Re: Balasan: Re: [ekonomi-nasional] Memakai Emas sebagai Patokan - Re: Menggugat ramuan penangkal inflasi: Analisa Casinomic

2008-09-10 Terurut Topik Harlizon MBAu
Barangkali bisa kita coba...
Kebetulan beberapa bulan lalu ada seseorang yang mau membeli sampai
beberapa juta ton emas...
Beliau tidak butuh emasnya, cukup sertifikat kepemilikannya saja...
Jika anda punya stock atau kenal dengan yang punya dan berminat menjualnya,
mungkin nanti bisa saya kenalkan dengan pembelinya...

Salam Z

2008/9/9 A Nizami [EMAIL PROTECTED]

 Pada kenyataannya, bisa tidak anda melakukan itu?
 Kenyataan menunjukkan berdasarkan link yang saya sebut
 sebelumnya, nilai emas justru lebih stabil ketimbang
 nilai dollar.

 Kalau US Dollar, hanya AS yang menguasainya. The Fed
 bisa memprint sebanyak yang dia suka.

 Sebaliknya boleh dikata banyak negara punya tambang
 emas. Bahkan Singapura dan Jepang pun yang tidak punya
 tambang emas bisa menjual produk mereka (misalnya
 mobil, komputer, dsb) untuk ditukar dgn emas. Buktinya
 di sana emas juga ada...:)

 --- Harlizon MBAu [EMAIL PROTECTED] menulis:

  Kalau cuma saya yang punya emas...
  Atau cuma saya yang mendominasi kepemilikan emas...
  Lalu harganya saya set atau mainkan suka-suka
  saya...
  Lalu bagaimana...???
 
  Salam Z
 
  2008/9/9 A Nizami [EMAIL PROTECTED]
 
   Kalau pakai uang kertas itu pasti inflasi.
  Sebagai
   contoh US Dollar. Uang US$ 100 tahun 1900, pada
  tahun
   2007 nilainya setara dengan US$ 2500 atau turun 25
   kali lipat dalam waktu 107 tahun.
  
   Rupiah sendiri nilainya turun. Jika tahun 1978 Rp
  138
   rupiah bisa beli beras 1 kg, sekarang (2008) harus
  Rp
   6.000/kg. Dalam 30 tahun turun 43 kali lipat.
  
   Antara 2005-2008 saya lihat rata harga barang naik
   168%, sementara UMR hanya naik 53% dari Rp 635.000
   jadi Rp 972.000.
  
   Besar kenaikan UMR selalu kalah dengan besar
  inflasi.
   Sehingga para buruh dan karyawan otomatis
  dimiskinkan
   secara massal oleh inflasi mata uang kertas.
  
   Sebaliknya emas nilainya relatif stabil. 1 dinar
  emas
   (4,25 gram emas 22 karat, sekarang sekitar Rp 950
   ribu) pada zaman Nabi Muhammad bisa dipakai untuk
   membeli seekor kambing, sekarang pun begitu.
  
   Lihat data di atas. Dari semua mata uang, nilai
  emas
   sekarang dibanding tahun 1971 naik semua.
  Contohnya
   Januari 71 nilai emas sekitar US$ 40/ounce,
  sekarang
   US$ 670/ounce atau naik 16 kali lipat.
  
   Harga emas tahun 1996 hanya Rp 28.000/gram. 12
  tahun
   kemudian sudah Rp 240.000/gram. Atau naik 8,5 kali
   lipat.
  
  
 
 http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/19/08153240/harga.emas.terus.terkoreksi
  
   Sedang UMR DKI tahun 1996 dari Rp 156.000 tahun
  2008
   jadi Rp 972.000. Naik hanya 6,2 kali lipat. Jadi
   dibanding dgn harga emas para buruh mengalami
   pemiskinan.
  
 
 http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/01/27/0015.html
  
  
  
 
 http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybershopping/detail.aspx?x=Smart+Shoppingy=cybershopping%7C0%7C0%7C4%7C443
  
  
  http://goldprice.org/30-year-gold-price-history.html
  
   Oleh karena itu saya menyarankan agar standar
  UMR/gaji
   memakai emas. Misalnya besar UMR 5 atau 10 gram
  emas.
   Dengan demikian setiap tahun para buruh tidak
  perlu
   lagi demo menuntut kenaikan UMR, karena nilai emas
   relatif naik.
  
   Sebagai contoh, kalau gaji anda tahun 2000 Rp 10
  juta,
   maka tahun 2008 biar pun naik jadi Rp 11 juta maka
   gaji anda secara riel nilainya turun. Tapi kalau
  gaji
   anda pakai standar emas misalnya 40 gram emas,
  maka
   sampai kapan pun meski tidak ada kenaikan gram,
  gaji
   anda stabil.
  
  
 
 http://www.measuringworth.com/calculators/uscompare/result.php
   Six Ways to Compute the Relative Value of a U.S.
   Dollar Amount, 1774 to Present
   Current data is only available till 2007. In 2007,
   $100.00 from 1900 is worth:
   $2,547.20 using the Consumer Price Index
   $2,181.67 using the GDP deflator
   $6,875.85 using the value of consumer bundle *
   $11,678.57 using the unskilled wage *
   $16,910.32 using the nominal GDP per capita
   $67,132.65 using the relative share of GDP
  
   --- Harlizon MBAu [EMAIL PROTECTED]
  harlizon%40gmail.com menulis:
  
Terima kasih atas analisa yang singkat namun
  bernas
dari Bp Herry Hernawan
dan Bp Bango Samparan...
   
Banyak analisator ekonomi melihat bahwa
diterapkannya analisa-analisa ilmu
ekonomi tradisional (sebagian menyebutnya ilmu
ekonomi primitif) dalam
sistem ekonomi kasino (Casinomic) sekaranglah
  yang
justru menambah parah
sakitnya ekonomi.
Mereka berpendapat bahwa analisa
  moneter-to-moneter
adalah analisa yang
sangat dangkal.
Pastinya tidak akan menjawab atau memberikan
  solusi
apa-apa.
Apalagi cuma berbasis uang beredar atau sekedar
suku-bunga.
   
Agaknya memang masalah ekonomi tidak akan pernah
selesai jika masih
diterapkannya komponen-komponen FIKTIF dalam
  sistem
ekonomi seperti uang
(yang tanpa reserve/back up), bunga,
instrument-instrument derivative
lainnya serta ketidak adilan ekonomi dimana aset
bersama akhirnya dikuasai
 

Re: Balasan: Re: [ekonomi-nasional] Memakai Emas sebagai Patokan - Re: Menggugat ramuan penangkal inflasi: Analisa Casinomic

2008-09-10 Terurut Topik Harlizon MBAu
Wah...
Bisa disangka keterlaluan dong...
Budak aja nga boleh protes, apalagi yang di bawahnya...

Mas B Samparan,

Masalah dunia ini sebenarnya bukanlah masalah marketnya...
Tapi masalah DOMINASI...
Disini diperlunak istilahnya jadi FEODALISME atau FEODAL...
Ada yang lebih memperlunak lagi menjadi PATERNALISTIK
Ujungnya sami mawon: Dominasi Yang Kuat terhadap yang Lemah dalam
segala dimensinya...

Nga ada maslah dengan market yang bebas...
Asal penguasaan sumber dayanya tidak dilakukan oleh satu dua pihak saja...
Apalagi jika harta masyarakat rame dikuasai dan dikemek sendiri...


2008/9/10 Bango Samparan [EMAIL PROTECTED]:
 --- On Wed, 9/10/08, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Harap diperhatikan, saya mengusulkan pemakaian emas
 sebagai patokan. Bukan gaji para pegawai dibayar pakai
 emas. Tetap pakai rupiah.

 Saya paham. Kalau mas Nizami baca Toward a Just Monetary System Umar Capra,
 ada solusi lain namanya indeksasi, jadi gaji, dll, selalu disesuaikan dengan
 laju inflasi. Solusinya adalah mempertahankan nilai riil dari gaji, dll.

 Masalahnya bisa didekati dengan ilustrasi sbb:

 Saya pernah protes kepada atasan saya, Pak kita ini institusi Islam mengapa
 kalau karyawan pinjam duit, bapak mengenakan tambahan/bunga atasnya? Atasan
 saya menjawab, Lho kan ada inflasi, jadi nilai uang menurun, kan pantas
 diantisipasi dengan tambahan/bunga tersebut. Saya jawab, Baiklah, saya
 setuju dengan logika bapak. Tolong logika bapak juga diterapkan saat bapak
 membayar gaji kami. Tolong gaji kami dari waktu ke waktu juga dikasih
 tambahan untuk melindunginya dari inflasi. Atasannya geleng-geleng kepala
 saja, sambil cengar-cengir.

 Sebetulnya jika kita cek di Wikipedia, US Dollar pun
 pernah memakai emas sebagai standar/patokan. Hingga
 lebih stabil. Jika tidak, maka nilainya naik turun
 tidak beraturan sebab kertas yang merupakan bahan uang
 kertas itu tidak ada harganya.

 Benar, tetapi standar emas juga memiliki kelemahan, kecuali jika dipakai
 solusi Imam Ghazali, emas dan perak wajib menjadi barang moneter saja, tidak
 boleh dijadikan barang lain, misalnya perhiasan. Di samping itu pergantian
 standar moneter hanya bisa dilakukan berbarengan, dan ini sulit disepakati.

 Saya lupa bukunya, Umar pernah mengisyaratkan membuat uang dari kulit
 kambing, jadi dipakainya fiat standar sebetulnya juga tidak masalah. Inflasi
 bukan penyakit yang penyebab pokoknya karena dipakai uang kertas. Market
 imperfection, yang menuju monopoli atau monopolistis, juga menjadi sebab
 yang cukup signifikan. Belum lagi ada spekulasi, mental membeli kredit, dll.

 Salam hangat
 Bango Samparan