Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI) itu centered and density-neutron eccentered. Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan. Salam Shofi - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI) itu centered and density-neutron eccentered. Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan. Salam Shofi - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI) itu centered and density-neutron eccentered. Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan. Salam Shofi - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI) itu centered and density-neutron eccentered. Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan. Salam Shofi - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
RE: [iagi-net-l] Pak Dirut
From: [EMAIL PROTECTED] Kalau sudah di level top top manajemen, saya pikir semua bisnis 'sama'. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan. Alias dijual Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat negara sebagai suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual. Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 : Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan harapan tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya. lihat artikel dibawah sana. RDP Ekonomi Bisnis Pertamina Menjual Anak dalam Timangan Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service. BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan. Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT Pertamina di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat. Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung Juli lalu. Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif, katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu. Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan. Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting. Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan. Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu. Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham Indosat milik pemerintah RI ke STT Singapura. Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT Pertahulu Energy, dan PT Usayana di sektor hulu, serta PT Elnusa Harapan, Petral, PT Pertamina Tongkang, dan PT Pertajaya Lubrindo di sektor hilir. Tujuh dikategorikan tidak menunjang bisnis inti atau noncore: PT Pertamina Saving Investment (layanan jasa keuangan), PT Pertamina Bina Medika (jasa kesehatan), PT Pelita Air Service (penerbangan), PT Patra Jasa (hotel properti), PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi), PT Pertamina Training Consulting (pendidikan), dan PT Patra Dok Dumai (dok dan perbengkelan). Dokumen yang diterima TEMPO menyatakan, anak-anak perusahaan yang menunjang bisnis inti induk tetap dipertahankan. Yang tidak menunjang mungkin dijual atau dimerger. PT Pelita Air Service, Patra Jasa, dan PT Patra Dok Dumai masuk kategori divestasi. Bahkan arahan komisaris menyebutkan anak perusahaan yang berlokasi di Batam itu sebaiknya dilikuidasi. Di luar itu, seperti PT Tugu Pratama, PT Pertamina Saving Investment, dan PT Pertamina Training Consulting, dipertahankan se-mentara karena masih untung. Di dokumen itu disebutkan bahwa kondisi perusahaan dok dan perbengkelan tersebut terparah dari anak-anak perusahaan lainnya. Selain perusahaan itu punya utang Rp 45 miliar, aset-asetnya parah. Hampir 90 persen berumur lebih dari 30 tahun. Tahun lalu, kinerjanya jeblok hingga merugi Rp 9,5 miliar. Tingkat return on equity (ROE) pun minus 12 persen. Padahal tingkat ROE yang sehat menjadi persyaratan utama hidup-mati sang anak perusahaan. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham, direksi harus melakukan restrukturisasi anak perusahaan, kata komisaris Pertamina, Roes Aryawijaya, Patokannya hanya satu tingkat ROE yang lebih baik dari tingkat SBI. Kalau lebih buruk, ya, didivestasi, bahkan dilikuidasi. Wakil Direktur Utama PT Pertamina, Mustiko Saleh, yang mengurusi restrukturisasi anak perusahaan, belum bersedia memberikan komentar. Tapi dia mengakui pilihan divestasi terhadap Pelita Air Service dan Patra Jasa. Keduanya, selain dinilai tidak menunjang bisnis sang induk, juga tak kunjung bagus kinerjanya. Patra Jasa sudah clear mau divestasi. Pelita juga begitu, katanya. Kinerja maskapai burung besi Pertamina yang bermain di pesawat carter dan reguler itu memang repot. Tahun lalu, rugi usahanya sampai Rp 65 miliar. Akibatnya, Pelita kesulitan cash flow. Beban perusahaan makin tinggi lantaran banyak mengelola aset yang tidak produktif, macam lapangan Pondok Cabe.
Re: [iagi-net-l] FW : Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu
kalau sudah begini, saya cuma bisa bilang juga: bravo pertamina! sekarang pertamina punya prinsip untuk tidak didikte perusahaan asing. kalau kontrak sudah habis ya terserah pemberi kontrak mau memperpanjang atau nggak, bukannya cuma tergantung yang ngontrak. saya yakin, ini awal yang bagus untuk pertamina, karena petronas juga berjaya karena tidak memperpanjang kontrak2 yang lama sehingga memberi kesempatan pada petronas carigali sebagai operator. saya berharap semoga kontrak2 yang lain juga tidak sebegitu mudahnya diperpanjang sehingga memberi kesempatan pada orang lain, terutama perusahaan nasional untuk berkecimpung di dunia minyak bumi indonesia. sekarang kan seperti taken for granted, kalau caltex ya sudah pasti mengangkangi central sumatra sampai berabad2 ke depan (sesudah eor mungkin ada sand production psc untuk memastikan semua minyak terkuras habis), vico/total/unocal di east kalimantan forever. itu yang musti dirubah. regards - Rovicky Dwi Putrohari To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] cc: il.com Subject: [iagi-net-l] FW : Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu 26/08/2004 08:12 AM Please respond to iagi-net Btw ... sebenernya siapa yg berhak memperpanjang kontrak pengelolaan ini, Pertamina atau BP Migas ? Apakah pertamina mempunyai previlage khusus untuk mengelola sebuah blok selamanya tanpa batas waktu seperti perusahaan KPS ? Tentunya kita mesti memberikan proteksi buat bangsa sendiri (jelas wajib lah yaw), tetapi 'previlage' ini tentunya akan dituntut balik oleh pemberi 'previlage' (rakyat), salah satunya tuntuntan subsidi yg selalu dijadikan alasan mencekik leher dan sebagai dalih utk menyatakan kenapa Pertamina untungnya sedikit. RDP From: Franciscus Sinartio [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [HAGI-Network] Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu Date: Wed, 25 Aug 2004 22:33:23 +0700 fyi, dikutip dari astaga.com == Pertamina Perpanjangan Kontrak ExxonMobil 25 Aug 2004 17:49 WIB Astaga!Finance - Direktur Utama Petamina, Widya Purnama menolak permohonan perpanjangan kontrak blok Cepu, yang berakhir pada tahun 2010 yang diajukan ExxonMobil Oil Indonesia. Alasannya adalah karena Pertamina merasa mampu mengelola sendiri blok tersebut. Menurut keterangan Widya, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (25/8), dengan dikelola sendiri maka perusahaan dan negara akan lebih diuntungkan. Ini merupakan kesempatan emas bagi perusahaan untuk mengalahkan Petronas (dari Malaysia), Widya, yang baru dilantik dua pekan lalu. Sikap Widya ini bertolak belakang dengan direksi lama pertamina di bawah pimpinan Ariffi Nawawi yang sebelumnya mengisyaratkan persetujuannya untuk memperpanjang kontrak Exxon di blok Cepu. _ STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/junkmail - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website:
RE: [iagi-net-l] Pak Dirut
saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu laksamana juga sudah berbicara banyak tentang manfaat-mudharatnya prinsip portofolio untuk perusahaan pemerintah. petronas pun seperti itu, banyak anak perusahaan yang sudah menguntungkan dan di luar core bisnis juga dijual seperti petronas gas yang sudah listed di mse (dulu klse), begitu juga klcc holdings (property termasuk twin tower, exxonmobil dll) juga dijual sahamnya. bagusnya lagi semua orang bisa membeli saham ini, tidak terbatas pada orang berduit saja. memang itulah bedanya, kalau di indonesia semua hal dipolitisir sehingga setiap kebijakan bisa dipelintir menjadi jahat dengan hanya permainan kata-kata. jaman suharto dulu, tutut buat jalan tol tapi herannya kok bisa dicaci maki semua orang yang sekarang selalu memanfaatkan jalan tol yang merupakan legacy dari tutut tersebut. sekarang, sampai sekarang tidak ada seorang pun yang berani membuat jalan tol di indonesia. regards- Rovicky Dwi Putrohari To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] cc: il.com Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut 26/08/2004 08:07 AM Please respond to iagi-net From: [EMAIL PROTECTED] Kalau sudah di level top top manajemen, saya pikir semua bisnis 'sama'. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan. Alias dijual Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat negara sebagai suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual. Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 : Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan harapan tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya. lihat artikel dibawah sana. RDP Ekonomi Bisnis Pertamina Menjual Anak dalam Timangan Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service. BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan. Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT Pertamina di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat. Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung Juli lalu. Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif, katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu. Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan. Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting. Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan. Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu. Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham Indosat milik pemerintah RI ke STT Singapura. Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak perusahaannya. Dari 15 anak
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
Mestinya PCL itu lebih aman, karena ngak ada kemungkinan putusnya kabel. Tapi harganya lebih mahal karena mesti pasang drill-pipe lagi. Kalau mau murah dan aman LWD saja sekalian. Herman -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 26 August 2004 08:27 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah, tampaknya saya ternyata sudah sangat ketinggalan, baru tahu ada pcl, selain kabel, utk akuisisi data pasca 'drilling'. jadi itu tentunya bukan 'wireline logging' ya, tapi 'pipe conveyed logging'? cerita dikit dong( mas shof, mas ferdi, mas tony), apa keuntungan pipa dibandingkan kabel yg umumnya digunakan? apa spefikasi si pipa? ada ukuran2 yg ber-beda2? terimakasih utk tambahan ilmunya. salam, syaiful Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] ess.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran 08/25/2004 04:57 PM Please respond to iagi-net Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? -Original Message- From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron mengingat STAR (setara dengan FMI) itu centered and density-neutron eccentered. Terima kasih sebelumnya untuk saran yang diberikan. Salam Shofi - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
hanya metode saja yg beda PCL (pipe conveyed log) dari surfacenya tool logging sudah dibawa pakai pipa, kalau TLC (Tough Logging Condition) sebenarnya hanya mengelompokkakn metode logging karena sulitnya kondisi lubang jikalau logging dengan cara normal, jadi bisa disebabkan tool stuck dan di fishing dan diteruskan logging while fishing (LWF)atau PCL itu sendiri, rig timenya saja yg nambah molor, untuk vendor ada clausal tertentu kalau logging ini terjadi, beberapa vendor membedakan diskripsi tool rate untuk fishing toolnya, ada yg kalau stand by saja sudah dicharge ada vendor yg kalau dipakai baru bayar, additional charge saja yg membedakannya dengan normal logging. mudah-mudahan membantu -Original Message- From: M. Fakhrur Razi Sent: Thursday, August 26, 2004 7:53 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? -Original Message- From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
TLC=Tough Logging Condition PCL=Pipe Convey Logging. Istilah TLC biasa dipakai Schlumberger. Kalau PCL sebenarnya dianggap lebih generik. Kalau harganya tidak beda jauh, cuma rig time jadi lebih lama. Problem yang mungkin terjadi, tidak bisa latch 'connector'nya, karena ada debris di mud. Atau malah kabelnya putus diatas Side Entry Sub, karena kejepit. M. Fakhrur Razi [EMAIL PROTECTED] 26/08/2004 08:53 AM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Pak, TLC dan PCL itu barang yg sama tapi beda vendor ya?? beda harganya dengan wireline logging biasa berapa ya?? -Original Message- From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 4:58 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m, oh 600 m, vertical well...kondisi lubang bagus.. masalahnya karena menggunakan pads double dari density dan obmi, well kecil jadi banyak overpulls dan drags sehingga pembacaan tidak ondepth... jadi bukan karena panjang tools tapi lebih karena overpulls pembacaan obmi bagus tapi problem di depth kalau mau di cek dengan data yang lain... mungkin kalau menggunakan pipa bisa mengurangi stuck, dan tension..bisa coba tanya sama kontraktornya...apa bisa disimulasikan tension kalau pakai pipa...? Boleh tahu kenapa kok planning ngerun OBMI pakai pipa? kalau untuk sedimentologi study kenapa kok enggak cari wells yang vertical dan pakai kabel sehingga depth controlnya dan kecepatan logging controlnya lebih mudah dan bagus daripada pake pipa? Mengingat pembacaan OBMI kan high resolution sayang kalau di run pakai pipa Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Tony Basoeki B. Dwi Soelistyo [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 03:27 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran Ferdi, Kebetulan di sini barusan ngobrol juga soal OBMI dengan pipa (pipe-conveyed atau TLC),mau tanya...kalau OBMI-nya yang waktu itu anda sebutkan berantakan, apakah karena kepanjangan konfigurasi tool-nya ?..kalau iya, seberapa panjang waktu itu/dikombinasikan dengan tool apa ?.ataukah berantakan karena kondisi sumurnya ?..kalau iya,..kondisi sumurnya seperti apa (inklinasi ?...bentuk S ?)...terimakasih di awal. Regards, Tony B. Soelistyo Geologist -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:05 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah berat amat kombinasinya? WBM ya...? holenya bagus? deviated ? dragnya waktu cabut pipa gimana ? Mas sebenarnya bisa minta analisa tension dan drag dari contractornyabisa disimulasikan dengan mudweight dan deviationnya dari analisa tension dan drag bisa diketahui mana konfigurasi tools yang paling bagus kalau kepanjangan bisa patah /stuck apalagi dengan tambahan pipa dulu pernah nyoba di sini ternyata banyak sekali tensionnya sehingga data OBMInya malah berantakan dan depth shiftnya jadi sulit Apa sudah dipertimbangkan pakai LWD...kalau punya schlum ada azimuthal density yang bisa buat image, ada spectral gr dan neutron juga... tapi vertical resolutionnya lebih rendah dari wireline...kalau formasinya yang mau dilihat tebel enggak masalah , kalau tipis ya repot.. Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL EP Indonesie Balikpapan DKS/TUN/GG 0542- 533852 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] 25/08/2004 01:40 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran rekans, Mohon saran. Saya akan run kombinasi log : Density-Neutron-Spectral GR-STAR dengan pipa (Pipe Conveyed Log). Bagaimana kira kira pengaruh akurasi pembacaan log density-neutron
RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran
kalau high inclination ataupun horizontal di sarankan pakai LWD saja, menghemat rig time, drilling parameter yg bisa dikontrol sesuai spec.requirment logging tool, real time sehingga bisa control target reservoirnya (khusus horizontal-built up atawa drop ), sedangkan plc..logging tool tak didesign untuk extreme dinamcally drilling parameter (flow rate etc.), loss communication during logging by pipe lebih sering dijumpai, karena connector antara tool head dengan cable atau antara female dan male socket pada cable menjadi titik terlemah..memang musti statistical-lah membandingkannya dengan LWD soal success ratio ini, karena LWD juga kalau drilling terlampau dalam dengan flow rate yg lebih besar mengakibatkan loss signal juga, belum lagi factor benturan dan hentakan pipa ke wellbore. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 26, 2004 9:36 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran terimakasih, mas tony yg ngganteng, jadi plc ini tidak pakai pipa khusus ya? hanya pakai 'drilling pipe' saja, cuma diganti 'drilling bit' dg 'logging tool', begitukah? yg kedua, utk sumur yg 'deviated' alias berinklinasi tinggi, apalagi sampai horisontal, dapat dipastikan akan pakai plc ya (bukan kabel)? salam, syaiful *belumpernahlihatakuisisilogpakaipipasih Tony Basoeki B. Dwi To: [EMAIL PROTECTED] Soelistyo cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran .com 08/26/2004 09:13 AM Please respond to iagi-net Mas Syaiful, Sepengetahuan saya, satu-satunya keuntungan pakai pipa adalah meningkatnya rasio keberhasilan (say almost 100 %..wong pakai pipa je) bisa mengevaluasi sumur tersebut dari kemungkinan stuck ( terjepit)...dibandingkan dengan dilakukan pakai kabel. Di jaman sekarang, industri pasti akan berusaha keras menghindari penggunaan TLC/PLC karena makan waktu lebih banyak, yang berarti makan biaya lebih besar (terutama sekali biaya rig-nya), tapi ya begitulah..mother nature sering kali mendikte keinginan kita, seperti : 1. Targets yang berbeda-beda dan keterbatasan struktur/platform dalam mencapai target yang kerap kali membuat suatu sumur mesti dibuat berinklinasi tinggi sehingga harus di-evaluasi dengan memakai pipa kalau kita mau mengevaluasi setelah sumur dibor (for any reasons.terlepas dari ada/tidaknya LWD). 2. Dan juga jika ternyata kondisi lubang sumur yang meskipun vertikal atau inklinasi rendah ternyata banyak washed-out atau ada s-shaped speri yang digambarkan Pak Shofi. 3. Atau reservoirnya banyak yang sudah depleted sehingga differential pressure besar menyebabkan potensi sticking menjadi besar kalau dilakukan dengan kabel. Semoga membantu. Salam, tony -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 26, 2004 8:27 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran wah, tampaknya saya ternyata sudah sangat ketinggalan, baru tahu ada pcl, selain kabel, utk akuisisi data pasca 'drilling'. jadi itu tentunya bukan 'wireline logging' ya, tapi 'pipe conveyed logging'? cerita dikit dong( mas shof, mas ferdi, mas tony), apa keuntungan pipa dibandingkan kabel yg umumnya digunakan? apa spefikasi si pipa? ada ukuran2 yg ber-beda2? terimakasih utk tambahan ilmunya. salam, syaiful Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] ess.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran 08/25/2004 04:57 PM Please respond to iagi-net Trims untuk sharingnya. Kita disini pake PCL karena log pertama yang masuk langsung stuk begitu menyentuh dasar lubang dan diperkirakan keyseated (angle drop dari 48 menjadi 20). Nah untuk optimize waktu, kita run log kombinasi itu dengan PCL. Kontractornya sih bilang oke saja dengan kombinasi ini, cuma saya yang cukup worry mengingat ini bukan kombinasi yang biasa dari dua tool dengan metode run yang berbeda pula. Kontractor sih bilang semua kombinasi bisa, walaupun harus stuk lagi, khan nothing to loose buat dianya. Lha buat kita khan berarti hilang uang, apalagi kalo sampe lost in hole. Nah berapa tuh cost nya untuk STAR? bisa 400 rebu K -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, August 25, 2004 3:15 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Tool Combination-mohon saran waktu itu kita enggak pakai pipapakai kabel biasa obmi pad tools, density pad tools , neutron normal di 6 inch pakai mw 1.6 sg , depth 5000-5600m,
Re: [iagi-net-l] Pak Dirut
Penjualan saham antara perusahaan swasta dengan BUMN berbeda masalahnya. BUMN umumnya mengelola aset atau lahan strategis milik negara yang berarti juga milik rakyat. Coba bayangkan seandainya perusahaan kereta api dijual ke swasta, siapa yang bisa menentukan harga jual jalan ka (termasuk tanahnya) yang panjangnya ribuan km. Nah, disinilah timbulnya peluang permainan dalam penentuan harga jual. Jadi tidak heran kalau penjualan BUMN selalu dipolitisir karena di dalamnya ada sejumlah aset yang nilainya debatable (bisa dinilai dari berbagai aspek). Marwadi A. - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 26, 2004 7:34 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu laksamana juga sudah berbicara banyak tentang manfaat-mudharatnya prinsip portofolio untuk perusahaan pemerintah. petronas pun seperti itu, banyak anak perusahaan yang sudah menguntungkan dan di luar core bisnis juga dijual seperti petronas gas yang sudah listed di mse (dulu klse), begitu juga klcc holdings (property termasuk twin tower, exxonmobil dll) juga dijual sahamnya. bagusnya lagi semua orang bisa membeli saham ini, tidak terbatas pada orang berduit saja. memang itulah bedanya, kalau di indonesia semua hal dipolitisir sehingga setiap kebijakan bisa dipelintir menjadi jahat dengan hanya permainan kata-kata. jaman suharto dulu, tutut buat jalan tol tapi herannya kok bisa dicaci maki semua orang yang sekarang selalu memanfaatkan jalan tol yang merupakan legacy dari tutut tersebut. sekarang, sampai sekarang tidak ada seorang pun yang berani membuat jalan tol di indonesia. regards- Rovicky Dwi Putrohari To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] cc: il.com Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut 26/08/2004 08:07 AM Please respond to iagi-net From: [EMAIL PROTECTED] Kalau sudah di level top top manajemen, saya pikir semua bisnis 'sama'. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan. Alias dijual Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat negara sebagai suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual. Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 : Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan harapan tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya. lihat artikel dibawah sana. RDP Ekonomi Bisnis Pertamina Menjual Anak dalam Timangan Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service. -- -- BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan. Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT Pertamina di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat. Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung Juli lalu. Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif, katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu. Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan. Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting. Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan. Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu. Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham Indosat milik pemerintah RI ke STT Singapura. Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT Pertahulu Energy,
Re: [iagi-net-l] Pak Dirut
Pada upacara 17 Agustus 2004, Widya Purnama selaku inspektur (atau pembina yaah) upacara berpidato tanpa text dan secara tegas mengatakan tidak ada rencana sedikitpun untuk menjual Pertamina. Bagaimana bila diperintah oleh Laksamana Sukardi ? ia bertanya dan menjawab sendiri lebih baik saya mengundurkan diri. Jadi sikap beliau sudah jelas. MA - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 26, 2004 7:07 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut From: [EMAIL PROTECTED] Kalau sudah di level top top manajemen, saya pikir semua bisnis 'sama'. Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan. Alias dijual Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat negara sebagai suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual. Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 : Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan harapan tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya. lihat artikel dibawah sana. RDP Ekonomi Bisnis Pertamina Menjual Anak dalam Timangan Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service. -- -- BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan. Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT Pertamina di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama 14 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat. Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah rampung Juli lalu. Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih obyektif, katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu. Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi perseroan. Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting. Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi dipertahankan. Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu. Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham Indosat milik pemerintah RI ke STT Singapura. Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT Pertahulu Energy, dan PT Usayana di sektor hulu, serta PT Elnusa Harapan, Petral, PT Pertamina Tongkang, dan PT Pertajaya Lubrindo di sektor hilir. Tujuh dikategorikan tidak menunjang bisnis inti atau noncore: PT Pertamina Saving Investment (layanan jasa keuangan), PT Pertamina Bina Medika (jasa kesehatan), PT Pelita Air Service (penerbangan), PT Patra Jasa (hotel properti), PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi), PT Pertamina Training Consulting (pendidikan), dan PT Patra Dok Dumai (dok dan perbengkelan). Dokumen yang diterima TEMPO menyatakan, anak-anak perusahaan yang menunjang bisnis inti induk tetap dipertahankan. Yang tidak menunjang mungkin dijual atau dimerger. PT Pelita Air Service, Patra Jasa, dan PT Patra Dok Dumai masuk kategori divestasi. Bahkan arahan komisaris menyebutkan anak perusahaan yang berlokasi di Batam itu sebaiknya dilikuidasi. Di luar itu, seperti PT Tugu Pratama, PT Pertamina Saving Investment, dan PT Pertamina Training Consulting, dipertahankan se-mentara karena masih untung. Di dokumen itu disebutkan bahwa kondisi perusahaan dok dan perbengkelan tersebut terparah dari anak-anak perusahaan lainnya. Selain perusahaan itu punya utang Rp 45 miliar, aset-asetnya parah. Hampir 90 persen berumur lebih dari 30 tahun. Tahun lalu, kinerjanya jeblok hingga merugi Rp 9,5 miliar. Tingkat return on equity (ROE) pun minus 12 persen. Padahal tingkat ROE yang sehat menjadi persyaratan utama hidup-mati sang anak perusahaan. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham, direksi harus melakukan restrukturisasi anak perusahaan, kata komisaris Pertamina, Roes Aryawijaya, Patokannya hanya satu tingkat ROE yang lebih baik dari tingkat SBI. Kalau lebih buruk, ya, didivestasi, bahkan dilikuidasi. Wakil Direktur Utama PT Pertamina, Mustiko Saleh, yang
Re: [iagi-net-l] Pak Dirut
Pak Marwadi - Terima kasih atas tanggapannya, memang menarik sekali peran BUMN ini. Sama seperti jaman orang tua kita dulu yang selalu mengharapkan anaknya menjadi pegawai pemerintah (ambtenaar) sehingga bisa mendapat gaji bulanan tetap (meski pun sedikit) dan setelah pensiun bisa mendapatkan gaji pensiun sampai meninggal nanti. Paradigma seperti ini muncul karena anggapan bahwa pemerintah control everything dengan monopoli, mulai dari air, minyak, bis, kereta api, karet, emas, listrik, telepon, beras, gula, sembako dll. Sehingga mau tidak mau, seluruh rakyat harus menggantungkan diri pada pemerintah, alias menjadi pegawai negeri. Karena segala aspek perekonomian dikontrol oleh pemerintah. Keadaan monopolistik seperti itu menyebabkan para pemegang kuasa di pemerintah menjadi semau gue. Lha mau gimana lagi, wong tidak ada kontrol masyarakat, tidak ada persaingan usaha, pasarnya adalah seluruh rakyat Indonesia. Bayangkan jaman dahulu, mau buat sambungan telepon saja harus ngantri bertahun-tahun itu pun dengan biaya yang mencekik. Begitu juga dengan listrik, rasanya mendapatkan sambungan listrik bukanlah fasilitas yang disediakan untuk rakyat, tetapi suatu anugerah yang diberikan oleh penguasa PLN. Kondisi tersebut menyebabkan penguasa berubah menjadi raja-raja kecil yang mengeruk keuntungan tersebut untuk pribadi dan kelompoknya saja, sehingga muncul korupsi dan kolusi yang sangat sistematik. KKN tersebut tidak akan berubah kalau seluruh segmen usaha dikuasai oleh pemerintah. Coba saja lihat kasus2 KKN yang ada, hampir semuanya muncul pada usaha2 yang dikontrol pemerintah. Contoh yang hangat adalah gula akhir-akhir ini, begitu juga kasus BULOG, dan Pertamina Tanker. Tapi adakah KKN di bidang usaha yang tidak dikontrol pemerintah? Hampir dikatakan nol, nil, null, mboten wonten, kalau ada itu pun persentasenya kecil saja. Dengan begitu, ekonomi menjadi sentralistik dan monopolistik kalau dikuasai negara. Mereka (katakanlah oknum) dengan mudah mempolitisir usahanya untuk kepentingan golongan tertentu. Tetapi bila sudah tidak dimonopoli, dalam artian usaha BUMN tersebut dikontrol oleh masyarakat umum, maka ekonomi pasarlah yang akan menentukan harga pasarnya. Seluruh perusahaan, baik itu BUMN atau bukan pasti mempunyai laporan keuangan, berapa asset dan liabilities-nya untuk menjadi patokan harga perusahaan tersebut. Kalau memang harganya terlalu besar, misalkan PLN, mereka pecah2 jadi beberapa unit, misalkan menjadi PLN Jabar, PLN Jateng, dan PLN Jatim. Masiing2 PLT pun bisa menjadi asset bahkan perusahaan sendiri. Begitu juga dengan Kereta api. Rasanya jaringan listrik PLN jauh lebih panjang dari panjang rel keretaapi di indonesia yang nggak pernah nambah2 dari jaman Belanda. Just my 2 cents. Best Regards - MANWAR [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Pak Dirut 26/08/2004 11:18 AM Please respond to iagi-net Penjualan saham antara perusahaan swasta dengan BUMN berbeda masalahnya. BUMN umumnya mengelola aset atau lahan strategis milik negara yang berarti juga milik rakyat. Coba bayangkan seandainya perusahaan kereta api dijual ke swasta, siapa yang bisa menentukan harga jual jalan ka (termasuk tanahnya) yang panjangnya ribuan km. Nah, disinilah timbulnya peluang permainan dalam penentuan harga jual. Jadi tidak heran kalau penjualan BUMN selalu dipolitisir karena di dalamnya ada sejumlah aset yang nilainya debatable (bisa dinilai dari berbagai aspek). Marwadi A. - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 26, 2004 7:34 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu laksamana juga sudah berbicara
Re: [iagi-net-l] Pak Dirut
Sebenarnya artikel dibawah tidak cocok dengan milis iagi ini. Tetapi sekadar menambah wawasan dan kewaspadaan. Salam. = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = Selasa, 31 Desember 2002 Mengapa Penjualan Indosat Ditentang? Lepas Sudah Kendali Strategis Itu Priyatna Abdurrasyid semestinya sudah tenang menikmati pensiunnya. Sekitar 30 tahun silam ia jungkir balik sendirian di kancah dunia. Bertugas untuk mengurusi pengembangan telekomunikasi Indonesia, ia harus mondar-mandir ke berbagai negara di Eropa dan Amerika. Ia melobi badan-badan dunia di bawah PBB. Juga orang per orang yang mungkin berpengaruh bagi apa yang diperjuangkannya. Tujuannya satu: pengakuan internasional bagi posisi satelit Palapa milik Indonesia. Dia sempat dianggap orang gila, kata Munawar Ahmad, mantan komisaris Indosat. Saat itu belum ada aturan mengenai penempatan satelit. Tetapi, Priatna berkeras agar penempatan satelit Palapa mendapat perlindungan hukum internasional. Alasannya logis bahwa Palapa mempunyai posisi orbit yang sangat menguntungkan, baik dari segi biaya peluncuran maupun dari daya pancarnya. Jika tak terlindungi secara hukum, posisi itu dapat digeser oleh pihak lain. Karena sepak terjang Priyatna, PBB dan dunia menjadi sadar pentingnya hukum internasional tentang orbit satelit. Setelah itu, hukum tersebut baru disusun. Posisi strategis Palapa terlindungi. Baru 83 tahun mendatang posisi itu terbuka untuk yang lain, katanya. Sekarang posisi yang masih kosong untuk penempatan satelit adalah pada orbit yang lebih tinggi, yang kurang menguntungkan secara ekonomis. Upaya Priyatna tidak sia-sia. Indonesia punya satelit strategis yang aman. Anak-anak negeri ini, melalui institusi Indosat, telah mengendalikan dan mengelola satelit itu secara baik. Indonesia bahkan menjadi tempat belajar banyak ahli dari negara lain untuk mengendalikan satelit. Kini, satelit Palapa C-2 memang masih aman di posisinya. Petugas teknis pengendalinya tetaplah anak-anak pribumi. Tetapi, Indosatnya sudah mulai dikendalikan asing. Kursi tertinggi komisaris kini diduduki Peter Seah Lim Huat, bukan lagi Wisnu Marantika. Kekuasaan eksekutif Widya Purnama ditempel oleh wakilnya, Ng Eng Hoe. Wakil-wakil Singapura itu tentu tidak akan mengotak-atik Palapa. Tetapi, secara strategis, Palapa jelas tidak lagi dalam kendali penuh kepentingan Indonesia. Pemerintah RI tidak lagi dapat memberi tugas khusus pada Indosat untuk kepentingan apa pun, termasuk kepentingan strategis. Indosat telah menjadi perusahaan publik berstatus PMA. Lepasnya peran strategis pengendalian satelit seiring dengan divestasi Indosat bukan hanya menyangkut Palapa C-2. Indosat juga member serta pemilik saham dua satelit penting dunia, Intelsat dan Imarsat. Kepentingan Indonesia sebagai negara terhadap kedua satelit tersebut juga melalui tangan Indosat. Imarsat adalah satelit maritim dunia yang dipakai dunia perkapalan. Singapura tidak memiliki satelit itu. Kini, melalui Indosat, Singapura mempunyai akses terhadap satelit tersebut. Palapa memang bukan satu-satunya satelit yang dimiliki Indonesia. Masih ada Cakrawarta yang dimiliki PSN serta satelit Telkom II milik Telkom. Namun, kapasitas kedua satelit ini lebih terbatas. Telkom II hanya dipakai untuk kepentingan lokal. Untuk sambungan internasional, PT Telkom pun menggunakan jasa Indosat. Masih terdapat beberapa hal lain yang juga menjadi aset penting Indosat. Nilai strategisnya memang di bawah satelit. Tetapi, aset-aset itu mempunyai arti nyata dalam mendukung Indonesia moderen, di antaranya adalah jaringan kabel bawah laut yang membentang dari Jakarta hingga London, jaringan serat optik yang menghubungkan pusat-pusat bisnis Jakarta, fasilitas lintasarta yang menjadi jantung kegiatan perbankan moderen Indonesia, hingga frekuensi seluler 900 MHz dan 1800 MHz di Satelindo dan IM3. Indosat pula pemilik sistem elektronic data interchange (EDI) yang menjadi pilar kerja pelabuhan. Itu diprogram sendiri oleh orang-orang kita. Kita memang belajar dari Korea, tapi milik kita sekarang termasuk yang tercanggih di dunia, kata Munawar. Semua itu kini milik dan dalam kendali STT Singapura. Beberapa ekonom memang mendukung divestasi Indosat pada asing. Faisal Basri, misalnya, berharap keterlibatan asing di Indosat akan mengakhiri monopoli telepon oleh Telkom. Dengan demikian, pulsa telepon Telkom yang sangat mahal saat ini akan lebih murah. Karena Faisal berharap bahwa STT akan membawa Indosat masuk ke telepon rumah. Tetapi, STT tentu punya agenda sendiri. Buat apa harus bersusah payah membangun jaringan semacam Telkom, jika bermain di bisnis seluler lebih gampang
Re: [iagi-net-l] FW : Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu
Rekan rekan Untuk diketahui blok Cepu adalah WKP Pertamina , yang dkerjakan bersama dengan fihak Humpuss Patra Gas pada era Pak Harto. Bentuk kontranya adalah TAC. Karea pada saat itu operasi oleh Humpuss Patra Gas tidak ada kemajuan , Pertamina menyetujui untuk kontraknya diambil alih oleh Ampolex( Australia). Ampolex kemudian diakusisi oleh Mobil Australia , jadilah Mobil (kemudian menjadi Exxon -Mobil) menjadi kontraktor Pertamina. Memang dibandingkan dengan TAC yang lain ada klausa kalusa yang agak istimewa dalam kontrak TAC Blok Cepu ini. (Alasannya silahkan terka sendiri). Jadi sebagai pemilik WKP tentu saja Pertamina berhak untuk menyetujui ataupun menolak perpanjangan kontrak tersebut, namanya bisnis tentu dengan adanya penemuan yang besr di Blok Cepu , wajar apabila Pertamina melakukan sesuatu sikap yang menguntungkan Pertamina. Yang harus dipertanyakan adalah apabila Pertamina melakukan hal sebaliknya , bukan begitu ? Si Abah Btw ... sebenernya siapa yg berhak memperpanjang kontrak pengelolaan ini, Pertamina atau BP Migas ? Apakah pertamina mempunyai previlage khusus untuk mengelola sebuah blok selamanya tanpa batas waktu seperti perusahaan KPS ? Tentunya kita mesti memberikan proteksi buat bangsa sendiri (jelas wajib lah yaw), tetapi 'previlage' ini tentunya akan dituntut balik oleh pemberi 'previlage' (rakyat), salah satunya tuntuntan subsidi yg selalu dijadikan alasan mencekik leher dan sebagai dalih utk menyatakan kenapa Pertamina untungnya sedikit. RDP From: Franciscus Sinartio [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [HAGI-Network] Pertamina tidak Perpanjang kontrak Exxon Mobil-Cepu Date: Wed, 25 Aug 2004 22:33:23 +0700 fyi, dikutip dari astaga.com == Pertamina Perpanjangan Kontrak ExxonMobil 25 Aug 2004 17:49 WIB Astaga!Finance - Direktur Utama Petamina, Widya Purnama menolak permohonan perpanjangan kontrak blok Cepu, yang berakhir pada tahun 2010 yang diajukan ExxonMobil Oil Indonesia. Alasannya adalah karena Pertamina merasa mampu mengelola sendiri blok tersebut. Menurut keterangan Widya, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (25/8), dengan dikelola sendiri maka perusahaan dan negara akan lebih diuntungkan. Ini merupakan kesempatan emas bagi perusahaan u ntuk mengalahkan Petronas (dari Malaysia), Widya, yang baru dilantik dua pekan lalu. Sikap Widya ini bertolak belakang dengan direksi lama pertamina di bawah pimpinan Ariffi Nawawi yang sebelumnya mengisyaratkan persetujuannya untuk memperpanjang kontrak Exxon di blok Cepu. _ STOP MORE SPAM with the new MSN 8 and get 2 months FREE* http://join.msn.com/?page=features/junkmail - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -