Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI)
itu centered and density-neutron eccentered.

Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan.

Salam
Shofi

 



-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo
Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI)
itu centered and density-neutron eccentered.

Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan.

Salam
Shofi

 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well 
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data 
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan 
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan 
tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk 
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai 
kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih 
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high 
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI)
itu centered and density-neutron eccentered.

Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan.

Salam
Shofi

 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Shofiyuddin
Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K

 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6 
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well 
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak
ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data 
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan 
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan

tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk 
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai

kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih 
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan
high 
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI)
itu centered and density-neutron eccentered.

Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan.

Salam
Shofi

 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

RE: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
From: [EMAIL PROTECTED]
Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
semua bisnis 'sama'.
Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
Alias dijual
Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
negara sebagai
suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :
Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan harapan 
tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
lihat artikel dibawah sana.

RDP
Ekonomi  Bisnis
Pertamina
Menjual Anak dalam Timangan
Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.

BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT Pertamina
di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14
anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung
Juli lalu.
Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif,
katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.
Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan.
Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.
Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan.
Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.
Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham Indosat
milik pemerintah RI ke STT Singapura.
Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan
bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT
Pertahulu Energy, dan PT Usayana di sektor hulu, serta PT Elnusa Harapan,
Petral, PT Pertamina Tongkang, dan PT Pertajaya Lubrindo di sektor hilir.
Tujuh dikategorikan tidak menunjang bisnis inti atau noncore: PT Pertamina
Saving  Investment (layanan jasa keuangan), PT Pertamina Bina Medika (jasa
kesehatan), PT Pelita Air Service (penerbangan), PT Patra Jasa (hotel 
properti), PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi), PT Pertamina Training 
Consulting (pendidikan), dan PT Patra Dok Dumai (dok dan perbengkelan).
Dokumen yang diterima TEMPO menyatakan, anak-anak perusahaan yang menunjang
bisnis inti induk tetap dipertahankan. Yang tidak menunjang mungkin dijual
atau dimerger. PT Pelita Air Service, Patra Jasa, dan PT Patra Dok Dumai
masuk kategori divestasi. Bahkan arahan komisaris menyebutkan anak
perusahaan yang berlokasi di Batam itu sebaiknya dilikuidasi. Di luar itu,
seperti PT Tugu Pratama, PT Pertamina Saving  Investment, dan PT Pertamina
Training  Consulting, dipertahankan se-mentara karena masih untung.
Di dokumen itu disebutkan bahwa kondisi perusahaan dok dan perbengkelan
tersebut terparah dari anak-anak perusahaan lainnya. Selain perusahaan itu
punya utang Rp 45 miliar, aset-asetnya parah. Hampir 90 persen berumur lebih
dari 30 tahun. Tahun lalu, kinerjanya jeblok hingga merugi Rp 9,5 miliar.
Tingkat return on equity (ROE) pun minus 12 persen.
Padahal tingkat ROE yang sehat menjadi persyaratan utama hidup-mati sang
anak perusahaan. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham, direksi harus
melakukan restrukturisasi anak perusahaan, kata komisaris Pertamina, Roes
Aryawijaya, Patokannya hanya satu tingkat ROE yang lebih baik dari tingkat
SBI. Kalau lebih buruk, ya, didivestasi, bahkan dilikuidasi.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina, Mustiko Saleh, yang mengurusi
restrukturisasi anak perusahaan, belum bersedia memberikan komentar. Tapi
dia mengakui pilihan divestasi terhadap Pelita Air Service dan Patra Jasa.
Keduanya, selain dinilai tidak menunjang bisnis sang induk, juga tak kunjung
bagus kinerjanya. Patra Jasa sudah clear mau divestasi. Pelita juga
begitu, katanya.
Kinerja maskapai burung besi Pertamina yang bermain di pesawat carter dan
reguler itu memang repot. Tahun lalu, rugi usahanya sampai Rp 65 miliar.
Akibatnya, Pelita kesulitan cash flow. Beban perusahaan makin tinggi
lantaran banyak mengelola aset yang tidak produktif, macam lapangan Pondok
Cabe. 

Re: [iagi-net-l] FW : Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu

2004-08-25 Terurut Topik arissetiawan

kalau sudah begini, saya cuma bisa bilang juga: bravo pertamina! sekarang
pertamina punya prinsip untuk tidak didikte perusahaan asing. kalau kontrak
sudah habis ya terserah pemberi kontrak mau memperpanjang atau nggak,
bukannya cuma tergantung yang ngontrak. saya yakin, ini awal yang bagus
untuk pertamina, karena petronas juga berjaya karena tidak memperpanjang
kontrak2 yang lama sehingga memberi kesempatan pada petronas carigali
sebagai operator.

saya berharap semoga kontrak2 yang lain juga tidak sebegitu mudahnya
diperpanjang sehingga memberi kesempatan pada orang lain, terutama
perusahaan nasional untuk berkecimpung di dunia minyak bumi indonesia.
sekarang kan seperti taken for granted, kalau caltex ya sudah pasti
mengangkangi central sumatra sampai berabad2 ke depan (sesudah eor mungkin
ada sand production psc untuk memastikan semua minyak terkuras habis),
vico/total/unocal di east kalimantan forever. itu yang musti dirubah.

regards -




   

  Rovicky Dwi 

  Putrohari   To:  [EMAIL PROTECTED], [EMAIL 
PROTECTED] 
  [EMAIL PROTECTED] cc:   
  
  il.com  Subject: [iagi-net-l] FW : Pertamina 
tidak Perpanjang   
   kontrak Exxon Mobil-Cepu

  26/08/2004 08:12 

  AM   

  Please respond   

  to iagi-net  

   

   




Btw ... sebenernya siapa yg berhak memperpanjang kontrak pengelolaan ini,
Pertamina atau BP Migas ?
Apakah pertamina mempunyai previlage khusus untuk mengelola sebuah blok
selamanya tanpa batas waktu seperti perusahaan KPS ?

Tentunya kita mesti memberikan proteksi buat bangsa sendiri (jelas wajib
lah
yaw), tetapi 'previlage'  ini tentunya akan dituntut balik oleh pemberi
'previlage' (rakyat), salah satunya tuntuntan subsidi yg selalu dijadikan
alasan mencekik leher dan sebagai dalih utk menyatakan kenapa Pertamina
untungnya sedikit.

RDP

From: Franciscus Sinartio [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
[EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [HAGI-Network] Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon
Mobil-Cepu
Date: Wed, 25 Aug 2004 22:33:23 +0700

fyi, dikutip dari astaga.com
==

Pertamina Perpanjangan Kontrak ExxonMobil


25 Aug 2004 17:49 WIB

Astaga!Finance - Direktur Utama Petamina, Widya Purnama menolak permohonan
perpanjangan kontrak blok Cepu, yang berakhir pada tahun 2010 yang
diajukan
ExxonMobil Oil Indonesia. Alasannya adalah karena Pertamina merasa mampu
mengelola sendiri blok tersebut.

Menurut keterangan Widya, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (25/8), dengan
dikelola sendiri maka perusahaan dan negara akan lebih diuntungkan. Ini
merupakan kesempatan emas bagi perusahaan untuk mengalahkan Petronas (dari
Malaysia), Widya, yang baru dilantik dua pekan lalu.

Sikap Widya ini bertolak belakang dengan direksi lama pertamina di bawah
pimpinan Ariffi Nawawi yang sebelumnya mengisyaratkan persetujuannya untuk
memperpanjang kontrak Exxon di blok Cepu.


_
STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE*
http://join.msn.com/?page=features/junkmail


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]),
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-







-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: 

RE: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik arissetiawan

saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual
sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco
sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah
itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu
laksamana juga sudah berbicara banyak tentang manfaat-mudharatnya prinsip
portofolio untuk perusahaan pemerintah.

petronas pun seperti itu, banyak anak perusahaan yang sudah menguntungkan
dan di luar core bisnis juga dijual seperti petronas gas yang sudah
listed di mse (dulu klse), begitu juga klcc holdings (property termasuk
twin tower, exxonmobil dll) juga dijual sahamnya. bagusnya lagi semua orang
bisa membeli saham ini, tidak terbatas pada orang berduit saja.

memang itulah bedanya, kalau di indonesia semua hal dipolitisir sehingga
setiap kebijakan bisa dipelintir menjadi jahat dengan hanya permainan
kata-kata. jaman suharto dulu, tutut buat jalan tol tapi herannya kok
bisa dicaci maki semua orang yang sekarang selalu memanfaatkan jalan tol
yang merupakan legacy dari tutut tersebut. sekarang, sampai sekarang
tidak ada seorang pun yang berani membuat jalan tol di indonesia.

regards-




   

  Rovicky Dwi 

  Putrohari   To:  [EMAIL PROTECTED]  
  
  [EMAIL PROTECTED] cc:   
  
  il.com  Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut 

   

  26/08/2004 08:07 

  AM   

  Please respond   

  to iagi-net  

   

   




From: [EMAIL PROTECTED]

Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
semua bisnis 'sama'.

Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
Alias dijual

Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
negara sebagai
suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :

Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan
harapan
tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
lihat artikel dibawah sana.


RDP


Ekonomi  Bisnis
Pertamina
Menjual Anak dalam Timangan

Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.




BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT
Pertamina
di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14
anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung
Juli lalu.

Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif,
katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.

Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan.
Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.

Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan.
Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.

Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham
Indosat
milik pemerintah RI ke STT Singapura.

Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
perusahaannya. Dari 15 anak 

RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Darman, Herman H BSP-TSX/4
Mestinya PCL itu lebih aman, karena ngak ada kemungkinan putusnya kabel. Tapi harganya 
lebih mahal karena mesti pasang drill-pipe lagi. Kalau mau murah dan aman LWD saja 
sekalian.

Herman

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: 26 August 2004 08:27
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran



wah, tampaknya saya ternyata sudah sangat ketinggalan, baru tahu ada pcl,
selain kabel, utk akuisisi data pasca 'drilling'. jadi itu tentunya bukan
'wireline logging' ya, tapi 'pipe conveyed logging'? cerita dikit dong( mas
shof, mas ferdi, mas tony), apa keuntungan pipa dibandingkan kabel yg
umumnya digunakan? apa spefikasi si pipa? ada ukuran2 yg ber-beda2?
terimakasih utk tambahan ilmunya.

salam,
syaiful



   

Shofiyuddin  

[EMAIL PROTECTED]   To: [EMAIL PROTECTED]   
  
ess.com cc:   

 Subject: RE: [iagi-net-l] Tool 
Combination-mohon saran
08/25/2004 

04:57 PM   

Please respond 

to iagi-net

   

   





Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K




-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak
ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan

tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai

kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan
high
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net


To: [EMAIL PROTECTED]
cc:
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
?
dragnya waktu cabut 

RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik M. Fakhrur Razi
Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? 
beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? 

-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K

 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6 
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well 
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak
ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data 
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan 
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan

tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk 
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai

kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih 
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan
high 
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI)
itu centered and density-neutron eccentered.

Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan.

Salam
Shofi

 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan 
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL 

RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik O.K Taufik
hanya metode saja yg beda PCL (pipe conveyed log) dari surfacenya tool
logging sudah dibawa pakai pipa, kalau TLC (Tough Logging Condition)
sebenarnya hanya mengelompokkakn metode logging karena sulitnya kondisi
lubang jikalau logging dengan cara normal, jadi bisa disebabkan tool
stuck dan di  fishing dan diteruskan logging while fishing (LWF)atau PCL
itu sendiri, rig timenya saja yg nambah molor, untuk vendor ada clausal
tertentu kalau logging ini terjadi, beberapa vendor membedakan diskripsi
tool rate untuk fishing toolnya, ada yg kalau stand by saja sudah
dicharge ada vendor yg kalau dipakai baru bayar, additional charge saja
yg membedakannya dengan normal logging. mudah-mudahan membantu

-Original Message-
From: M. Fakhrur Razi 
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:53 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? 
beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? 

-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K

 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6 
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well 
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak
ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data 
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan 
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan

tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk 
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai

kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih 
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan
high 
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik Amir . AL-AMIN
TLC=Tough Logging Condition
PCL=Pipe Convey Logging.

Istilah TLC biasa dipakai Schlumberger. Kalau PCL sebenarnya dianggap 
lebih generik.

Kalau harganya tidak beda jauh, cuma rig time jadi lebih lama.
Problem yang mungkin terjadi, tidak bisa latch 'connector'nya, karena ada 
debris di mud.
Atau malah kabelnya putus diatas Side Entry Sub, karena kejepit.






M. Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED]
26/08/2004 08:53 AM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? 
beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? 

-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K

 


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6 
sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus..
masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well 
kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak
ondepth...
jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls
pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data 
yang lain...

mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan 
tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan

tension kalau pakai pipa...?

Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk 
sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai

kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya  lebih 
mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan
high 
resolution sayang kalau di run pakai pipa

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 03:27 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


Ferdi,

Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa
(pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu
anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya
?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa
?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi
sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal.

Regards,
Tony B. Soelistyo
Geologist

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated
? 
dragnya waktu cabut pipa gimana ?

Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari 
contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya 

dari analisa tension dan drag bisa diketahui  mana konfigurasi tools
yang 
paling bagus
kalau kepanjangan bisa patah /stuck  apalagi dengan tambahan pipa
dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga
data 
OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit

Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal 
density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga...
tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau
formasinya 
yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot..

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL EP Indonesie Balikpapan
DKS/TUN/GG 
0542- 533852






Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]
25/08/2004 01:40 PM
Please respond to iagi-net

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


rekans,
Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral
GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh
akurasi pembacaan log density-neutron 

RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran

2004-08-25 Terurut Topik O.K Taufik
kalau high inclination ataupun horizontal di sarankan pakai LWD saja,
menghemat rig time, drilling parameter yg bisa dikontrol sesuai
spec.requirment logging tool, real time sehingga bisa control target
reservoirnya (khusus horizontal-built up atawa drop ), sedangkan
plc..logging tool tak didesign untuk extreme dinamcally drilling
parameter (flow rate etc.), loss communication during logging by pipe
lebih sering dijumpai, karena connector antara tool head dengan cable
atau antara female dan male socket pada cable menjadi titik
terlemah..memang musti statistical-lah membandingkannya dengan LWD soal
success ratio ini, karena LWD juga kalau drilling terlampau dalam dengan
flow rate yg lebih besar mengakibatkan loss signal juga, belum lagi
factor benturan dan hentakan pipa ke wellbore.

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 9:36 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran



terimakasih, mas tony yg ngganteng,

jadi plc ini tidak pakai pipa khusus ya? hanya pakai 'drilling pipe'
saja,
cuma diganti 'drilling bit' dg 'logging tool', begitukah?
yg kedua, utk sumur yg 'deviated' alias berinklinasi tinggi, apalagi
sampai
horisontal, dapat dipastikan akan pakai plc ya (bukan kabel)?

salam,
syaiful
*belumpernahlihatakuisisilogpakaipipasih



 

Tony Basoeki

B. Dwi   To: [EMAIL PROTECTED]

Soelistyo   cc:

[EMAIL PROTECTED]   Subject: RE: [iagi-net-l]
Tool Combination-mohon saran
.com

 

08/26/2004

09:13 AM

Please respond

to iagi-net

 

 





Mas Syaiful,

Sepengetahuan saya, satu-satunya keuntungan pakai pipa adalah
meningkatnya rasio keberhasilan (say almost 100 %..wong pakai pipa je)
bisa mengevaluasi sumur tersebut dari kemungkinan stuck (
terjepit)...dibandingkan dengan dilakukan pakai kabel. Di jaman
sekarang, industri pasti akan berusaha keras menghindari penggunaan
TLC/PLC karena makan waktu lebih banyak, yang berarti makan biaya lebih
besar (terutama sekali biaya rig-nya), tapi ya begitulah..mother nature
sering kali mendikte keinginan kita, seperti :
1. Targets yang berbeda-beda dan keterbatasan struktur/platform dalam
mencapai target yang kerap kali membuat suatu sumur mesti dibuat
berinklinasi tinggi sehingga harus di-evaluasi dengan memakai pipa kalau
kita mau mengevaluasi setelah sumur dibor (for any reasons.terlepas
dari ada/tidaknya LWD).
2. Dan juga jika ternyata kondisi lubang sumur yang meskipun vertikal
atau inklinasi rendah ternyata banyak washed-out atau ada s-shaped
speri yang digambarkan Pak Shofi.
3. Atau reservoirnya banyak yang sudah depleted sehingga differential
pressure besar menyebabkan potensi sticking menjadi besar kalau
dilakukan dengan kabel.

Semoga membantu.

Salam,
tony

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 8:27 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


wah, tampaknya saya ternyata sudah sangat ketinggalan, baru tahu ada
pcl,
selain kabel, utk akuisisi data pasca 'drilling'. jadi itu tentunya
bukan
'wireline logging' ya, tapi 'pipe conveyed logging'? cerita dikit dong(
mas
shof, mas ferdi, mas tony), apa keuntungan pipa dibandingkan kabel yg
umumnya digunakan? apa spefikasi si pipa? ada ukuran2 yg ber-beda2?
terimakasih utk tambahan ilmunya.

salam,
syaiful





Shofiyuddin

[EMAIL PROTECTED]   To: [EMAIL PROTECTED]

ess.com cc:

 Subject: RE: [iagi-net-l]
Tool Combination-mohon saran
08/25/2004

04:57 PM

Please respond

to iagi-net









Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang
masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan
keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu,
kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja
dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan
kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula.
Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi,
khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang
uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk
STAR? bisa 400 rebu K




-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran


waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa

obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw
1.6
sg , depth 5000-5600m, 

Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik MANWAR
Penjualan saham antara perusahaan swasta dengan BUMN berbeda masalahnya.
BUMN umumnya mengelola aset atau lahan strategis milik negara yang berarti
juga milik rakyat.
Coba bayangkan seandainya perusahaan kereta api dijual ke swasta, siapa yang
bisa menentukan harga jual jalan ka (termasuk tanahnya) yang panjangnya
ribuan km. Nah, disinilah timbulnya peluang permainan dalam penentuan harga
jual. Jadi tidak heran kalau penjualan BUMN selalu dipolitisir karena di
dalamnya ada sejumlah aset yang nilainya debatable (bisa dinilai dari
berbagai aspek).

Marwadi A.

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:34 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut



 saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual
 sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco
 sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah
 itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu
 laksamana juga sudah berbicara banyak tentang manfaat-mudharatnya prinsip
 portofolio untuk perusahaan pemerintah.

 petronas pun seperti itu, banyak anak perusahaan yang sudah menguntungkan
 dan di luar core bisnis juga dijual seperti petronas gas yang sudah
 listed di mse (dulu klse), begitu juga klcc holdings (property termasuk
 twin tower, exxonmobil dll) juga dijual sahamnya. bagusnya lagi semua
orang
 bisa membeli saham ini, tidak terbatas pada orang berduit saja.

 memang itulah bedanya, kalau di indonesia semua hal dipolitisir sehingga
 setiap kebijakan bisa dipelintir menjadi jahat dengan hanya permainan
 kata-kata. jaman suharto dulu, tutut buat jalan tol tapi herannya kok
 bisa dicaci maki semua orang yang sekarang selalu memanfaatkan jalan tol
 yang merupakan legacy dari tutut tersebut. sekarang, sampai sekarang
 tidak ada seorang pun yang berani membuat jalan tol di indonesia.

 regards-





   Rovicky Dwi
   Putrohari   To:
[EMAIL PROTECTED]
   [EMAIL PROTECTED] cc:
   il.com  Subject: RE: [iagi-net-l]
Pak Dirut

   26/08/2004 08:07
   AM
   Please respond
   to iagi-net





 From: [EMAIL PROTECTED]
 
 Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
 semua bisnis 'sama'.
 
 Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
 Alias dijual
 
 Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
 negara sebagai
 suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
 Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :

 Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan
 harapan
 tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
 lihat artikel dibawah sana.


 RDP


 Ekonomi  Bisnis
 Pertamina
 Menjual Anak dalam Timangan

 Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.


 --
--

 BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
 Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT
 Pertamina
 di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama
14
 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
 Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah
rampung
 Juli lalu.

 Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
 giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
 juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih
obyektif,
 katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.

 Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
 tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
 madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
 menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi
perseroan.
 Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.

 Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
 membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
 dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi
dipertahankan.
 Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
 Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.

 Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
 penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
 mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
 Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham
 Indosat
 milik pemerintah RI ke STT Singapura.

 Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
 perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan
 bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT
 Pertahulu Energy, 

Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik MANWAR
Pada upacara 17 Agustus 2004, Widya Purnama selaku inspektur (atau pembina
yaah) upacara berpidato tanpa text dan secara tegas mengatakan tidak ada
rencana sedikitpun untuk menjual Pertamina. Bagaimana bila diperintah oleh
Laksamana Sukardi ? ia bertanya dan menjawab sendiri  lebih baik saya
mengundurkan diri.
Jadi sikap beliau sudah jelas.

MA

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:07 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut


 From: [EMAIL PROTECTED]
 
 Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
 semua bisnis 'sama'.
 
 Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
 Alias dijual
 
 Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
 negara sebagai
 suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
 Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :

 Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan
harapan
 tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
 lihat artikel dibawah sana.


 RDP


 Ekonomi  Bisnis
 Pertamina
 Menjual Anak dalam Timangan

 Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.


 --
--
 BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
 Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT
Pertamina
 di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama
14
 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
 Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah
rampung
 Juli lalu.

 Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
 giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
 juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih
obyektif,
 katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.

 Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
 tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
 madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
 menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi
perseroan.
 Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.

 Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
 membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
 dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi
dipertahankan.
 Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
 Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.

 Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
 penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
 mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
 Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham
Indosat
 milik pemerintah RI ke STT Singapura.

 Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
 perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan
 bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT
 Pertahulu Energy, dan PT Usayana di sektor hulu, serta PT Elnusa Harapan,
 Petral, PT Pertamina Tongkang, dan PT Pertajaya Lubrindo di sektor hilir.

 Tujuh dikategorikan tidak menunjang bisnis inti atau noncore: PT Pertamina
 Saving  Investment (layanan jasa keuangan), PT Pertamina Bina Medika
(jasa
 kesehatan), PT Pelita Air Service (penerbangan), PT Patra Jasa (hotel 
 properti), PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi), PT Pertamina Training 
 Consulting (pendidikan), dan PT Patra Dok Dumai (dok dan perbengkelan).

 Dokumen yang diterima TEMPO menyatakan, anak-anak perusahaan yang
menunjang
 bisnis inti induk tetap dipertahankan. Yang tidak menunjang mungkin dijual
 atau dimerger. PT Pelita Air Service, Patra Jasa, dan PT Patra Dok Dumai
 masuk kategori divestasi. Bahkan arahan komisaris menyebutkan anak
 perusahaan yang berlokasi di Batam itu sebaiknya dilikuidasi. Di luar itu,
 seperti PT Tugu Pratama, PT Pertamina Saving  Investment, dan PT
Pertamina
 Training  Consulting, dipertahankan se-mentara karena masih untung.

 Di dokumen itu disebutkan bahwa kondisi perusahaan dok dan perbengkelan
 tersebut terparah dari anak-anak perusahaan lainnya. Selain perusahaan itu
 punya utang Rp 45 miliar, aset-asetnya parah. Hampir 90 persen berumur
lebih
 dari 30 tahun. Tahun lalu, kinerjanya jeblok hingga merugi Rp 9,5 miliar.
 Tingkat return on equity (ROE) pun minus 12 persen.

 Padahal tingkat ROE yang sehat menjadi persyaratan utama hidup-mati sang
 anak perusahaan. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham, direksi harus
 melakukan restrukturisasi anak perusahaan, kata komisaris Pertamina, Roes
 Aryawijaya, Patokannya hanya satu tingkat ROE yang lebih baik dari
tingkat
 SBI. Kalau lebih buruk, ya, didivestasi, bahkan dilikuidasi.

 Wakil Direktur Utama PT Pertamina, Mustiko Saleh, yang 

Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik arissetiawan

Pak Marwadi -

Terima kasih atas tanggapannya, memang menarik sekali peran BUMN ini. Sama
seperti jaman orang tua kita dulu yang selalu mengharapkan anaknya menjadi
pegawai pemerintah (ambtenaar) sehingga bisa mendapat gaji bulanan tetap
(meski pun sedikit) dan setelah pensiun bisa mendapatkan gaji pensiun
sampai meninggal nanti. Paradigma seperti ini muncul karena anggapan bahwa
pemerintah control everything dengan monopoli, mulai dari air, minyak, bis,
kereta api, karet, emas, listrik, telepon, beras, gula, sembako dll.
Sehingga mau tidak mau, seluruh rakyat harus menggantungkan diri pada
pemerintah, alias menjadi pegawai negeri. Karena segala aspek perekonomian
dikontrol oleh pemerintah.

Keadaan monopolistik seperti itu menyebabkan para pemegang kuasa di
pemerintah menjadi semau gue. Lha mau gimana lagi, wong tidak ada kontrol
masyarakat, tidak ada persaingan usaha, pasarnya adalah seluruh rakyat
Indonesia. Bayangkan jaman dahulu, mau buat sambungan telepon saja harus
ngantri bertahun-tahun itu pun dengan biaya yang mencekik. Begitu juga
dengan listrik, rasanya mendapatkan sambungan listrik bukanlah fasilitas
yang disediakan untuk rakyat, tetapi suatu anugerah yang diberikan oleh
penguasa PLN.

Kondisi tersebut menyebabkan penguasa berubah menjadi raja-raja kecil yang
mengeruk keuntungan tersebut untuk pribadi dan kelompoknya saja, sehingga
muncul korupsi dan kolusi yang sangat sistematik. KKN tersebut tidak akan
berubah kalau seluruh segmen usaha dikuasai oleh pemerintah. Coba saja
lihat kasus2 KKN yang ada, hampir semuanya muncul pada usaha2 yang
dikontrol pemerintah. Contoh yang hangat adalah gula akhir-akhir ini,
begitu juga kasus BULOG, dan Pertamina Tanker. Tapi adakah KKN di bidang
usaha yang tidak dikontrol pemerintah? Hampir dikatakan nol, nil, null,
mboten wonten, kalau ada itu pun persentasenya kecil saja.

Dengan begitu, ekonomi menjadi sentralistik dan monopolistik kalau dikuasai
negara. Mereka (katakanlah oknum) dengan mudah mempolitisir usahanya untuk
kepentingan golongan tertentu. Tetapi bila sudah tidak dimonopoli, dalam
artian usaha BUMN tersebut dikontrol oleh masyarakat umum, maka ekonomi
pasarlah yang akan menentukan harga pasarnya. Seluruh perusahaan, baik itu
BUMN atau bukan pasti mempunyai laporan keuangan, berapa asset dan
liabilities-nya untuk menjadi patokan harga perusahaan tersebut.

Kalau memang harganya terlalu besar, misalkan PLN, mereka pecah2 jadi
beberapa unit, misalkan menjadi PLN Jabar, PLN Jateng, dan PLN Jatim.
Masiing2 PLT pun bisa menjadi asset bahkan perusahaan sendiri. Begitu juga
dengan Kereta api. Rasanya jaringan listrik PLN jauh lebih panjang dari
panjang rel keretaapi di indonesia yang nggak pernah nambah2 dari jaman
Belanda.

Just my 2 cents.

Best Regards -



   

  MANWAR 

  [EMAIL PROTECTED] To:  [EMAIL PROTECTED]  

  id  cc: 

   Subject: Re: [iagi-net-l] Pak Dirut 

  26/08/2004 11:18 

  AM   

  Please respond   

  to iagi-net  

   

   




Penjualan saham antara perusahaan swasta dengan BUMN berbeda masalahnya.
BUMN umumnya mengelola aset atau lahan strategis milik negara yang berarti
juga milik rakyat.
Coba bayangkan seandainya perusahaan kereta api dijual ke swasta, siapa
yang
bisa menentukan harga jual jalan ka (termasuk tanahnya) yang panjangnya
ribuan km. Nah, disinilah timbulnya peluang permainan dalam penentuan harga
jual. Jadi tidak heran kalau penjualan BUMN selalu dipolitisir karena di
dalamnya ada sejumlah aset yang nilainya debatable (bisa dinilai dari
berbagai aspek).

Marwadi A.

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:34 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut



 saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual
 sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco
 sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej,
sesudah
 itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu
 laksamana juga sudah berbicara 

Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik Amir . AL-AMIN
Sebenarnya artikel dibawah tidak cocok dengan milis iagi ini.
Tetapi sekadar menambah wawasan dan kewaspadaan.

Salam.

=
AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
TOTAL EP INDONESIE
BALIKPAPAN
0542-533765 - 0811592902
=



Selasa, 31 Desember 2002
 
 Mengapa Penjualan Indosat Ditentang? 
 
 Lepas Sudah Kendali Strategis Itu
 
 
 
 Priyatna Abdurrasyid semestinya sudah tenang menikmati pensiunnya.
 Sekitar
 
 30 tahun silam ia jungkir balik sendirian di kancah dunia. Bertugas 
untuk
 
 mengurusi pengembangan telekomunikasi Indonesia, ia harus mondar-mandir
 ke
 
 berbagai negara di Eropa dan Amerika. Ia melobi badan-badan dunia di
 bawah
 
 PBB. Juga orang per orang yang mungkin berpengaruh bagi apa yang
 
 diperjuangkannya. Tujuannya satu: pengakuan internasional bagi posisi
 
 satelit Palapa milik Indonesia.
 
 
 
 Dia sempat dianggap orang gila, kata Munawar Ahmad, mantan komisaris
 
 Indosat. Saat itu belum ada aturan mengenai penempatan satelit. Tetapi,
 
 Priatna berkeras agar penempatan satelit Palapa mendapat perlindungan
 hukum
 
 internasional. Alasannya logis bahwa Palapa mempunyai posisi orbit yang
 
 sangat menguntungkan, baik dari segi biaya peluncuran maupun dari daya
 
 pancarnya. Jika tak terlindungi secara hukum, posisi itu dapat digeser
 oleh
 
 pihak lain.
 
 
 
 Karena sepak terjang Priyatna, PBB dan dunia menjadi sadar pentingnya
 hukum
 
 internasional tentang orbit satelit. Setelah itu, hukum tersebut baru
 
 disusun. Posisi strategis Palapa terlindungi. Baru 83 tahun mendatang
 
 posisi itu terbuka untuk yang lain, katanya. Sekarang posisi yang 
masih
 
 kosong untuk penempatan satelit adalah pada orbit yang lebih tinggi, 
yang
 
 kurang menguntungkan secara ekonomis.
 
 
 
 Upaya Priyatna tidak sia-sia. Indonesia punya satelit strategis yang
 aman.
 
 Anak-anak negeri ini, melalui institusi Indosat, telah mengendalikan 
dan
 
 mengelola satelit itu secara baik. Indonesia bahkan menjadi tempat
 belajar
 
 banyak ahli dari negara lain untuk mengendalikan satelit. Kini, satelit
 
 Palapa C-2 memang masih aman di posisinya. Petugas teknis pengendalinya
 
 tetaplah anak-anak pribumi. Tetapi, Indosatnya sudah mulai dikendalikan
 
 asing.
 
 
 
 Kursi tertinggi komisaris kini diduduki Peter Seah Lim Huat, bukan lagi
 
 Wisnu Marantika. Kekuasaan eksekutif Widya Purnama ditempel oleh
 wakilnya,
 
 Ng Eng Hoe. Wakil-wakil Singapura itu tentu tidak akan mengotak-atik
 Palapa.
 
 
 
 
 
 Tetapi, secara strategis, Palapa jelas tidak lagi dalam kendali penuh
 
 kepentingan Indonesia. Pemerintah RI tidak lagi dapat memberi tugas
 khusus
 
 pada Indosat untuk kepentingan apa pun, termasuk kepentingan strategis.
 
 Indosat telah menjadi perusahaan publik berstatus PMA.
 
 
 
 Lepasnya peran strategis pengendalian satelit seiring dengan divestasi
 
 Indosat bukan hanya menyangkut Palapa C-2. Indosat juga member serta
 pemilik
 
 saham dua satelit penting dunia, Intelsat dan Imarsat. Kepentingan
 Indonesia
 
 sebagai negara terhadap kedua satelit tersebut juga melalui tangan
 Indosat.
 
 Imarsat adalah satelit maritim dunia yang dipakai dunia perkapalan.
 
 Singapura tidak memiliki satelit itu. Kini, melalui Indosat, Singapura
 
 mempunyai akses terhadap satelit tersebut.
 
 
 
 Palapa memang bukan satu-satunya satelit yang dimiliki Indonesia. Masih
 ada
 
 Cakrawarta yang dimiliki PSN serta satelit Telkom II milik Telkom. 
Namun,
 
 kapasitas kedua satelit ini lebih terbatas. Telkom II hanya dipakai 
untuk
 
 kepentingan lokal. Untuk sambungan internasional, PT Telkom pun
 menggunakan
 
 jasa Indosat.
 
 
 
 Masih terdapat beberapa hal lain yang juga menjadi aset penting 
Indosat.
 
 Nilai strategisnya memang di bawah satelit. Tetapi, aset-aset itu
 mempunyai
 
 arti nyata dalam mendukung Indonesia moderen, di antaranya adalah
 jaringan
 
 kabel bawah laut yang membentang dari Jakarta hingga London, jaringan
 serat
 
 optik yang menghubungkan pusat-pusat bisnis Jakarta, fasilitas 
lintasarta
 
 yang menjadi jantung kegiatan perbankan moderen Indonesia, hingga
 frekuensi
 
 seluler 900 MHz dan 1800 MHz di Satelindo dan IM3.
 
 
 
 Indosat pula pemilik sistem elektronic data interchange (EDI) yang
 menjadi
 
 pilar kerja pelabuhan. Itu diprogram sendiri oleh orang-orang kita. 
Kita
 
 memang belajar dari Korea, tapi milik kita sekarang termasuk yang
 tercanggih
 
 di dunia, kata Munawar. Semua itu kini milik dan dalam kendali STT
 
 Singapura.
 
 
 
 Beberapa ekonom memang mendukung divestasi Indosat pada asing. Faisal
 Basri,
 
 misalnya, berharap keterlibatan asing di Indosat akan mengakhiri 
monopoli
 
 telepon oleh Telkom. Dengan demikian, pulsa telepon Telkom yang sangat
 mahal
 
 saat ini akan lebih murah. Karena Faisal berharap bahwa STT akan 
membawa
 
 Indosat masuk ke telepon rumah.
 
 
 
 Tetapi, STT tentu punya agenda sendiri. Buat apa harus bersusah payah
 
 membangun jaringan semacam Telkom, jika bermain di bisnis seluler lebih
 
 gampang 

Re: [iagi-net-l] FW : Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu

2004-08-25 Terurut Topik yrsnki

Rekan rekan

Untuk diketahui blok Cepu adalah WKP Pertamina , yang dkerjakan bersama
dengan fihak Humpuss Patra Gas pada era Pak Harto.
Bentuk kontranya adalah TAC.
Karea pada saat itu operasi oleh Humpuss Patra Gas tidak ada kemajuan ,
Pertamina menyetujui untuk kontraknya diambil alih oleh Ampolex(
Australia).
Ampolex kemudian diakusisi oleh Mobil Australia , jadilah Mobil (kemudian
menjadi Exxon -Mobil) menjadi kontraktor Pertamina.
Memang dibandingkan dengan TAC yang lain ada klausa kalusa yang agak
istimewa dalam kontrak TAC Blok Cepu ini. (Alasannya silahkan terka
sendiri).

Jadi sebagai pemilik WKP tentu saja Pertamina berhak untuk menyetujui
ataupun menolak perpanjangan kontrak tersebut, namanya bisnis tentu dengan
adanya penemuan yang besr di Blok Cepu , wajar apabila Pertamina melakukan
sesuatu sikap yang menguntungkan Pertamina.

Yang harus dipertanyakan adalah apabila Pertamina melakukan hal sebaliknya
, bukan begitu ?


Si Abah

Btw ... sebenernya siapa yg berhak memperpanjang kontrak pengelolaan ini,
 Pertamina atau BP Migas ?
 Apakah pertamina mempunyai previlage khusus untuk mengelola sebuah blok
 selamanya tanpa batas waktu seperti perusahaan KPS ?

 Tentunya kita mesti memberikan proteksi buat bangsa sendiri (jelas wajib
 lah
 yaw), tetapi 'previlage'  ini tentunya akan dituntut balik oleh pemberi
 'previlage' (rakyat), salah satunya tuntuntan subsidi yg selalu dijadikan
 alasan mencekik leher dan sebagai dalih utk menyatakan kenapa Pertamina
 untungnya sedikit.

 RDP

From: Franciscus Sinartio [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
[EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [HAGI-Network] Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon
 Mobil-Cepu
Date: Wed, 25 Aug 2004 22:33:23 +0700

fyi, dikutip dari astaga.com
==

Pertamina Perpanjangan Kontrak ExxonMobil


25 Aug 2004 17:49 WIB

Astaga!Finance - Direktur Utama Petamina, Widya Purnama menolak
 permohonan
perpanjangan kontrak blok Cepu, yang berakhir pada tahun 2010 yang
 diajukan
ExxonMobil Oil Indonesia. Alasannya adalah karena Pertamina merasa mampu
mengelola sendiri blok tersebut.

Menurut keterangan Widya, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (25/8), dengan
dikelola sendiri maka perusahaan dan negara akan lebih diuntungkan. Ini
merupakan kesempatan emas bagi perusahaan u
 ntuk mengalahkan Petronas (dari
Malaysia), Widya, yang baru dilantik dua pekan lalu.

Sikap Widya ini bertolak belakang dengan direksi lama pertamina di bawah
pimpinan Ariffi Nawawi yang sebelumnya mengisyaratkan persetujuannya
 untuk
memperpanjang kontrak Exxon di blok Cepu.


 _
 STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE*
 http://join.msn.com/?page=features/junkmail


 -
 To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
 Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
 [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -



-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-