[Forum Pembaca KOMPAS] Solusi Masalah Ahmadiyah Indonesia (Djohan Effendi)
keagamaan, di manakah tempat lembaga keagamaan itu dalam struktur kenegaraan Republik Indonesia? Apakah ia berada dalam struktur kenegaraan atau bahkan berada di atas struktur kenegaraan, sehingga setiap fatwa lembaga tersebut mengikat dan karena itu harus ditaati dan dilaksanakan oleh negara dalam ini pemerintah RI? Kedua, kalau sebuah paham keagamaan dilarang, apakah hak sipil para penganutnya sebagai warga negara RI hilang, terutama dalam kaitan kebebasan berkeyakinan? Kalau para penganut paham tersebut berkukuh tetap meyakini paham yang dilarang itu, apakah mereka akan dianggap sebagai pelaku tindak kriminal dan karena itu harus dikenai sanksi hukum pidana? Ketiga, kebebasan beragama tegas-tegas dijamin oleh konstitusi. Begitu juga Piagam Hak Asasi Manusia dan dokumen-dokumen pelengkapnya telah diratifikasi oleh negara kita. Dengan demikian, bukankah pelarangan dan kriminalisasi penganutan suatu paham keagamaan merupakan sebuah pelanggaran terhadap hak asasi manusia? Mengingat hal-hal di atas, saya kira tak ada alternatif lain kecuali melaksanakan ketentuan yang ditegaskan dalam konstitusi dan karena itu tidaklah selayaknya negara ikut campur dalam fenomena sesat-menyesatkan kemudian mengambil tindakan melanggar konstitusi dengan mengurangi, apalagi menafikan, kebebasan berkeyakinan warga negara. Jaminan konstitusi atas kebebasan berkeyakinan adalah jaminan bagi warga negara untuk menganut keyakinannya, entah agama, entah paham keagamaan atau kepercayaan secara tulus tanpa paksaan dari siapa pun dan golongan apa pun. Apabila negara ikut campur atau memihak suatu kelompok dalam fenomena kontroversi pemahaman agama, rasa aman dan berkeyakinan akan terganggu. Penganutan suatu paham keagamaan atau kepercayaan, betapapun anehnya paham tersebut, tidak boleh dikriminalisasikan selama tidak melanggar ketertiban masyarakat dan kesopanan umum. Berbeda atau menyimpang dari paham anutan mayoritas tidak bisa menjadi alasan pelarangan sebuah paham. Kalau Tuhan Al-Khaliq sendiri memberikan kebebasan kepada manusia ciptaan-Nya untuk beriman atau tidak kepada-Nya, bagaimana mungkin sebuah negara bertindak melebihi Tuhan sendiri? Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Mega Portal Kompas.Com] Perempuan Aceh dan Syariat Islam (Diskusi dan Pemutaran Film)
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=event&id=125 Rabu, 16 Januari 2008, 19:00 WIB Diskusi dan Pemutaran Film Dokumenter PEREMPUAN ACEH & SYARIAT ISLAM Narasumber: Lisabona Rahman, Ratna Batara Munti, dan Ariani Djalal. Bagaimana nasib perempuan Aceh di tengah jerat-jerat syariat Islam? Anda bisa menyaksikannya melalui tiga film dokumenter yang dibuat langsung oleh perempuan-perempuan Aceh. Film pertama, berjudul Meuneunggui (Mode), menggambarkan penerapan syariat Islam di Acehyang dimulai dengan kewajiban berjilbab pada kaum perempuan Acehjustru menggairahkan dunia fashion, dengan maraknya pelbagai mode jilbab yang dipakai perempuan-perempuan di Aceh. Marak pula praktik sweeping yang dilakukan oleh sekelompok laki-laki bersarung dan berbaju putih. Film kedua, Bungong (Bunga), menayangkan gambaran dan nasib yang penuh kontras antara perempuan dan lelaki di Banda Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Kaum ibudalam balutan busana muslimahharus mengasuh anak, mencuci piring, menjaga rumah, sedangkan kaum laki-laki dengan santai menghabiskan waktu ngobrol di kedai kopi. Film ini juga menampilkan kesaksian seorang perempuan yang telah berjilbab tapi ternyata belum aman dari gangguan; ia mengaku payudaranya pernah diremas seorang lelaki tak dikenal ketika berada di jalan raya yang sepi. Film ketiga, Bak Lon Kaloen (Kala Aku Melihat), berupaya menggali informasi dari Wilayatul Hisbah (polisi syariah): apa tugas mereka, apa prosedur-prosedur yang harus ditempuh, termasuk merazia jilbab. Dan tentu saja apa pemahaman mereka tentang syariat Islam yang tak lebih dari masalah jilbab, busana muslimah, dan menjadikan perempuan lebih berakhlak. Setelah pemutaran film dokumenter yang masing-masing berdurasi 10 menit, akan diadakan diskusi dengan Lisabona Rahman, pengamat film dan peneliti masalah jender, Ratna Batara Munti, direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) yang banyak melakukan advokasi hukum terhadap kasus-kasus yang menimpa kaum perempuan Aceh dan Ariani Djalal, manajer pogram Ragam Media Network. Diskusi ini merupakan kerja sama Komunitas Utan Kayu dengan Ragam Media Network. Diskusi ini dilaksanakan di Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No 68H, Jakarta. Diskusi ini dibuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sedikit pun. - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Agama dan Pencerahan (Kongkow Bareng Gus Dur)
Salam Kongkow Bareng Gus Dur edisi Sabtu 5 Januari 2008 akan mengulas sebuah tema: Agama dan Pencerahan. Tamu yang akan menemani Gus Dur ngobrol adalah Bikhu Surianadi dari Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Anda yang tertarik untuk ikut ngobrol langsung silakan hadir ke Kedai Tempo, Jl Utan Kayu 68H Jakarta. Acara akan dimulai pukul 10.00 WIB, dan anda yang berada di rumah, di perjalanan, atau di mana pun berada yang ingin mendengaran acara ini bisa menyimak melalui Radio Utan Kayu 89.2 FM untuk wilayah JABODETABEK, untuk kawasan-kawasan lain di Indonesia silakah klik website www.gusdur.net untuk mendapatkan informasi stasiun radio di kota anda yang ikut menyiarkan acara ini. Selamat Tahun Baru 2008, semoga kita memperoleh pencerahan. Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur [EMAIL PROTECTED] - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Adnan Buyung: Lawan Pemerintah dan Bubarkan MUI
u. Meski demikian, pakar hukum berambut putih tersebut juga mengkritik Ahmadiyah ataupun beberapa lembaga yang selama ini menjadi korban kekerasan. Menurut Adnan, mereka tidak boleh hanya bisa mengeluh. Para korban itu harus bertindak, namun tidak dengan ikut-ikutan melakukan kekerasan. "Lawan pemerintah, gugat melalui proses hukum. Saya akan mendampingi di mana pun berada," tandasnya. Dia mengatakan, pemerintah daerah, kepolisian, hingga kejaksaan pantas dituntut karena cenderung membiarkan berbagai kekerasan terjadi. "Saya ragu, apakah sendi-sendi kebangsaan kita bisa bertahan kalau perbedaan agama dan kepercayaan masih jadi masalah," tambah Sekretaris Eksekutif PGGI Pdt Gomar Gultom, yang turut hadir dalam diskusi tersebut. (dyn/oni) Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Seorang Ajengan dari Cipasung (Obituari Kiai Ilyas Ruhiyat)
Edisi. 44/XXXVI/24 - 30 Desember 2007 Obituari Seorang Ajengan dari Cipasung Kiai Ilyas Ruhiyat telah pergi. Sosok berhati lembut, tak silau dengan kedudukan, dan konsisten dalam bersikap. Ia seorang ajengansebuah istilah Sunda untuk seorang kiai besar, penuh karisma. Ketika jenazahnya dikebumikan di kompleks pemakaman Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu pekan lalu, ribuan orang melayat. Kiai Haji Ilyas Ruhiyat, 74 tahun, berpembawaan kalem, nada bicaranya datar seolah-olah tak ada yang dramatis dari hidup ini, danini yang susah dilupakanselalu ada senyum di bibirnya. Ia seperti sosok yang telah berdamai dengan hatinya, juga dengan orang lain. KH Ilyas Ruhiyat putra seorang kiai besar di Cipasung, KH Ruhiyat. Ilyas hidup di dua dunia: pesantren dan organisasi Nahdlatul Ulama. Di kalangan pesantren, penampilannya cukup mengejutkan. Ia menguasai isi kitab Al-Fiyah Ibnu Malik (ilmu sharaf yang dirakit dalam seribu bait syair) pada usia 15 tahun. KH Ilyas Ruhiyat mempunyai hidup yang sibuk. Sejak terpilih sebagai Ketua Cabang Nahdlatul Ulama Tasikmalaya pada 1954, ia aktif dalam organisasi. Bahkan, pada 1994, ia menjabat Rais Am PB NU untuk mendampingi KH Abdurrahman Wahid hasil muktamar di Cipasung. KH Ilyas Ruhiyat dikenal berwibawa besar, tapi juga selalu memandang orang lain sebagai satu entitas yang memiliki kebebasan menentukan jalan sendiri. Mungkin karena itulah ia melanggar kebiasaan menjodohkan anak perempuannya dengan anak lelaki kiai besar lainbagian dari tradisi para kiai NU. Dua anak perempuannya, Ida Nurhalida dan Enung Nursaidah, kuliah di IKIP Bandung dan bersuami dari keluarga nonpesantrenkendati pada akhirnya anak-anak beserta para menantunya bahu-membahu meneruskan pengelolaan Pesantren Cipasung. Sementara itu, Acep Zamzam Noor, anak lelakinya, lulusan Seni Rupa ITB dan memilih dunianya di luar pesantren: menjadi seniman-penyair. KH Ilyas Ruhiyat sangat menguasai kitab kuning, tapi seumur-umur mengembangkan ruang toleransi yang luas terhadap yang lain. Di Cipasung, pesantrennya hanya dipisahkan oleh jarak 500 meter dengan kompleks permukiman Ahmadiyah. Dan sejauh ini, tak ada yang membuat hubungan dua tetangga itu bermasalah. Bahkan, ketika berlangsung muktamar NU di Cipasung, permukiman mereka dijadikan tempat menginap sebagian peserta. KH Ilyas Ruhiyat punya pendapat sendiri, tapi tidak berdakwahapalagi memaksameluruskan akidah para penganut Ahmadiyah. Ahmadiyah di Cipasung memang kemudian diserang. Tepat pada saat keluarga KH Ilyas Ruhiyat berduka melepas kepergian istri sang Kiai, Hajah Dedeh Fuadah, ke pangkuan Sang Khalik enam bulan lalu, Ahmadiyah dihantam. Ketika itu, sang Kiai juga sedang terbaring sakit. Tapi bukti-bukti menunjukkan bahwa para penyerang bukan warga Tasikmalaya dan sekitarnya. KH Ilyas Ruhiyat berhati lembut, tapi itu tak membuatnya ragu-ragu manakala ia harus berbenturan dengan kekuatan penguasa yang luar biasa. Sejarah mencatat bagaimana Ilyas Ruhiyat tidak mau terkooptasi kekuasaan saat menjadi Rais Am PB NU mendampingi Abdurrahman Wahid. Di tangan KH Ilyas dan Gus Dur, NU bisa tetap bersikap independen meski harus menghadapi aneka rongrongan rezim Orde Baru. Pada pengujung masa jabatannya, ia menunjukkan kepribadiannya yang tidak haus kekuasaan. Kemungkinan untuk menduduki posisi rais am tetap terbuka baginya, tapi ia memilih berhenti. Ia menyerahkan posisi itu kepada KH Sahal Mahfudz dan kembali ke pesantren, dunia tempat ia mengawali semua ini. Nong Darol Mahmada (Bekas santriwati Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, kini bekerja di Freedom Institute) Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi "Evaluasi Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK"
Sususan Acara Ulang Tahun Ke-2 Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H Jakarta Sabtu, 22 Desember 2007 09.45-10.06 Sambutan Pengasuh Kongkow Bareng Gus Dur, KH Abdul Wahid Maryanto Sambutan Direktur KBR68H Jakarta, Santoso 10.06-12.00 WIB Diskusi Publik dengan judul "Evaluasi Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-JK", dengan pembicara: KH Abdurrahman Wahid, Adnan Buyung Nasution, Musdah Mulia, Ifdal Kasim (Ketua Komnas HAM), dan Gomar Gultom (PGI) 12.00-01.00 Pemotongan tumpeng Makan Siang Hiburan musik Acara ini dilaksanakan di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, dan disiarkan melalui radio-radio jaringan KBR68H di Nusantara--daftar radio bisa dibuka di www.gusdur.net dan www.kbr68h.com--untuk wilayah JABODETABEK simak di Radio Utan Kayu 89.2 FM Tiga tahun lebih dua bulan SBY-Jusuf Kalla memerintah Indonesia. Pemerintahan yang tak pernah lepas dari sorotan publik, khususnya di akhir tahun ini. Namun fokus sorotan tersebut lebih mengarah pada kebijakan ekonomi dan politik. Hal yang menyedihkan masalah toleransi beragama dan kebebasan berekspresi tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Isu ini menguap di tengah panasnya isu kenaikan harga BBM di tahun depan, hingga isu persaingan SBY-Jusuf Kalla menghadapi Pemilu 2009. Jamak diketahui pemerintahan SBY-Jusuf Kalla mendapat legitimasi politik penuh dari rakyat Indonesia. Mereka berdua dipilih secara langsung, bebas, dan demokratis. Namun apa lacur, seperti yang ditulis Fareed Zakaria, dalam The Future of Freedom, pemerintahan yang dipilih secara demokratis, belum tentu menjamin tegaknya kebebasan sipil. Pemasungan, pemberhangusan, dan sikap acuh tak acuh terhadap kebebasan sipil bisa terjadi dalam atmosfer demokrasi. Kebebasan dan demokrasi tidak selalu berjalan seiring. Fakta ironis tersebut terjadi pada selama pemerintahan SBY-Jusuf Kalla. Di tengah iklim yang demokratis, bangsa ini disuguhi dengan maraknya pemasungan kebebasan beragama. Kita dikejutkan penutupan rumah ibadahmengutip data PGI dari tahun 2004 hingga 2007 terjadi 108 kasus penutupan gerejaaksi-aksi penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah, ancaman fisik terhadap individu atau lembaga yang memperjuangan kebebasan agama hingga fatwa-fatwa keagamaan yang intoleran. Perlu dicatat, pemeritah SBY-Jusuf Kalla tampak tidak berdaya dan tidak memberi tindakan perlindungan yang kongkrit. Dalam dua bulan terakhir ini, jemaat Ahmadiyah menjadi sasaran aksi dan fatwa yang menindas. Pekan ini kampung Ahmadiyah di Manis Lor Kabupaten Kuningan diserang, korban berjatuhan, rumah dan mesjid diserang. Kelompok yang menyerang belum puas meskipun sepekan sebelumnya tiga mesjid Ahmadiyah di kampung itu sudah disegel. Dimana letak kekuatan Konstitusi kita yang konon memberikan jaminan dan perlindungan bagi kebebasan beragama dan hak asasi manusia? Dimana aparat pemerintah yang memiliki kewajiban warga negara tanpa memandang suku, ras dan agama? Tentang program Kongkow Bareng Gus Dur Setiap Sabtu pukul 10.00 WIB, KH Abdurrahman Wahid menyapa rakyat Indonesia melalui siaran radio KBR68H di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu, Jakarta Timur. Acara tersebut dikemas dalam bentuk obrolan-obrolan bebas yang biasanya tanpa terikat pada sebuah tema. Siaran itu diberi nama Kongkow Bareng Gus Dur. Melalui siaran tersebut, Gus Dur bisa mendengarkan informasi dan perkembangan secara langsung dari masyarakat yang berada di ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Gus Dur berdialog dengan masyarakat melalui telepon atau pesan pendek (SMS). Sementara masyarakat yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi bisa bertatap muka, bertanya secara langsung, dan bersilaturahmi bersama Gus Dur di Kedai Tempo. Banyak masalah yang telah dibahas. Khususnya tema-tema yang raib dari liputan media-media mainstream seperti hak-hak kaum minoritas, nasib rakyat kecil yang tertindas, kesewenang-wenangan radikalisme agama, reformasi hukum dan politik yang mampet, penegakan hukum yang tebang-pilih, kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin mencolok, hingga humor-humor Gus Dur yang selalu segar dan tak pernah habis. Kini acara Kongkow Bareng Gus Dur tersebut telah disiarkan oleh 80 lebih radio jaringan KBR68H di Nusantara dan juga telah dikemas untuk acara di televisi. Selama bulan Ramadhan ini, acara Kongkow Bareng Gus Dur tersebut ditayangkan oleh 13 televisi daerah (provinsi). Pada bulan November tahun ini usia acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H genap dua tahun. Untuk itulah kami memandang perlu mengadakan acara syukuran dengan pendengar dan masyarakat luas melalui sebuah acara, diskusi, tumpengan, hiburan musik, temu-kangen pendengar dengan Gus Dur. Mohamad Guntur Romli, pemandu acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H (www.gusdur.net) email [EMAIL PROTECTED] dan http://guntur.name/ Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Looking for last minute shop
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Evaluasi Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-Jusuf Kalla
UNDANGAN Ulang Tahun Ke-2 Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H DISKUSI PUBLIK Evaluasi Toleransi Beragama dalam Pemerintahan SBY-Jusuf Kalla KH Abdurrahman Wahid Adnan Buyung Nasution Siti Musdah Mulia Ifdal Kasim Pdt Gomar Gultom Kedai Tempo, Jl Utan Kayu No 68H Jakarta, Sabtu 22 Desember 2007, pukul 10.0012.00 WIB Tiga tahun lebih dua bulan SBY-Jusuf Kalla memerintah Indonesia. Pemerintahan yang tak pernah lepas dari sorotan publik, khususnya di akhir tahun ini. Namun fokus sorotan tersebut lebih mengarah pada kebijakan ekonomi dan politik. Hal yang menyedihkan masalah toleransi beragama dan kebebasan berekspresi tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Isu ini menguap di tengah panasnya isu kenaikan harga BBM di tahun depan, hingga isu persaingan SBY-Jusuf Kalla menghadapi Pemilu 2009. Jamak diketahui pemerintahan SBY-Jusuf Kalla mendapat legitimasi politik penuh dari rakyat Indonesia. Mereka berdua dipilih secara langsung, bebas, dan demokratis. Namun apa lacur, seperti yang ditulis Fareed Zakaria, dalam The Future of Freedom, pemerintahan yang dipilih secara demokratis, belum tentu menjamin tegaknya kebebasan sipil. Pemasungan, pemberhangusan, dan sikap acuh tak acuh terhadap kebebasan sipil bisa terjadi dalam atmosfer demokrasi. Kebebasan dan demokrasi tidak selalu berjalan seiring. Fakta ironis tersebut terjadi pada selama pemerintahan SBY-Jusuf Kalla. Di tengah iklim yang demokratis, bangsa ini disuguhi dengan maraknya pemasungan kebebasan beragama. Kita dikejutkan penutupan rumah ibadahmengutip data PGI dari tahun 2004 hingga 2007 terjadi 108 kasus penutupan gerejaaksi-aksi penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah, ancaman fisik terhadap individu atau lembaga yang memperjuangan kebebasan agama hingga fatwa-fatwa keagamaan yang intoleran. Perlu dicatat, pemeritah SBY-Jusuf Kalla tampak tidak berdaya dan tidak memberi tindakan perlindungan yang kongkrit. Dalam dua bulan terakhir ini, jemaat Ahmadiyah menjadi sasaran aksi dan fatwa yang menindas. Pekan ini kampung Ahmadiyah di Manis Lor Kabupaten Kuningan diserang, korban berjatuhan, rumah dan mesjid diserang. Kelompok yang menyerang belum puas meskipun sepekan sebelumnya tiga mesjid Ahmadiyah di kampung itu sudah disegel. Dimana letak kekuatan Konstitusi kita yang konon memberikan jaminan dan perlindungan bagi kebebasan beragama dan hak asasi manusia? Dimana aparat pemerintah yang memiliki kewajiban warga negara tanpa memandang suku, ras dan agama? Tentang program Kongkow Bareng Gus Dur Setiap Sabtu pukul 10.00 WIB, KH Abdurrahman Wahid menyapa rakyat Indonesia melalui siaran radio KBR68H di Kedai Tempo, Jl Utan Kayu, Jakarta Timur. Acara tersebut dikemas dalam bentuk obrolan-obrolan bebas yang biasanya tanpa terikat pada sebuah tema. Siaran itu diberi nama Kongkow Bareng Gus Dur. Melalui siaran tersebut, Gus Dur bisa mendengarkan informasi dan perkembangan secara langsung dari masyarakat yang berada di ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Gus Dur berdialog dengan masyarakat melalui telepon atau pesan pendek (SMS). Sementara masyarakat yang berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi bisa bertatap muka, bertanya secara langsung, dan bersilaturahmi bersama Gus Dur di Kedai Tempo. Banyak masalah yang telah dibahas. Khususnya tema-tema yang raib dari liputan media-media mainstream seperti hak-hak kaum minoritas, nasib rakyat kecil yang tertindas, kesewenang-wenangan radikalisme agama, reformasi hukum dan politik yang mampet, penegakan hukum yang tebang-pilih, kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin mencolok, hingga humor-humor Gus Dur yang selalu segar dan tak pernah habis. Kini acara Kongkow Bareng Gus Dur tersebut telah disiarkan oleh 80 lebih radio jaringan KBR68H di Nusantara dan juga telah dikemas untuk acara di televisi. Selama bulan Ramadhan ini, acara Kongkow Bareng Gus Dur tersebut ditayangkan oleh 13 televisi daerah (provinsi). Pada bulan November tahun ini usia acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H genap dua tahun. Untuk itulah kami memandang perlu mengadakan acara syukuran dengan pendengar dan masyarakat luas melalui sebuah acara, diskusi, tumpengan, hiburan musik, temu-kangen pendengar dengan Gus Dur. Mohamad Guntur Romli, pemandu acara Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H (www.gusdur.net) email [EMAIL PROTECTED] dan http://guntur.name/ Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Barisan Ibu-ibu Hadang Gerakan Penyegelan Masjid Ahmadiyah
Barisan Ibu-ibu Hadang Gerakan Penyegelan Masjid Ahmadiyah Barisan ibu-ibu jemaat Ahmadiyah di Manislor Kabupaten Kuningan menghadang puluhan Satpol PP dan aparat kepolisian dan TNI yang akan menyegel Masjid An-Nur Ahmadiyah di Manislor Kuningan. Barisan yang berasal dari ratusan ibu-ibu dan anak-anak sekolah membentuk pagar hidup untuk melindungi masjid, sekolah dan rumah-rumah para pengikut Ahmadiyah yang seluruhnya penduduk asli di desa Manislor. Demikian informasi yang saya dapatkan dari Malik (08889100611) dari Garda Kemerdekaan di lapangan. Karena dihadang barisan ibu-ibu dan anak-anak, pimpinan Satpol PP mengajak berunding pimpinan Ahmadiyah Manislor. Dari perundingan tersebut diputuskan surat kesepahaman antara pihak aparat (Satpol PP, Polisi dan TNI) dengan pihak Ahmadiyah untuk dalam bahasa aparat mengamankan alias menyegel masjid-masjid Ahmadiyah dengan tujuan meredam gerakan GERAH (Gerakan Anti Ahmadiyah) di Kuningan. Dari tim negoisasi yang dibantu Inong (08561914400) dari Kontras tiga masjid Ahmadiyah (An-Nur, al-Taqwa, dan al-Hidayah) dari sembilan masjid Ahmadiyah di Manislor dan Kuningan akan disegel untuk sementara waktu sampai ada keputusan dari pemerintah pusat yang akan dinegoisasikan oleh komisi independen. Beberapa kawan-kawan dari Jakarta, LBH Jakarta, ICRP, Wahid Institute, dan Garda Kemerdekaan hingga saat ini masih di Manislor Kuningan untuk membantu jemaat Ahmadiyah di sana. Kontak bantuan hukum dari Ahmadiyah hubungi Mubarik 0811155548 yang juga berada di lokasi. http://guntur.name/2007/12/13/barisan-ibu-ibu-hadang-gerakan-penyegelan-masjid-ahmadiyah/ Mohamad Guntur Romli Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta [EMAIL PROTECTED] http://guntur.name/ - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Hari Ini: Diskusi Perlukah "RUU Porno" di Indonesia?
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=event&id=123 Diskusi Bulan Desember Komunitas Utan Kayu Perlukah RUU Porno di Indonesia? Rabu, 5 Desember 2007, pukul 13.0015.00 WIB Kedai Tempo, Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta Rendra Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Agung Sasongko Setelah sempat lenyap dari perhatian publik, RUU Porno yang dulu dikenal dengan nama Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP)muncul kembali di hadapan kita, setelah DPR meloloskan secara paksa ke pihak pemerintah. Beberapa bab dan pasalnya yang dulu kontroversial telah dibonsaikini terdiri dari 10 bab, dan 52 pasalnamun bukan berarti RUU itu bebas dari cela. Definisi pornografi yang termaktub dalam RUU itu tetap kabur; pornografi adalah hasil karya manusia yang memuat materi seksualitas dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair... Tak jelas, apa itu materi seksualitas, khususnya maksud dari bunyi yang memuat materi seksual itu? Anehnya dalam bagian pembatasan larangan produksi dan penyebarluasan hal-hal yang disebut pornografi itu tidak termasuk seni dan budaya dan adat istiadat dan tradisi (pasal 12). Apakah kesenian dan adat istiadat di sini termasuk pornografi yang dikecualikan? Ancamannya pun tak masuk akal, anda yang sudah diputuskan melanggar, akan diasingkan ke daerah terpencil paling singkat 1 tahun 6 bulan dan paling lama 15 tahun. Di sini lah, kekaburan definisi pornografi, dan penggunaannya sebagai jerat sekaligus stigma melahirkan kekhawatiran dan ancaman di masa depan. Pun cakupan aturan dalam RUU itu telah ada dalam pelbagai UU, Peraturan, dan khususnya di KUHP kita, yang mungkin tak pernah kita tahu, karena aparat hukum tidak pernah menegakkannya. Masihkah kita perlu RUU Porno itu di negeri kita? Hadiri diskusinya dengan Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (tokoh perempuan Islam), WS Rendra (Seniman) dan Agung Sasongko (Wakil Ketua Pansus RUU APP DPR-RI). Acara ini merupakan kerjasama Komunitas Utan Kayu dengan KBR68H, Radio Utan Kayu 89.2 FM dan Freedom Institute. Acara ini disiarkan 22 radio jaringan KBR68H di Nusantara, dari Aceh hingga Papua. Untuk wilayah Jabodetabek anda bisa mendengarkan langsung diskusi ini melalui Radio Utan Kayu 89.2 FM. Ikut interaksi dengan menghubungi nomer telepon 85909947/46 atau pesan pendek 0812-1188181 Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Peluncuran Buku Goenawan Mohamad Hari Ini
Salam Hanya ingin mengingatkan peluncuran buku Goenawan Mohamad, "Tuhan dan Hal-hal Yang Tak Selesai" hari ini, Selasa 4 Desember 2007 pukul 18.00 di Freedom Institute Jl Irian No 8 Jakarta. Dr. Martin Sinaga dan KH Husein Muhammad akan membahas buku itu Yang tertarik silakan hadir Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi Perlukah "RUU Porno" di Indonesia? (Renda, Sinta Nuriyah & Agung Sasongko)
Diskusi Bulan Desember Komunitas Utan Kayu Perlukah RUU Porno di Indonesia? Rabu, 5 Desember 2007, pukul 13.0015.00 WIB Kedai Tempo, Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta Rendra Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid Agung Sasongko Setelah sempat lenyap dari perhatian publik, RUU Porno yang dulu dikenal dengan nama Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP)muncul kembali di hadapan kita, setelah DPR meloloskan secara paksa ke pihak pemerintah. Beberapa bab dan pasalnya yang dulu kontroversial telah dibonsaikini terdiri dari 10 bab, dan 52 pasalnamun bukan berarti RUU itu bebas dari cela. Definisi pornografi yang termaktub dalam RUU itu tetap kabur; pornografi adalah hasil karya manusia yang memuat materi seksualitas dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair... Tak jelas, apa itu materi seksualitas, khususnya maksud dari bunyi yang memuat materi seksual itu? Anehnya dalam bagian pembatasan larangan produksi dan penyebarluasan hal-hal yang disebut pornografi itu tidak termasuk seni dan budaya dan adat istiadat dan tradisi (pasal 12). Apakah kesenian dan adat istiadat di sini termasuk pornografi yang dikecualikan? Ancamannya pun tak masuk akal, anda yang sudah diputuskan melanggar, akan diasingkan ke pulau terpencil dari 1 tahun hingga 15 tahun. Di sini lah, kekaburan definisi pornografi, dan penggunaannya sebagai jerat sekaligus stigma melahirkan kekhawatiran dan ancaman di masa depan. Pun cakupan aturan dalam RUU itu telah ada dalam pelbagai UU, Peraturan, dan khususnya di KUHP kita, yang mungkin tak pernah kita tahu, karena aparat hukum tidak pernah menegakkannya. Masihkah kita perlu RUU Porno itu di negeri kita? Hadiri diskusinya dengan Hj Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (tokoh perempuan Islam), WS Rendra (Seniman) dan Agung Sasongko (Wakil Ketua Pansus RUU APP DPR-RI). Acara ini merupakan kerjasama Komunitas Utan Kayu dengan KBR68H, Radio Utan Kayu 89.2 FM dan Freedom Institute. Untuk wilayah Jabodetabek anda bisa mendengarkan langsung diskusi ini melalui Radio Utan Kayu 89.2 FM. Ikut interaksi dengan menghubungi nomer telepon 85909947/46 atau pesan pendek 0812-1188181 Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Be a better sports nut! Let your teams follow you with Yahoo Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Peluncuran dan Diskusi Buku Goenawan Mohamad
Salam Buku Goenawan Mohamad yang terbaru, "Tuhan dan Hal-hal Yang Tak Selesai" akan diluncurkan dan didiskusikan. Tempatnya di Freedom Institute. Anda yang tertarik pada acara ini, silakah hadir, berikut saya sertakan undangannya. Terima kasih Guntur = http://freedom-institute.org/id/index.php?page=index&id=333 Undangan Peluncuran & Diskusi Buku Tuhan dan Hal-Hal Yang Tak Selesai karya Goenawan Mohamad Freedom Institute bekerjasama dengan Penerbit Kata Kita mengundang Anda menghadiri Peluncuran dan Diskusi Buku Goenawan Mohamad tentang Tuhan dan Hal-Hal Yang Tak Selesai dengan pembicara Martin Sinaga, Dosen Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta, dan KH. Hussein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid Arjowinangun Cirebon. Ada 99 esai dalam buku ini. Jika boleh menirukan karya Roestam Effendi yang terbit di tahun 1925, Pertjikan Permenoengan, ke 99 esai ini adalah percikan. Semua esai ini ditulis di masa yang seperti kita alami sekarang, ketika Tuhan tak bisa ditolak dan agama bertambah penting dalam hidup orang banyak, memberi kekuatan, menerangi jalan, tapi juga membingungkan, menakutkan, dan menciptakan kekerasan. Betulkah Tuhan dan agama berfungsi seperti itu? Buku ini layak untuk didiskusikan karena terkait erat dengan kita dan persoalan bangsa saat ini. Acara akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Selasa, 4 Desember 2007 Waktu : Pukul 18.00 21.00 (diawali makan malam) Tempat : Ruang Diskusi Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Kami tunggu kedatangan Anda. Sebelum diskusi berlangsung akan ada pembacaan puisi karya Goenawan Mohamad. Silahkan konfirmasi kedatangan anda dengan menghubungi Tata atau Imi di telpon 319 09226. Terima kasih. Salam, Rizal Mallarangeng Direktur Eksekutif Sekelumit buku Goenawan Mohamad klik di: http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=news&id=22 Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Makalah Goenawan Mohamad di Rumah Dunia
Salam, Berikut saya kirimkan makalah Goenawan Mohamad untuk pertemuan di Rumah Dunia, Selasa 27 November 2007, pukul 14.00. Kebetulan saya yang menyertai Mas Goen. Kami berangkat dari TUK pukul 11.00 melalui jalan tol yang padat dan di beberapa titik macet total. Bubun, supir Mas Goen yang sudah bertugas selama 13 tahun sangat lihai mencari ruas jalan yang kosong. Kami tidak terlambat. Pukul 12.30 WIB kami sudah sampai di jalan masuk menuju Komplek Hegar Alam Rumah Dunia. Mas Goen mengira acara pertemuan akan dimulai pukul 13.00. Di dekat rel kereta api, kami berhenti, Mas Goen terlihat sibuk mencari-cari waktu acara di sebuah pesan pendek yang dikirim Gola Gong, ternyata acara akan dimulai pukul 14.00. Di pinggir kanan jalan, terpampang sebuah spanduk dengan tulisan "Selamat Datang Agen Imperialis, dan Zionis, Boemipoetra" Saya tersenyum membaca tulisan di spanduk itu. Karena acara masih cukup lama dimulai, kami mencari rumah makan untuk santap siang yang lokasinya tak jauh dari tempat tadi. Pukul 13.45 kami bergerak menuju Rumah Dunia kembali, spanduk tadi sudah tidak ada lagi di tempatnya. Entah kemana. Akhirnya saya tahu dari saudara-saudara di Rumah Dunia, spanduk itu dicopot oleh Saudara Firman Presiden Rumah Dunia. Di tengah perjalanan Mas Goen juga cerita bahwa Wowok, Saut dan orang-orang Boemipoetra marah pada Rumah Dunia karena mengundang Goenawan Mohamad. Padahal yang saya dengar dari saudara-saudara di Rumah Dunia, siapa pun bebas datang ke sana. Pekan sebelumnya Taufiq Ismail telah mengisi pertemuan di Rumah Dunia. Saudara-saudara di Rumah Dunia menyambut kami dengan hangat. Terima kasih untuk Gola Gong, Firman, Aji, Tyas, penasehat, dan relawan Rumah Dunia yang berjumlah puluhan, dan para peserta pertemuan yang saya hitung jumlahnya mendekati 100 orang. Dalam pertemuan itu Mas Goen lebih banyak cerita pengalamannya ketika membangun TEMPO, hingga pembredelan tahun 1994 yang akhirnya TEMPO terbit kembali di tahun 1998. Untuk reportase acara tersebut, biarlah reporter Rumah Dunia yang memberitakannya. Mas Goen sudah menyiapkan makalah untuk pertemuan tersebut. Anda bisa baca di: http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=news&id=29 Salam Guntur Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Pidato Kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta: D Zawawi Imron
http://dkj.or.id/?opt=pages&cidsub=8&pages_id=224&submenu=agenda Pidato Kebudayaan 2007 Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki - Cikini Rabu, 28 November 2007, pukul 19.30 wib Kenapa seolah-olah agama dan seni dipertentangkan? Apakah mungkin seni mendapat wilayah dan kebijakannya sendiri yang dapat ditolerir, seperti agama satu dengan agama yang lain? Mungkinkah seni pada akhirnya mendapatkan otoritas sendiri untuk bergerak sebagai bagian dari ekspresi spiritualitas juga? Dan apakah dengan dalih moral (baca: agama) membuat manusia jadi anti-seni? "Salah satu yang perlu direnungkan lagi dan lagi adalah hubungan antara kesenian dan spiritualitas. Salah satu aspek dari hubungan itu adalah kebebasan berkesenian. Di satu pihak kesenian justru hanya dapat diminta bertanggung jawab melakukan peran kritisnya ketika ia memiliki kekebasan. Peran kritis itu diperlukan bagi renungan terus menerus untuk kemanusiaan senantiasa bergerak, sehingga tidak ada akhir sejarah. Di lain pihak peran kritis itu akan mengguncang sendi-sendi tertentu yang bagi sebagian orang tidak menyenangkan. Kiranya di sinilah letak pertentangan potensial antara seni dan agama sebagai dua bentuk spiritualitas." - petikan pengantar Ketua Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta, Marco Kusumawijaya, dalam buku acara yang akan dibagikan dalam malam pembacaan Pidato Kebudayaan 2007. Petikan pengantar di atas mengemukakan kenapa tema "Spiritualisme dan Kebebasan Berkesenian" menjadi isu yang penting untuk diangkat dalam Pidato Kebudayaan yang akan diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bersama Badan Pengelola Taman Ismail Marzuki (BP-TIM), Rabu, 28 November 2007 mendatang. Disampaikan oleh Kiai D. Zawawi Imron, Pidato Kebudayaan 2007 akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di awal tadi, bukan sebagai sebuah keputusan akhir, tapi sebagai pandangan atas ruang yang terus bergerak (plastis) oleh manusia itu sendiri, termasuk dalam urusan spiritualitas dan ekspresi keseniannya. download file Pengantar Pidato Kebudayaan 2007: Marco Kusumawijaya, Ketua Pengurus Harisan Dewan Kesenian Jakarta Mohamad Guntur Romli http://guntur.name/ - Be a better pen pal. Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan: Bersihar Lubis di Kongkow Bareng Gus Dur
Salam, Kami Paguyuban Kongkow Bareng Gus Dur mengundang anda hadir dalam acara kongkow, Sabtu 24 November 2007, pukul 10.00 WIB di Kedai TEMPO, Komunitas Utan Kayu, Jl Utan Kayu No 68H. Tamu yang akan menemani Gus Dur adalah Bersihar Lubis yang saat ini sedang diadili karena menulis opini di Koran TEMPO dan dituding menghina Kejaksaan. Kasus Bersihar Lubis ini kami pandang sebagai lanjutan dari kasus pembakaran buku sejarah beberapa bulan lalu. Untuk kasus pembakaran sejarah ini, kami telah mengundang sejarahwan Asvi Marwan Adam, rekamannya anda bisa saksikan di youtobe.com Siaran ini bisa anda dengarkan juga secara langsung untuk wilayah Jabodetabek di Radio Utan Kayu 68H 89.2 FM. Sementara untuk wilayah lain di Nusantara, anda bisa cari radionya di www.gusdur.net di Kongkow Bareng Gus Dur. Dengarkan, dan simak komentar Gus Dur tentang kasus Bersihar Lubis ini. Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diadili Karena Menulis Opini: Kita Bela!
Salam, Bersihar Lubis diadili karena menulis koran opini. Kata "dungu" yang ia kutip dari orang menyeretnya ke pengadilan, bukan mereka yang melarang dan membakar buku, serta mereka yang gemar mengumbar "sesat-menyesatkan" Mari kita bela... Guntur http://korantempo.com/korantempo/2007/11/21/Metro/krn,20071121,54.id.html Rabu, 21 November 2007 MetroBersihar Lubis Diadili Karena Menulis Opini Depok -- Menulis kolom opini di surat kabar bisa menuai perkara di meja hijau. Kasus itulah yang menimpa penulis kolom Bersihar Lubis, 57 tahun. Hari ini Bersihar akan menyampaikan pembelaannya di Pengadilan Negeri Depok. Bersihar didakwa menghina instansi Kejaksaan Agung. Ia dijerat dengan Pasal 207 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jaksa penuntut umum Tikyono menuntut Bersihar hukuman 8 bulan penjara. Kisah ini berawal ketika Bersihar menulis kolom pendapat di Koran Tempo edisi 17 Maret 2007. Tulisan berjudul "Kisah Interogator yang Dungu" itu mengkritik pelarangan buku sejarah sekolah menengah oleh Kejaksaan Agung. Bersihar mengaitkan pelarangan buku itu dengan kisah pelarangan dua novel Pramoedya Ananta Toer pada 1981, juga oleh Kejaksaan Agung. Dia mengaku mengutip kata "dungu" dari pernyataan Joesoef Isak, penerbit novel Pram, yang saat itu diinterogasi jaksa. Pada persidangan sebelumnya, saksi dari Kejaksaan Negeri Depok, Pudin Saprudin dan Abdul Syukur, semula berkata bahwa kata "dungu" dalam tulisan itu berasal dari Bersihar. Namun, setelah dicecar oleh hakim, kedua saksi pelapor itu berkata, "Tidak tahu." Irfan Fahmi al-Kindy, pengacara publik dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, berpendapat pengadilan Bersihar melanggar undang-undang kebebasan menyampaikan pendapat dan hak asasi manusia. Apa yang ditulis Bersihar di Koran Tempo, menurut Irfan, merupakan kritik atas kinerja kejaksaan. Seharusnya kejaksaan mengajukan hak jawab atas tulisan itu. "(Pengadilan) kasus ini dipaksakan," ujar Irfan. MUHAMMAD NUR ROCHMI koran http://mediacare.blogspot.com/2007/11/kolumnis-diadili-cemarkan-kejaksaan.html 21 November, 2007 Kolumnis diadili, cemarkan Kejaksaan Agung Gara-gara pelarangan buku sejarah SMP dan SMU serta novel Pramoedya Ananta Toer Menulis kolom opini di surat kabar bisa menuai perkara di meja hijau. Kasus itulah yang menimpa penulis kolom, Bersihar Lubis yang diadili di Pengadilan Negeri (PN) Depok karena didakwa menghina instansi Kejaksaan Agung dan dituntut sesuai pasal 207 KUHP dan pasal 316 yo 310 ayat (1) KUHP. Jaksa Penuntut Umum Tikyono dari Kejaksaan Negeri Depok menuntut terdakwa dengan hukuman delapan bulan penjara pada 14 November lalu. Lubis menyampaikan pledooinya pada 21 November 2007. Kisah ini berawal ketika Lubis menulis kolom pendapat di Koran TEMPO edisi 17 Maret 2007 yang berjudul "Kisah Interogator yang Dungu." Tulisan opini itu mengkritisi pelarangan buku sejarah SMP dan SMU oleh Kejaksaan Agung pada Maret lalu. Lubis juga mengaitkannnya dengan pelarangan novel Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia (BM) dan Anak Semua Bangsa (ASB) pada 1981, juga oleh Kejaksaan Agung. Dalam kasus Pram, Lubis mengutip ceramah lisan Joesoef Isak, penerbit Hasta Mitra yang menerbitkan novel Pram, BM dan ASB pada 1981 lalu di Hari Sastra Indonesia di Paris pada Oktober 2004 lalu. Lubis mengutip, Joesoef Isak diperiksa interrogator dari Kejaksaan Agung pada 1981 yang menuturkan mulanya ia meminta supaya Kejaksaan Agung menggelar sebuah symposium ahli untuk membicarakan secara obyektif karya-karya Pram. Tapi ditolak dengan alasan interrogator lebih paham dari siapapun bahwa BM dan ASB adalah karya sastra Marxis. Tapi kemudian pemeriksa meminta Joesoef Isak menunjukkan baris-baris mana yang memperlihatkan adanya teori Marxis dalam novel BM dan ASB. Padahal, semula katanya lebih paham dari siapapun. Interrogator beralasan bahwa mereka memang tidak bisa mengidentifikasi pada baris-baris mana teori Marxis dalam novel itu, tapi dapat merasakannya. Itulah yang membuat Joesoef mengucapkan "kata dungu" di Hari Sastra Indonesia di Paris itu. Nah, kutipan kata "dungu" dalam kontek interogasi Joesoef Isak itulah yang dicuplik Lubis, sehingga ia didakwa telah menghina instansi Kejaksaan Agung. Kisah lama itu ditulis Lubis sehubungan dengan langkah Kejaksaan Agung melarang belasan buku sejarah SMP dan SMU karena tidak mencantumkan kebenaran sejarah tentang pemberontakan PKI di Madiun (1948) dan pemberontakan PKI pada 1965. "Itu pemutarbalikan fakta sejarah," kata Muchtar Arifin, Jaksa Agung Muda Intelijen, kini Wakil Jaksa Agung RI. Dalam kolomnya, Lubis mengkritisi pelarangan buku sejarah itu dari sudut kesejarahan belaka. "Seandainya ada bahasan ilmiah yang melibatkan sejarawan seperti Asvi Warman Adam dan Anhar Gonggong, dan lainnya, mungkin pelarangan itu
[Forum Pembaca KOMPAS] SIkap Pemerintah terhadap Aliran Keyakinan
http://guntur.name/2007/11/17/sikap-pemerintah-terhadap-aliran-keyakinan/ Sikap Pemerintah terhadap Aliran Keyakinan Mohamad Guntur Romli Pengadilan digelar untuk menghakimi tindakan seseorang, bukan keyakinan yang ia imani. Seseorang yang mengaku seorang nabi dan menerima wahyu tak bisa ditangkap. Fenomena ini juga bukan khas kekinian. Semasa Nabi Muhammad sudah ada beberapa orang yang mengaku nabi. Namun tak satupun dari mereka yang diserang. Salah seorang di antara mereka yang sangat terkenal adalah Musailamah dari daerah Yalamlam, yang dijuluki al-Kadzdzab Si pembohong besar. Musailamah mengaku seorang nabi dengan tujuan menyaingi kenabian Nabi Muhammad. Tak cukup itu, ia mendaku dilimpahi wahyu. Konon ia pernah membacakan salah satu surat yang berasal dari wahyu yang ia terima, judulnya, al-Fîl (Gajah). Dari namanya surat ini hendak menantang salah satu surat dalam Al-Quran dengan nama yang sama. Namun surat al-Fîl versi Musailamah terdengar lucu, al-fîl, wa ma adraka mal fîl, lahu dzanabun thawil, wa udzunun kabîr.. (Gajah/tahukah engkau apa itu gajah?/ia memiliki ekor yang panjang/telinga yang lebar..) Kutipan firman versi Musailamah ini seperti anekdot, yang kemungkinan besar sengaja dibuat oleh orang Islam sesudahnya untuk meledek Musailamah. Menariknya semasa Nabi Muhammad hidup, Musailamah tidak dijatuhkan hukuman. Ia dan pengikutnya baru diperangi pada zaman Abu Bakar yang menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad setelah wafat. Mengapa terdapat perbedaan penyikapan antara Nabi Muhammad dan Abu Bakar terhadap Musailamah ini? Jawaban singkatnya: karena terdapat perbedaan alasan. Semasa Nabi Muhammad, Musailamah dipahami sebagai pemimpin dari kelompok yang berbeda keyakinan, sumbernya jelas, perebutan pengaruh, dan egoisme kesukuan. Salah satu dalih yang sering dikemukakan, bila dari bani Hasyim (dari bani ini Nabi Muhammad berasal) telah lahir seorang nabi, mengapa dari bani kami tidak? Musailamah bisa dikategorikan sebagai nabi suku. Namun alasan perbedaan keyakinan ini tidak membuat Nabi Muhammad menumpas kelompok Musailamah. Poin yang bisa kita ambil dari sikap Nabi Muhammad adalah, sebuah tindakan (peperangan sebagai bentuk hukuman) tidak bersumber dari perbedaan keyakinan. Dan perang-perang yang terjadi zaman Nabi pun bukan lah peperangan atas dasar pertentangan keyakinan seperti banyak yang disalahpahami saat ini: fron keimanan melawan fron kekafiran, atau perang antara orang-orang Islam dengan orang-orang musyrik. Sedangkan zaman Abu Bakar fenomena Musailamah ini telah berubah, bukan sekedar perbedaan keyakinan, lebih dari itu: Musailamah dan para pengikutnya telah melakukan pembangkangan politik, alias merongrong kepemimpinan Abu Bakar. Dalam konteks ini, kelompok Musailamah dituding telah membahayakan sebuah kedaulatan politik yang masih berusia dini yang dipimpin oleh Abu Bakar. Maka, Musailamah diperangi bukan karena mengaku nabi, namun karena dianggap sebagai bughat pemberontak, artinya: pemberontakan politis. Musailamah merongrong keamanan dan kekuasaan, ia tidak merongrong keyakinan. Kenabian Muhammad Saw, tak kan pernah gugur karena ada seorang badui bernama Musailamah mengaku menjadi nabi. Al-Quran pun takkan bisa disaingi dengan ayat-ayat Musailamah yang terdengar sebagai parodi. Saat ini, saya membaca argumentasi pemerintah bertolak belakang dari argumentasi Abu Bakar tadi. Dalam menyikapi munculnya bermacam-macam aliran yang mengakui datangnya seorang nabi dan menerima wahyu, mulai dari Ahmadiyah, komunitas Eden hingga yang teranyar al-Qiyadah al-Islamiyah, para petinggi negara menyandarkan argumentasi-argumentasi mereka pada aspek keyakinan. Tak jarang mereka ikut-ikutan latah menggunakan stigma sesat dan menyesatkan terhadap kelompok-kelompok itu. Seolah-olah negeri ini dibangun berdasarkan keyakinan, dan mereka digaji untuk mengurus keimanan. Hakikatnya, argumentasi pemerintah harus berbeda dari argumentasi yang digunakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selama ini MUI hanya melihat munculnya keanekaragaman kelompok keyakinan itu dari aspek agama saja. MUI tak bisa menyelami lebih dalam untuk menelusuri sebab-sebab lain yang mendasarinya. Pada prinsipnya keyakinan apapun tak bisa diadili, meskipun kadang-kadang keyakinan itu tampak sangat aneh kalau dibidik dari pandangan umum. Hingga seorang penyembah batu sekali pun tak bisa diadili karena keyakinannya itu, tapi ia bisa diadili misalnya apabila melemparkan batu yang disembahnya itu pada orang lain yang bisa bikin kepala benjol atau pecah. Maknanya ia diadili bukan karena keyakinananya yang kadang dianggap membahayakan atau menodai keyakinan orang lain, namun karena tindakannya itu: melempar batu yang bisa mencelakakan keselamatan orang lain. Pemerintah haruslah setia pada aturan hukum bahwa, objek hukum adalah tindakan seseorang. Ia bisa dikurang apabila melakukan
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi bersama Goenawan Mohamad
Undangan Diskusi Bulanan Freedom Institute Dalam teori politik, utopia adalah suatu gagasan tentang sebuah masyarakat yang ideal atau sempurna. Sejarah pemikiran politik mencatat ada banyak pemikir yang gagasan-gagasannya dapat dimasukkan dalam kategori utopianisme. Kita dapat menyebut Karl Marx, yang gagasannya tentang Masyarakat Sosialis pernah menyihir hampir separuh penduduk dunia. Atau Agustinus yang membuat distingsi antara Masyarakat Manusia dan Masyarakat Tuhan. Namun ada juga pemikir-pemikir politik yang mencibir gagasan semacam ini, dan menganggap bahwa utopianisme hanya akan membawa manusia semakin jauh dari realitas konkret kehidupan masyarakat. Buku John Gray yang berjudul Black Mass: Apocalyptic Religion and the Death of Utopia adalah salah satu contoh pemikiran yang menentang keras gaya berpikir utopis dalam ilmu sosial dan politik. Di bulan November ini, Freedom Institute mengundang Anda untuk hadir dalam diskusi filsafat politik dengan tema Utopianisme dan anti-Utopianisme dalam pemikiran politik Kini dengan pembicara Goenawan Mohamad, filosof yang juga wartawan senior, dan Robertus Robet, sekjen P2D Jakarta. Diskusi akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Selasa, 13 Nopember 2007 Waktu : Pukul 18.00 21.00 (diawali makan malam) Tempat : Ruang Diskusi Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 319 09226 Kami tunggu kedatangan & partisipasi Anda dalam diskusi ini. Terima kasih. http://freedom-institute.org/id/index.php?page=index&id=312 __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Fwd: Fiksi dan Fakta "Manikebu"
Salam Tulisan berikut mungkin bisa menambah wawasan kita tentang polemik LEKRA dan Manifes Kebudayaan Selamat membaca -Guntur- Nama pengirim: Ernesto Harikumara, alamat [EMAIL PROTECTED] Fiksi dan Fakta Manikebu oleh E. Harikumara _ Akhir-akhir ini Manikebu disebut-sebut lagi. Saya jadi tertarik untuk membaca sendiri teks pernyatan yang disebut Manifes Kebudayaan di tahun 1963 itu. Terutama setelah posting E. Endratmoko dalam Art-Culture-Indonesia yang menunjukkan kesalahan seorang penulis makalah tentang Manikebu. Setelah saya dapatkan teks itu (dapat dicari dengan Google), saya temukan bahwa kesalahan memang sering terjadi tentang Manikebu. Sebelum saya masuk ke dalam persoalan itu, saya tuliskan beberapa data. Teks Manikebu berjudul Manifes Kebudayaan dan diterbitkan pertama kalinya dalam Majalah Sastra, no.9/10, tahun II, 1963. . Mengapa disebut manifes dan bukan manifesto, tidak ada penjelasan. Naskahnya terdiri dari enam halaman. Halaman pertama teks manifesto itu, terdiri dari empat paragraf. Di bawah teks itu, terdapat 20 nama sastrawan, perupa dan komponis, antara lain H.B. Jassin, Trisno Sumardjo, Wiratmo Sukito, Zaini, Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, Soe Hok Jin (yang kemudian memakai nama Arief Budiman), Binsar Sitompul. Halaman ke-2 sampai dengan ke-6, berisi Penjelasan Manifes Kebudayaan. Terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama: Pancasila sebagai Falsafah Kebudayaan, Kepribadian dan Kebudayaan Nasional, dan Politisi dan Estetisi. Halaman terakhir disebut nama tempat dan tanggal: Djakarta, 17 Agustus 1963. Juga sebuah daftar bacaan yang disebut Literatur Pancasila. Dalam daftar ini terdapat dua tulisan Bung Karno, satu tulisan Dr. H. Roeslan Abdulgani, dan satu tulisan Wiratmo Sukito. [Catatan saya dari penelitian: Manifesto ini kemudian diejek dengan sebutan Manikebu oleh media massa seperti Harian Rakjat, suratkabar PKI, lembaran kebudayaan Lentera yang dipimpin Pramoedya Ananta Toer dalam koran Bintang Timur. Dalam koran-koran itu juga dimuat laporan tentang aksi pengganyangan Manikebu] Nama itu melekat hingga sekarang. Manikebu kemudian dikaitkan dengan beberapa pendirian tentang kebudayaan dan politik. Terutama tentang humanisme universil dan politik dan kesenian. Ini menunjukkan secara tidak langsung bagaimana besarnya pengaruh kedua media itu waktu itu dalam opini politik. Lebih dari 40 tahun kemudian, ketika membaca teks Manifes Kebudayaan (seterusnya saya singkat MK) sendiri, saya menemukan hal-hal yang mengejutkan. Rupanya terdapat beberapa sangkaan yang bertentangan dengan fakta tertulis. TENTANG "HUMANISME UNIVERSIL" Umum dikatakan, Manikebu membawakan pendirian humanisme universil. Ternyata teks MK menyebut ada dua makna humanisme universil, dan MK menolak salah satu dari makna itu: Apabila dengan humanisme universl dimaksudkan pengaburan kontradiksi antagonis, kontradiksi antara kawan dengan lawan, maka kami akan menolak humanisme universil itu. Misalnya sebagaimana yang dilakukan oleh NICA dahulu, di mana diulurkan kerjasama kebudayaan di satu pihak, tetapi dilakukan aksi militer di lain pihak. Tetapi MK mendukung humanisme universil apabila humanisme itu mengakui kebudayaan universil yang merupakan perjoangan dari budinurani universil dalam memerdekakan manusia dari setiap manusia dari rantai dan belenggunya. Rakyat di manapun, kata MK, tidak mau ditindas oleh bangsa-bangsa lain, tidak mau diekspolitir oleh golongan-golongan apapun, meskipun golongan itu adalah bangsanya sendiri. TENTANG 'SENI UNTUK SENI' Benarkah Manikebu berpendirian seni untuk seni? Ternyata dalam MK terdapat kalimat ini: Pekerjaan seorang seniman senantiasa harus dilakukan di tengah-tengah dunia yang penuh dengan masalah-masalah, analog dengan pekerjaan seorang dokter yag senantiasa harus dilakukan di tengah-tengah dunia yang penuh dengan penyakit-penyakit. Dari sini dapat disimpulkan agaknya, bahwa bagi Manikebu pekerjaan seorang seniman sejajar dengan pekerjaan penyembuhan di masyarakat. Jadi bukan seni untuk seni. TENTANG SENI DAN POLITIK Pendirian MK mengenai seni dan politik bertolak dari tentang paham realisme sosialis. Menurut MK, ada dua macam realisme sosialis dalam sejarahnya. Yang pertama, yang merupakan lanjutan konsepsi kebudayaan Stalin. Bermula di Uni Soviet, dalam tahun 1930-an, berkembang pemujaan (festisyisme) kepada Stalin, pemimpin komunis internasional masa itu. Dalam masa ini, kebudayaan terancam dengan sangat mengerikan. Di bawah Stalin, kesenian ditertibkan menurut konsepsi yang sama dan sektaristis. Inilah realisme sosialis yang dasarnya adalah paham politik di atas estetik. [catatan dari penelitian saya: Rea
[Forum Pembaca KOMPAS] Pementasan Ki Slamet Gundono Diperpanjang Satu Malam
Salam Teater Utan Kayu (TUK) menambah satu malam lagi pementasan Wayang Lindur dengan dalang Ki Slamet Gundono. Dua malam sebelumnya 4-5 Oktober penonton membanjiri TUK sementara kapasitas TUK tidak cukup. Atas permintaan penonton, maka besok Sabtu 6 Oktober 2007 pukul 20.00 WIB Ki Slamet Gundono mementaskan kembali lakon "Uma, Nyai Sendon Kloloran". Bagi anda yang belum sempat menonton dua malam kemaren, silakan hadir ke TUK di Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta. Tersedia album terbaru Ki Slamet Gundono "Gambus Jawa". Pertujukan ini gratis. Tony Prabowo Kurator Tari dan Musik Komunitas Utan Kayu === http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=event&id=117 04 Oktober 2007 - 06 Oktober 2007 Pentas Wayang Lindur Manikmaya, sang penguasa jagat itu, begitu gemar menguji kesetiaan istrinya: Dewi Uma. Di lantai dua sebuah mal yang megah dan penuh cantelan aneka busana terkini, Uma berbicara dengan seorang pemuda yang sangat tampanyang tak lain adalah jelmaan Manikmaya sendiri. Manikmaya pun sadar bahwa istrinya tak pernah memahami cinta sebagai sesuatu yang tunggal. Manikmaya murka dan hendak menjatuhkan kutukan. Saat itu Dewa Indra bersedia mengganti kutukan dengan sebuah bangunan mewah, Dewa Baruna menawarkan barter dengan laut beserta isinya, dan Kamajaya akan memberi mantra-mantra cintanyasemuanya hanya membentur dinding hati Manikmaya. Kutukan tetap ia jatuhkan ke pundak Uma. Sesungguhnya Uma telah bertransformasi dari perempuan yang suka menangis menjadi sosok yang ulet, mantap, dan menatap ke depan. Sementara itu nun jauh di kota Berlin, Monha si pengamen dari Tibet berdendang dengan suara sengau dan sumbang seakan menyadarkan kegagalan perubahan dunia. Terusir dari negaranya menjadi nomaden di Eropa, nyanyian Monha yang sumbang terus bergema di alam bahkan muncul di dunia mimpi. Pertunjukan yang didalangi oleh Ki Slamet Gundono ini didukung oleh Indah Panca, Kiki, dan Miko (penari); Sri Waluyo, Dwi Priyo, Sutrisno, dan Kukuh Widi (pemusik); Ags Arya Dipayana (tata cahaya); dan Miftakhul Jannah. - Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Aliansi Islam Damai Dukung Kongkow Gus Dur Ditayangkan Jogja TV
http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=2734&Itemid=1 Aliansi Islam Damai Dukung Kongkow Gus Dur Ditayangkan Jogja TV Yogyakarta, gusdur.net Penghentian acara Kongkow Bareng Gus Dur (KBGD) di Jogja TV karena diteror FPI membuat prihatin banyak khalayak di Yogyakarta. Kamis malam (4/10/2007) pukul 23.00, sekitar 200 orang dari Aliansi Islam Damai Yogyakarta datang ke studio Jogja TV untuk memberi dukungan pihak Manajemen Jogja TV agar tayangan Kongkow Bareng Gus Dur dilanjutkan. Aliansi yang dimotori M. Ulin Nuha, M.Hum., ini kecewa sikap FPI lantaran penghentian acara itu didasarkan alasan yang tidak kuat. Kami merasa dirugikan atas dihentikannya siaran Kongkow Bareng Gus Dur. Sebab acara itu sangat membantu kami memahami Islam sesuai kebudayaan dan hukum masyarakat sehari-hari, tegas Ulin. Aliansi juga menyatakan kesiapannya jika ada permintaan untuk membantu keamanan Studio Jogja TV. Kami siap membantu mengamankan Jogja TV, ujar Ulin. Rombongan Aliansi Islam Damai Yogyakarta diterima oleh Kepala Bagian Produksi Jogja TV Wisnu Wicaksono. Pihak manajemen Jogja TV menjanjikan akan menggelar pertemuan segitiga antara manajemen Jogja TV, pihak Aliansi Islam Damai dan Kepolisian Yogyakarta untuk membahas tayangan-lanjut acara Kongkow Bareng Gus Dur. Pertemuan itu direncakan digelar, Jumat (5/10/2007) di kantor Jogja TV pukul 14.30. Selain dari Aliansi Islam Damai Yogyakarta, dukungan juga datang dari Generasi Muda Pencinta Demokrasi Yogyakarta yang menyatakan agar Jogja TV tidak takut dan gentar menyuarakan kebenaran dan kebebasan. KBR68H sebagai produser acara Kongkow Bareng Gus Dur juga telah mengeluarkan siaran pers, Kamis (4/10/2007) melalui Direktur Utama KBR68H Santoso yang menyesalkan penghentian tayangan itu. KBR68H juga berharap media-media lain di negeri ini, terbebas dari berbagai tekanan dan dapat menyiarkan program yang dinilai layak untuk pemirsanya tanpa rasa was-was.[] Kontak Aliansi Damai Yogyakarta M. Ulin Nuha, M.Hum 0274-6542215 --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Awang BinSaS <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Selama ramadhan ini acara favorit saya adalah nonton acara Kongkow bareng Gus Dur di TV JOGJA. Acaranya segar, merakyat dan thema2 nya bagus/menarik. Sayang sekali kalau FPI tidak bisa menghargai perbedaan pendapat di era demokrasi Indonesia ini. Saya pikir tidak ada salahnya kok acara itu, kalau pun ada yang tidak setuju itu biasa dan bisa balik mengcounter lewat media massa manapun yang disukai. Saya pun ada beberapa hal yg tidak sependapat dengan jalan pikiran Gus Dur, tapi secara umum saya mendukung pemikiran2 Gus Dur yang sangat jauh lebih brilyan daripada pemikiran saya. Ini harus saya akui dan saya pun yakin beliau adalah orang baik. Selain itu bagaimanapun Gus Dur lebih banyak jasanya daripada saya bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Gus Dur sendiri juga gak pernah menekan nekan orang2 yang tidak setuju dengan pendapatnya bahkan kepada orang2 yang menghujatnya beliau tidak pernah bereaksi yang berlebihan, paling2 beliau hanya membalas hujatan2 tsb dengan sindiran atau ledekan atau banyolan saja, sudah selesai. Ngapain hare gene pakai nglarang2 segala. Gak jamannya lagi. Mari kita belajar menjadi orang dewasa.. Hidup Indonesia --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Adi, ketika orang tidak bisa atau berani berdiskusi, maka supaya menang yang digunakan adalah otot, ancaman dan kekerasan. Mereka itu mungkin kelompok yang menyatakan bahwa demokrasi tidak sesuai dengan agama. Maka otoritas demokratis yang mendasarkan kepada dialog, bersedia mendengar dan bersedia mengajukan argumentasi untuk mempertahakan pendapatnya tidak dipelajari. Yang mereka pelajari adalah bagaiman menggunakan kata "Tuhan" dan "agama" untuk membenarkan tindakan mereka melalui kekerasan. Mereka merasa sudah menjadi wakil Tuhan yang justru merendahkan Tuhan. Dianggapnya Tuhan tidak dapat membela diri, tidak mampu mengatur manusia, maka ia harus ambil alih. Sayangnya, entah sengaja atau tidak senagaja, penegak hukum dan kaum politisi juga takut terhadap mereka karena takut dianggap "berhadapan dengan Tuhan". Maka makin mandul sikap para penguasa. Mereka telah disandera oleh ketakutan terhadap label agama yang digunakan kaum perusuh itu karena mereka sendiri mungkin juga tidak memahami ajaran agama atau tidak percaya diri sebagai penguasa. Teror semacam ini juga yang digunakan oleh penguasa Nazi Jerman dulu dan oleh Orde Baru (yang mengidentikkan Suharto dengan Pancasila, sehingga anti Suharto= anti Pancasila). Perlu kelompok yang tidak takut sepertiu halnya suku Dayak di Samarinda menghadapi FPI dan membuat FPI jadi jeri sendiri. Sayangnya penguasa TVRI tidak mempunyai keberanian seperti itu. Salam KM = --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.co
[Forum Pembaca KOMPAS] Siaran Pers: Teror terhadap "Kongkow Bareng Gus Dur" di Jogja TV
Siaran Pers : KBR68H Sesalkan Tekanan Terhadap Yogya TV Sensor oleh kelompok yang tidak toleran pada perbedaan pendapat, rupanya masih saja terjadi. Kali ini menimpa Yogya TV, stasiun televisi lokal yang berbasis di Yogyakarta. Manajemen televisi itu, sejak 3 Oktober tidak dapat melanjutkan penayangan acara Kongkow Bareng Gus Dur dikarenakan situasi yang kurang kondusif. Demikian surat yang kami terima dari manajemen Yogya TV. Menurut laporan yang kami kumpulkan, Yogya TV dikomplain oleh FPI Yogyakarta karena acara itu dianggap menghina pimpinan mereka. Yogya TV diminta untuk menghentikan penayangan acara Gus Dur tersebut. Kami menghargai keputusan yang diambil Yogya TV. Tetapi kami menyesalkan adanya tekanan tekanan yang masih menghambat kebebasan bersiaran di negeri ini. Kongkow Bareng Gus Dur adalah acara rutin yang diadakan KBR68H setiap Sabtu pagi, dan disiarkan lebih dari 70 radio anggota jaringan di seluruh Indonesia. Selama ramadhan, program itu juga diputar untuk stasiun televisi, dan tersedia 15 episode yang siap tayang. Versi televisi ini diproduksi KBR68H bersama School for Broadcast Media, dan disebarluaskan dengan dukungan Ragam Production House dan Tifa Foundation. Sebanyak 12 televisi lokal, termasuk Yogya TV menyiarkan acara tersebut. Kami berharap Yogya TV, juga media-media lain di negeri ini, akan terbebas dari berbagai tekanan, dan dapat menyiarkan program yang dinilainya layak untuk pemirsanya tanpa rasa was-was. Jakarta 4 Oktober 2007 Santoso Direktur Utama KBR68H === Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta [EMAIL PROTECTED] Telp 0815-1319-1313 - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Tadarus Ramadan tentang Al-Ghazali
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=news&id=18 Tadarus Ramadan tentang Al-Ghazali Senin 1 Oktober 2007, rangkaian Tadarus Ramadan Jaringan Islam Liberal (JIL) di Komunitas Utan Kayu telah usai. Tadarus pada tahun ini mengulas pemikiran Al-Ghazaliseorang pemikir Islam termasyhur pada abad ke-11 Masehi yang dijuluki sebagai hujjatul Islam (Argumentasi Islam). Diskusi kemaren ditutup presentasi dari Prof. Dr. KH Said Aqiel Siraj, ketua PBNU, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer dari guru besar UIN Syarif Hidayatullah dan Dr. Abd Moqsith Ghazali dari Jaringan Islam Liberal. Mereka bertiga membahas kitab Al-Ghazali yang paling terkenal Ihya Ulûmiddin. Bagi Aqiel Siraj, kitab Ihya adalah proyek harmonisasi antara ilmu fikih, teologi dan tasauf. Di sinilah letak kepiawaian Al-Ghazali, apabila sebelum era Al-Ghazali, tiga kelompok tersebut saling menyerang bahkan tak jarang mengafirkan, namun di tangan Al-Ghazali tiga aliran tersebut dipadukan sebagai pendorong manusia untuk bergegas menjawab panggilan Tuhan. Dan Al-Ghazali adalah sosok yang sangat rindu pada pertemuan dengan Tuhannya. Dalam diskusi tersebut, Goenawan Mohamad juga menyumbangkan salah satu esainya tentang Al-Ghazali yang berjudul Al-Ghazali dan Kepastian. Esai tersebut melacak bagaimana Al-Ghazali mencari kepastian dalam pengetahuan. Goenawan Mohamad mencatat pergulatan hidup Al-Ghazali. Di akhir abad ke-11 itu, Al-Ghazali meninggalkan Baghdad dan menjauhi tiga hal: kedekatangan dengan kekuasaan politik, pengangung-agungan hukum agama, dan kontroversi tentang kebenaran. Bagi Goenawan Mohamad, Al-Ghazali, sebagai seorang sufi, dapat mengklaim bahwa dalam yakin itulah terdapat kepastian yang dicarinya. Ia menunjukkan bahwa filsafat tak dapat membawanya ke sana. Seperti dikatakannya dalam prakata pertama Tahafut, tak ada yang tetap dan ajeg dalam posisi para filosof yang ditelaahnya. Seandainya teori metafisik mereka secara nalar dapat membawa kita yakin sebagaimana pengetahuan aritmatik mereka, kata al-Ghazali tentang lawan-lawannya itu, mereka tak akan berbeda di antara mereka sendiri dalam persoalan-persoalan metafisik. Tak perlu dikatakan lagi rasanya, bahwa al-Ghazali bukan pemikir dari zaman ini dan dengan kesadaran itulah ia kita ikuti. Jika dibaca sekarang, statemen di atas -- yang kita tahu tak semestinya ditujukan buat filsafat, karena filsafat tak lagi terkait dengan klaim kesahihan ilmu-ilmu pasti -- lebih merupakan kesalah-fahaman akhir abad ke-11. Imam Ghazali adalah pemikir Muslim yang disegani. Ia dikenal bukan hanya sebagai sufi, melainkan juga teolog, ushûli (ahli ushul fiqh), faqîh (ahli fiqh), pakar logika (manthiq) bahkan filosof. Ia menulis ratusan buku, di antaranya Ihya` Ulum al-Din, Minhaj al-`Abidin, al-Iqtishad fi al-Itiqad, tahafut al-Falasifah, Mihak al-Nazhar fi al-Manthiq, al-Mustashfa min `Ilm al-Ushul. Atas karya-karyanya ini, di samping mendapatkan pujian, al-Ghazali menuai kritik. Dalam Tadarus Ramadan Jaringan Islam Liberal (JIL) tahun ini, tiga buah karya Al-Ghazali telah dibedah, Tahafut al-Falasifah (Keruwetan Para Filosuf) Selasa, 18 September dengan narasumber: Zainun Kamal, Luthfi Assyaukanie, dan Mulyadikertanegara, Faysal al-Tafriqah Baynal Islam wal Zandaqah, Selasa 25 September dengan narasumber: KH Husein Muhammad, Nanang Tahqiq, dan Novriantoni dan terakhir Ihyâ Ulûmiddin. Bagi anda yang ingin membaca tulisan Goenawan Mohamad tentang Al-Ghazali dan Kepastian silakan kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] - Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Saksikan Ki Slamet Gundono di TUK
Salam, Kami mengundang anda dalam acara pertunjukan Wayang Lindur dengan lakon Uma, Nyai Sendon Kloloran dengan dalang Ki Slamet Gundono di Teater Utan Kayu (TUK), Jln. Utan Kayu No 68H Jakarta, Kamis dan Jumat, 4 dan 5 Oktober 2007, pukul 20:00 WIB. Menonton pertunjukan ini tidak dipungut biaya. Terima kasih Mohamad Guntur Romli [EMAIL PROTECTED] UMA, NYAI SENDON KLOLORAN Manikmaya, sang penguasa jagat itu, begitu gemar menguji kesetiaan istrinya: Dewi Uma. Di lantai dua sebuah mal yang megah dan penuh cantelah aneka busaha terkini, Uma berbicara dengan seorang pemuda yang sangat tampanyang tak lain adalah jelmaan Manikmaya sendiri. Manikamya pun sadar bahwa istrinya tak pernah memahami cinta sebagai sesuatu yang tunggal. Manikmaya murka dan hendak menjatuhkan kutukan. Saat itu Dewa Indra bersedia mengganti kutukan dengan sebuah bangunan mewah, Dewa Baruna menawarkan barter dengan laut dan isinya, dan Kamajaya akan memberi mantra-mantra cintanyasemuanya hanya membentur dinding hati Manikmaya. Kutukan tetap ia jatuhkan ke pundak Uma. Sesungguhnya Uma telah bertransformasi dari perempuan yang suka menangis menjadi sosok yang ulet, mantap, dan menatap ke depan. Sementara itu nun jauh di kota Berlin, Monha si pengamen dari Tibet berdendang dengan suara sengau dan sumbang seakan menyadarkan kegagalan perubahan dunia. Terusir dari negaranya menjadi nomaden di Eropa, nyanyian Monha yang sumbang terus bergema di alam bahkan muncul di dunia mimpi. Pertunjukan yang didalangi oleh Ki Slamet Gundono ini didukung oleh Indra Panca, Kiki, Miko (penari); Sri Waluyo, Dwi Priyo, Sutrisno, dan Kukuh Widi (pemusik); Ags Arya Dipayana (tata cahaya); dan Miftakhul Jannah. http://www.utankayu.org - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Saksikan Kongkow Bareng Gus Dur di Televisi
Salam, Silakan saksikan "Kongkow Bareng Gus Dur" di 12 televisi di Indonesia: televisi-televisi kawasan yang menyiarkan acara "Kongkow Bareng Gus Dur" yang direkam dari Kedai Tempo, Komunitas Utan Kayu (KUK). Acara ini disiarkan untuk bulan Ramadan, untuk informasi tayangan silakan hubungi redaksi televisi di kawasan anda. Selama bulan Ramadan "Kongkow Bareng Gus Dur" terus mengudara di KBR68H berikut jaringan-jaringannya di Indonesia setiap hari Sabtu pukul 10.00 WIB yang disiarkan secara langsung dari Kedai Tempo. Anda bisa hadir langsung ke Kedai Tempo di Jl. Utan Kayu No 68H untuk berdialog langsung dengan Gus Dur. Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H Informasi Kongkow Bareng Gus Dur di Televisi: Ariani Djalal [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Telepon 0811864504 Daftar televisi: 1. MAKASSAR TV PT. MAKASSAR LINTASVISUAL CEMERLANG Jl. Pengayoman Blok F-8/13, Panakkukang-Makassar 90231 0411-447.652 0411-448.740 www.makassartv.co.id 2. BATAM TV PT. BATAM MEDIA TELEVISI Gedung Graha Pena Batam Lt. 9, Jl. Raya Batam Centre, BATAM 0778 465.666 0778 462.378 3. PUBLIK KHATULISTIWA TV - BONTANG PT. KHATULISTIWA MEDIA Jl. Alamanda GOR PKT, Lt.2, Komp.PC VI BONTANG 75313 - KAL TIM 0548-23444 / 0548-109391 0548-23444 Ext.85 4. JOGJA TV PT. YOGYAKARTA TUGU TELEVISI Jl. Wonosari KM 9, Sendang Tirto Berbah, Sleman - YOGYAKARTA 0274-451.800 www.jogjatv.com 5. BANDUNG TV PT. BANDUNG MEDIA TELEVISI INDONESIA Jl. Sumatra No. 19, Bandung 40011 - JAWA BARAT 022-7078.5618/19 www.bandungtv.biogspot.com 6. CAKRA TV - SEMARANG PT. MATARAM CAKRAWALA TELEVISI INDONESIA Jl. Batur No. 15, Gajah Mungkur - SEMARANG - Jawa Tengah 024 841.5221 024 - 850.4933 www.cakrasemarangtv.com 7. KENDARI TV - SULAWESI TENGGARA PT. SWARA ALAM KENDARI TELEVISI Jalan A. Yani No. 55 Wua-Wua, Kota Kendari Sulawesi Tenggara 93117 0401-300.8699 0401-391.485 www.kendari.tv 8. TARAKAN TV PT. TARAKAN TELEVISI MEDIA MANDIRI Gedung Gadis Lt. 6 Jl. Jend. Sudirman No. 76, Tarakan 77112 - Kalimantan Timur 0551-24578 / 35870 / 23684 0551-24578 www.tarakan-tv.com 9. RATIH TV - KEBUMEN KOPERASI DUTA WICARA Jl. Kutoarjo No. 6 Kebumen - Jawa Tengah 54312 0287-385.844 / 382.453 0287-385.844 / 381.102 www.ratihtvkebumen.go.id 10. AMBON TV PT. AMBON MEDIA ABADI Jl Kakiali No.5 Kadewatan, Kecamatan Sirimau, Ambon - Maluku 0911-342.242 0911-344.486 www.ambon.tv 11. BENGKULU TV Jl S Parman 66 PD Jati Kota Bengkulu 0736 21001 0736 345505 0736 344359 12. TV KU Jl. Nakula I No 5-11 Semarang 024 3568491 - Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Siaran Pers DKJ tentang Pembukaan Utan Kayu International Literary Biennale 2007
upan kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pada awalnya, anggota pengurus Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta, yaitu para budayawan dan cendikiawan dari seluruh Indonesia. Kini dengan berjalannya waktu, pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, melalui pembentukan tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni, selain anggota Akademi Jakarta sendiri. Nama-nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah 3 tahun. Kebijakan pengembangan kesenian tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan dengan menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para seniman, budayawan, dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6 komite: Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra, Komite Seni Rupa, Komite Tari dan Komite Teater. Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Kiki Soewarso Bagian Hubungan Masyarakat Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya 73 Jakarta 10330 Tel. 021-31937639, 021-3162780, Fax. 021-31924616 [EMAIL PROTECTED] Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Novel Snow Karya Orhan Pamuk
Salam Silahkan hadir dalam Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom II Tentang novel Snow karya Orhan Pamuk, Novelist asal Turki yang mendapat penghargaan Nobel Sastra tahun 2006. Novel ini menceritakan tentang benturan identitas, keyakinan antara Islam dan Barat. Dengan setting sosio politik negara Turki yang sekuler dengan mayoritas Islam, dialog, perdebatan dan gugatan tentang tema Islam yang ditulis novel ini sangat menantang. Karya ini akan diulas oleh Ayu Utami (sastrawan, penulis novel Saman) dan Ihsan Ali Fauzi (Direktur Program Yayasan Paramadina). Hari : Rabu, 26 September 2007 Jam : 18.00 (didahului buka puasa) Tempat: Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 31909226 Untuk bahan diskusi silakan download di http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=index&id=296 = http://caping.wordpress.com/?s=pamuk&searchbutton=go%21 Pamuk Ketika Orhan belum berumur 10 tahun, ia membayangkan Tuhan sebagai seorang perempuan tua bertudung putih. Tiap kali bayangan itu muncul di depanku, aku rasakan kehadiran yang kuat, luhur dan sublim, tapi anehnya aku tak takut-takut amat, tutur Orhan Pamuk dalam Istanbul (versi Inggrisnya terbit pada tahun 2005). Seingatku, aku tak pernah meminta tolong Dia dan petunjuk-Nya. Aku sadar Ia tak pernah tertarik kepada orang macam diriku. Ia hanya peduli kepada mereka yang miskin. Hidup novelis Turki ini memang jauh dari mereka yang miskin. Sampai sekarang, dalam usia 54, ia tinggal di lantai ke-4 bangunan lima tingkat yang dulu seluruhnya ditempati keluarga besar Pamuk dan diatur seorang nenek gemuk dari tempat tidur. Dari jendela kamar itu akan tampak Masjid Hagia Sophia, Laut Marmara, Selat Bosphorus, Istana Topkapihiasan termasyhur tamasya Istanbul. Si kaya yang aman yang tak menganggap penting Tuhanitulah yang tergambar dari kenangan Pamuk tentang hidupnya di kota tua yang melankolis itu. Malah mungkin ada sikap yang lebih radikal, jika novel Beyaz Kale (versi Inggris: The White Castle) kita anggap mengandung anasir otobiografis si pengarang. Kakek si Faruk, sejarawan pemabuk dalam novel ini, tak percaya kepada Tuhan tapi kepada Pencerahan Eropa. Ia ingin membawa rasionalisme ke Turki dan menulis 48 jilid ensiklopedia. Kakek Si Orhan sendiri gemar menyanyikan lagu-lagu atheis. Orhan sadar, cinta Tuhan menjangkau siapa saja di rumah itu. Tapi ia juga tahu: orang macam kami cukup beruntung tak membutuhkannya. Bagi si kecil ini, Tuhan ada buat menolong mereka yang kesakitan, menawarkan rasa senang kepada mereka yang tak punya uang untuk mendidik anak, membantu para pengemis yang tak henti-hentinya menyebut nama-Nya. Kesalehan dan kemiskinan, kelas atas dan kemungkaranpola ini, yang dalam variasi berbeda juga pernah tampak di Indonesia, (dengan lapisan aristokrat yang dekat dengan Belanda dan orang kebanyakan yang mendapatkan kekuatan dari Islam)dihadirkan Pamuk dengan sedikit sayu, sedikit cemooh, tapi penuh empati. Dalam Istanbul ada Esma Hanim, misalnya, si batur yang tiap waktu senggang akan cepat-cepat ke biliknya untuk menggelar sajadah dan bersembahyang. Tiap kali ia merasa bahagia, sedih, takut, atau marah, ia akan teringat Tuhan, tulis Pamuk tentang pelayan pada masa kecilnya itu. Tiap kali ia membuka atau menutup pintu , ia akan menyebut nama-Nya dan kemudian membisikkan beberapa kata lain, lirih-lirih. Umumnya keluarga Pamukyang tak pernah berpuasa pada bulan Ramadan tapi menyiapkan berbuka dengan gairahmenerima sikap itu dengan nyaman. Bahkan bisa dikatakan, kami merasa lega orang-orang miskin itu bergantung pada kekuatan lain yang membantu mereka menanggungkan beban. Tentu saja ada rasa waswas, kalau-kalau orang miskin itu bisa menggunakan hubungan khusus mereka dengan Tuhan untuk menghadapi kami. Hubungan khusus itulah yang memang kemudian dipakai mereka yang melarat dalam Kar, (versi Inggrisnya, Snow, terbit pada tahun 2005), novel tentang seorang penyair yang datang ke sebuah kota miskin di perbatasan. Di kota itu mereka yang merasa terhina oleh dunia modern, oleh Eropa, memperkuat diri dalam Islam dan dengan amarah. Tapi bagaimana akhirnya tak jelas. Mereka tak hanya dituduh anti-Turki, tapi juga anti-masa depanmasa depan yang digariskan Kemal Attaturk: Turki yang modern dan sekuler. Dalam arti tertentu, karya Pamuk adalah gema Turki dan benturan sekuler-dan-Islam-nyamirip dengan yang di Indonesia berbentuk pergulatan Timur-Barat. Tapi novel-novel Pamuk jauh lebih dalam dan lebih tak terduga-duga ketimbang karya para penulis dari jenis yang di sini diwakili Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembangyang sejak tahun 1920-an tak putus dirundung ketegangan orang Timur yang harus memilih, atau menampik, yang modern. Pamuk merasakan ketegangan macam itu, tapi ia sen-diri tak ikut tegang. Ia pernah mengatakan, di dunia tak ada orang yang menganggap diri sepenuhnya Timur. Ke
[Forum Pembaca KOMPAS] Laporan TEMPO: Utan Kayu International Literary Biennale (2)
TEMPO Edisi. 29/XXXVI/10 - 16 September 2007 Suatu Siang di Seminari Aku duduk di pinggir ranjang, berpura-pura membaca majalah, padahal sebenarnya aku mengamati ibu sewaktu ia menutupi payudaranya yang melorot dengan kutang lepek warna kulit yang dibelinya di pasar buah. Celana dalamnya yang telah menguning dimakan usia menampakkan sebaris karet elastis di bagian pinggangnya yang kendor . KETUT Ayu Paramitha, siswi SMAN 4 Jakarta itu, serius membaca cerpen Telepon di Sore Hari karya Hao Yu-hsiang, pe nulis cerpen perempuan asal Taiwan. Di bagian itu tampak murid-murid laki-laki yang hadir tersenyum geli, malu malu kucing. Tanpa peduli dengan reaksi itu, Ayu Paramitha tetap dengan mimik tak berubah menuntaskan cerpen yang bercerita tentang telepon-telepon iseng yang selalu mengganggu rumah seorang nona. Telepon iseng yang mengungkap masa lalu ibu atau bapaknya. Murid dari berbagai SMA di Jakarta siang itu berkumpul di SMA Kolese Kanisius, Menteng. Salah satu agenda Bienale Sastra Utan Kayu ini adalah membawa sejumlah sastrawan asing bersama sastrawan kita berkunjung ke sekolah-sekolah menengah. Hao Yu-hsiang, pengajar di Universitas Dong Hwa, kebagian di SMA Kolese Kanisius. Sastrawan tamu lain di SMU Negeri 78 dan Lab School Kebayoran. Di sekolah-sekolah itu mereka membacakan karyanya, atau sebaliknya murid-murid itulah yang membaca terjemahan karya mereka. Lalu disediakan sesi tanya-jawab. Banyak yang bertanya tentang proses kreatif, tentang bagaimana menggali inspirasi. Saya kreatif kalau lagi bokek, kata F. Rahardi, menjawab pertanyaan yang langsung disambut ger oleh para siswa. Rahardi bercerita, pertama kali puisinya dimuat di majalah Basis pada 1970-an. Secara diam-diam seorang temannya mengirimkan sajak Rahardi ke majalah prestisius itu. Ternyata menulis juga ada ho nornya, sejak itu saya terus mengirim puisi ke media massa, katanya. Jerome Kugan, penyair Malaysia, bercerita bahwa kota adalah sumber inspirasi nya. Ia tinggal di sebuah kota kecil di Sabah, yang jumlah penduduknya tak banyak, bahkan jika ditelusuri semua penduduknya bersaudara. Di Jawa tengah, para sastrawan disebar ke tiga tempat, antara lain Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan, Asrama Perguruan Islam, dan SMU Taruna Nusantara. Di seminari, pada saat rombongan menyusuri koridor kelas, sebagian siswa tiba-tiba menoleh ke luar. Para murid itu terlihat sudah tak tahan lagi untuk bertemu mereka. Para sastrawan itu berkumpul di aula pukul 11.00. Semua murid seminari dari kelas 1 sampai 3sebanyak 210 oranghadir lengkap, duduk lesehan. Joko Pinurbo didaulat untuk pertama membaca puisi. Ia adalah alumni seminari Mertoyudan yang kini jadi dosen. Dahulu di situ ia sering merenung di antara lapangan basket dan kandang babi. Puisinya berjudul Ce lana Ibu membuat tertawa murid yang kebanyakan akan jadi pastor itu. Celana Ibu Maria sangat sedih menyaksikan anaknya mati di kayu salib tanpa celana dan hanya berbalutkan sobekan jubah yang berlumuran darah. Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang ke kubur anaknya itu, membawakan celana yang dijahitnya sendiri. Paskah? tanya Maria. Pas sekali, Bu, jawab Yesus gembira. Mengenakan celana buatan ibunya, Yesus naik ke surga. Pada saat tanya-jawab, para murid seminari itu mengajukan perta nyaan dasar yang sulit dijawab. Misalnya bagaimanakah ukuran puisi yang berhasil itu. Para penulis berbeda-beda dalam hal ini. Mamang Dai me ngatakan puisi adalah kebenaran jati diri. Yang paling penting dalam puisi selalu ada kerelaan, kata novelis Togo Kangni Alem. Pertanyaan juga berkisar tentang apakah tempat suci penting sebagai sumber kreasi. Sharanya Manivannan menjawab memang tempat suci ba nyak memberikan inspirasi. Namun tempat suci sesungguhnya ada pada diri sendiri, katanya. Ia lalu berce rita, dia memiliki seorang teman yang ateis yang setiap muncul di panggung seolah ada kekuatan besar yang membuat penampilannya bagus. Suasana di Mertoyudan membuat Kangi Alem serasa bernostalgia, karena ternyata dahulu sekolah menengahnya juga di seminari. Ia lalu meminta anak-anak Mertoyudan itu menyanyikan lagu Latin. Langsung mereka serempak mengumandangkan lagu Gregorian: Tantum Ergo Sacramentoyang biasa dinyanyikan saat Paskah. Tantum ergo sacramentum, veneremur cernui: Et antiquum documentum . Seno Joko Suyono, Anton Septian (Jakarta), Lucia Idayani (Yogya) - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Laporan TEMPO: Utan Kayu International Literary Biennale (3)
Edisi. 29/XXXVI/10 - 16 September 2007 Persahabatan di Kaki Borobudur Mereka membacakan sajak, cerpen, fragmen kenangan dengan berbagai bahasa di bawah bayang-bayang Borobudur. Itulah Utan Kayu International Literary Biennale, yang berlangsung pada akhir Agustus lalu. Sebuah forum pertemuan berbagai sastrawan dari Amerika, Asia, Australia, Eropa, yang akrab, bersahaja, tapi meninggalkan kesan yang kuat. STUPA puncak itu tampak begitu terang. Dari jarak sekitar satu kilometer, stupa itu seolah berbinar sendirian di ketinggian. Malam itu, disambut hembusan udara di ngin, para penulis masuk kawasan Borobudur melalui sisi tenggara candi, lewat pintu masuk ha laman Hotel Manohara. Panggung terbuka Aksobya, yang letaknya di pelataran sisi timur candi, menunggu mereka. Panggung itu hanya berjarak 50 meter dari candi. Bila berdiri di situ terasa kekokoh an candi. Bagian bawah tubuh candi tampak gelap, tapi semakin ke atas kepekatan itu semakin pudar, dindingnya menjadi remang-remang. Dan pada pucuknya, sinar lampu putih mengguyur stupa dari berbagai penjuru. Sean M. Whelan, penyair Australia itu, maju. Ia masih mengenakan topi laken hitam. Topi itu se olah tak pernah lepas dari kepalanya. Penampilannya atraktif, hafal puisinya di luar kepala. Konon, ia sering melantunkan puisi bersama band-band rock di bar. Elvis Tears sebuah sajak kocak, tentang air di kaca jendela mobil yang bertetesan seperti linangan para fans Elvis saat raja rock and roll itu wafat, dibacakannya. Penonton tak kesulitan mencerna karena di panggung ada layar terjemahan: Ibumu pasti sangat menggemari Elvis, kau berkata Ibuku benci padanya, ujarnya. Ia membencinya karena Elvis sekarat sembari membaca majalah porno dalam WC. Sebagian penonton lesehan di karpet merah, sebagian duduk di belas kursi malas panjang dari kayu (risban). Sebagian lagi berdiri di sana-sini bergelut dengan dinginnya malam yang menggigit kulit. Suasana santai seperti menonton wayang kulit. Tiba giliran Mamang Dai, penulis cerpen asal Itanagar, India, membacakan cerpennya: Tempat yang Gelap, Kota-kota Kecil. Ia dikenal sebagai ahli sejarah Arunachal Pradesh, sebuah kota bagian timur laut India yang kental tradisinya. Puisi itu merupakan pengalamannya di sana. Menjelang Sharanya Manivannan, penyair asal Sri Lanka, maju, hujan tipis turun sebentar. Tatkala hujan berhenti, dua puisi nya, Poem dan The Mapmakers Wife, membuai penonton. Dan tiap malam di tempat tidur kita aku menjadi istri sang pembuat peta Tiap belaian adalah bagian dari kartografi keramat setiap kecupan adalah persilangan bumi dan segenap abstraksinya. l l l Dua puluh penulis dari luar negeri dan 26 penulis dari dalam hadir dalam Utan Kayu International Literary Biennale Festival, 2330 Agustus lalu. Perkenalan pertama berlangsung di Bakoel Coffee, Cikini, Jakarta. Bersama-sama kemudian mereka berjalan menuju Taman Ismail Marzuki (TIM). Acara berlangsung selama dua hari di TIM dan dua hari di Teater Utan Kayu (TUK). Rata-rata penulis belum pernah datang ke sini. Ada yang sudah mendengar nama kepulauan di sini sejak kecil. Terence Ward, penulis buku perjalanan yang mengesankan, The Hidden Face of Iran, adalah salah satunya. Buku ini bercerita tentang pengalamannya ke Iran, mencari bekas pelayan keluarga bernama Hassan yang di masa kecilnya adalah segalanya. Ia yang membimbing Ward mengenal tradisi Iran, ia yang pandai memasak fesanjan bebek bersaus kenari tumbuk dan sari delima kegemarannya. Pada 1960-an, saat Shah Iran berkuasa, keluarga Ward hidup di Iran. Di TUK ia menceritakan kenang annya bagaimana Hassan mengajari ia dan ketiga saudara laki-lakinya melompat di atas unggunan api saat mengikuti Chaharshanbe Souri, festival api Zoroaster. Keluarga Ward kemudian pindah ke Amerika Serikat dan setelah 16 tahun berlalu mencoba mengunjungi Iran yang telah berubah. Kami adalah orang Amerika yang pertama kembali ke Iran, ka tanya. Kami mencari Hassan tanpa tahu alamatnya, nomor teleponnya, kecuali kampung leluhur bernama Toodesh. Hassan begitu penting bagi Ward. Dari Hassanlah mungkin gambaran kepulauan di sini terbayang di kepalanya. Saya ingat suatu hari saya mengu nyah cengkeh di sebuah pasar di Tajrish, Teheran. Mulut saya terasa terbakar. Ia lalu bertanya dari mana cengkeh berasal. Dari ujung dunia: Maluku, pulau para raja di ujung Asia, di batas lautan, suatu hari, Nak, kau akan ke sana, jawab pemilik toko. Waktu itu ia ingat Hassan berkata: Insya Allah. Dan insya Allah itu terbukti. Kini Ward telah beberapa kali menjejakkan kaki di Jakarta, kota yang dulu mengatur perdagangan cengkeh. Seperti kisah Terence Ward, selama perhelatan penonton seolah mendengar bahwa para penulis Amerika Latin, Amerika, Eropa, Asia, Afrika, dan Australia itu saling tukar memori, berbagi masa lalu, menceritakan samar-samar kota-kota yang disinggahi sampai kenangan erotis. Kan
[Forum Pembaca KOMPAS] Laporan TEMPO: Utan Kayu International Literary Biennale (1)
Salam, Berikut saya kirim laporan TEMPO tentang Utan Kayu International Literary Biennale yang telah dilaksanakan di Jakarta dan Magelang 23-30 Agustus 2007. Saya bagi laporan TEMPO ini dalam tiga email. Pertama tentang tiga profil sastrawan peserta Utan Kayu International Literary Biennale: Edmundo dari Bolivia, Hassan Daoud dari Libanon dan Kimberly dari Amerika Serikat. Kedua laporan tentang pertemuan para sastrawan dengan siswa sekolah, seminari dan para santri. Ketiga, laporan pergelaran acara di Pelataran Candi Borobudur Selamat membaca Mohamad Guntur Romli = Edisi. 29/XXXVI/10 - 16 September 2007 Dari Tiga yang Gelisah Menulis adalah sebuah bentuk mengingat luka yang dialami masyarakat. Pergulatan tiga sastrawanHassan Daoud, Edmundo Paz Soldan, dan Kimberly Blaeseradalah contohnya. IA datang dari Libanon. Selama perang yang berlangsung 15 tahun, Hassan Daoud tinggal di wilayah Beirut barat. Beirut terbelah dua: permukiman Islam di bagian barat, Katolik di bagian timur. Ia menyaksikan kota yang tadinya kosmopolitan, sebuah permata di tengah Timur Te ngah yang konservatif itu, tercerai-berai. Itu semua bermula dari insiden yang terjadi pada April 1975. Di Ayn ar-Rummanah, seorang warga Libanon bentrok dengan seorang Palestina, lalu pertikaian berkembang ke seluruh wilayah Libanon dan Israel campur tangan. Pada 1976, pengungsi Palestina di daerah karantina dibantai. Sebaliknya, pada tahun yang sama, di Damor, kaum Kristen Maronit diserbu. Israel menyerang Libanon pada 1978 dan 1982. Hassan Daoud ingat, pada 1980-an itu, Beirut menjadi kota tertutuptak ada telepon, tak ada majalah dan koran asing, tak ada penerbangan. Hubung an dengan dunia luar terputus. Perang berhenti pada 1990. Persetujuan Taiff diteken. Tapi trauma perang saudara 15 tahun tak mudah hilang. Novel pertama Hassan berjudul Binayat Mathilde (The House of Mathilde) bercerita tentang kehangatan sebuah apartemen yang dihuni warga Katolik dan Islam. Cerita terpusat pada Mathilde, salah satu penyewa apartemen. Agaknya novel ini bertolak dari pengalaman masa kecil Hassan, yang tinggal dalam satu apartemen bersama orang Kristen, imigran Rusia dan Armenia. Baginya, pembagian Katolik dan Islam adalah semu. Yang berperang bukan orang Katolik dan Islam, melainkan para mi litan Katolik dan militan Islam. Masyarakat Islam-Kristen adalah korban. Kini Beirut memiliki sebuah downtown barude ngan restoran, kafe, dan bar-bar ala Eropa. Namun, bagi Hassan, wajah cantik Libanon itu sesuatu yang berusaha menutupi atau melupakan luka. Semua hal simbolis yang menyatukan semua orang lenyap, ka tanya kepada Tempo. Siang itu, ia mengenang bagaimana kehidupan kesenian di Libanon merosot. Produksi film lumpuh, teater lenyap selama dua dekade. Namun perang diakuinya membuat banyak orang mengekspresikan diri melalui tulisan. Karena peranglah kami me nulis, katanya. Di Jakarta dan Borobudur, ia membaca sajak berjudul Lorca in Beirut: Who Brought Him Here? Ia bertanya: siapa yang menulis sebait puisi Federico Garcia Lorca di dinding jalanan Beirut? Siapa yang tiba-tiba ingat akan kalimat penyair Spanyol itu? Di Libanon sekarang anak-anak muda sangat aktif menulis novel dan puisi, katanya. Tapi menjadi pe nulis selalu berisiko. Wartawan atau penulis di Libanon, menurut dia, harus menyadari apa yang mereka tulis dan mengerti peta kelompok-kelompok dominan di Libanon. Ia sendiri kini adalah pemimpin redaksi suplemen kebudayaan Nafawez di harian Al-Mustaqbal. Ia mengaku kerap mendapat tekanan politik dari pihak lain. Dua sahabat saya, penulis-jurnalis, meninggal tertembak tahun lalu, katanya. Setiap faksi di Libanon, menurut Hassan, memiliki surat kabar. Tak ada surat kabar untuk umum, tak ada surat kabar yang bebas, yang liberal. Media menjadi milik kelompok tertentu. Surat kabar ini pro-kelompok ini, surat kabar itu pro-kelompok itu , tuturnya berapi-api. Keadaan sekarang di matanya bertambah buruk. Masyarakat kian terkotak-kotak. Masyarakat tak mengambil pelajaran dari perang sipil. Para intelektual kini sedang mencoba membuat semacam common area untuk ditinggali semua orang Libanon, katanya. Suara Hassan yang terdengar perih dalam melihat masyarakatnya itu berbeda dengan Edmundo Paz Soldan, 40 tahun, sastrawan Bolivia yang menyikapi persoalan-persoalan sosial kontemporer dengan kacamata anak muda masa kini. Novelnya, Turings Delirium, bercerita tentang seorang hacker asal Amerika Latin yang melawan globalisasi. Oleh para kritikus, karyanya ini dianggap bersemangat techno-thriller, penuh dengan unsur kebudayaan pop yang melek dan fasih dengan perkembangan gadget canggih. Paz Soldan adalah motor dari gerakan baru sastra Amerika Latin yang terkenal dengan sebutan McOndo Movement. Gerakan ini lahir pada 1980-an. Pencetus gerakan ini adalah penulis Cile, Alberto Fuguet. Istilah McOndo muncul dari diri Fuguet setelah
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom
Salam Bagi anda yang tertarik silakan menghadirinya Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom Seperti tahun-tahun sebelumnya dalam setiap bulan Ramadan, Perpustakaan Freedom menyelenggarakan diskusi yang referensinya berasal dari koleksi terbaru Perpustakaan Freedom baik berupa buku maupun jurnal. Kali ini, Perpustakaan Freedom menyelenggarakan diskusi dengan tema Pergulatan dan Gugatan terhadap Tuhan dan Agama. Berikut jadwalnya: Kamis, 20 September 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi 3 buku Atheis yang menggugat bahwa Tuhan itu delusi dan tidak Akbar serta agama hanyalah racun buat manusia: 1.God is not Great : How Religion Poisons Everything karya Christoper Hitchens 2.The God Delusion karya Richard Dawkins 3.Letter to a Christian Nation karya Sam Harris Pembicara : Goenawan Mohamad (Wartawan senior Majalah Tempo) Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute) Luthfi Assyaukanie (Koordinator Jaringan Islam Liberal) Rabu, 26 September 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi buku novel Snow karya Orhan Pamuk. Novel ini menceritakan tentang benturan identitas, keyakinan antara Islam dan Barat. Dengan setting sosio politik negara Turki yang sekuler dengan mayoritas Islam, dialog, perdebatan dan gugatan tentang tema Islam yang ditulis novel ini sangat menantang. Pembicara: Ayu Utami (Sastrawan, penulis novel Saman) Ihsan Ali-Fauzi (Direktur Program Yayasan Paramadina) Kamis, 4 Oktober 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi buku The Islamist karya Ed Husain. Buku ini merupakan pergulatan si penulis dalam keterlibatannya dengan organisasi Islam fundamentalis di Inggris. Ia kemudian bertobat dan keluar dari organisasi tersebut. Pembicara : Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) Hamid Basyaib (Direktur Program Freedom Institute) Diskusi akan diawali dengan buka puasa bersama. Terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. Artikel dan buku yang akan didiskusikan bisa diperoleh di Perpustakaan Freedom. Untuk artikel akan diberikan gratis. Konfirmasi kehadiran Anda sebelumnya dengan menghubungi Wahyu atau Imie di 021-31909226. Untuk bahan-bahan diskusi bisa download dan klik di sini: http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=index&id=296 - Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Diskusi bersama Goenawan Mohamad tentang Bergman dan Tuhan
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir dalam diskusi bersama Goenawan Mohamad tentang Ingmar Bergman, Selasa 11 Setember 2007 pukul 19.30 di Teater Utan Kayu Jl. Utan Kayu no 68H Jakarta Timur. Diskusi ini diadakan setelah Komunitas Utan Kayu memutar film-film karya Bergman. Sekian terima kasih Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detail&cat=event&id=115 Sebuah tema yang kerap muncul dalam film-film karya Ingmar Bergman (yang wafat bulan Agustus lalu dalam usia 89 tahun) adalah soal kegelisahan eksistensial (angst) manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Tema itu terangkat dengan jelas misalnya dalam The Seventh Seal (1957). Juga dalam Trilogi Iman, yang terdiri dari Through a Glass Darkly (1961), pemenang Piala Oscar untuk Film Asing Terbaik; Winter Light (1962), yang oleh Bergman sendiri disebut sebagai film favorit; dan The Silence (1963). Dalam ketiga film itu, kekelaman hidup para tokohnya membuat mereka meradang mencari sumber cahaya untuk menerangi jalan mereka, atau suara yang akan menuntun langkah mereka. Tetapi seperti tak ada sahutan: itulah diamnya Tuhan. Sejumlah film berikutnya, misalnya Persona (1966) dan A Passion (1969)yang dalam peredarannya di AS mendapat judul baru The Passion of Annameski tak mengacu langsung pada persoalan teologis dan lebih banyak berpusar pada dunia kejiwaan para tokohnya, tetap menyiratkan ketegangan yang timbul dari diamnya Tuhan atas pelbagai haru biru yang terjadi di muka bumi. Di hari terakhir pemutaran, digelar diskusi bersama Goenawan Mohamad yang akan membicarakan masalah angst dan iman lewat pembahasan sejumlah film karya Bergman. - Got a little couch potato? Check out fun summer activities for kids. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan Diskusi: Teori Politik Pasca-Marxis
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir pada diskusi ini. Terima kasih Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu === Komunitas Utan Kayu Diskusi TEORI POLITIK PASCA-MARXIS Kamis, 6 September 2007 pukul 19.00 WIB Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No. 68H, Jakarta Pembicara: Robertus Robert dan Daniel Hutagalung Diskusi ini akan mengulas pemikiran dari tokoh-tokoh teori politik yang digolongkan pasca-Marxis. Sebutlah nama seperti Ernesto Laclau, Chantal Mauffe, Slavoj Zizek dan Alain Badiou. Dengan melampaui teori Marxis klasik yang sudah luruh dan Komunisme yang telah runtuh, mereka tetap beriktikad mengemukakan ide-ide kritis terhadap demokrasi liberal dan kapitalisme di dunia dewasa ini. Bagaimana mereka membangun basis argumentasi teori politik mereka, dan apa pandangan mereka terhadap teori politik modern saat ini, khususnya menyangkut demokrasi dan kapitalisme? Robertus Robert, dosen sosiologi di Universitas Negeri Jakarta yang tengah menyelesaikan program doktoralnya di STF Driyarkara, akan menyampaikan topik "Proyek Emansipasi Post-Marxis: Laclau dan Zizek", sedangkan Daniel Hutagalung peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi dan lulusan S-2 program studi Perilaku Politik dari Essex University akan berbicara tentang tokoh-tokoh teori politik pasca-Marxis yang lain, khususnya Mouffe. www.utankayu.org - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum Pembaca KOMPAS] Undangan: Peluncuran dan Diskusi Buku "Ustadz, Saya Sudah di Surga"
Salam, Saya ingin mengundang anda yang berminat dan memiliki waktu untuk hadir dalam acara peluncuran dan diskusi buku saya yang berjudul "Ustadz Saya Sudah di Surga" terbitan KataKita,Agustus 2007, pada hari Rabu 08 Agustus 2007 pukul 18.00 di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina Jl. Gatot Subroto Kav. 97-99 Jakarta. Terima kasih Mohamad Guntur Romli === UNDANGAN Peluncuran dan Diskusi Buku "Ustadz, Saya Sudah di Surga" Karya Mohamad Guntur Romli (Aktivis Jaringan Islam Liberal) Pembahas: KH. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden RI) Nasir Abbas (Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah) Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa Ph.D Harvard University) Ihsan Ali-Fauzi (Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina) Moderator: Nong Darol Mahmada (Manajer Program Jaringan Islam Liberal) Rabu, 8 Agustus 2007 Pukul 18.00 WIB (Didahului dengan makan malam bersama) Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina Jl. Gatot Subroto Kav. 97-99 Jakarta Tak dapat dihindarkan, tulisan-tulisan ini umumnya polemis, tajam, dan sebab itu bukan untuk menyediakan konsensus, melainkan untuk mendorong pembaca atau lawan berdebat melihat argumen yang selama ini tak didengar, data yang tak terlihat, fakta yang dilupakan. Guntur punya kapasitas itu, dengan bahasa yang terang dan menyodok. Kelebihan lain: dia punya khasanah yang amat memadai dalam hal sejarah Islam dan teks klasik maupun modern dalam bahasa Arab yang jarang didapatkan di Indonesia. Tak dapat dilupakan: dia punya kecintaan besar kepada khasanah itu sesuatu yang layak dipuji pada diri seorang cendekiawan, yang dalam usia muda, telah terjun dalam bidang penelaahan Islam. Goenawan Mohamad, Budayawan Pandangan keislaman tentang isu perempuan dan relasi gender dalam buku ini sangat mencerminkan pandangan Islam sejati, yaitu Islam yang ramah terhadap perempuan dan rahmatan lil alamin. Musdah Mulia, Tokoh Pejuang Perempuan Indonesia Kumpulan tulisan Mohamad Guntur Romli ini berisi gelora kuat untuk membuktikan Islam sebagai agama pembawa damai yang bisa hidup fungsional di dalam zaman modern yang plural, toleran, dan demokratis Ioanes Rakhmat, Dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Penyelenggara: Yayasan Wakaf Paramadina-Jaringan Islam Liberal-Penerbit KataKita Kontak Person: 081803585733 (Rintis) dan 081586199143 (Saidiman) - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today! [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi dengan Abdullah An-Naim (Besok)
Salam, Saudara-saudara, jangan lupa anda yang sudah tertarik hadir di diskusi ini bersama An-Naim dan Ulil Abshar Abdalla, besok: Rabu 1 Agustus akan dilaksanakan. Terima kasih http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=index&id=274 Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah Freedom Institute bekerjasama dengan Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengundang Anda menghadiri diskusi tentang Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah bersama Prof. Abdullah Ahmed An-Naim, Professor Hukum di Emory University, Atlanta Amerika Serikat, dan Ulil Abshar-Abdalla yang baru saja menyelesaikan masternya di Boston University AS dan akan melanjutkan PhD di Harvard University AS, sebagai pembanding. An-Naim banyak menulis dan melakukan studi dan riset tentang tema Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia (HAM). Tema di atas merupakan karya riset yang dilakukannya di beberapa negara, diantaranya Turki, Mesir, Sudan, Uzbekistan, India, Nigeria dan Indonesia antara Januari 2004 sampai September 2006. Riset ini telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan juga beberapa bahasa lainnya. Diskusi akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2007 Waktu : Pukul 18.00 21.00 (diawali makan malam) Tempat : Ruang Diskusi Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 319 09226 Kami tunggu kedatangan Anda dalam diskusi ini. Terima kasih - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Edisi Terbaru Jurnal Kalam (Fotografi dan Budaya Visual)
Salam, Kami mengajak anda untuk menikmati isi Jurnal Kalam edisi terbaru tentang "Fotografi dan Budaya Visual". Silakah klik: http://www.jurnalkalam.org/edisi/edisi-23.html "Peristiwa" dan "Buku" adalah rubrik yang kami perbarui setiap pekan. Sedangkan "Pusparagam" adalah ruang yang kami sediakan untuk tulisan-tulisan yang berharga, namun tak bersangkut paut dengan tema utama. "Sastra" adalah ruang untuk cerita pendek, cerita panjang, petikan novel, puisi, dan esai sastra. Dua rubrik: "Pusparagam" dan "Sastra" akan kami perbarui bila ada tulisan-tulisan bermutu yang masuk. Bagi anda yang berminat ikut serta, silakan kirim karya anda ke email redaksi yang telah kami sediakan. Selamat membaca dan berkarya Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Seminar Seni Pertunjukan Indonesia Kini di TUK
Salam, Kawan-kawan seniman, peneliti, dan pencinta seni Komunitas Utan kayu mengundang Anda dalam acara "Seminar Seni Pertunjukan Indonesia Kini" yang akan diadakan di Teater Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Selasa-Kamis, 17-19 Juli 2007 pukul 19.00 WIB. Untuk rincian acara saya sertakan dalam lampirkan berikut ini. Terima kasih Mohamad Guntur Romli SEMINAR SENI PERTUNJUKAN INDONESIA KINI Masalah Produksi dan Capaian Estetik HARI PERTAMA, Selasa 17 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB TEATER KINI Triyanto Triwikromo (Redaktur Kebudayaan Suara Merdeka) Kusworo Bayu Aji (Manajer Teater Garasi Yogyakarta) Iswadi Pratama (Sutradara Teater Satu Lampung) Moderator: Arie F. Batubara HARI KEDUA, Rabu 18 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB TARI KINI Eko Supriyanto (Koreografer dan Penari) Helly Minarti (Peneliti Tari) Moderator: Wicaksono Adi HARI KETIGA, Kamis 19 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB MUSIK KINI Suka Hardjana (Pemusik dan Peneliti Musik) Otto Sidharta (Komposer dan Dosen Musik) Moderator: Jabatin Bangun Kehidupan seni pertunjukan (teater, tari, musik) modern di Indonesia kini sungguh memprihatinkan, bila dilihat dari minimnya jumlah produksi dan rendahnya mutu pertunjukan secara umum. Ironinya adalah bahwa itu terjadi bukan di tengah sedikitnya jumlah kelompok kesenian, melainkan sebaliknya. Apa saja masalah-masalah utama yang menyebabkan krisis pada seni pertunjukan itu? Mengapa hal itu bisa terjadi, dan adakah jalan keluarnya? Juga, bisakah kita harapkan akan lahir karya-karya seni pertunjukan yang gemilang di tahun-tahun mendatang? Inilah pertanyaan-pertanyaan mendasar yang coba dijawab melalui seminar iniyang digelar khusus untuk mengulas persoalan-persoalan dalam seni pertunjukan kita dewasa ini. Dalam dunia teater dan tari, jumlah grup jauh melampaui jumlah produksi. Kita berjumpa dengan nama-nama baru dari berbagai kelompok seni yang terus bermunculan namun tanpa disertai gencarnya produksi kesenian. Sementara dalam dunia musik kontemporer, dengan jumlah pelaku yang memang tak sebanyak dalam dunia teater dan tari, jumlah pergelaran musik itu benar-benar bisa dihitung dengan jari. Minimnya produksi seni pertunjukan tampaknya berkait dengan soal manajemen atau pengelolaaan sebuah kelompok yang berujung pada kemampuan menciptakan produksi. Di samping itu, persoalan dana yang berasal dari minimnya sponsor tentulah merupakan sebuah faktor penting. Masalah-masalah seputar manajemen atau pengelolaan inilah yang barangkali menjadi penghambat pertama suburnya kreativitas di dunia seni pertunjukan. Sementara itu, di antara karya-karya yang tak banyak itu, telah munculkah kecenderungan artistik baru? Di sini kita menemukan persoalan besar kedua, yakni soal capaian estetik dunia seni pertunjukan hari ini. Di manakah letak persoalannya, bagaimana pengamat seni mengapresiasi sejumlah karya seni yang ada? Apakah letaknya pada kritik seni yang semakin kendur? Mari kita bahas tuntas persoalan-persoalan tersebut dalam acara seminar tiga hari tentang seni pertunjukan di Indonesia kini. Seluruh acara diskusi dilaksakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Mohamad Guntur Romli Kurarator Diskusi Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - It's here! Your new message! Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Diskusi JIL: Teori Kenabian (Narasumber Ulil Abshar-Abdalla)
Salam, Bagi Anda yang berminat silakan hadir di acara diskusi JIL ini. Terima kasih -Guntur- http://islamlib.com/id/ Teori Kenabian dalam Islam Narasumber: Ulil Abshar Abdalla Moderator: Novriantoni Kahar Tempat: Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Waktu: Kamis, 5 Juli 2007, Pukul 19.00 Agama-agama semitik seperti Islam selalu meniscayakan adanya seorang Nabi. Agama hanya bisa tegak dengan seorang Nabi. Umat manusia akan rusak tanpa kehadirannya. Pendeknya, kedudukan dan peran Nabi dalam pandangan Islam mainstream demikian sentral. Namun, ada ulama Islam yang memiliki pandangan berbeda. Abu Ishaq al-Nasibi, sebagaimana dikutip al-Tawhidi dalam al-Imta`wa al-Mu`anasah , meragukan seluruh kenabian. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi (863 M-925 M) menolak eksistensi Nabi. Bagi al-Razi, akal jauh lebih penting ketimbang Nabi. Sebab, dengan akalnya manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan akal, demikian al-Razi, kehadiran Nabi menjadi tak relevan. Bagaimana sesungguhnya kenabian itu? Untuk kepentingan siapa seorang nabi datang? Apa manfaat nabi buat kemaslahatan manusia? Tidak cukupkah dengan akalnya manusia bisa merumuskan kebaikan dan keburukan? Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan: Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA (TUK)
Jumat, 08 Juni 2007, 20:00 WIB Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA Koreografer: Fitri Setyaningsih. Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta 08 Juni 2007 - 09 Juni 2007Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA Pidato Bunga-Bunga adalah semacam laporan perjalanan menemukan tubuh tari (bukan tubuh penari). Ada tiga karya yang akan dipentaskan dalam pertunjukan ini. Karya pertama, Pidato Bunga-Bunga, membayangkan tubuh sebagai taman kecil yang ditanami bunga-bunga kecil: bunga gerak. Ketika akhirnya tubuh dibongkar dan dijadikan toko-toko kecil yang menjual barang kebutuhan sehari-hari, bunga-bunga pun berpidato tentang tubuh yang kehilangan taman. Dalam karya kedua, Flight No. 12, yang dibuat berdasarkan sebuah karya instalasi seniman Hanafi, tubuh pun menari dalam keadaan senantiasa membungkuk di ruang yang disediakan oleh instalasi itu. Sedangkan Beras Merah memperlihatkan proses menstruasi sebagai semacam pertandingan tinju dalam tubuh perempuan, proses rutin yang bisa berlangsung dalam sakit dan ketidakstabilan; tetapi juga sebuah jalan menemukan kembali inti kesuburan. Para penari yang akan memainkan koreografi Fitri Setyaningsih ini adalah Yoyo Wewe, Yustinus Popo, Media Anugrah Ayu, dan Ika Dewi Wulandari. Pengarah artistik: Afrizal Malna - Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan: Orasi Goenawan Mohamad dan Peluncuran Situs Jurnal Kalam
Salam, Bagi Anda yang tertarik menghadiri acara ini: Peluncuran situs Jurnal Kalam, dan pembukaan Pameran Rupa Kalam, yang didahului penyampaian sebuah orasi dari Goenawan Mohamad tentang "Mencari Estetika Jeda". Acara dilaksanakan di Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu No 68H, Jakarta, Selasa 29 Mei 2007, pukul 19.30 WIB. Pameran akan digelar di Galeri Lontar di komplek Komunitas Utan Kayu. Terima kasih -Guntur-Selasa, 29 Mei 2007, 19:30 WIB Pembukaan Pameran RUPA KALAM Sejak mulai terbit pada tahun 1994, Jurnal Kebudayaan Kalam telah menjalankan peran sebagai salah satu tempat persemaian dan pertukaran gagasan di Indonesia. Selain memuat esai, cerita, dan puisi dari pelbagai penjuru, Kalam pun menampung karya rupa, baik sebagai gambar sampul maupun ilustrasi di halaman dalam. Setelah lebih dari satu dasawarsa, kini telah terkumpul cukup banyak karya rupa yang layak ditengok kembali: sesuatu yang mungkin dapat menawarkan kemungkinan lebih lanjut bagi penjelajahan rupa perwajahan jurnal di negeri kita. Sembari memamerkan sepilihan karya rupa yang pernah tampil di Kalam, peristiwa ini sekaligus merupakan peluncuran situs www.jurnalkalam.org yang berniat meneruskan kerja sebagai forum pemikiran dan penciptaan ke ruang maya. Dalam acara ini akan disampaikan sebuah orasi oleh Goenawan Mohamad bertajuk Mencari Estetika Jeda: sebuah upaya menemukan pengalaman estetik dalam ruang dan waktu yang terus menjadi tanpa menyelesaikan diri. www.utankayu.org - Get the free Yahoo! toolbar and rest assured with the added security of spyware protection. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Diskusi dan Pemutaran Film
Diskusi Bulan Mei Penyelenggara: Jaringan Islam Liberal Tempat: Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Waktu: Jumat, 25 Mei 2007, Pukul 18.30 Pemutaran Film "The Lost Tomb of Jesus" (Pukul 18.30) Diskusi dengan tema "Yesus Historis Versus Yesus Iman" (Pukul 19.00) Narasumber: Dr. Ioanes Rakhmat dan Mohamad Guntur Romli Moderator: Abdul Moqsith Ghazali Penelusuran kembali terhadap sosok Yesus, baik melalui kajian sejarah ataupun arkeologi menghadirkan pandangan-pandangan yang dianggap mengusik keimanan. James D. Tabor misalnya dalam The Jesus Dinastyditerjemahkan oleh Gramedia Dinasti Yesus (2007) menawarkan sebuah interpretasi yang segar dan berani tentang kehidupan Yesus serta usul-usul Kekristenan. Buku itu juga menyulut polemik, karena mengarah pada penemuan makam yang diasumsikan berasal dari trah Yesus, untuk selanjutnya, penemuan makam Yesus pun bukan hal yang mustahil dibuktikan oleh argumen arkeologis. Jika Yesus memiliki makam, bagaimana dengan mukjizat Kebangkitan? Apakah Kebangkitan itu hanya ruhani, bukan ragawi? Penelusuran kembali Yesus Sejarah ini, menurut Tabor, telah mendekatkan sosok Yesus seperti yang diyakini dalam doktrin Islam. Adakah pengaruh sebuah sekte Ebyon yang disebut Tabor sebagai perawat asli ajaran Yesus terhadap Islam? Diskusi ini akan menghadirkan Dr. Ioanes Rakhmat, pakar Perjanjian Baru dan kajian Yesus Sejarah, dan Mohamad Guntur Romli, aktivis Jaringan Islam Liberal, yang akan menghadirkan studi, Sejarah Kristen di Arab dan Pengaruhnya Terhadap Islam Perdana. - You snooze, you lose. Get messages ASAP with AutoCheck in the all-new Yahoo! Mail Beta. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Diskusi Syekh Siti Jenar di TUK
Moderator dan peserta milis yang terhormat, Berikut saya kirim undangan diskusi tentang Syekh Siti Jenar di Teater Utan Kayu (TUK) Selasa 15 Mei 2007, pukul 19.00 WIB. Terima kasih atas bantuannya. Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu Diskusi SITI JENAR: PERTARUNGAN AJARAN DAN KEKUASAAN Selasa, 15 Mei 2007, 19:00 WIB Narasumber: Agus Sunyoto & Achmad Chodjim. Siti Jenar selama ini dikenal lebih banyak sebagai legenda, bukan tokoh sejarah. Sekian babad, serat, kitab, dan buku tentang Siti Jenar memiliki versi sendiri-sendiri mengenai sosok, ajaran, hingga akhir hayatnya yang tragis. Konon, ia dihukum pancung, karena menyebarkan ajaran yang dianggap menyimpang, atau ia juga seorang pemimpin sebuah gerakan yang mengancam kekuasaan. Sebagai tokoh sufi, ia adalah Al-Hallaj-nya tanah Jawakarena kematiannya persis seperti tokoh sufi Al-Hallaj yang dieksekusi di Baghdad akibat tuduhan menebarkan ajaran sesat. Namun, ada yang memahami Siti Jenar sebagai tumbal dalam pertarungan Islam Jawa yang dibelanya, dengan Islam Arab yang dikehendaki Dewan Wali. Siti Jenar tetap mewariskan kontroversi hingga kini. Agus Sunyoto, penulis buku Syaikh Siti Jenar (LKiS) sebanyak tujuh jilid, melalui 300 naskah kuno, mencoba menelusuri perjalanan ruhani, perjuangan, ajaran, konflik dan penyimpangan ajaran Siti Jenar. Sedangkan Achmad Codjim, penulis buku laris Syekh Siti Jenar: Makna Kematian (Serambi), menyuguhkan sosok Siti Jenar yang lihai dalam meramu pandangan sufistik Islam dengan mistik Jawa. Tidak dipungut biaya. Untuk informasi lebih lengkap kunjungi www.utankayu.org - Looking for earth-friendly autos? Browse Top Cars by "Green Rating" at Yahoo! Autos' Green Center. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Pertunjukan Teater: PEREMPUAN DI TITIK NOL
Monolog Teater Satu Lampung PEREMPUAN DI TITIK NOL karya Nawal el-Saadawi Pemain: Hamidah Sutradara: Iswadi Pratama Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta Jumat dan Sabtu, 11 Mei 2007 - 12 Mei 2007 Mereka mengenakan borgol baja pada pergelangan tangannya, dan membawanya ke penjara. Dalam penjara, ia dimasukkan ke dalam sebuah kamar yang pintu dan jendelanya selalu tertutup. Ia tahu apa sebabnya mereka itu begitu takut padanya. Dialah satu-satunya perempuan yang telah membuka kedok mereka dan memperlihatkan muka kenyataan buruk mereka. Mereka menghukumnya sampai mati bukan karena ia telah membunuh seorang laki-laki, taetapi karena mereka takut untuk membiarkannya hidup. Mereka tahu bahwa selama Ia masih hidup, mereka tak akan aman, bahwa dia akan membunuh mereka.Hidupnya berarti kematian mereka, kematiannya berarti hidup mereka. Dan ia telah menang atas keduanya, kehidupan dan kematian, karena dia tidak lagi mempunyai hasrat untuk hidup, juga tidak lagi merasa takut untuk mati. Ia tidak mengharapkan apa-apa, Ia tidak takut apa-apa www.utankayu.org - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah
http://www.korantempo.com/korantempo/2007/05/04/Opini/krn,20070504,72.id.html Jumat, 04 Mei 2007 Opini Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah Mohamad Guntur Romli, AKTIVIS JARINGAN ISLAM LIBERAL Pewahyuan adalah proses kolektif, baik sumber maupun proses kreatifnya. Ia bukanlah proses yang tunggal. Al-Quran sendiri menegaskan gagasan ini. Ketika Al-Quran berbicara tentang pewahyuan, baik dengan kata "mewahyukan" (awha) maupun "menurunkan" (anzala, nazzala) Al-Quran, digunakan kata nahnu: berarti kami--sebagai subyek--seperti dalam awhayna (kami telah mewahyukan) ataupun anzalna, nazzalna (kami telah menurunkan). Dalam Al-Mu'jam al-Mufahhras li Alfadzil Qur'an, kata awhaytu (aku mewahyukan) hanya dipakai delapan kali, sedangkan awhayna (kami mewahyukan) digunakan lebih dari 30 kali. Kata "kami" adalah bentuk plural. Pertanyaannya, siapakah yang disebut "kami" dalam ayat-ayat itu? Para mufasir klasik yang berkeras pada doktrin ketunggalan dalam pewahyuan menolak memahami "kami" sebagai pluralitas dalam pewahyuan. Menurut mereka, meskipun "kami" bentuknya plural, konotasinya pada Dia Yang Tunggal, kata "kami" bertujuan lit ta'dzîm (memuliakan) "si pembicara". Namun, pendapat ini, menurut hemat saya, rancu. Kata "kami", bila digunakan sebagai pengganti "saya" atau "aku" untuk memuliakan "lawan bicara", bukan "si pembicara". Misalnya, seorang menteri tidak akan menggunakan kata "aku/saya telah melakukan" di depan presidennya, tapi mengatakan "kami telah melakukan". Sebab, selain menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara, menandakan pengakuan, karena apa yang telah ia lakukan bukanlah hasil kerjanya sendiri, melainkan kerja kolektif. Dalam tradisi tafsir klasik, menafsirkan istilah "kami" yang merujuk kepada Allah, Roh Kudus Jibril, dan Muhammad lazim kita temukan. Dalam pandangan ini, Al-Quran secara "maknawi" bersumber dari Tuhan, tapi secara "lughawi " (redaksi bahasa) disusun oleh Malaikat Jibril atau Nabi Muhammad: Al-Quran adalah "karya bersama" Allah, Jibril, dan Nabi Muhammad. Kelompok rasional Islam Muktazilah adalah pelopor pemahaman ini. Pendapat ini berdasarkan sambungan sebaris ayat yang berbicara tentang turunnya Al-Quran: wa inna lahu lahafidzûn, "dan sesungguhnya kami pula yang akan menjaganya (Al-Quran)". Di sini proses turunnya Al-Quran, sebagaimana proses penjagaannya, melibatkan "kerja kolektif" antara Tuhan dan manusia. Proses penjagaan (autentisitas) Al-Quran oleh manusia berbentuk hafalan dan tulisan. Pewahyuan yang plural itu bisa ditegaskan lebih lanjut dengan menggunakan kajian sejarah yang melibatkan konteks sejarah, masyarakat, tradisi, dan lingkungan. Pewahyuan dari konteks ini, menurut saya, bisa lebih menegaskan klaim Al-Quran sendiri, yang menggunakan kata "kami" yang plural, bukan "aku" yang tunggal. Kisah dalam Al-Quran Saya akan mengambil contoh kisah-kisah yang banyak dimuat Al-Quran. Dua pertiga isi Al-Quran adalah tentang kisah yang bersumber dari konteks tempat wahyu itu turun: kisah-kisah yang diperbincangkan di pasar-pasar, di sela-sela transaksi dan safari perniagaan, ataupun dongeng yang diwariskan secara turun-temurun. Dari kajian sejarah ini, Al-Quran tidak bisa melampaui konteksnya. Dalam ranah ini, pendapat Nashr Hamir Abu-Zayd bahwa al-nash muntaj tsaqafi (Al-Quran merupakan produk budaya) adalah sahih. Al-Quran adalah produk rangkaian proses kreatif-kolektif manusia yang disebut budaya. Wahyu tidak bisa lepas dari dua faktor yang membentuknya: sejarah (al-tarikh) dan konteks (al-waqi'). Kisah-kisah Al-Quran yang dipercaya sebagai mukjizat hakikatnya merupakan kisah-kisah yang sudah populer pada zaman itu. Al-Quran tidak pernah menghadirkan kisah-kisah yang benar-benar baru. Misalnya saja kita tidak menemukan kisah tentang masyarakat Cina atau India, yang waktu itu telah memiliki peradaban yang luar biasa. Hal itu terjadi karena kisah-kisah tersebut tidak pernah sampai atau kurang populer ataupun tidak memiliki dampak ideologis dan politis terhadap masyarakat Arab. Berbeda dengan kisah-kisah yang berasal dari kawasan yang disebut "Bulan Sabit Subur". Kawasan ini menjadi "mata air" yang mengalirkan kisah-kisah yang termaktub dalam Al-Quran. Kisah Nabi Isa Bukti lain bahwa Al-Quran tidak bisa melampaui konteksnya adalah kisah tentang Nabi Isa (Yesus Kristus). Sekilas kita melihat bahwa kisah Nabi Isa dalam Al-Quran berbeda dengan versi Kristen. Dalam Al-Quran, Isa (Yesus) hanyalah seorang rasul, bukan anak Allah, dan akhir hayatnya tidak disalib. Sementara itu, dalam doktrin Kristen, akhir hidup Yesus itu disalib, yang diyakini untuk menebus dosa umatnya. Ternyata kisah tentang
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi dan Peluncuran Buku F. Budi Hardiman
www.utankayu.org Undangan Sabtu, 14 April 2007, Pukul 19:00 WIB Diskusi dan Peluncuran Buku FILSAFAT FRAGMENTARIS karya F. Budi Hardiman Narasumber: F. Budi Hardiman dan I. Bambang Sugiharto. di Teater Utan Kayu (TUK), Jl. Utan kayu No 68H, Jakarta Buku ini membahas tiga tema besar dalam filsafat Barat: tubuh, kesadaran, dan kekuasaan. Ketiga tema itu disorot dengan tiga pendekatan utama dalam filsafat Barat kontemporer: deskripsi (fenomenologi), kritik (filsafat kritis), dan dekonstruksi (poststrukturalisme). Seper¬ti dalam karya-karya sebelumnya, penulis memusatkan diri pada problem epistemologis, sosial, dan politis. Penulis mela¬kukan berbagai eksperimen dalam gaya ulasan. Pembaca akan diundang menyelami pemikiran para filsuf penting seperti Maurice Merleau-Ponty, G.W.F. Hegel, T.W. Adorno, W. Benjamin, J. Habermas, C. Schmitt, J. Derrida, F. Nietzsche, dan lain-lain. Ada setidaknya dua alasan mengapa buku ini diberi judul Filsafat Fragmentaris. Pertama, masing-masing bab dalam buku ini tampil sebagai fragmen-fragmen pemikiran yang menghentikan suatu klaim akan ketuntasan pengetahuan. Kedua, karena filsafat itu sendiri sebuah pemikiran yang fragmentaris. Ini tentu saja merupakan per¬nyataan pendirian yang terbuka untuk didisku¬sikan. Filsafat masa kini, yang dalam buku ini dicakup dalam deskripsi, kritik dan dekonstruksi, menam¬pilkan sifat fragmentaris pemikiran itu sen¬diri. Tetapi justru dengan pengakuan akan ciri fragmentaris itu, filsafat dapat membedakan dirinya dari ideologi dan agama. Diskusi Filsafat Fragmentaris ini akan menghadirkan dua pembicara: F. Budi Hardiman (dosen pascasarjana STF Driyarkara) dan I. Bambang Sugiharto (guru besar filsafat di Universitas Parahyangan, Bandung) - Never miss an email again! Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail arrives. Check it out. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara
Moderator Milis Yth, Saya mohon bantuan untuk meloloskan informasi tentang Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara. Terima kasih atas bantuannya. -Guntur- == www.utankayu.org Pada bulan April 2008, akan berdiri sebuah pusat kesenian yang bernama Komunitas Salihara. Pusat kesenian ini, yang bertempat di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, akan terdiri dari gedung teater black box, ruang pameran, ruang serbaguna, toko buku, perpustakaan, dan kafe. Komunitas Salihara memberi tempat bagi karya seni dan intelektual yang bermutu, yang menghargai kemajemukan dan kebaruan. Dengan mengajak masyarakat menghargai karya-karya demikian, kami juga memperluas ranah kebebasan berpikir dan berekspresi. Komunitas Salihara didirikan oleh orang-orang yang bergiat di Komunitas/Teater Utan Kayu (www.utankayu.org). Demi kiprah di atas, kami undang anda mengikuti Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara. Kami akan memilih hanya 1 (satu) pemenang, dengan hadiah Rp 10 (sepuluh) juta. Persyaratan: Sayembara terbuka untuk siapa saja, kecuali mereka yang bekerja di lingkungan Komunitas Utan Kayu beserta keluarga mereka. Karya logo harus asli. Tiap peserta boleh mengirim sebanyak-banyaknya 3 buah karya logo. Logo mencantumkan nama SALIHARA, dan sesederhana mungkin dalam bentuk dan pewarnaan. Setiap logo dibuat dalam 2 ukuran, yakni 20 x 20 cm2 dan 1 x 1 cm2, masing-masing dalam bentuk cetakan di atas kertas putih maupun file elektronik beresolusi tinggi. Sayembara ditutup pada tanggal 30 Juni 2007. Kirimkan karya anda dalam bentuk cetakan maupun CD ke Panitia Sayembara Logo, Komunitas Utan Kayu,Jl.Utan Kayu 68-H,Jakarta Timur 13120.Cantumkan alamat lengkap, no telepon, dan alamat e-mail anda. Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi Asty di Komunitas Utan Kayu pada no telepon 0218573388 ext. 144 atau 0811182057. Perlu kami beritakan bahwa: Pemenang akan diumumkan pada pertengahan Juli 2007.Dalam hal ini keputusan juri bersifat mutlak. Pajak hadiah ditanggung oleh pemenang. Penyelenggara memiliki karya pemenang, namun tidak wajib menggunakan logo tersebut. Komunitas Salihara berhak mengubah logo pemenang sesuai dengan kebutuhan. Mohamad Guntur Romli www.romli.net Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 www.utankayu.org - Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Undangan Acara Ulang Tahun JIL ke-6
Undangan Moderator Milis Yth, Saya mohon bantuan untuk meloloskan surat undangan ini, untuk acara Ulang Tahun Jaringan Islam Liberal (JIL) ke-6 yang akan digelar mulai besok, Kamis 22 Maret hingga Sabtu 24 Maret 2007. Dan bagi anda yang berminat, silakan hadir dalam acara tersebut. Terima kasih atas bantuannya -Guntur- === Acara Ulang Tahun JIL ke-6 Agama dan Ruang Publik: Memperbincangkan Kembali Sekularisme Tempat: Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu 68H Jakarta Timur Saat ini, beberapa ilmuwan sosial politik di banyak belahan dunia sudah mulai bertanya-tanya tentang kelangsungan hidup sekularisme sebagai prinsip dasar negara modern dalam mengelola hubungan agama dan negara. Paras kasar agama kini makin sering menyeruak masuk ke dalam ruang-ruang publik bernegara, seakan hendak menegaskan bahwa sekularisme bukanlah satu-satunya jalan terbaik dalam bernegara. Di India, negara mayoritas Hindu yang secara tegas mengikrarkan sekularisme sebagai prinsip dasar bernegaranya, beberapa tahun terakhir mulai mendapat tantangan hebat dari para penyokong Hinduvta. Di Turki, negara Muslim satu-satunya yang mengibarkan panji-panji sekularisme, partai yang berbasiskan orang-orang taat beragama sedang memimpin negaranya untuk masuk Uni Eropa. Di banyak negara Arab, kegagalan rezim-rezim yang dianggap sekuler dalam mengelola negara dan menjamin kesejahteraan rakyat, ikut memberi ruang kepada lebih banyak lagi akomodasi terhadap aspirasi-aspirasi kelompok agama untuk menentukan corak negara. Dan, di Indonesia yang sudah memasuki era demokrasi dan sedang berusaha memantapkan sendi-sendi negara demokratis, aspirasi agama juga tampak semakin menguat. Beberapa aspirasi agama yang tak jarang berbentuk sektarian dan diskriminatif, sudah mulai ditampung dan diterapkan dalam bentuk perda-perda berbau agama yang dimungkinkan oleh semangat otonomi daerah. Yang mengherankan, tak jarang aspirasi-aspirasi tersebut justru diperjuangkan oleh aktor-aktor dari kalangan partai yang dianggap sekuler selama ini. Apa gerangan yang terjadi? Apakah konsep negara modern memang harus semakin akomodatif terhadap aspirasi-aspirasi agama? Akankah aspirasi tersebut mengalir jauh sampai dimungkinkannya tegaknya semacam negara-teokratis? Apakah kesejahteraan ekonomi dan kebebasan sipil akan makin baik dengan adanya perkembanganperkembangan tersebut, khususnya di Indonesia? Inilah bahan pemikiran dan pekerjaan rumah yang belum dituntaskan oleh kalangan "civil society" di Indonesia, tak terkecuali JIL. Menginjak usianya yang keenam tahun, JIL ingin memperingatinya dengan sebuah perhelatan intelektual berbentuk diskusi dengan topik yang oleh sebagian orang sudah dianggap basi itu, tapi terus mendapat gangguan di sana-sini, yaitu soal Agama dan Ruang Publik: Memperbincangkan Kembali Sekularisme. Selain diskusi, ultah ini juga akan disemarakkan oleh pemutaran film yang bertemakan agama dan kebebasan paling mutakhir. Jadwal Pemutaran Film dan Diskusi HARI PERTAMA, KAMIS, 22 MARET 2007 15.00 Pemutaran Film "The War Within" 17.00 Pembukaan Acara Ulang Tahun Ke-6 JIL dan Pemutaran Film "Islam in Indonesia: The Progressives" tentang Jaringan Islam Liberal di acara "Compass" Stasiun Televisi ABC, Australia. 19.00 Diskusi tema "Sekularisme: Konsepsi dan Teori" Narasumber: Franky Budi Hardiman, Ioanes Rakhmat, Ihsan Ali-Fauzi Moderator : Hamid Basyaib HARI KEDUA, JUM'AT, 23 MARET 2007 14.00 Pemutaran film "Fatwa" 16.00 Pemutaran film "Soldier of God" 19.00 Diskusi tema "Sekularisme dalam Praktik: Pengalaman Beberapa Negara" Narasumber: Dick van der Meij, Rizal Mallarangeng, Syamsurizal Panggabean Moderator : Novriantoni Kahar HARI KETIGA, SABTU, 24 MARET 2007 14.00 Pemutaran film "Promised Paradise" 16.00 Pemutaran film "The Road to Guantanamo" 19.00 Diskusi tema "Sekularisme: Prospek dan Tantangannya" Narasumber: Martin Lukito Sinaga, Gadis Arivia, Saiful Mujani Moderator : Mohamad Guntur Romli Kontak dan informasi: Ade (021-8573388 ext. 128) = Dua Abad Islam Liberal LUTHFI ASSYAUKANIE Sebagai gerakan lokal, Jaringan Islam Liberal Maret ini baru berusia enam tahun, tapi sebagai gerakan global, Islam Liberaldari mana istilah JIL berasalsesungguhnya telah berusia dua abad lebih. Mengambil patokan tahun 1798, usia Islam Liberal mencapai 209 tahun. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0703/02/Bentara/3344564.htm Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Sucker-punch spam with award-winning protection. Try the free Yahoo! Mail Beta. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diskusi TUK: MENYOAL ESTETIKA FILM INDONESIA MUTAKHIR
Undangan Diskusi Rabu, 21 Maret 2007, 19:00 WIB di Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H MENYOAL ESTETIKA FILM INDONESIA MUTAKHIR Narasumber: Budi Irawanto dan Eric Sasono. Setidaknya dalam enam tahun terakhir telah terjadi gerak bangkit dunia perfilman Indonesia. Cukup banyak karya para sineas muda lahir dan beredar, tidak hanya di lingkungan dalam negeri, tetapi juga memasuki kancah pergaulan dunia. Beberapa di antara karya mutakhir itu bahkan mendapat penghargaan di sejumlah festival film mancanegara. Belakangan, di tengah maraknya kegiatan perfilman di pelbagai kota di Indonesia, perseteruan antara Masyarakat Film Indonesia (MFI) dan Dewan Juri FFI 2006 membuat segi politik perfilman kita kian menampakkan persoalan-persoalannya. Seraya mengingat pentingnya melakukan perombakan kebijakan demi perbaikan kehidupan film kita di masa kini dan mendatang, perlu pula kita pikirkan sebuah soal yang tak kalah penting: Apakah kebangkitan dunia film mutakhir kita sekaligus menyuguhkan suatu estetika sinematik yang berarti dan layak diperbincangkan? Pertanyaan semacam ini adalah sebentuk kegelisahan yang wajar dan bahkan penting bagi kelanjutan penciptaan karya-karya film yang kian berbobot. Bulan Maret ini TUK akan menghadirkan dua pengamat perfilman, Budi Irawanto (peneliti film Indonesia dan staf pengajar Universitas Gadjah Mada) dan Eric Sasono (kritikus film) untuk membahas persoalan estetika film Indonesia mutakhir. Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Looking for earth-friendly autos? Browse Top Cars by "Green Rating" at Yahoo! Autos' Green Center. [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Lowongan Kerja di Jurnal Kebudayaan KALAM
Salam, Moderator Yth, Saya numpang iklan lowongan kerja ini, bagi kawan-kawan yang tertarik silakan mencoba, hanya dibutuhkan satu orang saja. Terima kasih -Guntur- == Jurnal Kebudayaan KALAM mencari tenaga gajian paruh-waktu untuk menulis kronik peristiwa dan berita buku. Syarat-syarat: 1. Bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek); 2. Berusia tidak lebih dari 30 tahun; 3. Gemar membaca dan berdiskusi serta menyukai kesenian; 4. Bisa menggunakan komputer dan berselancar di internet; 5. Mampu menulis dalam bahasa Indonesia yang terang dan bagus; 6. Menguasai bahasa Inggris dengan baik (kemampuan dalam bahasa asing lain merupakan nilai tambah); 7. Sanggup menghasilkan 6 (enam) tulisan pendek berupa kronik peristiwa dan berita buku setiap minggu (panjang masing-masing tulisan kira-kira 200 kata atau 1.500 karakter dengan spasi). Jika anda berminat dan memenuhi syarat-syarat di atas, silakan kirim surat lamaran disertai daftar riwayat hidup (curriculum vitae) lengkap, pasfoto berwarna ukuran 4 x 6, dan sedikitnya 2 (dua) contoh tulisan nonfiksi asli karya anda ke [EMAIL PROTECTED] atau (via pos): Jurnal Kebudayaan KALAM Jl. Utan Kayu 68H Jakarta 13120 Surat lamaran harus sudah sampai di alamat kami selambat-lambatnya Jumat, 23 Maret 2007. Pelamar yang dianggap layak akan diundang untuk wawancara dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penutupan lamaran. Salam, Redaksi Jurnal Kebudayaan KALAM Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut. [Non-text portions of this message have been removed]