Re: Bls: [iagi-net-l] Basement (?) pak Ade.
Menarik mendiskusikan burial metemorphism seperti yang diurai pak Ade. Pak Ade, apakah bisa membedakan secara fisik batuan yang kaya akan mineral zeolit tersebut bahwa itu sebagai produk metamorfisme burial atau alterasi hidrotermal??. Karena memang hidrotermal mempunyai peran yang sangat penting dalam genesa berbagai tipe metamorfisme. Sehingga muncul tipe khusus yaitu hydrotermal metamorphism. Saya kira memang demikian, bahwa beberapa metasedimen yang dijumpai pada beberapa core (biasanya berselang-seling) dengan sedimen lainnya yang belum dianggap meta tetap bagian dari sistem sedimen dalam konteks sedimentary basin, jauh di atas yang dianggap sebagai basement. Ini pun perlu hati-hati, jika cekungan tersebut berasosiasi dengan basement high. Sedikit yang pernah saya lihat adalaha core dari beberapa sumur di cekungan sumatera tengah, juga dijumpai kelompok meta-sedimen. Pada saat itu, saya hanya bicara masalah provenan dan diagenesis (dari pendekatan petrografi) saja untuk memberikan second opinion dari studi yang pernah dilakukan oleh perusahaan tsb dengan pihak lain. Diluar itu, pak Ade berkenankah? memberikan kuliah kelilingnya (melalui mekanisme Kuliah Keliling IAGI saja...) dengan topik metamorfisme di kampus ugm jogja, nanti bersambung ke kampus lainnya (upn, sttnas, akprind), dengan sppd dari Inco. Sehingga pak Ade bisa road-show ke geologi ugm, upn, sttnas, akprind atas naman IAGI. Kalau keluarnya pak Ade susah dari Inco, saya akan berkirim surat ke Inco sebagai Sekretaris Jurusan TGL.UGM, ntar itu juga bagian dari kegiatan IAGI. Jika PP-IAGI memboyong pak Ade kesulitan, karena policy Inco nunggu jatah cuti, misalnya. Terus terang, saya pernah ingin memboyong mas Haryadi Permana (geotek lipi) yang juga sangat kompeten untuk bicara metamorfisme, tapi tidak jadi, ada masalah non-teknis terkait perjalanan beliau ke Jogja.. Nah, kalau Inco men-support pada pak Ade Kadarusman ke Jogja lebih dari 2 hari.., kan sangat mungkin to? Selama ini banyak topik-topik kuliah tamu / ceramah ilmiah pada materi Applied Geology (khususnya petroleum geology), lalu mhs (ini amatan kami di ugm) cenderung mengabaikan basic geology. Mengapa basic geology menjadi urgent? Seorang Alit Askaria (curhat ke saya beberapa waktu lalu di Jogja) saat mewawancarai fresh graduate untuk grup eksplorasinya, dibikin pusing oleh fresh graduate dari berbagai univeritas, yang sedikit bebal dan melupakan konsep-2 dasar : petrologi, struktur geologi, stratigrafi. Tapi kalau ditanya petrel, geografix, menghitung cadangan, jago-jago semua, apalagi kalau sudah banyak terlibat project2 joint study / joint evaluasi blok migas. Saya pun kaget!!!. Komentar dan evaluasi ini justru keluar dari seorang praktisi di industri migas. Kalau Alit Askaria seorang akademisi, saya pun maklum. Mas Bambang Priadi di Geologi ITB, pernah mendiskusikan hal ini dengan saya saat sama-sama di lapangan (di Pacitan kayaknya). Komentarnya sama. Kembali ke kuliah keliling, saya kira positip sekali, jika pak Ade dapat memberikan materi petrologi batuan metamorf (atau geologi metamorfisme dan metasomatism) (saya no.1 yang mendukung jika pak Ade berkenan...), apalagi kalau kemudian dikaitkan dengan tektonik dan dinamika cekungan, toch muaranya pada temuan-temuan / pematangan hidrokarbon atau eksplorasi bijih. Akhir februari nanti, geologi ugm mendapat kursus gratis dari geosaintis-2 Total Indonesie (Perancis) tentang Petroleum Geology, yang mau ikut berduyun-duyun. Akan saya coba ada kursus gratis : Metamorfism dari Inco (misalnya), berduyun-duyun ndak? Salam, Agus Hendratno salah satu pengajar petrologi batuan metamorf. From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Cc: ade.kadarus...@valeinco.com Sent: Monday, February 2, 2009 8:36:41 AM Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?) Pak Ade, Terima kasih atas penjelasannya, terutama tentang konsep burial metamorphism dan metode (mikrostruktur) untuk membedakan metasedimen sebagai bagian formasi batuan sedimen, dan metasedimen sebagai bagian Basement. Saya pikir ini masukan yang sangat penting. Tentang sejarah termal batuan sedimen di dalam cekungan sedimen (eksplorasi migas), dalam hubungannya dengan generasi minyak dan gas, kami tak pernah mencantumkan batas atas diagenesis sampai 180 deg C. Eksplorasi migas biasa menggunakan tiga wilayah termal : diagenesis, katagenesis, dan metagenesis. Mengacu kepada Hunt (1996 –Petroleum Geochemistry and Geology 2nd ed., WH Freeman and Co.), rejim termal tersebut adalah : -diagenesis : up to 50 deg C -catagenesis : 50-200 deg C -metagenesis : 200-250 deg C -oil window : 60-160 deg C -gas window : 100-200 deg C Barangkali ”diagenesis” yang Pak Ade sebutkan itu diagenesis di dalam proses very low grade
[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River
Dear Explorationist, Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River. This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West Java, on Saturday, February 14, 2009. Overview Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its sedimentology will refresh your basic understanding, combine with rafting the tour will much more interesting more than you can imagine Registration Fee: Only Rp 3.000.000 /Participant Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch dinner, transport JKT-Location, Return Trip and rafting Closing Registration: February 6, 2009 Maximum Participant: 25 Minimum Participant: 10 Registration fee into: Geosain Delta Andalan, Bank Niaga – Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000 All information of the course is attached on the flyer, and please fills the form For further information, please kindly contact: Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id ) Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id) GDA Office (021-83792688) Sincerely yours, - Warto Utomo GDA Consulting Jl. Tebet Timur Dalam X No. 2 Jakarta 12820 Web : www.gda.co.id Email : t...@gda.co.id Mobile : +62 81 334108899 Office : +62 21 837 92688 - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi juga kaya migas... salam, agus hendratno From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang pernah say baca. Salam Yanto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua. Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil berteriak ”Kubunuh kau...!”. Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya. Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 saya. --- Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia. Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird’s Head, alias Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli militer. Maka tim besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer eksplorasi dari Tarakan, mulai melakukan perkerjaan raksasa memetakan geologi Papua. Dengan berbagai pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk Berau sebagai basecamp. Pekerjaan pemetaan di area yang sangat luas ini dilakukan pertama kali menggunakan pesawat terbang. Pesawat amfibi Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan untuk pekerjaan ini. Para pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca yang sering berkabut dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai bermanuver di antara celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan Papua. Dari ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal –semacam reconnaissance survey. Pekerjaan selanjutnya, yang jauh lebih menantang adalah ground survey. Torehan banyak sungai di Papua menolong para geologists Belanda memetakan geologi wilayah besar ini. Para kru lapangan semuanya adalah suku2 dari banyak wilayah di Indonesia : Dayak, Manado, Ambon, Jawa, Batak, dan Banda. Suku Papua sendiri kelihatannya tak ada sebab pada zaman itu diceritakan bahwa mereka masih merupakan suku pengayau alias pemenggal kepala yang diceritakan tentara Inggris di perbatasan PNG-Papua sebagai suku pelintas batas yang suka mengejar musuhnya melewati garis batas demarkasi. Para geologists yang memetakan geologi Papua memilih camp-nya di perahu, ini jauh lebih nyaman daripada di dalam hutan yang
Re: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?)
Menarik mendiskusikan burial metemorphism seperti yang diurai pak Ade. Pak Ade, apakah bisa membedakan secara fisik batuan yang kaya akan mineral zeolit tersebut bahwa itu sebagai produk metamorfisme burial atau alterasi hidrotermal??. Karena memang hidrotermal mempunyai peran yang sangat penting dalam genesa berbagai tipe metamorfisme. Sehingga muncul tipe khusus yaitu hydrotermal metamorphism. Saya kira memang demikian, bahwa beberapa metasedimen yang dijumpai pada beberapa core (biasanya berselang-seling) dengan sedimen lainnya yang belum dianggap meta tetap bagian dari sistem sedimen dalam konteks sedimentary basin, jauh di atas yang dianggap sebagai basement. Ini pun perlu hati-hati, jika cekungan tersebut berasosiasi dengan basement high. Sedikit yang pernah saya lihat adalaha core dari beberapa sumur di cekungan sumatera tengah, juga dijumpai kelompok meta-sedimen. Pada saat itu, saya hanya bicara masalah provenan dan diagenesis (dari pendekatan petrografi) saja untuk memberikan second opinion dari studi yang pernah dilakukan oleh perusahaan tsb dengan pihak lain. Diluar itu, pak Ade berkenankah? memberikan kuliah kelilingnya (melalui mekanisme Kuliah Keliling IAGI saja...) dengan topik metamorfisme di kampus ugm jogja, nanti bersambung ke kampus lainnya (upn, sttnas, akprind), dengan sppd dari Inco. Sehingga pak Ade bisa road-show ke geologi ugm, upn, sttnas, akprind atas naman IAGI. Kalau keluarnya pak Ade susah dari Inco, saya akan berkirim surat ke Inco sebagai Sekretaris Jurusan TGL.UGM, ntar itu juga bagian dari kegiatan IAGI. Jika PP-IAGI memboyong pak Ade kesulitan, karena policy Inco nunggu jatah cuti, misalnya. Terus terang, saya pernah ingin memboyong mas Haryadi Permana (geotek lipi) yang juga sangat kompeten untuk bicara metamorfisme, tapi tidak jadi, ada masalah non-teknis terkait perjalanan beliau ke Jogja. Nah, kalau Inco men-support pada pak Ade Kadarusman ke Jogja lebih dari 2 hari.., kan sangat mungkin to? Selama ini banyak topik-topik kuliah tamu / ceramah ilmiah pada materi Applied Geology (khususnya petroleum geology), lalu mhs (ini amatan kami di ugm) cenderung mengabaikan basic geology. Mengapa basic geology menjadi urgent? Seorang Alit Askaria (curhat ke saya beberapa waktu lalu di Jogja) saat mewawancarai fresh graduate untuk grup eksplorasinya, dibikin pusing oleh fresh graduate dari berbagai univeritas, yang sedikit bebal dan melupakan konsep-2 dasar : petrologi, struktur geologi, stratigrafi. Tapi kalau ditanya petrel, geografix, menghitung cadangan, jago-jago semua, apalagi kalau sudah banyak terlibat project2 joint study / joint evaluasi blok migas. Saya pun kaget!!!. Komentar dan evaluasi ini justru keluar dari seorang praktisi di industri migas. Kalau Alit Askaria seorang akademisi, saya pun maklum. Mas Bambang Priadi di Geologi ITB, pernah mendiskusikan hal ini dengan saya saat sama-sama di lapangan (di Pacitan kayaknya). Komentarnya sama. Kembali ke kuliah keliling, saya kira positip sekali, jika pak Ade dapat memberikan materi petrologi batuan metamorf (atau geologi metamorfisme dan metasomatism) (saya no.1 yang mendukung jika pak Ade berkenan...), apalagi kalau kemudian dikaitkan dengan tektonik dan dinamika cekungan, toch muaranya pada temuan-temuan / pematangan hidrokarbon atau eksplorasi bijih. Akhir februari nanti, geologi ugm mendapat kursus gratis dari geosaintis-2 Total Indonesie (Perancis) tentang Petroleum Geology, yang mau ikut berduyun-duyun. Akan saya coba ada kursus gratis : Metamorfism dari Inco (misalnya), berduyun-duyun ndak? Salam, Agus Hendratno salah satu pengajar petrologi batuan metamorf. From: Ade Kadarusman a_kada...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: ade.kadarus...@valeinco.com Sent: Sunday, February 1, 2009 10:24:18 AM Subject: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?) Menambahkan apa yang dijelaskan oleh Pak Awang, tetapi saya akan melihat dari sisi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan “metasediment” dalam conteks sedimentary basin (burial metamorphism) dan perbedaannya dengan batuan “metasediment” akibat convergent plate boundary (regional metamorphism). Kalau sudah bisa memahami perbedaan antara dua jenis metasediment tsb, kita bisa menyebutkan “metasediment” yg merupakan bagian dari formasi batuan sediment itu sendiri atau “metasediment” yg merupakan bagian dari basement rock. Dalam pemahaman saya yg dimaksud dengan basement rock dalam conteks sedimentary basin, adalah bagian yg terpisah dari system sediment tsb, jadi umumnya basement rock harus ada unconformity dgn batuan sediment diatasnya. Jadi jika ada batuan metasediment yang hadir dibagian bawah suatu basin dan diduga masih merupakan bagian dari formasi sediment tsb (tdk ada unconformity), bisa jadi metasedimen tsb merupakan dari system sedimentary basin tsb, bukan sebagai basement rock. Perubahan batuan sediment tsb menjadi metasediment diakibatkan burial
Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2 pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak. kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal... salam, syaiful On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com wrote: Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi juga kaya migas... salam, agus hendratno From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang pernah say baca. Salam Yanto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry(R) -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua. Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil berteriak Kubunuh kau...!. Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya. Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 saya. --- Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia. Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird's Head, alias Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli militer. Maka tim besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer eksplorasi dari Tarakan, mulai melakukan perkerjaan raksasa memetakan geologi Papua. Dengan berbagai pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk Berau sebagai basecamp. Pekerjaan pemetaan di area yang sangat luas ini dilakukan pertama kali menggunakan pesawat terbang. Pesawat amfibi Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan untuk pekerjaan ini. Para pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca yang sering berkabut dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai bermanuver di antara celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan Papua. Dari ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal –semacam reconnaissance survey. Pekerjaan selanjutnya, yang jauh lebih menantang adalah ground survey. Torehan banyak sungai di Papua menolong para geologists Belanda memetakan geologi wilayah besar ini. Para kru lapangan semuanya adalah suku2 dari banyak wilayah di Indonesia : Dayak, Manado, Ambon, Jawa, Batak, dan
[iagi-net-l] CALL FOR PAPER PIT IAGI-38
*CALL FOR PAPER* *The 38th IAGI Annual Convention Exhibition Semarang, 13-14 October 2009 Abstract Submital Address:* *pit.iagi.2...@gmail.com* pit.iagi.2...@gmail.com *IAGI secretariat Gd. Mineral Batubara Lt. 6 Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 10 Jakarta 12870 Ph/Fax. 62-21 -83702848 / 83702577*
Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
Bang Ipul dan Den Agus, Penemuan lapangan minyak yang cukup besar di Salawati adalah lapangan Matoa, saya dan kawan-2 banyak terlibat. Rupanya sebelum kami masuk ke hutan Salawati, para penduduk setempat sudah lebih dulu meng-eksplorasi ke seluruh pelosok pulau ini. Mereka tidak mencari singkapan, tetapi mencari pohon durian! Kalau ketemu kumpulan pohon sagu, ya rezeki. Begitu pohon durian ditemukan, mereka langsung memberi tanda: milik Jeremias, milik Otter Ohorella, milik Jacob Rumbiak dll. Semak-2 di sekeliling pohon segera dibersihkan, lalu pondok kecil segera di bangun. Begitu musim durian tiba, mereka berkumpul di pondok ini sambil menunggui durian masak yang jatuh. Beberapa hari sekali mereka turun untuk menjual durian, tetapi sekarang sering dibeli kawan-2 produksi di lapangan Matoa. Ternyata kawan-2 Drilling Dept PetroChina juga punya satu pohon durian :) Salam hangat, sugeng - Original Message - From: mohammad syaiful mohammadsyai...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, February 03, 2009 10:57 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2 pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak. kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal... salam, syaiful On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com wrote: Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi juga kaya migas... salam, agus hendratno From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang pernah say baca. Salam Yanto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry(R) -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua. Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil berteriak Kubunuh kau...!. Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya. Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 saya. --- Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia. Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird's Head, alias Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli
Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
lho, mas sugeng ini kok malah banyak cerita duriannya sih. tapi memang asyik kok, soalnya saya juga dulu sering menikmati durian khas, berukuran kecil (dibandingkan durian sumatra / udanmas dari sumsel), dan sering disebut sbg 'durian mentega. apalagi kalo dicampur dengan sayur ikan tuna yg dimasak oleh seorang drillling supervisor, atau dicampur juga dengan udang bakar yg direnteng seperti sate, ah.. maknyus tenannn... nah, kembali ke soal migas, mungkin mas sugeng bisa cerita lebih panjang dong, kapan si matoa ditemukan. kalo sungkan atau lupa berapa besar cadangannya, mungkin bisa cerita akan berapa lama utk diproduksi: 10 tahun, 100 tahun? salam, syaiful On Tue, Feb 3, 2009 at 11:15 AM, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote: Bang Ipul dan Den Agus, Penemuan lapangan minyak yang cukup besar di Salawati adalah lapangan Matoa, saya dan kawan-2 banyak terlibat. Rupanya sebelum kami masuk ke hutan Salawati, para penduduk setempat sudah lebih dulu meng-eksplorasi ke seluruh pelosok pulau ini. Mereka tidak mencari singkapan, tetapi mencari pohon durian! Kalau ketemu kumpulan pohon sagu, ya rezeki. Begitu pohon durian ditemukan, mereka langsung memberi tanda: milik Jeremias, milik Otter Ohorella, milik Jacob Rumbiak dll. Semak-2 di sekeliling pohon segera dibersihkan, lalu pondok kecil segera di bangun. Begitu musim durian tiba, mereka berkumpul di pondok ini sambil menunggui durian masak yang jatuh. Beberapa hari sekali mereka turun untuk menjual durian, tetapi sekarang sering dibeli kawan-2 produksi di lapangan Matoa. Ternyata kawan-2 Drilling Dept PetroChina juga punya satu pohon durian :) Salam hangat, sugeng - Original Message - From: mohammad syaiful mohammadsyai...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, February 03, 2009 10:57 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2 pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak. kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal... salam, syaiful On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com wrote: Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi juga kaya migas... salam, agus hendratno From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang pernah say baca. Salam Yanto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry(R) -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua. Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil berteriak Kubunuh kau...!. Hm..masih mabuk