[GM2020] Nothing Imposible

2009-03-12 Thread imusafir
Assalamu'alaykum WrWb.   Insightful article. Mudah2an berguna,
  Nothing Impossible Rabu, 17 Desember 2008 06:00
penulis :
Zainal Abidin PHD (Bukan Philosophy Doctor hasil sekolah S3, tetapi
Permanent Head Damage)

dari situs warnaislam.com 



Ia memiliki pasokan makanan yang cukup untuk lima hari, sebuah Alkitab
dan The Pilgrim's Progress (dua hartanya), sebuah kapak kecil untuk
melindungi diri dan selembar selimut lusuh. Dengan barang-barang ini,
Legson Kayira bersemangat memulai perjalanan hidupnya. Ia akan berjalan
dari desanya di Nyasaland, ke utara menyeberangi padang gurun Afrika
Timur ke Cairo, di mana ia akan menumpang sebuah kapal ke Amerika untuk
mendapatkan sebuah pendidikan di perguruan tinggi. Ia sama sekali tidak
tahu, di mana Amerika!



Ketika itu adalah bulan Oktober 1958. Legson berusia enam belas atau
tujuh belas tahun. Orang tuanya tidak berpendidikan dan tidak tahu
persis di mana atau seberapa jauhkah Amerika dari tempat mereka tinggal.
Dengan enggan mereka memberikan restunya atas perjalanan Legson.

Bagi legson, itu merupakan suatu perjalanan yang berasal dari suatu
impian, tidak peduli betapa menyesatkan, yang menguatkan tekadnya untuk
mendapatkan suatu pendidikan. Ia ingin seperti pahlawannya, Abraham
Lincoln, yang telah bangkit dari kemiskinan untuk berjuang tanpa kenal
lelah untuk membantu membebaskan para budak lalu menjadi presiden
Amerika. Ia ingin seperti Booker T Washington, yang telah melepaskan
diri dari belenggu perbudakan untuk menjadi seorang tokoh reformasi dan
pendidikan hebat di Amerika, memberikan harapan dan martabat kepada
dirinya sendiri dan kepada rasnya.



Seperti model-model peran yang hebat ini, Legson ingin melayani umat
manusia, untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda di dunia. Untuk
meralisasikan sasarannya, ia memerlukan suatu pendidikan kelas satu. Ia
tahu bahwa tempat terbaik untuk mendapatkannya adalah Amerika.

Lupa bahwa Legson tidak mempunyai uang atas namanya sendiri atau suatu
cara untuk membayar ongkos perjalanannya.



Lupa bahwa ia tidak tahu perguruan tinggi apa yang akan ia masuki atau
apakah ia akan diterima.

Lupa bahwa Cairo berjarak 3.000 mil dari Amerika dan di antaranya ada
ratusan suku yang berbicara lebih dari lima puluh bahasa yang berbeda,
yang tidak satupun penduduknya dikenal Legson.

Lupakan semua itu. Legson melupakannya. Ia harus melupakannya. Ia
mengesampingkan segala sesuatu dari benaknya kecuali impian untuk sampai
ke negeri di mana ia bisa membentuk nasibnya sendiri. Amerika adalah
negeri impiannya. Dengan kemampuannya, ia mulai melakukan sesuatu.




Ia tidak selalu memiliki tekad yang kuat. Sebagai seorang pemuda, ia
kadang-kadang menggunakan kemiskinannya sebagai suatu alasan untuk tidak
berbuat yang terbaik di sekolah atau untuk tidak menyelesaikan sesuatu.
Saya hanyalah seorang anak miskin, katanya kepada dirinya sendiri. Apa
yang bisa saya lakukan ?



Seperti banyak teman-temannya di desa, mudah bagi Legson untuk meyakini
bahwa belajar merupakan suatu pemborosan waktu bagi anak miskin dari
kota Karongo di Nyasaland. Lalu dalam buku-buku yang diberikan oleh para
misionaris, ia menemukan Abraham lincoln dan Booker T Washington.
Kisah-kisah mereka memberikan inspirasi kepadanya untuk memimpikan
hal-hal yang lebih besar untuk hidupnya, dan ia menyadari bahwa
pendidikan merupakan langkah pertamanya. Jadi ia menciptakan gagasan
untuk perjalanannya ke Cairo.



Setelah lima hari penuh menyusuri wilayah Afrika yang sulit, Legson
hanya bergerak sejauh 25 mil. Ia sudah kehabisan makanan. Airnya habis,
dan ia tidak mempunyai uang. Menyelesaikan perjalanan yang masih 2.975
mil lagi tampak merupakan hal yang mustahil. Namun jika ia kembali
berarti ia menyerah, menyerahkan dirinya kepada suatu kehidupan yang
penuh kemiskinan. Seumur hidup.

Saya tidak akan berhenti sampai menginjak Amerika, janjinya kepada
dirinya sendiri. Atau saya mati dalam usaha saya. Ia terus melangkah
maju.



Kadang-kadang ia berjalan bersama-sama orang asing. Kebanyakan ia
berjalan sendirian. Ia memasuki setiap desa baru dengan hati-hati, tidak
mengetahui apakah penduduk setempat bersifat bermusuhan atau ramah.
Kadang-kadang ia menemukan pekerjaan dan tempat berlindung. Seringkali
ia harus tidur beratapkan langit. Ia mencari buah-buahan liar dan berry
tanaman-tanaman lain yang bisa dimakan. Ia menjadi kurus dan lemah.



Suatu hari ia terserang demam dan ia merasa kondisinya sangat lemah.
Orang-orang asing yang baik hati mengobatinya dengan obat-obatan herbal
dan menawarinya tempat untuk beristirahat dan memulihkan kesehatannya.
Merasa khawatir dan lemah semangat, Legson mempertimbangkan untuk
pulang. Mungkin lebih baik jika ia pulang, demikian pertimbangannya
daripada melanjutkan perjalanan yang tampak konyol ini dan
mempertaruhkan kehidupannya.



Namun kemudian Legson kembali membuka kedua bukunya, membaca kata-kata
yang telah sangat dikenalnya, yang memperbarui semangatnya. Ia
meneruskan perjalanannya. Pada tanggal 19 Jan

[GM2020] Negara Baru di Afrika

2009-03-12 Thread -=Umar=-
Menanti Negara Sudan Selatan

Dua
bulan kemarin, Palestina menjadi target invasi pasukan Israel.
Afganistan jadi target berikutnya. Sekarang Sudan menjadi objek utama.
Senarai rangkaian permusuhan ini seharusnya semakin mendewasakan umat
ini, menyadarkan adanya perang tak berkesudahan, serta kebencian yang
mendalam terhadap Umat Islam.

Antara Sudan Utara dan Selatan

Bukan
tanpa tujuan putusan International Criminal Court (ICC) terhadap
Presiden Sudan. Putusan itu menyatakan Al-Basyir sebagai pelaku tindak
pelanggaran terhadap HAM dan pembantaian manusia secara tidak langsung
di Darfur. Putusan yang dikeluarkan pada Rabu, 4 Maret 2009 ini
sebelumnya pernah mencuat pada Senin, 14 Juli 2008. Dr. Abdul Aziz
Kamil dalam sebuah kajiannya di Majalah Al-Bayan (edisi Muharram 1426)
menyatakan, bahwa Inggris adalah negara pertama yang mengambil peran
dalam penyebaran benih konflik di Sudan Selatan. Sejak Inggris
menguasai negeri penguasa sungai Nil kedua setelah Mesir ini pada akhir
abad ke-19, mereka telah menutup jalan masuk dakwah Islam ke Sudan
Selatan. Di saat yang sama, mereka melebarkan sayap kristenisasi dengan
membiarkan masuk para misionaris untuk menyebarkan paham dan pengaruh
Kristen. Setelah Sudan merdeka, usaha kristenisasi ini tetap
berlangsung dengan makmur.

Keadaan ini tetap berlangsung hingga
kini. Malah terlihat ada indikasi yang memperlihatkan dukungan
pemerintah Sudan terhadap proses kristenisasi. Hal ini antara lain
terlihat dengan dihapusnya undang-undang tentang batas penyebaran agama
Kristen yang pernah ditetapkan pada masa pemerintahan Ibrahim Abud
(tahun 1957—1963). Undang-undang ini melarang adanya pembangunan gereja
baru di wilayah Sudan Selatan tanpa izin dari pemerintah. Kebijakan ini
untuk menghindari terjadinya konflik antar agama dan pembangunan tempat
peribadatan Kristen di wilayah umat Islam. Namun kemudian ketentuan ini
dihapus atas permintaan Paus Paulus II yang berkunjung ke Sudan tahun
1994. Sehingga terbukalah peluang emas bagi pihak gereja untuk
menyebarkan agama Kristen di Sudan dengan seluas-luasnya, dan tetap
berpusat di Sudan Selatan.

Perang ideologi antara penduduk Sudan
Selatan yang mayoritas Kristen dan Sudan Utara yang sebagian besar
Muslim mulai tersulut sejak saat itu. Disamping itu, perbedaan ras juga
memicu panasnya konflik; penduduk Sudan Selatan didominasi oleh
orang-orang Negro, sedangkan Sudan Utara banyak dihuni oleh keturunan
Arab. Kesempatan ini dimanfaatkan Zionis Yahudi untuk mempertajam
konflik dengan mengubah "topik konflik" dari agama dan ras menjadi
konflik politik dan militer.

Motif terselubung permainan
strategi ini melihat besarnya potensi Sudan untuk kepentingan Yahudi
dalam mewujudkan angan mereka, mendirikan negara Israel Raya.
Sebagaimana apa yang dikatakan Golda Meir, Perdana Menteri Israel ke-4
(1969-1974) bahwa, “Melemahkan negara-negara Arab sentral dan
menggerogoti kekuatannya adalah keharusan, demi melipatgandakan
kekuatan kita dan meningkatkan daya tahan kekebalan kita menghadapi
musuh. Untuk itu kita harus menggunakan segala cara, kadang kala
menggunakan kekerasan, diplomasi, atau dengan cara perang terselubung.”

Sudan Selatan dan Israel

Hubungan
baik antara kelompok pemberontak di Sudan Selatan—yang ingin memisahkan
diri dari Sudan—dengan Israel, telah terbina lama sebelum John Garank,
pimpinan kaum pemberontak muncul ke pentas politik Sudan. Upaya
penguasaan Sudan telah dirintis Zionis Israel sejak tahun 50-an. Mereka
membina hubungan dengan penduduk Sudan Selatan dengan cara memberikan
bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar kepada penduduk di Sudan Selatan
dan sebagian di Sudan Utara. Pada tahun 60-an, Israel mulai melancarkan
provokasi kepada penduduk untuk melakukan pemberontakan. Tidak hanya
itu, mereka juga mempersenjatai penduduk Sudan Selatan dengan berbagai
persenjataan militer dan mendirikan akademi militer untuk para pemuda
Sudan di Ethiopia, Uganda, dan Kenya. Bahkan tentara dan perwira Israel
mendirikan karantina khusus untuk melatih pemuda-pemuda Sudan, dengan
mengambil tempat di dalam negeri Sudan.

Pada pertengahan tahun
70-an, Zionis Israel menambah pasokan senjata untuk tentara Sudan yang
kemudian mereka gunakan untuk membantai kaum Muslimin di sana.
Mendekati paruh tahun 80-an, terbentuklah pasukan tentara Sudan
keluaran akademi militer Israel. Sepanjang tahun 80-an ini,
negara-negara tetangga, seperti Kenya dan Uganda, turut memberikan
andil politik dalam mengokohkan kepemimpinan John Garank di Sudan
Selatan. Tahun 90-an, tentara Israel kembali menambah perangkat senjata
militer modern untuk kepentingan perang. Genderang perang pun semakin
kencang terdengar sejak saat itu. Suaranya membahana ke seluruh penjuru
dunia. Amru Musa, sekjend Liga Arab pasca agresi AS ke Irak menegaskan,
bahwa kondisi Irak pasca Saddam tidak lebih parah daripada kondisi yang
akan dihadapi Sudan mendatang. Dan benar, tak lama setelah itu
meletuslah tragedi Darfur di Sudan Barat.

Pengkotak-kotakan
negara Arab oleh Zionis Israel mera

[GM2020] Fw: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Prabowo Subianto: Mohon Mengkritisi 8 Program

2009-03-12 Thread Bakri Arbie


--- On Thu, 3/12/09, bakri arbie  wrote:
From: bakri arbie 
Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Prabowo Subianto: Mohon Mengkritisi 8 
Program
To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, alumnipran...@yahoogroups.com, "arbie 
bakri" , "Bp Ary Mochtar Pedju" 
Cc: rahakund...@yahoo.co.uk, "Omar Trigantara" , 
audi_firmans...@yahoo.com
Date: Thursday, March 12, 2009, 5:59 PM

Yth Pak Prabowo dan rekan milis,

Sebagai anggota FPK,kami berterima kasih atas inisiatif Pak Prabowo untuk 
menuliskan 8 Program untuk dikritisi.

Suatu hal yang positif dalam berdemokrasi dan terutama menjelang pemilu ada 
diskusi atau debat tentang program,agar kita sebagai bangsa makin matang untuk 
melaksanakan pemilu yang bermutu.Setidaknya lebih maju dari dulu yang lebih 
terlihat adu dangdut dan yel-yel dipanggung,sedangkan program dan wacana akan 
apa dan bagaimana mencapai kesejahteraan rakyat jadi terlupakan.Atau seperti 
adu jangkrik si ini dipasangkan dengan si anu tanpa memikirkan kapasitas dan 
kemampuan seseorang dalam merencanakan dan melaksanakan program.

Tulisan kemarin dan beberapa tambahan untuk beberapa tentang program, yakni;
1.Perlunya feasibility,acceptability dan deliverability,terutama dengan 
birokrat yang
 ada
bakal timbul pertanyaan,..."can you deliver your program ?"
2.Pendekatan Triple Helix ABG dalam kerangka besar Sistem Inovasi 
Nasiona/SIN,karena program bapak sebenarnya akan merubah banyak hal dan agak 
revolusioner,karena memang Indonesia dalam beberapa hal sudah kritis,ref; OECD 
manual,National Innovation System; Sistem Inovasi Nasional,LIPI/RISTEK 
Prosiding 2006,
3.Dalam hal pemberdayaan mohon diperhatikan pemberdayaan 
perempuan,pemuda,pensiunan,veteran dan ekonomi daerah perbatasan,bisa masuk 
priority list,setidaknya masuk dalam apa yang disebut Priority,Policy dan 
Principle/P3 suatu program,
4.Perlu memanfaatkan teknologi tepat guna untuk segera memberdayakan 
agroindustri,
dalam kerangka SIN dan dalam apa yang disebut Science,Technology and Sociology 
concept yang sudah dikembangkan oleh MIT (www.ocw.mit.edu),
5.Pemanfaatan ICT,sistem informasi dan teknologi komunikasi untuk memantau 
program,aktivitas dan pendanaannya,sesuatu
 yang rawan untuk korupsi.
Dengan ICT maka rakyat dapat ikut memantau sehingga satu rupiah dari mana dan 
kemana pemanfaatannya.KPK jadi lebih ringan kerjaannya.
6.Ahli keuangan atau financial engineering,perlu untuk schedule,hutang luar 
negeri.

Pisau analisis yang biasanya dipakai dalam menilai suatu program strategis 
biasanya
menggunakan pisau analisis PESTLE ,namun saya sering menambahkan T, yang
terdiri dari pisau 
Politik,Ekonomi,Sosialbudaya,Teknologi,Legal/Hukum,Environment/Lingkungan dan 
saya tambahkan T =time ,berapa lama dan seberapa cepat kita harus
mencapai sesuatu program,terutama yang kritis dalanm kelangsungan hidup bangsa.
Reference www.cabinetoffice.gov.uk.;www.sba.gov; klik Pestle analysis.
Selama ini saya observasi pisau analisis kita terlalu berat pada 
Politik,sehingga yang lain jadi tidak terperhatikan.

Mengingat luasnya masalah maka bapak perlu orang yang ahli dalam bidangnya 
masing-masing sebagai
 penasehat,namun keputusan akhir adalah ditangan seorang pemimpin,
demikian pula tanggung jawab pelaksanaannya agar sukses.

Kriteria sukses adalah produktivitas dan jasa yang berdaya saing yaitu harus 
memenuhi;

A.C.Criterion = (Produk + Jasa ) / Kebocoran + Kemubaziran) >> 1,

A.C.makin tinggi makin baik, diatas seribu kalau bisa.

Secara singkat produk dan jasa harus setinggi mungkin sedangkan kebocoran dan 
kemubaziran dalam dana,strategi yang salah dan waktu (rakyat terlalu lama 
menunggu
untuk bisa sejahtera) harus dipangkas sekecil mungkin.
Pendekatannya adalah >>Technology>>Productivity>>Job Creation.
Dalam hukum alam ternyata kebocoran dan kemubaziran akan sealu ada,jadi 
usahanya dengan sistem kita harus perkecil losses/rugi-rugi,dan lebih penting 
lagi produktivitas harus setinggi mungkin.

Hasil akhir adalah kekuatan bangsa yang dirumuskan oleh R.S.Cline,

Pw = ( E + M + P
 critical mass) ( S + W ).

Pw =kekuatan bangsa,
E = kekuatan ekonomi,
M = kekuatan militer,
P critical mass = banyaknya/prosentasi dari stakeholder bangsa/SDM yang 
mempunyai
Strategi dan Will power yang positif bagi bangsa.Bukan parasit kekuatan bangsa.
S =strategi yang tepat dan berdaya guna,
W = semangat dan niat untuk mengabdi dan ibadah bagi bangsa dan negara.

Keseluruhannya adalah dalam rangka mencari WAY-OUT agar bangsa ini bisa maju 
dengan cepat menuju >>> WAY-POWER,dan pelaksanaannya oleh seluruh stakeholder 
penting yang mempunyai WILL-POWER dengan cara yang disebut cerdas yaitu 
SMART-POWER.

Salam Hormat,
Bakri Arbie.









--- On Wed, 3/11/09, bakri arbie  wrote:

From: bakri arbie 
Subject: Re:
 [Forum-Pembaca-KOMPAS] Prabowo Subianto: Mohon Mengkritisi 8 Program
To: forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, alumnipran...@yahoogroups.com, "arbie 
bakri" 
Cc: "Omar Trigantara" , rahakund...@yahoo.co.uk, 
"Sekarningsih Ani" , "Bp Ary Mochtar Pedju" 

[GM2020] Fw: World Bank PovertyNet Newsletter #123, February 2009

2009-03-12 Thread Bakri Arbie


--- On Thu, 3/12/09, bakri arbie  wrote:
From: bakri arbie 
Subject: Fw: World Bank PovertyNet Newsletter #123, February 2009
To: "arbie bakri" 
Date: Thursday, March 12, 2009, 6:19 PM



--- On Thu, 3/12/09, PovertyNet Newsletter  wrote:

From: PovertyNet Newsletter 
Subject: World Bank PovertyNet Newsletter #123, February 2009
To: daya...@yahoo.com
Date: Thursday, March 12, 2009, 12:29 PM



In this issue:



1) Crisis Reveals Growing Finance Gaps for Developing
Countries

2) Financial Crisis Highlights Need for More Social Safety
Nets, Especially Conditional Cash Transfers

3) International Women's Day 2009 

4) Blog on World Bank's World Development Report on Climate
Change 

5) Jobs for a Globalizing World: World Bank Labor
 Market
Policy Core Course

6) Help Us!

7) To Receive this Newsletter



Welcome to the one hundred and twenty third issue of the
PovertyNet electronic newsletter from the World Bank. This
newsletter provides an update of new resources about
understanding and alleviating poverty available from
PovertyNet, http://www.worldbank.org/poverty
("http://www.worldbank.org/poverty";) , and other websites.



Please continue to send suggestions on items to highlight in
forthcoming newsletters to poverty...@worldbank.org
("mailto:poverty...@worldbank.org";)
 .



-



1) Crisis Reveals Growing Finance Gaps for Developing Countries







Developing countries face a financing shortfall of $270-700
billion this year, as private sector creditors shun emerging
markets, and only one quarter of the most vulnerable countries
have the resources to prevent a rise in poverty, the World Bank
said.



In a paper for next Saturday’s meeting of the Group of 20
finance ministers and central bank governors, the World Bank
said that international financial institutions cannot by
themselves currently cover the shortfall -- that includes
public and private debt and trade deficits -- for these 129
countries, even at the lower end of the range. A solution will
require governments, multilateral institutions, and the private
sector. Only one quarter of vulnerable developing countries
have the ability to
 finance measures to blunt the economic
downturn, such as job-creation or safety net programs.



“We need to react in real time to a growing crisis that is
hurting people in developing countries,” said World Bank
Group President Robert B. Zoellick. “This global crisis needs
a global solution and preventing an economic catastrophe in
developing countries is important for global efforts to
overcome this crisis. We need investments in safety nets,
infrastructure, and small and medium size companies to create
jobs and to avoid social and political unrest.”



The global economy is likely to shrink this year for the first
time since World War Two, with growth at least 5 percentage
points below potential. World Bank forecasts show that global
industrial production by the middle of 2009 could be as much as
15 percent lower than levels in 2008. World trade is on track
in 2009 to record its
 largest decline in 80 years, with the
sharpest losses in East Asia.



The financial crisis will have long-term implications for
developing countries. Debt issuance by high-income countries is
set to increase dramatically, crowding out many developing
country borrowers, both private and public. Many institutions
that have provided financial intermediation for developing
country clients have virtually disappeared. Developing
countries that can still access financial markets face higher
borrowing costs, and lower capital flows, leading to weaker
investment and slower growth in the future.



 



The paper said that 94 out of 116 developing countries have
experienced a slowdown in economic growth. Of these countries,
43 have high levels of poverty. To date, the most affected
sectors are those that were the most dynamic, typically
urban-based exporters, construction, mining,
 and manufacturing.
Cambodia, for example, has lost 30,000 jobs in the garment
industry, its only significant export industry. More than half
a million jobs have been lost in the last three months of 2008
in India, including in gems and jewelry, autos and textiles.



Many of the world’s poorest countries are becoming ever more
dependent on development assistance as their exports and fiscal
revenues decline because of the crisis. Donors are already
behind by around $39 billion on their commitments to increase
aid made at the Gleneagles Summit in 2005.. The concern now is
that aid flows will become more volatile as some countries cut
their aid budgets while others reaffirm aid commitments, at
least for this year.



To view the paper entitled Swimming Against the Tide: How
Developing Countries Are Coping with the Global Crisis
("http://siteresources.worldbank.org/NEWS/Resources/swimmingagainstthetide-march2009.pdf";)
 , go here:  
http://siteresources..worldbank.org/NEWS/Resources/swimmingagainstthetide-march2009.pdf

("http://siteresources.wo

[GM2020] WALIKOTA TERANCAM PIDANA PIMILU

2009-03-12 Thread Tachtiar Pratama
Cara2 seperti sudah sering dilakukan oleh Walikota (ADHAM DAMBEA), dan yg 
paling parah kalo ada aparatx yg terlibat dgn partai lain imbas aparat tsb d 
MUTASI. skarang jd pertanyaan dmn peran PANWASLU menyikapi prsoalan ini, apakah 
mampu menyelesaikn kasus pilkada sesuai koridor hukum yg berlaku...

. 



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/