Re: [GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

2019-04-16 Terurut Topik Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
 Ha...ha... orang lupa bahwa SDM yang mendukung industri di jaman Deng sudah 
disiapkan oleh Tiongkok sosialis jaman Mao bukan Deng yang susah payah 
membangun SDM... Itu dibangun dengan pendidikan gratis dan pelayanan kesehatan 
gratis selama hampir 30 tahun sosialisme di Tiongkok. Deng tinggal membuka 
pintu lebar-lebar kepada modal asing dan menyerahkan buruh dan tani Tiongkok 
sebagai sapi perahan/tenaga kerja murah!!! Untuk itu dia hapuskan semua jaminan 
sosial dan hak-hak demokratis dan politik kaum buruh: sistim kerja 8 jam, 
status pekerja tetap seumur hidup sehingga tidak ada buruh kontrak yang dapat 
dipecat sewaktu-waktu, hak bicara, hak berdiskusi, hak menulis koran dinding, 
hak mengeluarkan pendapat secara bebas, hak liburTahu kan hasil karyanya 
Deng: buruh kerja 12 jam sehari 6 atau bahkan 7 hari seminggu, kerja lembur 
kadang-kadang tak dibayar atay terlambat, kondisi kerja yang membahayakan 
kesehatan bahkan nyawanya, hilang semua hak politik dan demokratis/pembungkaman 
suara buruh, pendidikan dan layanan kesehatan tidak gratis lagi. Kaum buruh 
tidak berdaya, hanya boleh mengemis kepada kebaikan kaum bilyuner yang memberi 
sedekah melalui proyek-proyek charity... Itulah yang selalu dibanggakan 
orang-orang revisionis: kaum kapitalis menyumbang menuntaskan 
kemiskinan...ha...ha.. iya, supaya kaum buruh  dan taninya tetap mau kowtow dan 
tunduk
On Tuesday, April 16, 2019, 7:06:08 PM GMT+2, Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45]  wrote:  
 
     

Jaman Deng masih Industri 3.0, istilah industri 4.0 baru mulai th 2013.
Sebenarnya ada 2 jalan, mengirim pelajar2 keluar negeri tetapi biayanya lebih 
mahal, yg lebih murah mengundang dosen luar yg bagus mengajar di Indonesia. 
Cuman sayangnya gaji/imbalan yg ditawarkan cekak banget sehingga hasilnya hanya 
mereka yg baru lulus atau yg volunteer ala kadarnya 1-2 quarter/semester sambil 
menikmati suasana berbeda.

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar 
Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk 
menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di 
Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia 
terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya 
tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim 
student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN 
seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, 
baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN. 
Kutipan: 

BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had 
studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report 
published Monday.

Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese 
think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 
2016, up 3.97 percent from the previous year.

As of 2016, China was still a major source of international students studying 
in the United States, Canada, Australia, Japan, the Republic of Korea, and the 
United Kingdom, according to the report.







---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :





Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu syriah 
dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi semua 
persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu 
langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian  Agama sedang mempersiapkan 5.000 
pakar ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat 
dan revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau.

http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0









Sumber Foto : Istimewa
Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

Kamis , 11 April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani 
Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam 
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi 
revolusi industri 4.0.

Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah 
mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

"Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini 
menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan 
penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi.

 Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan 
terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada 
eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, 
Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis 
(11/4/2019).

Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan,

[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

2019-04-16 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
 Saya jumpai cukup banyak orang Indonesia yg belajar di US, selain mereka yg 
didukung pembiayaan orang tua banyak juga yg dapat scholarship. Ada yg pernah 
tinggal sebentar ditempat saya di LA dapat scholarship utk graduate study, tapi 
sayangnya bidang yg diambil social science itupun jurusan yg utk cari kerjaan 
sukar, waktu saya tanya kenapa kok pilih jurusan itu jawabnya karena jurusan2 
sebangsa itulah yg scholarship-nya tersedia. Selain itu dalam jumlah lebih 
sedikit mereka yg dikirim pemerintah Indonesia utk belajar, juga pernah saya 
jumpai waktu baru datang akan belajar di UCLA, nah yg dikirim oleh pemerintah 
ini pilihan jurusannya lebih fleksibel.

On Tuesday, April 16, 2019, 8:46:32 AM PDT, b...@yahoo.com [GELORA45] 
 wrote:  
 
 Bukan saja Tkk tetapi India yg sekarang akan menjadi maju di STEM adalah no 2 
yg mempunyai banyaknya mahasiswa2 di LN. Dulu sebelum Korea Selatan maju, juga 
mengirim mahasiswa2 nya utk belajar di LN Dulu waktu saya belajar bhs Jerman di 
kota Heidelberg, di Jerman, malahan ber-sama2 orang Jepang, yg mau mempelajari 
industri mobil di Jerman. Waktu itu mobil Jepsng masih butut yg ada di Jerman, 
misal, mobil Datsun, yg sekarang namanya Nissan, yg banyak di Amerika Utara 
setelah Toyota dan Honda.  

[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

2019-04-16 Terurut Topik b...@yahoo.com [GELORA45]
Bukan saja Tkk tetapi India yg sekarang akan menjadi maju di STEM adalah no 2 
yg mempunyai banyaknya mahasiswa2 di LN. Dulu sebelum Korea Selatan maju, juga 
mengirim mahasiswa2 nya utk belajar di LN Dulu waktu saya belajar bhs Jerman di 
kota Heidelberg, di Jerman, malahan ber-sama2 orang Jepang, yg mau mempelajari 
industri mobil di Jerman. Waktu itu mobil Jepsng masih butut yg ada di Jerman, 
misal, mobil Datsun, yg sekarang namanya Nissan, yg banyak di Amerika Utara 
setelah Toyota dan Honda.

[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

2019-04-16 Terurut Topik Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
Jaman Deng masih Industri 3.0, istilah industri 4.0 baru mulai th 2013.
Sebenarnya ada 2 jalan, mengirim pelajar2 keluar negeri tetapi biayanya lebih 
mahal, yg lebih murah mengundang dosen luar yg bagus mengajar di Indonesia. 
Cuman sayangnya gaji/imbalan yg ditawarkan cekak banget sehingga hasilnya hanya 
mereka yg baru lulus atau yg volunteer ala kadarnya 1-2 quarter/semester sambil 
menikmati suasana berbeda.

---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar 
Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk 
menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di 
Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia 
terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya 
tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim 
student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN 
seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, 
baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN. 
Kutipan: 

BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had 
studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report 
published Monday.

Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese 
think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 
2016, up 3.97 percent from the previous year.

As of 2016, China was still a major source of international students studying 
in the United States, Canada, Australia, Japan, the Republic of Korea, and the 
United Kingdom, according to the report.







---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :





Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu syriah 
dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi semua 
persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu 
langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian  Agama sedang mempersiapkan 5.000 
pakar ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat 
dan revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau.

http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0









Sumber Foto : Istimewa
Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

Kamis , 11 April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani 
Indrawati mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam 
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi 
revolusi industri 4.0.

Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah 
mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

"Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini 
menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan 
penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi.

 Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan 
terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada 
eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, 
Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis 
(11/4/2019).

Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan, bagaimana cara 
meningkatkan kualitas pendidikan yang merata di wilayah Indonesia yang sangat 
luas. Selanjutnya, meningkatkan kualitas pendidikan dengan anggaran yang telah 
didesentralisasi dengan penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. 
Kemudian, bagaimana pendidikan menghasilkan keterampilan yang tepat. Pemerintah 
saat ini mengalokasikan anggaran tertinggi dalam APBN bukan untuk militer tapi 
untuk pendidikan sebesar 20 persen.

Ketiga, melibatkan pihak swasta agar bisa berpartisipasi dalam pendidikan.
 Salah satunya adalah dengan memberikan insentif seperti pengecualian pajak 
untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi serta 
dana abadi pendidikan untuk riset.

"Dalam kebijakan fiskal, kami memberikan beberapa mekanisme insentif antara 
lain insentif pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk 
riset dan pelatihan vokasi. Kami juga membuat sovereign wealth fund untuk 
pendidikan dimana dalam periode 10 tahun telah menghasilkan banyak hal 
(sekaligus) untuk riset sebagai sarana alumni dan swasta untuk menguatkan riset 
dan development," jelasnya.  

Menkeu melanjutkan, membangun SDM merupakan tantangan yang sulit karena 
hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat.

"Kalau anggaran infrastruktur, kita bisa melihat hasilnya. Sementara hasil 
belanja untuk human capital tidak terlihat secara langsung dan butuh waktu 
lama," jelas Menkeu.

Oleh karena itu, Menkeu mengatakan, isu SDM juga perlu campur tangan teknologi. 
Ia menga

[GELORA45] Re: Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0

2019-04-15 Terurut Topik b...@yahoo.com [GELORA45]
Sri Mulyani boleh pintar tentang ekonomi Indonesia. Tetapi dia tidak sepintar 
Deng X-Ping dalam membangun SDM utk Revolusi Industri 4.0. Dia menganjurkan utk 
menambah keuangan utk pendidikan, buku literatur, riset, palatihan vokasi di 
Indonesia. Namun, kalau kepandaian dari dosen/pengajar2 nya di Indonesia 
terbatas dan terkebelang dibanding dgn pengajar2 dari luar negeri, kemajuannya 
tidak akan banyak alias "stunting". Pemerintah Indonesia harus mengirim 
student2 nya ke luar negeri dulu, baru bisa menyontoh kemajuan yg ada di LN 
seperti yg dilakukan oleh Deng X-Ping. Baru kalau SDM nya yg pulang dari LN, 
baru bisa membangun industri nya, bahkan mengalahkan industri LN.  

 Kutipan: 
 BEIJING, Dec. 18 (Xinhua) -- More than 4.58 million Chinese students had 
studied or were studying overseas from 1978 to 2016, according to a report 
published Monday.
 Published by the Center for China and Globalization (CCG), a major Chinese 
think tank, the report said that 544,500 Chinese students studied abroad in 
2016, up 3.97 percent from the previous year.
 As of 2016, China was still a major source of international students studying 
in the United States 
http://search.news.cn/language/search.jspa?id=en&t1=0&t=1&ss=&btn=0&ct=Syria&n1=United+States&np=content,
 Canada, Australia, Japan 
http://search.news.cn/language/search.jspa?id=en&t1=0&t=1&ss=&btn=0&ct=Greece&n1=Japan&np=content,
 the Republic of Korea, and the United Kingdom, according to the report.
 

 


---In GELORA45@yahoogroups.com,  wrote :

 

 Tak usah kawatir Bu, karena ada prof Dr haji Kiyai Ma'ruf Amin ahli ilmu 
syriah dan ahli-ahli dari pesantren akan turut bekerja, bekerja untuk mengatasi 
semua persolan dan rintangan, demikian keterang seorang di kalangan pakar ilmu 
langitan. Patut dicatat bahwa Kementrian Agama sedang mempersiapkan 5.000 pakar 
ilmu langitan. Pasti mereka akan bersedia dan bisa mensejahterakan rakyat dan 
revolusi indunstri 05,06, 07 pun akan berhasil, demikian kata beliau.
 
http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0
 
http://www.sinarharapan.co/ekonomi/read/7824/sri_mulyani_beberkan_kelemahan_sdm_ri_hadapi_revolusi_industri_4_0
 
 
 
 
 
 
 Sumber Foto : Istimewa
Sri Mulyani Indrawati 
 Sri Mulyani Beberkan Kelemahan SDM RI Hadapi Revolusi Industri 4.0 Kamis , 11 
April 2019 | 10:36 JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati 
mengatakan ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan 
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 
4.0.
 Pertama adalah tingginya kasus stunting. Untuk itu, Pemerintah telah 
mengalokasikan 5 persen dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan.
 "Indonesia masih memiliki berbagai persoalan kesehatan seperti stunting. Ini 
menjadi salah satu tantangan terbesar di Indonesia. Kami kembangkan 
penanganannya dibantu oleh World Bank dengan penanganan lintas institusi.
  Dalam bidang kesehatan kami juga membuat universal health coverage. Tantangan 
terbesar bukan dalam anggaran ataupun kebijakannya namun terletak pada 
eksekusinya," jelas Menkeu dalam kuliah umum di Cornell University, New York, 
Amerika Serikat, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Kamis 
(11/4/2019).
 Tantangan kedua yaitu di bidang pendidikan. Menkeu mengatakan, bagaimana cara 
meningkatkan kualitas pendidikan yang merata di wilayah Indonesia yang sangat 
luas. Selanjutnya, meningkatkan kualitas pendidikan dengan anggaran yang telah 
didesentralisasi dengan penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. 
Kemudian, bagaimana pendidikan menghasilkan keterampilan yang tepat. Pemerintah 
saat ini mengalokasikan anggaran tertinggi dalam APBN bukan untuk militer tapi 
untuk pendidikan sebesar 20 persen.
 Ketiga, melibatkan pihak swasta agar bisa berpartisipasi dalam pendidikan.
 Salah satunya adalah dengan memberikan insentif seperti pengecualian pajak 
untuk buku literatur, insentif pajak untuk riset dan pelatihan vokasi serta 
dana abadi pendidikan untuk riset.
 "Dalam kebijakan fiskal, kami memberikan beberapa mekanisme insentif antara 
lain insentif pengecualian pajak untuk buku literatur, insentif pajak untuk 
riset dan pelatihan vokasi. Kami juga membuat sovereign wealth fund untuk 
pendidikan dimana dalam periode 10 tahun telah menghasilkan banyak hal 
(sekaligus) untuk riset sebagai sarana alumni dan swasta untuk menguatkan riset 
dan development," jelasnya.  
 Menkeu melanjutkan, membangun SDM merupakan tantangan yang sulit karena 
hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat.
 "Kalau anggaran infrastruktur, kita bisa melihat hasilnya. Sementara hasil 
belanja untuk human capital tidak terlihat secara langsung dan butuh waktu 
lama," jelas Menkeu.
 Oleh karena itu, Menkeu mengatakan, isu SDM juga perlu campur tangan 
teknologi. Ia mengapresiasi salah satu solusi start up seperti Ruang Guru untuk 
mengurangi gap kualitas guru sekaligus sebagai alternatif siswa dapat