Re: [GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0
Ha...ha... orang lupa bahwa SDM yang mendukung industri di jaman Deng sudah disiapkan oleh Tiongkok sosialis jaman Mao bukan Deng yang susah payah membangun SDM... Itu dibangun dengan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan gratis selama hampir 30 tahun sosialisme di Tiongkok. Deng tinggal membuka pintu lebar-lebar kepada modal asing dan menyerahkan buruh dan tani Tiongkok sebagai sapi perahan/tenaga kerja murah!!! Untuk itu dia hapuskan semua jaminan sosial dan hak-hak demokratis dan politik kaum buruh: sistim kerja 8 jam, status pekerja tetap seumur hidup sehingga tidak ada buruh kontrak yang dapat dipecat sewaktu-waktu, hak bicara, hak berdiskusi, hak menulis koran dinding, hak mengeluarkan pendapat secara bebas, hak liburTahu kan hasil karyanya Deng: buruh kerja 12 jam sehari 6 atau bahkan 7 hari seminggu, kerja lembur kadang-kadang tak dibayar atay terlambat, kondisi kerja yang membahayakan kesehatan bahkan nyawanya, hilang semua hak politik dan demokratis/pembungkaman suara buruh, pendidikan dan layanan kesehatan tidak gratis lagi. Kaum buruh tidak berdaya, hanya boleh mengemis kepada kebaikan kaum bilyuner yang memberi sedekah melalui proyek-proyek charity... Itulah yang selalu dibanggakan orang-orang revisionis: kaum kapitalis menyumbang menuntaskan kemiskinan...ha...ha.. iya, supaya kaum buruh dan taninya tetap mau kowtow dan tunduk On Tuesday, April 16, 2019, 7:06:08 PM GMT+2, Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] wrote: Jaman Deng masih Industri 3.0, istilah industri 4.0 baru mulai th 2013. Sebenarnya ada 2 jalan, mengirim pelajar2 keluar negeri tetapi biayanya lebih mahal, yg lebih murah mengundang dosen luar yg bagus mengajar di Indonesia. Cuman sayangnya gaji/imbalan yg ditawarkan cekak banget sehingga hasilnya hanya mereka yg baru lulus atau yg volunteer ala kadarnya 1-2 quarter/semester sambil menikmati suasana berbeda. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN. Kutipan: BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report published Monday. Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 2016, up 3.97 percent from the previous year. As of 2016, China was still a major source of international students studying in the United States, Canada, Australia, Japan, the Republic of Korea, and the United Kingdom, according to the report. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu syriah dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi semua persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian Agama sedang mempersiapkan 5.000 pakar ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat dan revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau. http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0 Sumber Foto : Istimewa Sri Mulyani Indrawati Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0 Kamis , 11 April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan. "Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi. Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis (11/4/2019). Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan,
[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0
Saya jumpai cukup banyak orang Indonesia yg belajar di US, selain mereka yg didukung pembiayaan orang tua banyak juga yg dapat scholarship. Ada yg pernah tinggal sebentar ditempat saya di LA dapat scholarship utk graduate study, tapi sayangnya bidang yg diambil social science itupun jurusan yg utk cari kerjaan sukar, waktu saya tanya kenapa kok pilih jurusan itu jawabnya karena jurusan2 sebangsa itulah yg scholarship-nya tersedia. Selain itu dalam jumlah lebih sedikit mereka yg dikirim pemerintah Indonesia utk belajar, juga pernah saya jumpai waktu baru datang akan belajar di UCLA, nah yg dikirim oleh pemerintah ini pilihan jurusannya lebih fleksibel. On Tuesday, April 16, 2019, 8:46:32 AM PDT, b...@yahoo.com [GELORA45] wrote: Bukan saja Tkk tetapi India yg sekarang akan menjadi maju di STEM adalah no 2 yg mempunyai banyaknya mahasiswa2 di LN. Dulu sebelum Korea Selatan maju, juga mengirim mahasiswa2 nya utk belajar di LN Dulu waktu saya belajar bhs Jerman di kota Heidelberg, di Jerman, malahan ber-sama2 orang Jepang, yg mau mempelajari industri mobil di Jerman. Waktu itu mobil Jepsng masih butut yg ada di Jerman, misal, mobil Datsun, yg sekarang namanya Nissan, yg banyak di Amerika Utara setelah Toyota dan Honda.
[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0
Bukan saja Tkk tetapi India yg sekarang akan menjadi maju di STEM adalah no 2 yg mempunyai banyaknya mahasiswa2 di LN. Dulu sebelum Korea Selatan maju, juga mengirim mahasiswa2 nya utk belajar di LN Dulu waktu saya belajar bhs Jerman di kota Heidelberg, di Jerman, malahan ber-sama2 orang Jepang, yg mau mempelajari industri mobil di Jerman. Waktu itu mobil Jepsng masih butut yg ada di Jerman, misal, mobil Datsun, yg sekarang namanya Nissan, yg banyak di Amerika Utara setelah Toyota dan Honda.
[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0
Jaman Deng masih Industri 3.0, istilah industri 4.0 baru mulai th 2013. Sebenarnya ada 2 jalan, mengirim pelajar2 keluar negeri tetapi biayanya lebih mahal, yg lebih murah mengundang dosen luar yg bagus mengajar di Indonesia. Cuman sayangnya gaji/imbalan yg ditawarkan cekak banget sehingga hasilnya hanya mereka yg baru lulus atau yg volunteer ala kadarnya 1-2 quarter/semester sambil menikmati suasana berbeda. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN. Kutipan: BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report published Monday. Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 2016, up 3.97 percent from the previous year. As of 2016, China was still a major source of international students studying in the United States, Canada, Australia, Japan, the Republic of Korea, and the United Kingdom, according to the report. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu syriah dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi semua persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian Agama sedang mempersiapkan 5.000 pakar ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat dan revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau. http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0 Sumber Foto : Istimewa Sri Mulyani Indrawati Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0 Kamis , 11 April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan. "Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi. Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis (11/4/2019). Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan, bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan yang merata di wilayah Indonesia yang sangat luas. Selanjutnya, meningkatkan kualitas pendidikan dengan anggaran yang telah didesentralisasi dengan penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Kemudian, bagaimana pendidikan menghasilkan keterampilan yang tepat. Pemerintah saat ini mengalokasikan anggaran tertinggi dalam APBN bukan untuk militer tapi untuk pendidikan sebesar 20 persen. Ketiga, melibatkan pihak swasta agar bisa berpartisipasi dalam pendidikan. Salah satunya adalah dengan memberikan insentif seperti pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi serta dana abadi pendidikan untuk riset. "Dalam kebijakan fiskal, kami memberikan beberapa mekanisme insentif antara lain insentif pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi. Kami juga membuat sovereign wealth fund untuk pendidikan dimana dalam periode 10 tahun telah menghasilkan banyak hal (sekaligus) untuk riset sebagai sarana alumni dan swasta untuk menguatkan riset dan development," jelasnya. Menkeu melanjutkan, membangun SDM merupakan tantangan yang sulit karena hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat. "Kalau anggaran infrastruktur, kita bisa melihat hasilnya. Sementara hasil belanja untuk human capital tidak terlihat secara langsung dan butuh waktu lama," jelas Menkeu. Oleh karena itu, Menkeu mengatakan, isu SDM juga perlu campur tangan teknologi. Ia menga
[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0
Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN. Kutipan: BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report published Monday. Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 2016, up 3.97 percent from the previous year. As of 2016, China was still a major source of international students studying in the United States http://search.news.cn/language/search.jspa?id=en&t1=0&t=1&ss=&btn=0&ct=Syria&n1=United+States&np=content, Canada, Australia, Japan http://search.news.cn/language/search.jspa?id=en&t1=0&t=1&ss=&btn=0&ct=Greece&n1=Japan&np=content, the Republic of Korea, and the United Kingdom, according to the report. ---In GELORA45@yahoogroups.com, wrote : Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu syriah dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi semua persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian Agama sedang mempersiapkan 5.000 pakar ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat dan revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau. http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0 http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0 Sumber Foto : Istimewa Sri Mulyani Indrawati Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0 Kamis , 11 April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan. "Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi. Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis (11/4/2019). Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan, bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan yang merata di wilayah Indonesia yang sangat luas. Selanjutnya, meningkatkan kualitas pendidikan dengan anggaran yang telah didesentralisasi dengan penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Kemudian, bagaimana pendidikan menghasilkan keterampilan yang tepat. Pemerintah saat ini mengalokasikan anggaran tertinggi dalam APBN bukan untuk militer tapi untuk pendidikan sebesar 20 persen. Ketiga, melibatkan pihak swasta agar bisa berpartisipasi dalam pendidikan. Salah satunya adalah dengan memberikan insentif seperti pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi serta dana abadi pendidikan untuk riset. "Dalam kebijakan fiskal, kami memberikan beberapa mekanisme insentif antara lain insentif pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi. Kami juga membuat sovereign wealth fund untuk pendidikan dimana dalam periode 10 tahun telah menghasilkan banyak hal (sekaligus) untuk riset sebagai sarana alumni dan swasta untuk menguatkan riset dan development," jelasnya. Menkeu melanjutkan, membangun SDM merupakan tantangan yang sulit karena hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat. "Kalau anggaran infrastruktur, kita bisa melihat hasilnya. Sementara hasil belanja untuk human capital tidak terlihat secara langsung dan butuh waktu lama," jelas Menkeu. Oleh karena itu, Menkeu mengatakan, isu SDM juga perlu campur tangan teknologi. Ia mengapresiasi salah satu solusi start up seperti Ruang Guru untuk mengurangi gap kualitas guru sekaligus sebagai alternatif siswa dapat