RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli)
Saya masih ingat, kawasan Botu yang sekarang berdiri kantor gubernur, BKD dan Deprov itu merupakan daerah jelajah beberapa kelompok moyet Sulawesi, kuskus, elang. Tapi ya begitu dianggap tidak pernah ada... Saya punya foto2 kelompok moyet yang lagi makan siang dengan buah jenis ficus --- On Tue, 11/25/08, dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] wrote: From: dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 25, 2008, 12:53 PM Sekedar informasi, ditahun 2005 kemarin Gubernur Fadel Mohamad pernah mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembangunan Transmigrasi di Desa Tangga Jaya yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan Nantu (SK Gubernur tersebut masih saya simpan). Mungkin kita masih membutuhkan seorang pemimpin yang benar benar pro terhadap lingkungan Fadly Tantu [EMAIL PROTECTED] wrote: OH, masalah hutan lindung ini perlu penanganan serius dan diperlukan kemauan politik dari pemnerintah dan rakyat yang secara konsisten melaksanakan komitmen bersama. Razif Halik [EMAIL PROTECTED] wrote: DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan “DAMAI” kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswa….dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH - From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun
RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli)
ohh di situ tempat monyet ya (dulu). sekarng mungkin jadi tempat tikus-tikus. he he he maaf, becanda iing --- On Tue, 11/25/08, Tuturuga [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tuturuga [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 25, 2008, 6:42 AM Saya masih ingat, kawasan Botu yang sekarang berdiri kantor gubernur, BKD dan Deprov itu merupakan daerah jelajah beberapa kelompok moyet Sulawesi, kuskus, elang. Tapi ya begitu dianggap tidak pernah ada... Saya punya foto2 kelompok moyet yang lagi makan siang dengan buah jenis ficus --- On Tue, 11/25/08, dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] com wrote: From: dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] com Subject: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli) To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Tuesday, November 25, 2008, 12:53 PM Sekedar informasi, ditahun 2005 kemarin Gubernur Fadel Mohamad pernah mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembangunan Transmigrasi di Desa Tangga Jaya yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan Nantu (SK Gubernur tersebut masih saya simpan). Mungkin kita masih membutuhkan seorang pemimpin yang benar benar pro terhadap lingkungan Fadly Tantu tantufadly_62@ yahoo.co. id wrote: OH, masalah hutan lindung ini perlu penanganan serius dan diperlukan kemauan politik dari pemnerintah dan rakyat yang secara konsisten melaksanakan komitmen bersama. Razif Halik [EMAIL PROTECTED] com wrote: DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan “DAMAI” kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswa….dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH - - --- From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontalomaju2020@ yahoogroups. com] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi
RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli)
depe monyet so bakantor disitu kong jaga pigi rapat,baurus macam2. thanks wassalam --- On Tue, 11/25/08, Tuturuga [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tuturuga [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 25, 2008, 6:42 AM Saya masih ingat, kawasan Botu yang sekarang berdiri kantor gubernur, BKD dan Deprov itu merupakan daerah jelajah beberapa kelompok moyet Sulawesi, kuskus, elang. Tapi ya begitu dianggap tidak pernah ada... Saya punya foto2 kelompok moyet yang lagi makan siang dengan buah jenis ficus --- On Tue, 11/25/08, dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] com wrote: From: dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] com Subject: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli) To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Tuesday, November 25, 2008, 12:53 PM Sekedar informasi, ditahun 2005 kemarin Gubernur Fadel Mohamad pernah mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembangunan Transmigrasi di Desa Tangga Jaya yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan Nantu (SK Gubernur tersebut masih saya simpan). Mungkin kita masih membutuhkan seorang pemimpin yang benar benar pro terhadap lingkungan Fadly Tantu tantufadly_62@ yahoo.co. id wrote: OH, masalah hutan lindung ini perlu penanganan serius dan diperlukan kemauan politik dari pemnerintah dan rakyat yang secara konsisten melaksanakan komitmen bersama. Razif Halik [EMAIL PROTECTED] com wrote: DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan “DAMAI” kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswa….dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH - - --- From: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com [mailto:gorontalomaju2020@ yahoogroups. com] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT
RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota (OH dan Kak Fadli)
Sekedar informasi, ditahun 2005 kemarin Gubernur Fadel Mohamad pernah mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembangunan Transmigrasi di Desa Tangga Jaya yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan Nantu (SK Gubernur tersebut masih saya simpan). Mungkin kita masih membutuhkan seorang pemimpin yang benar benar pro terhadap lingkungan Fadly Tantu [EMAIL PROTECTED] wrote: OH, masalah hutan lindung ini perlu penanganan serius dan diperlukan kemauan politik dari pemnerintah dan rakyat yang secara konsisten melaksanakan komitmen bersama. Razif Halik [EMAIL PROTECTED] wrote: DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan âDAMAIâ kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswaâ¦.dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH - From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun kawasan konservasi tersebut berada pada wilayah administrasinya. Jadi persoalan kerusakan hutan dikawasan konservasi (SM NANTU dan TN BOGANI NANI WARTABONE) dan banjir di Gorontalo merupakan persoalan KEPENTINGAN antara DEPHUT dan PEMDA/PEMPROV Wassalam Iswan Dunggio toti lamusu [EMAIL PROTECTED] wrote: memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup
RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota
DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan DAMAI kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswa..dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH _ From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun kawasan konservasi tersebut berada pada wilayah administrasinya. Jadi persoalan kerusakan hutan dikawasan konservasi (SM NANTU dan TN BOGANI NANI WARTABONE) dan banjir di Gorontalo merupakan persoalan KEPENTINGAN antara DEPHUT dan PEMDA/PEMPROV Wassalam Iswan Dunggio toti lamusu [EMAIL PROTECTED] wrote: memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup/habitat si babi rusa . selalu dan seperti biasa , bule' dan yang tinggal di luar sulawesi atau gorontalo malah yang menaruh minat lebih akan lingkungan kita . yang tinggal dan bermukim tidak perduli samasekali atau tidak mengetahui darimana harus memulai program konservasi . jika saya menuliskan tentang institusi pendidikan tinggi kita , yang sangat kasat mata adalah tanaman yang digunakan untuk penghijauan sekeliling kampus u.n.g. ketika dalam salah satu kesempatan berkunjung ke ung , saya sempat mempertanyakan petinggi ung yang tidak menggunakan pohon buah kepada bapak zainudin dalanggo . kalau saja sekeliling kampus dihijaukan dengan aneka jenis buah , juga akan merupakan lahan penelitian fakultas pertanian misalnya . dan juga
Balasan: RE: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota
OH, masalah hutan lindung ini perlu penanganan serius dan diperlukan kemauan politik dari pemnerintah dan rakyat yang secara konsisten melaksanakan komitmen bersama. Razif Halik [EMAIL PROTECTED] wrote: DIPERLUKAN TEROBOSAN MENANGANI HUTAN LINDUNG Hutan Nantu dan Bogani Nani Wartabone. Cerita bung Iswan dibawah ini tentang konservasi species2 langka Gorontalo sangatlah memilukan. Hutan lindung Nantu yang makin ciut walaupun Gubernur Fadel Muhammad disuatu siaran televisi nasional sudah menjanjikan untuk memberikan lahan lain pada penduduk yang mulai merambah hutan Nantu, juga bagi para developer perkebunan Jadi kira2 apa tindakan terobosan yang bisa dilakukan? Menteri Kehutanan sedang dalam pengusutan perkara, banyak pimpinan Pemrov maupun Pemda sedang dalam ketakutan di KPK kan, semua seakan pada tiarap. Barangkali bisa bercermin pada tindakan SSG dan para mahasiswa di asrama Salemba 29 Jakarta yang menyegel dan mendemo dengan “DAMAI” kantor perwakilan provinsi Gorontalo karena ada dugaan keras penyalah gunaan kekuasaan sehingga menelantarkan mahasiswa….dan demo ini berhasil membawa perbaikan. Sepertinya hanya dengan cara menarik perhatian publik dan Pemerintah secara spektakuler begini, suatu perbaikan bisa didorong demi kemaslahatan rakyat. Dan cecunguk2 yang dipinjamkan kekuasaan oleh rakyat untuk mengatur Negara bisa lebih tahu diri dan BEKERJA SUNGGUH2 melayani rakyat dan melindungi kekayaan negeri. SALAMSORI, OH - From: gorontalomaju2020@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dunggio iswan Sent: Saturday, November 22, 2008 2:08 PM To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun kawasan konservasi tersebut berada pada wilayah administrasinya. Jadi persoalan kerusakan hutan dikawasan konservasi (SM NANTU dan TN BOGANI NANI WARTABONE) dan banjir di Gorontalo merupakan persoalan KEPENTINGAN antara DEPHUT dan PEMDA/PEMPROV Wassalam Iswan Dunggio toti lamusu [EMAIL PROTECTED] wrote: memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup/habitat si babi rusa . selalu dan seperti biasa , bule' dan yang tinggal di luar sulawesi atau gorontalo malah yang menaruh minat lebih akan lingkungan kita . yang tinggal dan bermukim tidak perduli samasekali atau tidak mengetahui darimana harus memulai program konservasi . jika saya menuliskan tentang institusi pendidikan tinggi kita , yang sangat kasat mata adalah tanaman yang digunakan untuk
Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota
Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun kawasan konservasi tersebut berada pada wilayah administrasinya. Jadi persoalan kerusakan hutan dikawasan konservasi (SM NANTU dan TN BOGANI NANI WARTABONE) dan banjir di Gorontalo merupakan persoalan KEPENTINGAN antara DEPHUT dan PEMDA/PEMPROV Wassalam Iswan Dunggio toti lamusu [EMAIL PROTECTED] wrote: memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup/habitat si babi rusa . selalu dan seperti biasa , bule' dan yang tinggal di luar sulawesi atau gorontalo malah yang menaruh minat lebih akan lingkungan kita . yang tinggal dan bermukim tidak perduli samasekali atau tidak mengetahui darimana harus memulai program konservasi . jika saya menuliskan tentang institusi pendidikan tinggi kita , yang sangat kasat mata adalah tanaman yang digunakan untuk penghijauan sekeliling kampus u.n.g. ketika dalam salah satu kesempatan berkunjung ke ung , saya sempat mempertanyakan petinggi ung yang tidak menggunakan pohon buah kepada bapak zainudin dalanggo . kalau saja sekeliling kampus dihijaukan dengan aneka jenis buah , juga akan merupakan lahan penelitian fakultas pertanian misalnya . dan juga digunakan untuk peningkatan kualitas buah buah tropis , yang sejauh ini dikuasai thailand lewat jenis-jenis buah yang semuanya serba bangkok yang serba unggul . jadi ingat tanaman untuk penghijauan di banyak flat/pemukiman warga singapura yang ditanami aneka jenis mangga . paling tidak sekali dalam setahun , warga sekitar dapat menikmati aneka jenis buah tropis secara gratis . adalah jasa presiden habibie juga ketika dalam masa pemerintahan beliau , gorontalo mendapatkan bibit aneka jenis mangga sehingga memperkaya jenis mangga gorontalo , dan sekarang hampir banyak halaman warga gorontalo ditumbuhi beragam mangga . dan memberi sedikit variasi dari buah-buahan yang bisa didapatkan di gorontalo . memang belum dapat menandingi mangga di kota probolinggo atau kota-kota pesisir utara jawa timur , tapi sudah lumayan dari masa lampau . semoga yang duduk di tata kota , dept. pertanian atau pihak terkait dapat memberikan lebih banyak bibit kepada warga kota . hubungan udara sudah dapat mempermudah pemindahan bibit tanaman dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya . kalau dulu melihat bibit kemiri (candle nuts) hanya di lombongo , sekarang disekitar benteng otanaha sudah banyak pohon kemiri yang tumbuh subur . sepanjang jalan dari pelabuhan ferry di pulau sabang ke kotanya juga diberi pohon peneduh kemiri . saatnya kita memulai memperbanyak jenis dan ragam tanaman untuk menciptakan hutan kota yang juga berguna bagi
Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota
anda sangat benar skali dimana di semua dareah dilakukan pembenahan lingkunngan terhadap flora dan fauna setidaknya gorontalo juga sudah menetapkan perencanaan perlindungan terhadap kekayaan alamnya sendiri. saat ini ada lima kota proponsi yang sedang membangun pangkayaan flora dan fauna serta sistim pengembangan dari tingkat penelitian perawatan serta pelestarian yang harus salalu menjaga dan mengikuti budaya dan nilai2 daerah setempat. dan pembangunan serta desain perencanaanya di sayembarakan oleh IALI (ikatan arsitek lanscape indonesia) disitu ada sistim irigasi segala , pokoknya komplet. saya berfikir kapan gorontalo akan mempunyai hal yang seperti itu? thaks wassalam --- On Fri, 11/21/08, dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] wrote: From: dunggio iswan [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Friday, November 21, 2008, 11:07 PM Dear All Seingat saya, hutan Nantu pernah dikunjungi oleh beberapa pejabat di Gorontalo. Salah satunya mantan Bupati Ahmad Pakaya bersama beberapa kepala dinas di lingkungan PEMKAB Gorontalo dan Dr Lynn Clayton peneliti dari Oxford University yang sudah hampir 15 tahun bekerja untuk konservasi Babi Rusa . Kebetulan saya ikut dalam rombongan tersebut karena pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian thesis S2 tentang Zonasi Pengembangan Ekowisata berbasis Spatial. Ikut dalam rombongan tersebut Martin Collbeck wartawan BBC London, Ir Jhonly, MF (Kepala BPDAS) dan Dr. Ir Haris Mustari, M.Sc dari Lab. Satwa Liar IPB Bogor (pembimbing saya). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan status kawasan SM Nantu menjadi Taman Nasional Nantu Boliyohuto dan kemungkinan PEMKAB bisa terlibat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Bahkan saat itu Bupati Ahmad Pakaya memerintahkan kepada Kepala Dinas Kehutanan (Ir Alam Rivai) agar menganggarkan pembuatan pal batas SM Nantu dalam APBD, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas di SM Nantu. Setelah kunjungan tersebut, ditindaklanjuti oleh kunjungan beberapa orang anggota DPRD Kab. Gorontalo dan sala satu wartawan Gorontalo Post. Hasil dari kunjungan menghasilkan PERDA Pengelolaan Kawasan Hutan Nantu. Tapi sayangnya PERDA ini tidak efektif karena terbentur oleh kewenangan pusat terhadap kawasan tersebut.. Sebenarnya ini tidak perlu terjadi jika PEMKAB dan Departemen Kehutanan dalam hal ini BKSDA Sulawesi Utara menjalin komunikasi yang baik dalam hal implementasi pengelolaan kawasan oleh Pemerintah Daerah. Memang ada semacam keengganan dari Departemen Kehutanan untuk melepas begitu saja pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah. Alasannya klasik yaitu adanya kekhawatiran DEPHUT bahwa PEMDA tidak mampu mengelola kawasan tersebut dan cenderung merusak untuk kepentingan PAD. Sehingga sudah bisa ditebak bahwa pada umumnya hampir seluruh kawasan konservasi di Indonesia berada dalam tekanan hebat karena seluruh PEMDA seolah menutup mata tentang kerusakan kawasan konservasi meskipun kawasan konservasi tersebut berada pada wilayah administrasinya. Jadi persoalan kerusakan hutan dikawasan konservasi (SM NANTU dan TN BOGANI NANI WARTABONE) dan banjir di Gorontalo merupakan persoalan KEPENTINGAN antara DEPHUT dan PEMDA/PEMPROV Wassalam Iswan Dunggio toti lamusu toti_lamusu@ yahoo.com wrote: memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup/habitat si babi rusa . selalu dan seperti biasa , bule' dan yang tinggal di luar sulawesi atau gorontalo malah yang menaruh minat lebih akan lingkungan kita . yang tinggal dan bermukim tidak perduli samasekali atau tidak mengetahui darimana harus memulai program konservasi . jika saya menuliskan tentang institusi pendidikan tinggi kita , yang sangat kasat mata adalah tanaman yang digunakan untuk penghijauan sekeliling kampus u.n.g. ketika dalam salah satu kesempatan berkunjung ke ung , saya sempat mempertanyakan petinggi ung yang tidak menggunakan pohon buah kepada bapak zainudin dalanggo . kalau saja sekeliling kampus dihijaukan dengan aneka jenis buah , juga akan merupakan lahan penelitian fakultas pertanian misalnya . dan juga digunakan untuk peningkatan kualitas buah buah tropis , yang sejauh ini dikuasai thailand lewat jenis-jenis buah yang semuanya serba bangkok yang serba unggul . jadi ingat tanaman untuk penghijauan di banyak flat/pemukiman warga singapura yang ditanami aneka jenis mangga . paling tidak sekali dalam setahun , warga sekitar dapat menikmati aneka jenis buah tropis secara gratis . adalah jasa presiden habibie juga ketika dalam masa pemerintahan beliau , gorontalo mendapatkan bibit aneka jenis mangga sehingga memperkaya
[GM2020] Tarsius paling kecil ditemukan kembali/hutan kota
memang menyedihkan sekali kondisi gorontalo kita , pemimpinnya sangat sibuk dengan politik , dan tidak sempat melihat alam sekitar dimana kita berpijak . yang mengepalai institusi pendidikan tinggi juga , kemungkinan besar belum pernah melihat babi rusa , apalagi mengetahui lingkungan hidup/habitat si babi rusa . selalu dan seperti biasa , bule' dan yang tinggal di luar sulawesi atau gorontalo malah yang menaruh minat lebih akan lingkungan kita . yang tinggal dan bermukim tidak perduli samasekali atau tidak mengetahui darimana harus memulai program konservasi . jika saya menuliskan tentang institusi pendidikan tinggi kita , yang sangat kasat mata adalah tanaman yang digunakan untuk penghijauan sekeliling kampus u.n.g. ketika dalam salah satu kesempatan berkunjung ke ung , saya sempat mempertanyakan petinggi ung yang tidak menggunakan pohon buah kepada bapak zainudin dalanggo . kalau saja sekeliling kampus dihijaukan dengan aneka jenis buah , juga akan merupakan lahan penelitian fakultas pertanian misalnya . dan juga digunakan untuk peningkatan kualitas buah buah tropis , yang sejauh ini dikuasai thailand lewat jenis-jenis buah yang semuanya serba bangkok yang serba unggul . jadi ingat tanaman untuk penghijauan di banyak flat/pemukiman warga singapura yang ditanami aneka jenis mangga . paling tidak sekali dalam setahun , warga sekitar dapat menikmati aneka jenis buah tropis secara gratis . adalah jasa presiden habibie juga ketika dalam masa pemerintahan beliau , gorontalo mendapatkan bibit aneka jenis mangga sehingga memperkaya jenis mangga gorontalo , dan sekarang hampir banyak halaman warga gorontalo ditumbuhi beragam mangga . dan memberi sedikit variasi dari buah-buahan yang bisa didapatkan di gorontalo . memang belum dapat menandingi mangga di kota probolinggo atau kota-kota pesisir utara jawa timur , tapi sudah lumayan dari masa lampau . semoga yang duduk di tata kota , dept. pertanian atau pihak terkait dapat memberikan lebih banyak bibit kepada warga kota . hubungan udara sudah dapat mempermudah pemindahan bibit tanaman dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya . kalau dulu melihat bibit kemiri (candle nuts) hanya di lombongo , sekarang disekitar benteng otanaha sudah banyak pohon kemiri yang tumbuh subur . sepanjang jalan dari pelabuhan ferry di pulau sabang ke kotanya juga diberi pohon peneduh kemiri . saatnya kita memulai memperbanyak jenis dan ragam tanaman untuk menciptakan hutan kota yang juga berguna bagi warganya . semoga ada yang tergugah . --- On Thu, 11/20/08, Fadly Tantu [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Fadly Tantu [EMAIL PROTECTED] Subject: Balasan: RE: [GM2020] Fw: Tarsius paling kecil ditemukan kembali To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Thursday, November 20, 2008, 12:57 AM Bung AGA, Dua minggu lalu saya hadir dalam acara Penyusunan Draft Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Babirusa, di Hotel Pangrango Bogor. Pelaksananya Direktorat Konservasi Dephut . Dalam diskusi-diskusi isu mengenai degradasi Habitat Babirusa di Hutan Nantu menjadi perhatian. Dalam forum tersebut saya mendapat informasi bahwa Habitat Babirusa di Nantu akan dibangun Dam untuk irigasi, dan sepanjang diskusi Nantu selalu menjadi isu. Saya menyayangkan pertemuan penting itu hanya di hadiri oleh orang-orang Jakarta yang saya yakin mereka tidak punya pemahaman utuh terhadap babirusa, dalam forum itu saya mengingatkan jangan sampai kita membahas STRATEGI RENCANA AKSI KONSERVASI BABIRUSA, sementara kita sendiri belum pernah melihat habitat babirusa dan bahkan babirusa itu sendiri (ya mungkin baru lihat di kebun binatang saja, atau cuma baca literatur). Dalam forum tersebut saya mengusulkan perlu di didorong terbentuknya pusat-pusat studi satwa endemik sulawesi di Perguruan Tinggi yang ada di Sulawesi. Saya berharap di UNG akan lahir Pusat Studi Babirusa. sebab tampaknya Konservasi Babirusa di Nantu akan menjadi perhatian. Hadir dalam pertemuan tersebut Lynn M. Clayton dari University of Oxford dan juga dari YAYASAN ADUDU-NANTU INTERNATIONAL (YANI) beliau adalah orang yang pernah meneliti Babirusa di Nantu. Teman-teman di UNG, UG dan LSM-LSM Lokal harus mengambil peran dalam Konservasi Babirusa ini agar kita bisa bicara tentang daerah kita, Saat ini yang terjadi orang luar yang bicara soal sumberdaya/ kekayaanalam kita. Dalam beberapa tahun kedepan saya yakin Orang Jakarta akan bikin Yayasan Konservasi Babirusa. Pimpinan Universitas di Gorontalo sebaiknya mendorong beberapa orang dosennya belajar/ mengambil program s2/s3 untuk studi satwa endemik yang ada di Goronalo (Anoa, Tarsius, Babirusa, Maleo, dan lainnya) kalau ini dilakukan saya yakin UNG atau UG akan terkenal ditingkat dunia untuk stusi-studi biodiversitas. Mari kita bangun jaringan untuk membangun gagasan ini. Hormat Fadly Rahman Dako rahman_dako@ yahoo.com wrote: Sepakat