupan

2010-09-01 Terurut Topik Harlizon MBAu
 * Harta (ekonomi itu pokok kehidupan), jangan diserahkan kepada orang
kurang akal dalam pengelolaannya.*

An Nisaa’ (Wanita) 4:5
Dan *janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya*,
*harta* yang dijadikan Allah sebagai *pokok kehidupan*. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik.

 Pertanyaannya: Siapa yang mengelola dan menguasai ekonomi sekarang?


-- Forwarded message --
From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com
Date: 2010/9/1
Subject: [ekonomi-nasional] Negeri Kaya yang “Miskin”
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com


 Negara yg diurus dengan salah kaprah, rencana ini harus di tentang

Oleh *Singgih Widagdo*

Rencana PT PLN mengimpor 9 juta ton batu bara pada 2011 mempertegas bahwa
negeri ini dikelola dengan tidak benar, terutama sumber daya alamnya.

Restu Menteri BUMN terhadap rencana PLN menusuk hati rakyat yang jelas-jelas
secara filosofis pemilik kekayaan alam negeri ini. Apa pun alasan impor,
sulit diterima akal sehat. Kalau toh Dahlan Iskan, orang nomor satu di PLN,
tetap mengupayakan impor karena alasan tertentu, pemerintah mesti berjuang
menghentikan. Restu Menteri BUMN mengimpor batu bara sama saja menyamakan
batu bara dengan komoditas lain. Batu bara harus dipandang sebagai energi,
bukan sekadar komoditas dagang.

Keliru sekali keputusan impor batu bara disamakan dengan kebijakan serupa di
China dan India. Kedua negara itu punya tingkat kebutuhan batu bara di atas
tingkat produksi. Dengan impor dan bahkan memperluas jangkauan melalui
investasi tambang batu bara di negara kita, mereka dapat dibilang smart
mengelola energi dalam negeri. Sebaliknya, rencana kita impor dari Australia
membuktikan salah urus negara ini dalam mengelola energi.

Negara dengan kebijakan energi yang benar pasti mengedepankan batu bara
bukan sekadar sumber penerimaan (revenue driver), melainkan juga lebih
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi (economic booster). Peningkatan
produksi diletakkan lebih untuk kepentingan pasokan energi nasional sebagai
sarana pertumbuhan ekonomi. Tanpa ini, mustahil kebijakan pro-growth,
pro-job, pro-poor terwujud.

Di samping itu, tingkat produksi seharusnya sama atau mendekati tingkat
kebutuhan batu bara nasional. Mari kita lihat negeri kita, dengan kapasitas
listrik 30.000 MW dan terseok-seok untuk menambah 10.000 MW. Semestinya kita
belajar kepada China yang punya 570.000 MW dan India dengan 137.000 MW.

Masing-masing berencana menambah 500.000 MW dan 140.000 MW sehingga wajar
mengimpor batu bara. Tahun 2011 China memproyeksikan mengimpor batu bara 105
juta ton, demikian juga India 78 juta ton. Mereka mengimpor karena alasan
kebutuhan batu bara mereka jauh di atas produksi nasional, yaitu 3 miliar
ton (China) dan 600 juta ton (India).

Bagaimana dengan Indonesia? Sesuatu yang dapat dikatakan konyol kalau impor
batu bara benar terwujud tahun 2011. Produksi tahun depan diproyeksikan 325
juta ton, jauh di atas tingkat kebutuhan nasional sekitar 75 juta ton.
Dengan angka ini, sulit memahami penggunaan devisa yang susah payah
terbangun untuk kebutuhan impor batu bara yang jelas diakibatkan kesalahan
mengurus SDA.

*Ketegasan ke depan*

Bagi penulis, seorang Dahlan Iskan pasti sosok yang berpikir panjang. Mantan
wartawan yang terdidik berpikir tajam, menulis dan bicara dengan fakta.
Dengan mengatakan impor, bukan itu tujuannya, tapi lebih rasa ”marah”
terhadap Republik yang dia cintai. Dengan perhitungan harga diterima di atas
kapal (free on board) ditambah ongkos angkut ke tujuan (freight cost),
sebagai Direktur Utama PLN, ia pasti tahu harga cost, insurance and freight
(CIF) itu jauh lebih tinggi dibandingkan menggunakan batu bara dalam negeri.
Belum lagi kualitas batu bara Australia hanya cocok di sedikit PLTU batu
bara milik PLN. Jadi, pernyataan impor harus dibaca sebagai sebuah kritik
tajam atau ”marah” kepada pemerintah.

Untuk mengelola batu bara lebih baik, banyak pekerjaan rumah yang harus
dilakukan. Pertama, pemerintah harus tegas kepada pelaku usaha pertambangan
batu bara yang tidak memprioritaskan kebutuhan batu bara nasional (domestic
market obligation/DMO). Apalagi ada upaya perusahaan menawarkan batu bara ke
PLN dengan spesifikasi jauh lebih jelek dari yang mereka ekspor, untuk
sekadar mendapatkan surat tolakan agar terhindar dari penalti pemerintah
(Kementerian ESDM). Dengan harga batu bara acuan yang dihitung atas dasar
tiga indeks Australia dan satu dari Indonesia (Indonesian Coal Index),
semestinya menjual batu bara ke PLN tidak jauh berbeda dengan harga ekspor.

Kedua, untuk mengelola DMO, semestinya dibentuk Badan Pelaksana Batu Bara.
Dengan badan ini, akan lebih fleksibel masuk ke masalah teknis. Badan ini
diharapkan mampu mengawasi dan mengendalikan efektivitas dan efisiensi
pertambangan batu bara, khususnya mengoptimalkan manfaat batu bara sebagai
energy value.

Ketiga, DMO bukan sekadar regulasi, melainkan sebagai manajemen rantai
pasokan (supply chain management). 

Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

2010-09-01 Terurut Topik Harlizon MBAu
Setuju Pak Ganda...!

Pada dasarnya manusia itu umat yang satu...
Jika ada yang mau memecah-belah dan mengadu domba, merekalah sebenarnya
sumber masalah...

Al Baqarah (Sapi Betina) 2:213

*Manusia itu adalah umat yang satu*. (Setelah timbul perselisihan), maka
Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk
memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang
telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.



Huud (Nabi Hud) 11:118

*Jikalau Tuhanmu menghendaki*, tentu Dia menjadikan *manusia umat yang satu*,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

Adalah juga tidak baik jika Pak Taufik menuduh pengikut agama lain tanpa
bukti yang nyata...
Ngomong-ngomong, apa Pak David punya bukti bahwa LIRA lah yang melempar
tersebut?

Mohon klarifikasi...
Trims!

Salam Satu Umat!

Z



2010/8/27 syahganda nainggolan igan...@yahoo.com

 Dari banyak tulisan2 Ok taufik yang saya ikuti, analisanya cukup tajam dan
 mantap. Mungkin ada kekurang pas an dalam fakta dan analisanya terakhir,
 karena soal Malaysia mayoritas bangsa kita bersikap sama.

 Mungkin di bulan suci ini kita hentikan dulu sikap berang dan panas. Kita
 hindari kata2 provokasi, khususnya berbau agama.

 Apapun agama kita, kita satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air.

 Wassalam
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
 Teruuusss...!

 -Original Message-
 From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com
 Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Date: Fri, 27 Aug 2010 16:57:45
 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

 begitulah kenyataan, manusiqa yg melempar kotoran ke rumah orang...kan
 anjinglah

 2010/8/27 chriskoeso...@yahoo.com

  Ok Taufik berbicara tanpa pakai otak so ga bisa d salahkan..
  Biarkanlah, anggap gonggongan anjing.
  Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
  -Original Message-
  From: David Silalahi davidfr76...@gmail.com
  Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Date: Fri, 27 Aug 2010 10:31:20
  To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia
 
  sudah keluar suara ngawur, ngotot pulak.
  coba anda itu kalau komentar mikir dulu komentar anda benar apa enggak.
 
  nih lihat organisasi yang melempar tinja:
  http://lirakalimantan.org/content/view/2/48/
 
  setelah itu mikir apa komentar anda itu mengkaitkan ke agama, itu
  benar apa enggak.
 
 
  On 8/26/10, OK Taufik ok.tau...@gmail.com wrote:
   perlakuan segelitir orang yang memberi tinja buat keduataan malaisya
  jelas
   perbuatan orang kristen, sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam
  saya
   sangat terusik dengan prilaku tersebut, mereka juga telah mengotori
   kesucian bulan ramadhan ini...seburuk2nya Ummat Islam tak akan mereka
   lakukan perbuatan tak bermoral itu, hanya orang kristen yg mampu
   melakukannya.benar2 tak beradab, turunan anjing
  
   2010/8/26 David Silalahi davidfr76...@gmail.com
  
   marty natalegawa harus berani bertindak tanpa ketergantungan dengan
 sby.
   sebagai menlu, kesempatan yang dipegang marty natalegawa adalah
   kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan masalah
   tanpa komando sby dimana sby sendiri bisa jadi saat ini pusing dan
   lamban berpikir.
  
   sebagai pembantu sby, marty bisa mem-push sby untuk bertindak sesuai
   keinginan rakyat dan sesuai permintaan anggota dpr. kalau sudah bisa
   seperti itu, maka gak perlu lagi nyewa menlu malaysia dan gak perlu
   lagi tki kita ngemis-ngemis di malaysia.
  
   hayo marty, hadapi anifah aman itu.
  
   On 8/26/10, rifky pradana rifkyp...@yahoo.com wrote:
   
   
“ Kami telah sampai pada suatu titik di luar batas kesabaran kami “
  ,
[Anifah
Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia].
   
Kalimat itu diucapkannya dalam konferensi pers setelah memanggil
 Duta
   Besar
Indonesia menghadap beliau kemarin (25/8).
   
Singkat, bernas, tajam.  Anifah Aman dengan telak menonjok wajah
  barisan
diplomat Indonesia.
   
   
Anifah Aman tidak memiliki latar belakang sebagai diplomat. Dia
  politisi
biasa
yang kerap gonta-ganti posisi dalam kabinet. Jabatan sebelumnya
 adalah
   Wakil
Menteri Transportasi.
   
Tetapi kepiawaiannya menangani isu hubungan bilateral
Indonesia-Malaysia,
jelas
di atas Menteri Luar Negeri kita yang bergelar doktor dan sering
   berpidato
di
forum-forum ilmiah 

[ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah

2010-09-01 Terurut Topik ulfha

Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah

Kamis, 2 September 2010 | 0:51 WIB| Editorial

Dalam syarat-syarat gencarnya serangan neoliberal yang memiskinkan
rakyat dan seruan umum untuk berkonfrontasi dengan Malaysia, pasukan
Polri sedang bertempur dengan rakyat sendiri di Kabupaten Buol, Sulawesi
Tengah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, sedikitnya 10 orang
rakyat dinyatakan tewas dan puluhan lainnya masih dirawat di Rumah
Sakit.

Ya, di penghujung bulan kemerdekaan Indonesia, puluhan rakyat Indonesia
meregang nyawa di Buol akibat diterjang peluru aparat Negara sendiri.
Kerusuhan terjadi selasa malam (31/8), ketika ribuan warga mendatangi
Mapolsek Biau untuk mempertanyakan tewasnya seorang warga, Kasmir
Timumum, yang diduga dianiaya oleh anggota kepolisian saat ditahan.

Sebetulnya, kemarahan ribuan warga itu tidak perlu terjadi, seandainya
saja Polisi menggunakan cara-cara professional dan demokratis saat
mengurusi persoalan kriminalitas. Kasmir Timumum, yang bersalah karena
menabrak kepolisian, tidak seharusnya dijadikan objek kekerasan hingga
merenggut nyawanya.

Inilah yang sering terjadi; Polisi tidak segan-segan untuk berlaku keras
terhadap rakyat biasa yang terlibat kriminalitas biasa, namun,
ironisnya, polisi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pelaku kejahatan
besar, terutama koruptor. Padahal, dosa seorang pelaku korupsi
(ekstra-ordinary crime) jauh lebih besar ketimbang pelanggar lalu
lintas.

Kejadian ini mencerminkan suatu hal, bahwa polisi belum merubah
mentalitas yang sangat buruk, anti-demokrasi, dan tidak sesuai dengan
tuntutan reformasi. Pertama, Polisi masih menempatkan rakyat biasa
sebagai musuh, bukan sebagai golongan yang harus dilindungi. Lihat saja
perilaku Polisi saat menghadapi unjuk rasa, melakukan penggusuran,
menangkap pelaku kriminal biasa, dan lain sebagainya. Kedua, Polisi
masih sering menggunakan pola pengkambing-hitaman' terhadap
kelompok masyarakat tertentu sebagai dalang kerusuhan,
provokator, dan penganggu ketertiban. Sebuah
prasangka yang sangat subur dipergunakan di jaman kolonial dan diwarisi
dengan baik oleh Kepolisian Indoensia saat ini.

Jadinya, kita pun mempertanyakan seberapa besar setiap anggota
kepolisian menghayati dan menjalankan slogan mereka; Melindungi,
Mengayomi, dan Melayani Masyarakat. Alih-alih menjadi pelindung dan
pelayan masyarakat, Polisi malah sering berbenturan dengan masyarakat
itu sendiri, seperti yang baru saja dipertontonkan di kabupaten Buol
itu.

Kalau Polisi benar-benar mencermati slogan tersebut, maka tidak
sepantasnya satu butir peluru pun dipergunakan untuk membunuh rakyat.
Kecuali, jika polisi berhadapan dengan aksi kejahatan yang mengancam
rakyat banyak, misalnya terorisme dan perampokan bersenjata.

Terkait kejadian di Buol itu, semua pihak semestinya mulai
mempertanyakan sejauh mana proses reformasi di tubuh Polri itu sendiri.
Karena, seperti kita ketahui, reformasi itu seharusnya menanamkan
nilai-nilai penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM) dan demokrasi,
disamping persoalan kecintaan terhadap rakyat dan dedikasinya terhadap
Negara.

Karena itu, kita sangat berharap agar petinggi Polri segera melakukan
investigasi dan pengusutan tuntas atas kejadian di Buol. Pimpinan Polri
tidak perlu ragu untuk menjatuhkan sanksi berat dan pemecatan terhadap
personilnya yang menindas rakyat, termasuk Kapolres yang bertanggung
jawab atas situasi keamanan di sana.

Anda dapat menanggapi Editorial kami di: redaksiberdik...@yahoo.com
mailto:redaksiberdik...@yahoo.com

http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas-\
buol-tidak-berubah.html
http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas\
-buol-tidak-berubah.html



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah

2010-09-01 Terurut Topik Sulhan Askandar
Mentalitas itu tidak akan berubah siapapun yang jadi kapolri, sepanjang cara 
rekruitment, sistem kenaikan pangkat dan struktur
organisasi polri seperti saat ini. Sebab tiap anggota polisi lebih loyal kepada 
atasannya daripada tugasnya.Meskipun berprestasi tapi kalau tidak disukai 
atasannya maka sangat sulit untuk bisa naik pangkat. Apalagi kalau ditambah 
embel2 harus berpendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi, seperti S-2, S-3, 
untuk bisa mendapat kedudukan tertentu.Polisi yang betul2 berprestasi dilapangan
tapi tidak punya cantolan keatas dan tidak punya gelar akademis yang lebih 
tinggi akan selalu tertinggal dalam kepangkatan.
Sudah saatnya penilaian kinerja polisi itu melibatkan masayarakat didaerah 
tempat bertugas polisi tersebut. Cara bagaimana penilain yang melibatkan 
masyarakat itu bisa diimplementasikan perlu didiskusikan lebih lanjut.  
 





From: ulfha ulfha_...@yahoo.co.id
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Sent: Thursday, September 2, 2010 1:33:16
Subject: [ekonomi-nasional] [Editorial] Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum 
Berubah

  

Kerusuhan Buol: Mentalitas Polisi Belum Berubah

Kamis, 2 September 2010 | 0:51 WIB| Editorial

Dalam syarat-syarat gencarnya serangan neoliberal yang memiskinkan
rakyat dan seruan umum untuk berkonfrontasi dengan Malaysia, pasukan
Polri sedang bertempur dengan rakyat sendiri di Kabupaten Buol, Sulawesi
Tengah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, sedikitnya 10 orang
rakyat dinyatakan tewas dan puluhan lainnya masih dirawat di Rumah
Sakit.

Ya, di penghujung bulan kemerdekaan Indonesia, puluhan rakyat Indonesia
meregang nyawa di Buol akibat diterjang peluru aparat Negara sendiri.
Kerusuhan terjadi selasa malam (31/8), ketika ribuan warga mendatangi
Mapolsek Biau untuk mempertanyakan tewasnya seorang warga, Kasmir
Timumum, yang diduga dianiaya oleh anggota kepolisian saat ditahan.

Sebetulnya, kemarahan ribuan warga itu tidak perlu terjadi, seandainya
saja Polisi menggunakan cara-cara professional dan demokratis saat
mengurusi persoalan kriminalitas. Kasmir Timumum, yang bersalah karena
menabrak kepolisian, tidak seharusnya dijadikan objek kekerasan hingga
merenggut nyawanya.

Inilah yang sering terjadi; Polisi tidak segan-segan untuk berlaku keras
terhadap rakyat biasa yang terlibat kriminalitas biasa, namun,
ironisnya, polisi tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pelaku kejahatan
besar, terutama koruptor. Padahal, dosa seorang pelaku korupsi
(ekstra-ordinary crime) jauh lebih besar ketimbang pelanggar lalu
lintas.

Kejadian ini mencerminkan suatu hal, bahwa polisi belum merubah
mentalitas yang sangat buruk, anti-demokrasi, dan tidak sesuai dengan
tuntutan reformasi. Pertama, Polisi masih menempatkan rakyat biasa
sebagai musuh, bukan sebagai golongan yang harus dilindungi. Lihat saja
perilaku Polisi saat menghadapi unjuk rasa, melakukan penggusuran,
menangkap pelaku kriminal biasa, dan lain sebagainya. Kedua, Polisi
masih sering menggunakan pola pengkambing-hitaman' terhadap
kelompok masyarakat tertentu sebagai dalang kerusuhan,
provokator, dan penganggu ketertiban. Sebuah
prasangka yang sangat subur dipergunakan di jaman kolonial dan diwarisi
dengan baik oleh Kepolisian Indoensia saat ini.

Jadinya, kita pun mempertanyakan seberapa besar setiap anggota
kepolisian menghayati dan menjalankan slogan mereka; Melindungi,
Mengayomi, dan Melayani Masyarakat. Alih-alih menjadi pelindung dan
pelayan masyarakat, Polisi malah sering berbenturan dengan masyarakat
itu sendiri, seperti yang baru saja dipertontonkan di kabupaten Buol
itu.

Kalau Polisi benar-benar mencermati slogan tersebut, maka tidak
sepantasnya satu butir peluru pun dipergunakan untuk membunuh rakyat.
Kecuali, jika polisi berhadapan dengan aksi kejahatan yang mengancam
rakyat banyak, misalnya terorisme dan perampokan bersenjata.

Terkait kejadian di Buol itu, semua pihak semestinya mulai
mempertanyakan sejauh mana proses reformasi di tubuh Polri itu sendiri.
Karena, seperti kita ketahui, reformasi itu seharusnya menanamkan
nilai-nilai penghargaan terhadap Hak Azasi Manusia (HAM) dan demokrasi,
disamping persoalan kecintaan terhadap rakyat dan dedikasinya terhadap
Negara.

Karena itu, kita sangat berharap agar petinggi Polri segera melakukan
investigasi dan pengusutan tuntas atas kejadian di Buol. Pimpinan Polri
tidak perlu ragu untuk menjatuhkan sanksi berat dan pemecatan terhadap
personilnya yang menindas rakyat, termasuk Kapolres yang bertanggung
jawab atas situasi keamanan di sana.

Anda dapat menanggapi Editorial kami di: redaksiberdik...@yahoo.com
mailto:redaksiberdik...@yahoo.com

http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas-\
buol-tidak-berubah.html
http://berdikarionline.com/editorial/20100902/kerusuhan-buol-mentalitas\
-buol-tidak-berubah.html

[Non-text portions of this message have been removed]






[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

2010-09-01 Terurut Topik David Silalahi
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=152105

On 9/2/10, Harlizon MBAu harli...@gmail.com wrote:
 Setuju Pak Ganda...!

 Pada dasarnya manusia itu umat yang satu...
 Jika ada yang mau memecah-belah dan mengadu domba, merekalah sebenarnya
 sumber masalah...

 Al Baqarah (Sapi Betina) 2:213

 *Manusia itu adalah umat yang satu*. (Setelah timbul perselisihan), maka
 Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
 peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk
 memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
 perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang
 telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
 keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka
 Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
 yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
 petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.



 Huud (Nabi Hud) 11:118

 *Jikalau Tuhanmu menghendaki*, tentu Dia menjadikan *manusia umat yang
 satu*,
 tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

 Adalah juga tidak baik jika Pak Taufik menuduh pengikut agama lain tanpa
 bukti yang nyata...
 Ngomong-ngomong, apa Pak David punya bukti bahwa LIRA lah yang melempar
 tersebut?

 Mohon klarifikasi...
 Trims!

 Salam Satu Umat!

 Z



 2010/8/27 syahganda nainggolan igan...@yahoo.com

 Dari banyak tulisan2 Ok taufik yang saya ikuti, analisanya cukup tajam dan
 mantap. Mungkin ada kekurang pas an dalam fakta dan analisanya terakhir,
 karena soal Malaysia mayoritas bangsa kita bersikap sama.

 Mungkin di bulan suci ini kita hentikan dulu sikap berang dan panas. Kita
 hindari kata2 provokasi, khususnya berbau agama.

 Apapun agama kita, kita satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air.

 Wassalam
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
 Teruuusss...!

 -Original Message-
 From: OK Taufik ok.tau...@gmail.com
 Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Date: Fri, 27 Aug 2010 16:57:45
 To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
 Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

 begitulah kenyataan, manusiqa yg melempar kotoran ke rumah orang...kan
 anjinglah

 2010/8/27 chriskoeso...@yahoo.com

  Ok Taufik berbicara tanpa pakai otak so ga bisa d salahkan..
  Biarkanlah, anggap gonggongan anjing.
  Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
  -Original Message-
  From: David Silalahi davidfr76...@gmail.com
  Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Date: Fri, 27 Aug 2010 10:31:20
  To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
  Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia
 
  sudah keluar suara ngawur, ngotot pulak.
  coba anda itu kalau komentar mikir dulu komentar anda benar apa enggak.
 
  nih lihat organisasi yang melempar tinja:
  http://lirakalimantan.org/content/view/2/48/
 
  setelah itu mikir apa komentar anda itu mengkaitkan ke agama, itu
  benar apa enggak.
 
 
  On 8/26/10, OK Taufik ok.tau...@gmail.com wrote:
   perlakuan segelitir orang yang memberi tinja buat keduataan malaisya
  jelas
   perbuatan orang kristen, sebagai bangsa Indonesia yang beragama Islam
  saya
   sangat terusik dengan prilaku tersebut, mereka juga telah mengotori
   kesucian bulan ramadhan ini...seburuk2nya Ummat Islam tak akan mereka
   lakukan perbuatan tak bermoral itu, hanya orang kristen yg mampu
   melakukannya.benar2 tak beradab, turunan anjing
  
   2010/8/26 David Silalahi davidfr76...@gmail.com
  
   marty natalegawa harus berani bertindak tanpa ketergantungan dengan
 sby.
   sebagai menlu, kesempatan yang dipegang marty natalegawa adalah
   kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan
   masalah
   tanpa komando sby dimana sby sendiri bisa jadi saat ini pusing dan
   lamban berpikir.
  
   sebagai pembantu sby, marty bisa mem-push sby untuk bertindak sesuai
   keinginan rakyat dan sesuai permintaan anggota dpr. kalau sudah bisa
   seperti itu, maka gak perlu lagi nyewa menlu malaysia dan gak perlu
   lagi tki kita ngemis-ngemis di malaysia.
  
   hayo marty, hadapi anifah aman itu.
  
   On 8/26/10, rifky pradana rifkyp...@yahoo.com wrote:
   
   
“ Kami telah sampai pada suatu titik di luar batas kesabaran kami “
  ,
[Anifah
Aman, Menteri Luar Negeri Malaysia].
   
Kalimat itu diucapkannya dalam konferensi pers setelah memanggil
 Duta
   Besar
Indonesia menghadap beliau kemarin (25/8).
   
Singkat, bernas, tajam.  Anifah Aman dengan telak menonjok wajah
  barisan
diplomat Indonesia.
   
   
Anifah Aman tidak memiliki latar belakang sebagai diplomat. Dia
  politisi
biasa
yang kerap gonta-ganti posisi dalam kabinet. Jabatan sebelumnya
 adalah
   Wakil
Menteri Transportasi.
   
Tetapi kepiawaiannya menangani isu hubungan bilateral