Seandainya Gayus mendepositkan uang hasil korupsinya di Singapura, bukan di
Bank Lokal, maka ceritanya mungkin akan berbeda.
Promoting The Most Powerful DausBerry®
-Original Message-
From: A Nizami nizam...@yahoo.com
Date: Thu, 1 Apr 2010 10:49:59
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Subject: Bls: [ekonomi-nasional] Seandainya Nama Kau Gayus Ongko Widjaja
Singapura tidak melindungi Gayus karena nilai korupsinya cuma Rp 25 milyar.
Coba kalau sudah Rp 1 trilyun, tidak bakal balik koruptor beserta uang hasil
korupsinya.
===
Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
http://media-islam.or.id
Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com
--- Pada Rab, 31/3/10, nainggolan syahganda igan...@yahoo.com menulis:
Dari: nainggolan syahganda igan...@yahoo.com
Judul: [ekonomi-nasional] Seandainya Nama Kau Gayus Ongko Widjaja
Kepada: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 31 Maret, 2010, 7:13 PM
Dibalik hiruk pikuk keberhasilan polisi Indonesia menangkap Gayus
Tambunan di Singapore, sicuil berita online detik.com menyelip dengan judul
Kalau Gayus Bisa, Kenapa Koruptor Lain Sulit Ditangkap di Singapura?. Sangat
fantastik penangkapan Gayus dapat dilakukan dengan begitu cepat di negara yang
menyimpan ratusan perampok kekayaan Indonesia ini. Bahkan di tuliskan bahwa
polisi Singapura membantu Indonesia dalam rangkaian penangkapan ini.
Denny Indrayana dalam online yang sama menyatakan Allah menuntun Satgas
bertemu Gayus. Seandainya Denny juga mengatakan Allah menuntut satgas bertemu
dengan Anggoro atau untuk bertemu dengan Syamsul Nursalim, Djoko Tjandra,
Atang Latif, Hendra Liem dll (lihat VivaNews : Para Buron yang Menikmati
surga Singapura) dan lalu Bim Salabim para koruptor ini bertemu Satgas,
selayaknya tim pemburu koruptor yang sudah bekerja bertahun2 di bawah kejaksaan
agung harus dialihkan kepada Satgasnya Denny.
Kembali ke laptop, sampai saat ini kita tahu bahwa Indonesia tidak mempunyai
perjanjian ekstradisi dengan Singapura. Rencana perjanjian ekstradisi yang
beberapa tahun lalu akan dilakukan melalui tukar guling dengan Defence
Cooperation Agreement (DFA), suatu kerjaasama militer Indonesia-Singapore , di
mana Singapore mempunyai hak atas beberapa wilayah stategis Indonesia untuk
latihan militer, sampai saat ini tidak terjadi. Kegagalan penandatangan ini
merupakan misteri. banyak jenderal-jenderal purnawirawan dan pengamat
politik/militer yang memberikan opini berbahaya DFA tersebut jika dilaksanakan.
Kedaulatan Indonesia akan tereduksi. Tentu pendpat pengamat ini masuk akal.
Sampai saat ini kita lihat bahwa dalam berbagai kasus kedaulatan Indonesia
terganggu oleh negara titik itu. Meskipun jaraknya sejengkal, kita tidak bisa
mengekstradisi perampok-perampok bank yang pindah ke sana. Singapore juga
melakukan pengendalian atas radar udara bagi lalu lintas
udara yang mencakup sebagain wilayah Sumatera, sehingga penghasilan atas
pengaturan trafik udara tersebut jatuh menjadi devisa mereka. Dalam bidang lalu
lintas udara dan laut, Singapura menempatkan diri sebagai Hub (Internasional
Hub port) yang mengendalikan ekspor-impor Indonesia ke negara-negara lain.
Lagi-lagi devisa masuk kenegara ini.
Keuntungan Singapor atas Indonesia terjadi karena buruknya pemimpin-pemimpin
negeri ini. Hal itu memberi kesempatan pada para lobbyist Singapura untuk
menjamu dan memanjakan pejabat-pejabat Indonesia atas imbalan informasi atau
keuntungan lain yang meraka terima. Namun, yang tak kalah penting adalah
jaringan bisnis kaum Tionghoa yang sudah berlangsung ratusan tahun menjadi
tumpuan permanen hubungan kedua negara ini yang sesungguhnya. Buku Asian
Godfathers (joe Studweell, 2007) memberi pengertian yang dalam buat kita bahwa
Singapore (disamping Hongkong) merupakan pusat pengendalian kartel bisnis etnis
tionghoa di Asia tenggara. Kita lalu berfikir, tentu Singapore tidak akan
membiarkan negaranya dapat di jamah oleh hukum Indonesia melalui perjanjian
kerjasama ekstradisi. Karena hal itu justru akan merusak tempat aman bagi
pengelola kartel-kartel ekonomi ini. Artinya, sekali lagi, Singapora tidak akan
menukarkan apapun atas kebebasan para taipan-taipan
kawasan asia tenggara di negara mereka. Penjahat di Indonesia adalah pahlawan
bagi Singapore.
Lalu mengapa Gayus gampang ditangkap??? Apakah karena Allah membimbing dia
untuk ketemu Denny Indrayana? Jawaban yang diberikan sosiolog Kastorius Sinaga
(staf ahli Kapolri) dalam detik.com tsb adalah Otoritas Singapura tidak
melindungi Gayus. Hal ini menjadi catatan buat kita, seandainya Gayus bukanlah
Gayus Tambunan tetapi Gayus Ongko Widjojo, atauu Gayus Lim Dramadi, atau Gayus
Salim Winata, mungkin Gayus akan dilindungi jaringan kartel2 ini. Ternyata
Tambunan itu nama asli bangsa melayu yang tidak lakuk di Singapura... .
Wassalam, Syahganda Nainggolan
Phd Student of Social Welfare Study, UI