Re: [GELORA45] Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

2020-03-21 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Dipanggil Butut tidak mau. Mau diberi gelar Cuk Nyat tidak mau,
takut disebut Bu Nyatut

Op za 21 mrt. 2020 om 08:35 schreef Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com
[GELORA45] :

>
>
>
> Gambarnya mirip Bu Tut.
>
> On Sat, Mar 21, 2020 at 4:11 AM ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <
> GELORA45@yahoogroups.com> wrote:
>
>>
>>
>> Mungkin ada PROBLEM SERIUS yang patut diperhatikan, "Mengapa kekerasan
>> seksual terjadi pada anak2!" bahkan anak2 hanya diklas SD-2 saja! Masih 7-8
>> tahun, dibawah usia 10 tahun, bukan lagi seperti dahulu hanya terdengar
>> pada anak2 SMP-SMA yang sudah belasan tahun! Anak2 yang memang sudah
>> beranjak masa pubertas, sudah ada rangsang hubungan beda klamin, ... atau
>> masa pubertas jadi menurun beberapa tahun??? Apa sebab???
>>
>> Ada ahli biologis menyatakan, perubahan manusia cepat pubertas banyak
>> diakibatkan makanan! Mengandung hormon, ... disamping makin banyak dan
>> mudahnya anak2 mengakses medsos yang tidak sedikit tayangan porno, membuat
>> anak-anak lebih cepat dewasa dari usia anak2 umumnya!
>>
>> Tapi, kalau kejadian pelecehan seksual sampai anak perempuan SD-2 merasa
>> kelaminnya sakit, sedang kepala sekolah menganggap sebagai "KENAKALAN
>> Biasa!" ini sudah keterlaluan! Dan itu dilakukan oleh 4 anak kakak klas!
>> Atau kepala sekolah itu sudah TIDAK SEHAT??? Mengasuh anak2 sekolah jadi
>> bejat, ... dan boleh dianggap kenakalan biasa saja???
>>
>>
>> On 21/3/2020 上午3:46, 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] wrote:
>>
>>
>>
>>
>>
>> --
>> j.gedearka  
>>
>>
>> https://news..detik.com/kolom/d-4947421/kekerasan-seksual-di-sekolah-bukan-iseng?tag_from=wp_cb_kolom_list
>> 
>>
>> Kolom Kalis Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng
>> Kalis Mardiasih - detikNews
>> Jumat, 20 Mar 2020 17:56 WIB
>> 0 komentar
>> 
>> SHARE   URL telah disalin
>> 
>> [image: kalis mardiasih]Kalis Mardiasih (Ilustrasi: Edi
>> Wahyono/detikcom)
>> *Jakarta* -
>>
>> Setelah saya punya pemahaman yang cukup baik tentang pelecehan seksual
>> dan kekerasan seksual, saya mulai bisa mengingat kejadian-kejadian yang
>> saya lihat pada masa sekolah. Siswa laki-laki yang menjebret tali bra teman
>> perempuan, hingga sekelompok siswa laki-laki yang memaksa meminta uang
>> teman perempuan dengan langsung mengambil dari saku bajunya.
>>
>> Dulu, saya diam saja. Barangkali saya pengecut, mungkin juga kebingungan
>> mesti berbuat apa. Kini saya tahu, kebingungan itu disebabkan karena saya
>> belum punya pengetahuan bahwa peristiwa yang saya saksikan tergolong
>> pelecehan seksual. Otak saya tidak punya instrumen bahasa untuk menamai
>> peristiwa itu sebagai pelecehan. Naluri remaja saya sadar jika hal itu
>> buruk, tapi saya tak punya pengetahuan soal relasi kuasa antara
>> pelaku-korban sehingga hanya bisa diam.
>>
>> Sore hari, tanggal 13 Maret 2020, pembaca berita sebuah stasiun televisi
>> menelepon secara* live* Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Bungo Jambi.
>> Ia berusaha mengonfirmasi berita kekerasan seksual pemerkosaan yang menimpa
>> siswi kelas 2 SD oleh 4 kakak kelasnya. Peristiwa tersebut terjadi dalam
>> lingkungan sekolah saat jam sekolah.
>>
>> Kepala Dinas Pendidikan menjawab dengan gelagapan. Ia bilang, peristiwa
>> kekerasan seksual itu sebagai kenakalan siswa biasa. Saat pembaca berita
>> menanyakan kondisi siswi yang menjadi korban, dengan sangat enteng Bapak
>> Kepala Dinas menjawab bahwa kondisinya baik-baik saja, bahkan siswi sudah
>> masuk sekolah seperti biasa.
>>
>> Beberapa hari sebelumnya, di media sosial viral sebuah video pelecehan
>> seksual kepada siswi SMA di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara..
>> Aksi pelecehan seksual tersebut dilakukan beramai-ramai oleh sekelompok
>> siswa di dalam kelas dengan masih mengenakan seragam sekolah. Pihak
>> sekolah, lagi-lagi mengatakan bahwa peristiwa itu kenakalan biasa.
>>
>> Saya melihat video pelecehan seksual yang viral itu karena mention salah
>> satu pengikut di Twitter. Saya berhenti menontonnya sebelum selesai karena
>> tak kuat.
>>
>> Siswi SD perempuan korban pemerkosaan mengaku alat kelaminnya sakit dan
>> takut berangkat ke sekolah sehingga ia melapor kepada ibunya.
>>
>> Korban video pelecehan seksual konon telah didampingi oleh lembaga
>> perlindungan perempuan dan anak untuk pemulihan psikis pascatrauma.
>>
>> Dan saya tak sanggup membayangkan, bagaimana kedua anak perempuan ini
>> menjalani hari-hari ke depan. Mungkin mereka akan selalu ketakutan ketika
>> ada laki-laki berjalan mendekat. Mungkin ada kelainan atau penyakit
>> lanjutan pada alat kelaminnya. Rasa percaya diri mereka hilang seumur hidup
>> dan seolah tak ada lagi cita-cita serta masa depan karena merasa 

Re: [GELORA45] Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

2020-03-21 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Gambarnya mirip Bu Tut.

On Sat, Mar 21, 2020 at 4:11 AM ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
> Mungkin ada PROBLEM SERIUS yang patut diperhatikan, "Mengapa kekerasan
> seksual terjadi pada anak2!" bahkan anak2 hanya diklas SD-2 saja! Masih 7-8
> tahun, dibawah usia 10 tahun, bukan lagi seperti dahulu hanya terdengar
> pada anak2 SMP-SMA yang sudah belasan tahun! Anak2 yang memang sudah
> beranjak masa pubertas, sudah ada rangsang hubungan beda klamin, ... atau
> masa pubertas jadi menurun beberapa tahun??? Apa sebab???
>
> Ada ahli biologis menyatakan, perubahan manusia cepat pubertas banyak
> diakibatkan makanan! Mengandung hormon, ... disamping makin banyak dan
> mudahnya anak2 mengakses medsos yang tidak sedikit tayangan porno, membuat
> anak-anak lebih cepat dewasa dari usia anak2 umumnya!
>
> Tapi, kalau kejadian pelecehan seksual sampai anak perempuan SD-2 merasa
> kelaminnya sakit, sedang kepala sekolah menganggap sebagai "KENAKALAN
> Biasa!" ini sudah keterlaluan! Dan itu dilakukan oleh 4 anak kakak klas!
> Atau kepala sekolah itu sudah TIDAK SEHAT??? Mengasuh anak2 sekolah jadi
> bejat, ... dan boleh dianggap kenakalan biasa saja???
>
>
> On 21/3/2020 上午3:46, 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] wrote:
>
>
>
>
>
> --
> j.gedearka  
>
>
> https://news.detik.com/kolom/d-4947421/kekerasan-seksual-di-sekolah-bukan-iseng?tag_from=wp_cb_kolom_list
>
> Kolom Kalis Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng
> Kalis Mardiasih - detikNews
> Jumat, 20 Mar 2020 17:56 WIB
> 0 komentar
> 
> SHARE   URL telah disalin
> 
> [image: kalis mardiasih]Kalis Mardiasih (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
> *Jakarta* -
>
> Setelah saya punya pemahaman yang cukup baik tentang pelecehan seksual dan
> kekerasan seksual, saya mulai bisa mengingat kejadian-kejadian yang saya
> lihat pada masa sekolah. Siswa laki-laki yang menjebret tali bra teman
> perempuan, hingga sekelompok siswa laki-laki yang memaksa meminta uang
> teman perempuan dengan langsung mengambil dari saku bajunya.
>
> Dulu, saya diam saja. Barangkali saya pengecut, mungkin juga kebingungan
> mesti berbuat apa. Kini saya tahu, kebingungan itu disebabkan karena saya
> belum punya pengetahuan bahwa peristiwa yang saya saksikan tergolong
> pelecehan seksual. Otak saya tidak punya instrumen bahasa untuk menamai
> peristiwa itu sebagai pelecehan. Naluri remaja saya sadar jika hal itu
> buruk, tapi saya tak punya pengetahuan soal relasi kuasa antara
> pelaku-korban sehingga hanya bisa diam.
>
> Sore hari, tanggal 13 Maret 2020, pembaca berita sebuah stasiun televisi
> menelepon secara* live* Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Bungo Jambi. Ia
> berusaha mengonfirmasi berita kekerasan seksual pemerkosaan yang menimpa
> siswi kelas 2 SD oleh 4 kakak kelasnya. Peristiwa tersebut terjadi dalam
> lingkungan sekolah saat jam sekolah.
>
> Kepala Dinas Pendidikan menjawab dengan gelagapan. Ia bilang, peristiwa
> kekerasan seksual itu sebagai kenakalan siswa biasa. Saat pembaca berita
> menanyakan kondisi siswi yang menjadi korban, dengan sangat enteng Bapak
> Kepala Dinas menjawab bahwa kondisinya baik-baik saja, bahkan siswi sudah
> masuk sekolah seperti biasa.
>
> Beberapa hari sebelumnya, di media sosial viral sebuah video pelecehan
> seksual kepada siswi SMA di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara.
> Aksi pelecehan seksual tersebut dilakukan beramai-ramai oleh sekelompok
> siswa di dalam kelas dengan masih mengenakan seragam sekolah. Pihak
> sekolah, lagi-lagi mengatakan bahwa peristiwa itu kenakalan biasa.
>
> Saya melihat video pelecehan seksual yang viral itu karena mention salah
> satu pengikut di Twitter. Saya berhenti menontonnya sebelum selesai karena
> tak kuat.
>
> Siswi SD perempuan korban pemerkosaan mengaku alat kelaminnya sakit dan
> takut berangkat ke sekolah sehingga ia melapor kepada ibunya.
>
> Korban video pelecehan seksual konon telah didampingi oleh lembaga
> perlindungan perempuan dan anak untuk pemulihan psikis pascatrauma.
>
> Dan saya tak sanggup membayangkan, bagaimana kedua anak perempuan ini
> menjalani hari-hari ke depan. Mungkin mereka akan selalu ketakutan ketika
> ada laki-laki berjalan mendekat. Mungkin ada kelainan atau penyakit
> lanjutan pada alat kelaminnya. Rasa percaya diri mereka hilang seumur hidup
> dan seolah tak ada lagi cita-cita serta masa depan karena merasa dirinya
> tak lagi berharga. Fase yang paling berat adalah menyembuhkan trauma tiap
> kali video yang terlanjur viral itu muncul lagi ke hadapannya.
>
> Di sekolah, sama dengan kampus atau lembaga terhormat lain, pada umumnya
> kasus pelecehan seksual kepada perempuan dianggap bukan persoalan serius.
> Saya melakukan jajak pendapat di Instagram. Para perempuan yang memiliki
> pengalaman pelecehan 

Re: [GELORA45] Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

2020-03-20 Terurut Topik ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
Mungkin ada PROBLEM SERIUS yang patut diperhatikan, "Mengapa kekerasan 
seksual terjadi pada anak2!" bahkan anak2 hanya diklas SD-2 saja! Masih 
7-8 tahun, dibawah usia 10 tahun, bukan lagi seperti dahulu hanya 
terdengar pada anak2 SMP-SMA yang sudah belasan tahun! Anak2 yang memang 
sudah beranjak masa pubertas, sudah ada rangsang hubungan beda klamin, 
 atau masa pubertas jadi menurun beberapa tahun??? Apa sebab???


Ada ahli biologis menyatakan, perubahan manusia cepat pubertas banyak 
diakibatkan makanan! Mengandung hormon, ... disamping makin banyak dan 
mudahnya anak2 mengakses medsos yang tidak sedikit tayangan porno, 
membuat anak-anak lebih cepat dewasa dari usia anak2 umumnya!


Tapi, kalau kejadian pelecehan seksual sampai anak perempuan SD-2 merasa 
kelaminnya sakit, sedang kepala sekolah menganggap sebagai "KENAKALAN 
Biasa!" ini sudah keterlaluan! Dan itu dilakukan oleh 4 anak kakak klas! 
Atau kepala sekolah itu sudah TIDAK SEHAT??? Mengasuh anak2 sekolah jadi 
bejat, ... dan boleh dianggap kenakalan biasa saja???



On 21/3/2020 上午3:46, 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] wrote:




--
j.gedearka 

https://news.detik.com/kolom/d-4947421/kekerasan-seksual-di-sekolah-bukan-iseng?tag_from=wp_cb_kolom_list


Kolom Kalis


  Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

Kalis Mardiasih - detikNews
Jumat, 20 Mar 2020 17:56 WIB
0 komentar 

SHAREURL telah disalin 


kalis mardiasihKalis Mardiasih (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)

*Jakarta*-

Setelah saya punya pemahaman yang cukup baik tentang pelecehan seksual 
dan kekerasan seksual, saya mulai bisa mengingat kejadian-kejadian 
yang saya lihat pada masa sekolah. Siswa laki-laki yang menjebret tali 
bra teman perempuan, hingga sekelompok siswa laki-laki yang memaksa 
meminta uang teman perempuan dengan langsung mengambil dari saku bajunya.


Dulu, saya diam saja. Barangkali saya pengecut, mungkin juga 
kebingungan mesti berbuat apa. Kini saya tahu, kebingungan itu 
disebabkan karena saya belum punya pengetahuan bahwa peristiwa yang 
saya saksikan tergolong pelecehan seksual. Otak saya tidak punya 
instrumen bahasa untuk menamai peristiwa itu sebagai pelecehan. Naluri 
remaja saya sadar jika hal itu buruk, tapi saya tak punya pengetahuan 
soal relasi kuasa antara pelaku-korban sehingga hanya bisa diam.


Sore hari, tanggal 13 Maret 2020, pembaca berita sebuah stasiun 
televisi menelepon secara/live/Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Bungo 
Jambi. Ia berusaha mengonfirmasi berita kekerasan seksual pemerkosaan 
yang menimpa siswi kelas 2 SD oleh 4 kakak kelasnya. Peristiwa 
tersebut terjadi dalam lingkungan sekolah saat jam sekolah.


Kepala Dinas Pendidikan menjawab dengan gelagapan. Ia bilang, 
peristiwa kekerasan seksual itu sebagai kenakalan siswa biasa. Saat 
pembaca berita menanyakan kondisi siswi yang menjadi korban, dengan 
sangat enteng Bapak Kepala Dinas menjawab bahwa kondisinya baik-baik 
saja, bahkan siswi sudah masuk sekolah seperti biasa.


Beberapa hari sebelumnya, di media sosial viral sebuah video pelecehan 
seksual kepada siswi SMA di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi 
Utara. Aksi pelecehan seksual tersebut dilakukan beramai-ramai oleh 
sekelompok siswa di dalam kelas dengan masih mengenakan seragam 
sekolah. Pihak sekolah, lagi-lagi mengatakan bahwa peristiwa itu 
kenakalan biasa.


Saya melihat video pelecehan seksual yang viral itu karena mention 
salah satu pengikut di Twitter. Saya berhenti menontonnya sebelum 
selesai karena tak kuat.


Siswi SD perempuan korban pemerkosaan mengaku alat kelaminnya sakit 
dan takut berangkat ke sekolah sehingga ia melapor kepada ibunya.


Korban video pelecehan seksual konon telah didampingi oleh lembaga 
perlindungan perempuan dan anak untuk pemulihan psikis pascatrauma.


Dan saya tak sanggup membayangkan, bagaimana kedua anak perempuan ini 
menjalani hari-hari ke depan. Mungkin mereka akan selalu ketakutan 
ketika ada laki-laki berjalan mendekat. Mungkin ada kelainan atau 
penyakit lanjutan pada alat kelaminnya. Rasa percaya diri mereka 
hilang seumur hidup dan seolah tak ada lagi cita-cita serta masa depan 
karena merasa dirinya tak lagi berharga. Fase yang paling berat adalah 
menyembuhkan trauma tiap kali video yang terlanjur viral itu muncul 
lagi ke hadapannya.


Di sekolah, sama dengan kampus atau lembaga terhormat lain, pada 
umumnya kasus pelecehan seksual kepada perempuan dianggap bukan 
persoalan serius. Saya melakukan jajak pendapat di Instagram. Para 
perempuan yang memiliki pengalaman pelecehan seksual pernah melapor 
kepada layanan bimbingan dan konseling di sekolah, lalu mendapat 
respons yang mengecewakan. Guru hanya menganggap pelecehan seksual 
sebagai sebuah keisengan. Siswa perempuan diminta menjaga rahasia. Dan 
pelakunya, siswa 

[GELORA45] Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

2020-03-20 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 


https://news.detik.com/kolom/d-4947421/kekerasan-seksual-di-sekolah-bukan-iseng?tag_from=wp_cb_kolom_list


Kolom Kalis

Kekerasan Seksual di Sekolah Bukan Iseng

Kalis Mardiasih - detikNews
Jumat, 20 Mar 2020 17:56 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
kalis mardiasih
Kalis Mardiasih (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Setelah saya punya pemahaman yang cukup baik tentang pelecehan seksual dan 
kekerasan seksual, saya mulai bisa mengingat kejadian-kejadian yang saya lihat 
pada masa sekolah. Siswa laki-laki yang menjebret tali bra teman perempuan, 
hingga sekelompok siswa laki-laki yang memaksa meminta uang teman perempuan 
dengan langsung mengambil dari saku bajunya.

Dulu, saya diam saja. Barangkali saya pengecut, mungkin juga kebingungan mesti 
berbuat apa. Kini saya tahu, kebingungan itu disebabkan karena saya belum punya 
pengetahuan bahwa peristiwa yang saya saksikan tergolong pelecehan seksual. 
Otak saya tidak punya instrumen bahasa untuk menamai peristiwa itu sebagai 
pelecehan. Naluri remaja saya sadar jika hal itu buruk, tapi saya tak punya 
pengetahuan soal relasi kuasa antara pelaku-korban sehingga hanya bisa diam.

Sore hari, tanggal 13 Maret 2020, pembaca berita sebuah stasiun televisi 
menelepon secara live Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Bungo Jambi. Ia 
berusaha mengonfirmasi berita kekerasan seksual pemerkosaan yang menimpa siswi 
kelas 2 SD oleh 4 kakak kelasnya. Peristiwa tersebut terjadi dalam lingkungan 
sekolah saat jam sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan menjawab dengan gelagapan. Ia bilang, peristiwa 
kekerasan seksual itu sebagai kenakalan siswa biasa. Saat pembaca berita 
menanyakan kondisi siswi yang menjadi korban, dengan sangat enteng Bapak Kepala 
Dinas menjawab bahwa kondisinya baik-baik saja, bahkan siswi sudah masuk 
sekolah seperti biasa.

Beberapa hari sebelumnya, di media sosial viral sebuah video pelecehan seksual 
kepada siswi SMA di Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara. Aksi 
pelecehan seksual tersebut dilakukan beramai-ramai oleh sekelompok siswa di 
dalam kelas dengan masih mengenakan seragam sekolah. Pihak sekolah, lagi-lagi 
mengatakan bahwa peristiwa itu kenakalan biasa.

Saya melihat video pelecehan seksual yang viral itu karena mention salah satu 
pengikut di Twitter. Saya berhenti menontonnya sebelum selesai karena tak kuat.

Siswi SD perempuan korban pemerkosaan mengaku alat kelaminnya sakit dan takut 
berangkat ke sekolah sehingga ia melapor kepada ibunya.

Korban video pelecehan seksual konon telah didampingi oleh lembaga perlindungan 
perempuan dan anak untuk pemulihan psikis pascatrauma.

Dan saya tak sanggup membayangkan, bagaimana kedua anak perempuan ini menjalani 
hari-hari ke depan. Mungkin mereka akan selalu ketakutan ketika ada laki-laki 
berjalan mendekat. Mungkin ada kelainan atau penyakit lanjutan pada alat 
kelaminnya. Rasa percaya diri mereka hilang seumur hidup dan seolah tak ada 
lagi cita-cita serta masa depan karena merasa dirinya tak lagi berharga. Fase 
yang paling berat adalah menyembuhkan trauma tiap kali video yang terlanjur 
viral itu muncul lagi ke hadapannya.

Di sekolah, sama dengan kampus atau lembaga terhormat lain, pada umumnya kasus 
pelecehan seksual kepada perempuan dianggap bukan persoalan serius. Saya 
melakukan jajak pendapat di Instagram. Para perempuan yang memiliki pengalaman 
pelecehan seksual pernah melapor kepada layanan bimbingan dan konseling di 
sekolah, lalu mendapat respons yang mengecewakan. Guru hanya menganggap 
pelecehan seksual sebagai sebuah keisengan. Siswa perempuan diminta menjaga 
rahasia. Dan pelakunya, siswa laki-laki tidak dihukum.

Jangan-jangan, karena memang perempuan tidak dianggap sebagai manusia seutuhnya.

Kesedihan korban dianggap bisa segera berlalu sebab anak perempuan kelak dapat 
segera dinikahkan dan masalah pun selesai dengan damai. Menikahkan anak 
perempuan sebagai solusi adalah satu tanda bahwa perempuan tidak memiliki 
agensi utuh terhadap dirinya sendiri. Perempuan dianggap tidak memiliki 
mimpinya sendiri. Perempuan dianggap tidak memiliki masa depan jika tanpa 
bantuan orang lain, dalam hal ini adalah pasangan hidup.

Lembaga sekolah, lembaga kampus dan lembaga terhormat lainnya berusaha sekuat 
tenaga menutupi kasus kekerasan seksual yang terjadi atas nama "nama baik".

Kepala sekolah hingga kepala dinas lebih memilih ketakutan jika kasus menjadi 
isu nasional. Padahal, publik akan bangga jika sebagai pimpinan, ia dapat 
berpihak kepada korban dan menyelesaikan kasus dengan rasa keadilan, apapun 
risikonya. Prestasi sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan telah diukur 
lewat sejumlah hal yang bersifat administratif. Pemimpin yang menyelesaikan 
kasus pelecehan seksual di sekolah atau kampus sepertinya tidak akan 
mempengaruhi kenaikan poin atau jabatan, sehingga perjuangan ini jadi tidak 
penting.

Jika pelakunya adalah seorang guru besar atau profesor, apalagi yang dalam 
keseharian memiliki citra religius, pelecehan seksual juga