Re: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-27 Terurut Topik dodi iskandar
Yang kuli jadi kuli dan yang nganggur tetap nganggur
kesempatan kerja makin menipis, kompetisi makin ketat
ditambah dengan isu2 perdagangan bebas.
saya kira memperluas lapangan kerja adalah langkah awal
untuk menjadi majikan dan kondisi ini adalah yang riil
berada di depan mata kita.


Salam,
Dodi



On Fri, 27 Dec 2002 14:56:14  
 SYARIFUDDIN Noor wrote:
Istadi, Bambang P [EMAIL PROTECTED]
12/26/02 11:31 PM

Makanya kita masih saja jadi kuli setelah 117 tahun minyak berada di 
Indonesia,...Wallahu alam.

Pakde Bambang, ada komen nggak tentang perusahaan model Exspan yang 100% 
buatan dalam negeri dan dengan demikian (setahu saya) ongkos produksinya 
paling murah (kompetitif..?) saat ini di Indonesia..Tentunya 
perusahaan milik orang Indonesia dan dilakukan oleh orang Indonesia, jadi 
kita bukan kuli khan kalau di situ..?

Mungkin nggak ya tumbuh Exspan-Exspan baru yang bisa meramaikan pasaran 
investasi perminyakan di Indonesia...? Tentunya yang punya visi juga, 
bukan perusahaan model petualang dan cuman jadi calo area KPS doang...:-(


salam,



_
Get 25MB, POP3, Spam Filtering with LYCOS MAIL PLUS for $19.95/year.
http://login.mail.lycos.com/brandPage.shtml?pageId=plusref=lmtplus

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi 
Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-27 Terurut Topik Istadi, Bambang P
Cak Yayang, terima kasih input dan komentarnya.  Yang saya maksud masih kabur 
sebenarnya perbandingan dengan negara2 dunia ketiga produsen minyak lainnya, peran 
yang diberikan pemerintah Indonesia untuk kita berpartisipasi aktif masih setengah 
hati. Kita bisa lihat negara2 lain seperti Malaysia, Venezuela, Nigeria, Mexico, Iran 
maupun Saudi. 

Pengembalian daerah KPS yang kontraknya sudah mature semacam CPP saja merupakan 
preseden, prosesnya berkepanjangan dan gontok2an sendiri, dan sempat diperpajang 
sebelum keputusan akhirnya diambil.  Selain CPP, mana lagi yang tidak diperpanjang ??  
Apakah tidak mungkin lapangan2 yang sudah berproduksi semacam ini dikelola oleh bangsa 
sendiri ?  Kalau industri migas dianggap high risk, bukankan lapangan2 ini sudah 
menjadi low risk ? 

Memang ada beberapa TAC yang diberikan pada para pemain nasional, tapi bukankan ini 
malah high risk, karena dari sisi ke-ekonomian sangat marginal ? malah diperlukan 
secondary dan tertiary recovery yang high cost, karena lapangan2 tersebut sudah 
tinggal ampas2 nya saja, ... dan yang manis2 sudah disedot habis,... he he he

Dari sisi lain, seberapa besar reinvestasi pendapatan migas kita ? berapa besar 
alokasi APBN untuk industri migas/Pertamina ? bukankah selama ini hanya jadi sapi 
perahnya pemerintah/penguasa dan partai politik ? sapinya perlu makan juga khan.  
Seberapa banyak basin2 yang belum berproduksi tadi punya seismic data ? bukankan 
basin2 tersebut milik kita cq. Pertamina ?  Berapa banyak rekan2 IAGI yang melakukan 
regional reconnaissance, seismic survey, surface geochemistry, analisa citra Landsat, 
gravity dll pada basin2 belum berproduksi tersebut demi, untuk, atas nama dan dibiayai 
oleh pemerintah ?  Saya yakin rekan Awang dan rekan2 IAGI lainnya punya konsep2 untuk 
menjawab tantangan2 masa depan dari basin2 belum berproduksi tersebut, kalau saja 
peran dan empowerment tersebut diberikan.

Cak Noor, aku salut sama Exspan.  Data produksi minyak yang saya punya dan ngga upto 
date, menunjukan mereka diposisi 4 setelah Caltex, Maxus dan TFE. Masih diatas BP, 
Unocal, Vico maupun Conoco dan Pertamina, padahal ngga punya expat (ini setahu saya, 
dan kakeknya Aris dan Shinta sudah pindah ke KL).  Nah, siapa yang akan nyusul jadi 
Exspan2 lainnya ? Saya yakin mas Djoko atau Cak Noor sanggup mengelola daerah ex-Vico 
atau ex-Total umpamanya. 

Perhitungan ekonomi rekan saya menunjukkan berusaha migas di Indonesia NPV-nya kecil 
sekali !!  Namun bisa jadi sangat menguntungkan karena cost recovery. Ada beberapa 
faktor yang menyebabkan nilai NPV ini kecil, namun bisa berbalik sangat besar jika 
beberapa faktor terpenuhi.  Nah kalau sudah begini siapa yang jadi sapi perahnya 
siapa,...  
Yang jelas saya dukung himbauan pak Ketum Sudah saatnya kita jadi majikan. (Paling 
tidak: bermental majikan)

wass.w.w.

Bambang Istadi
ConocoPhillips Inc.
+1-281-293-3763


-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, December 26, 2002 7:21 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Saya terusik oleh statement terakhir mas BPI tentang sumberdaya manusia.

Dalam perspektif organisasi (semacam IAGI), saya kurang sependapat kalau
status kita yang masih jadi kuli setelah 117 tahun industri migas di
Indonesia diakibatkan oleh kaburnya VISI dan PERAN yang diinginkan
pemerintah dan lemahnya EMPOWERMENT terhadap kita (explorationist) dalam
menjawab tantangan2 masa datang terhadap cadangan dsbnya.

Prinsip egalitarianisme yang disaratkan oleh berbagai ilmu (sains) yang kita
pelajari mengajarkan bahwa justru KITAlah yang sebenarnya kabur dan
bermental kuli. Bukan (hanya) pemerintah.

Saran saya buat rekan-rekan yang concern dengan masalah ini, berhentilah
jadi kuli.

Mari berhenti sebagai kuli yang mengharapkan calon-calon majikan kita datang
melahap semua 17 daerah yang kita tawarkan (bukan hanya 2). Mari berhenti
jadi kuli yang menawar-nawarkan daerah kita yang masih kaya (66 basins dsb)
dan menjajakan kemampuan teknis kita untuk mereka pakai beresiko menyedot
kekayaan alam kita.

Sudah saatnya (117 tahun, man@!!) kita jadi majikan. (Paling tidak:
bermental majikan-lah)

adb



- Original Message -
From: Istadi, Bambang P [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, December 26, 2002 11:31 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.
.deleted


., Jossy sudah kasih indikasi, human resources, saya yakin rekan2
IAGI banyak yang handal untuk menemukan cadangan2 baru,.. hanya saja visi,
peran yang di-inginkan dari oleh pemerintah dan empowerment terhadap kita
untuk menjawab tantangan2 masa datang terhadap cadangan ini yang masih
kabur,.. mungkin ini bedanya dengan Malaysia.  Makanya kita masih saja jadi
kuli setelah 117 tahun minyak berada di Indonesia,...Wallahu alam.

Bambang Istadi
ConocoPhillips Inc.

RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.

2002-12-27 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Cak Yayang ..dan ...Cak Bambang.kayanya susah kalau harus merubah
mental dulu mahbutuh waktu lama, mungkin butuh waktu 117 tahun untuk
merubahnyadan setelah itu 117 tahun..baru bisa..ketemu sedikit kerena
cadangannya sudah habis tuh...selamat lebaran ...!

wassalam

hs

Original Message:
-
From: Istadi, Bambang P [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri, 27 Dec 2002 11:20:16 -0600
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Cak Yayang, terima kasih input dan komentarnya.  Yang saya maksud masih
kabur sebenarnya perbandingan dengan negara2 dunia ketiga produsen minyak
lainnya, peran yang diberikan pemerintah Indonesia untuk kita
berpartisipasi aktif masih setengah hati. Kita bisa lihat negara2 lain
seperti Malaysia, Venezuela, Nigeria, Mexico, Iran maupun Saudi. 

Pengembalian daerah KPS yang kontraknya sudah mature semacam CPP saja
merupakan preseden, prosesnya berkepanjangan dan gontok2an sendiri, dan
sempat diperpajang sebelum keputusan akhirnya diambil.  Selain CPP, mana
lagi yang tidak diperpanjang ??  Apakah tidak mungkin lapangan2 yang sudah
berproduksi semacam ini dikelola oleh bangsa sendiri ?  Kalau industri
migas dianggap high risk, bukankan lapangan2 ini sudah menjadi low risk ? 

Memang ada beberapa TAC yang diberikan pada para pemain nasional, tapi
bukankan ini malah high risk, karena dari sisi ke-ekonomian sangat marginal
? malah diperlukan secondary dan tertiary recovery yang high cost, karena
lapangan2 tersebut sudah tinggal ampas2 nya saja, ... dan yang manis2 sudah
disedot habis,... he he he

Dari sisi lain, seberapa besar reinvestasi pendapatan migas kita ? berapa
besar alokasi APBN untuk industri migas/Pertamina ? bukankah selama ini
hanya jadi sapi perahnya pemerintah/penguasa dan partai politik ? sapinya
perlu makan juga khan.  Seberapa banyak basin2 yang belum berproduksi tadi
punya seismic data ? bukankan basin2 tersebut milik kita cq. Pertamina ? 
Berapa banyak rekan2 IAGI yang melakukan regional reconnaissance, seismic
survey, surface geochemistry, analisa citra Landsat, gravity dll pada
basin2 belum berproduksi tersebut demi, untuk, atas nama dan dibiayai oleh
pemerintah ?  Saya yakin rekan Awang dan rekan2 IAGI lainnya punya konsep2
untuk menjawab tantangan2 masa depan dari basin2 belum berproduksi
tersebut, kalau saja peran dan empowerment tersebut diberikan.

Cak Noor, aku salut sama Exspan.  Data produksi minyak yang saya punya dan
ngga upto date, menunjukan mereka diposisi 4 setelah Caltex, Maxus dan TFE.
Masih diatas BP, Unocal, Vico maupun Conoco dan Pertamina, padahal ngga
punya expat (ini setahu saya, dan kakeknya Aris dan Shinta sudah pindah ke
KL).  Nah, siapa yang akan nyusul jadi Exspan2 lainnya ? Saya yakin mas
Djoko atau Cak Noor sanggup mengelola daerah ex-Vico atau ex-Total
umpamanya. 

Perhitungan ekonomi rekan saya menunjukkan berusaha migas di Indonesia
NPV-nya kecil sekali !!  Namun bisa jadi sangat menguntungkan karena cost
recovery. Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai NPV ini kecil, namun
bisa berbalik sangat besar jika beberapa faktor terpenuhi.  Nah kalau sudah
begini siapa yang jadi sapi perahnya siapa,...  
Yang jelas saya dukung himbauan pak Ketum Sudah saatnya kita jadi majikan.
(Paling tidak: bermental majikan)

wass.w.w.

Bambang Istadi
ConocoPhillips Inc.
+1-281-293-3763


-Original Message-
From: Andang Bachtiar [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, December 26, 2002 7:21 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.


Saya terusik oleh statement terakhir mas BPI tentang sumberdaya manusia.

Dalam perspektif organisasi (semacam IAGI), saya kurang sependapat kalau
status kita yang masih jadi kuli setelah 117 tahun industri migas di
Indonesia diakibatkan oleh kaburnya VISI dan PERAN yang diinginkan
pemerintah dan lemahnya EMPOWERMENT terhadap kita (explorationist) dalam
menjawab tantangan2 masa datang terhadap cadangan dsbnya.

Prinsip egalitarianisme yang disaratkan oleh berbagai ilmu (sains) yang kita
pelajari mengajarkan bahwa justru KITAlah yang sebenarnya kabur dan
bermental kuli. Bukan (hanya) pemerintah.

Saran saya buat rekan-rekan yang concern dengan masalah ini, berhentilah
jadi kuli.

Mari berhenti sebagai kuli yang mengharapkan calon-calon majikan kita datang
melahap semua 17 daerah yang kita tawarkan (bukan hanya 2). Mari berhenti
jadi kuli yang menawar-nawarkan daerah kita yang masih kaya (66 basins dsb)
dan menjajakan kemampuan teknis kita untuk mereka pakai beresiko menyedot
kekayaan alam kita.

Sudah saatnya (117 tahun, man@!!) kita jadi majikan. (Paling tidak:
bermental majikan-lah)

adb



- Original Message -
From: Istadi, Bambang P [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, December 26, 2002 11:31 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Indonesia struggling to find new oil.
.deleted


., Jossy