Re: Bls: [iagi-net-l] Basement (?) pak Ade.

2009-02-02 Terurut Topik Hendratno Agus
Menarik mendiskusikan burial metemorphism seperti yang diurai pak Ade. 
Pak Ade, apakah bisa membedakan secara fisik batuan yang kaya akan mineral 
zeolit tersebut bahwa itu sebagai produk metamorfisme burial atau alterasi 
hidrotermal??. 
Karena memang hidrotermal mempunyai peran yang sangat penting dalam genesa 
berbagai tipe metamorfisme. Sehingga muncul tipe khusus yaitu hydrotermal 
metamorphism. Saya kira memang demikian, bahwa beberapa metasedimen yang 
dijumpai pada beberapa core (biasanya berselang-seling) dengan sedimen lainnya 
yang belum dianggap meta tetap bagian dari sistem sedimen dalam konteks 
sedimentary basin, jauh di atas yang dianggap sebagai basement. Ini pun perlu 
hati-hati, jika cekungan tersebut berasosiasi dengan basement high. Sedikit 
yang pernah saya lihat adalaha core dari beberapa sumur di cekungan sumatera 
tengah, juga dijumpai kelompok meta-sedimen. Pada saat itu, saya hanya bicara 
masalah provenan dan diagenesis (dari pendekatan petrografi) saja untuk 
memberikan second opinion dari studi yang pernah dilakukan oleh perusahaan tsb 
dengan pihak lain. 

Diluar itu, pak Ade berkenankah? memberikan kuliah kelilingnya (melalui 
mekanisme Kuliah Keliling IAGI saja...) dengan topik metamorfisme di kampus ugm 
jogja, nanti bersambung ke kampus lainnya (upn, sttnas, akprind), dengan sppd 
dari Inco. Sehingga pak Ade bisa road-show ke geologi ugm, upn, sttnas, akprind 
atas naman IAGI. Kalau keluarnya pak Ade susah dari Inco, saya akan berkirim 
surat ke Inco sebagai Sekretaris Jurusan TGL.UGM, ntar itu juga bagian dari 
kegiatan IAGI. Jika PP-IAGI memboyong pak Ade kesulitan, karena policy Inco 
nunggu jatah cuti, misalnya.
Terus terang, saya pernah ingin memboyong mas Haryadi Permana (geotek lipi) 
yang juga sangat kompeten untuk bicara metamorfisme, tapi tidak jadi, ada 
masalah non-teknis terkait perjalanan beliau ke Jogja.. Nah, kalau Inco 
men-support pada pak Ade Kadarusman ke Jogja lebih dari 2 hari.., kan sangat 
mungkin to? Selama ini banyak topik-topik kuliah tamu / ceramah ilmiah pada 
materi Applied Geology (khususnya petroleum geology), lalu mhs (ini amatan kami 
di ugm) cenderung mengabaikan basic geology. 

Mengapa basic geology menjadi urgent? Seorang Alit Askaria (curhat ke saya 
beberapa waktu lalu di Jogja) saat mewawancarai fresh graduate untuk grup 
eksplorasinya, dibikin pusing oleh fresh graduate dari berbagai univeritas, 
yang sedikit bebal dan melupakan konsep-2 dasar : petrologi, struktur 
geologi, stratigrafi. Tapi kalau ditanya petrel, geografix, menghitung 
cadangan, jago-jago semua, apalagi kalau sudah banyak terlibat project2 joint 
study / joint evaluasi blok migas. 
Saya pun kaget!!!. Komentar dan evaluasi ini justru keluar dari seorang 
praktisi di industri migas. Kalau Alit Askaria seorang akademisi, saya pun 
maklum. Mas Bambang Priadi di Geologi ITB, pernah mendiskusikan hal ini dengan 
saya saat sama-sama di lapangan (di Pacitan kayaknya). Komentarnya sama.   
Kembali ke kuliah keliling, saya kira positip sekali, jika pak Ade dapat 
memberikan materi petrologi batuan metamorf (atau geologi metamorfisme dan 
metasomatism) (saya no.1 yang mendukung jika pak Ade berkenan...), apalagi 
kalau kemudian dikaitkan dengan tektonik dan dinamika cekungan, toch muaranya 
pada temuan-temuan / pematangan hidrokarbon atau eksplorasi bijih. 

Akhir februari nanti, geologi ugm mendapat kursus gratis dari geosaintis-2 
Total Indonesie (Perancis) tentang Petroleum Geology, yang mau ikut 
berduyun-duyun. Akan saya coba ada kursus gratis : Metamorfism dari Inco 
(misalnya), berduyun-duyun ndak?

Salam, 
Agus Hendratno
salah satu pengajar petrologi batuan metamorf. 






From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Cc: ade.kadarus...@valeinco.com
Sent: Monday, February 2, 2009 8:36:41 AM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?)

Pak Ade,
 
Terima kasih atas penjelasannya, terutama tentang konsep burial metamorphism 
dan metode (mikrostruktur) untuk membedakan metasedimen sebagai bagian formasi 
batuan sedimen, dan metasedimen sebagai bagian Basement. Saya pikir ini masukan 
yang sangat penting.
 
Tentang sejarah termal batuan sedimen di dalam cekungan sedimen (eksplorasi 
migas), dalam hubungannya dengan generasi minyak dan gas, kami tak pernah 
mencantumkan batas atas diagenesis sampai 180 deg C. Eksplorasi migas biasa 
menggunakan tiga wilayah termal : diagenesis, katagenesis, dan metagenesis. 
Mengacu kepada Hunt (1996 –Petroleum Geochemistry and Geology 2nd ed., WH 
Freeman and Co.), rejim termal tersebut adalah :
 
-diagenesis : up to 50 deg C
-catagenesis : 50-200 deg C
-metagenesis : 200-250 deg C
-oil window : 60-160 deg C
-gas window : 100-200 deg C
 
Barangkali ”diagenesis” yang Pak Ade sebutkan itu diagenesis di dalam proses 
very low grade 

[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River

2009-02-02 Terurut Topik Bung Tomo
Dear Explorationist,

Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River

GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the
Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River.

This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West
Java, on Saturday, February 14, 2009.



Overview

Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its
sedimentology will refresh your basic understanding, combine with
rafting the tour will much more interesting more than you can imagine

Registration Fee:

Only Rp 3.000.000 /Participant

Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch  dinner, transport
JKT-Location, Return Trip and rafting

Closing Registration: February 6, 2009

Maximum Participant: 25

Minimum Participant: 10

Registration fee into:

Geosain Delta Andalan, Bank Niaga – Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000

All information of the course is attached on the flyer, and please
fills the form

For further information, please kindly contact:

Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id )
Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id)
GDA Office (021-83792688)


Sincerely yours,


-
Warto Utomo
GDA Consulting
Jl. Tebet Timur Dalam X No. 2
Jakarta 12820
Web : www.gda.co.id
Email : t...@gda.co.id
Mobile : +62 81 334108899
Office : +62 21 837 92688
-


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

2009-02-02 Terurut Topik Hendratno Agus
Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak 
peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok 
seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa 
pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam 
kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi juga 
kaya migas...

salam, agus hendratno 





From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga 
terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang 
pernah say baca.

Salam

Yanto Salim

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27 
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo 
Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi 
BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari kuliah, 
saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih laporan 
Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan emas asal 
Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli beberapa 
geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama itu hanya 
saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. Saya pun 
menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan di wilayah 
Papua. 
 
Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos 
fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran 
Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu 
sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di 
sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan bakar. 
Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya menggelar tikar 
1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel 
tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), 
mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis 
lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka 
bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat 
dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol 
sambil berteriak ”Kubunuh kau...!”.
Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya.
 
Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin 
menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 saya.
 
---
Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk 
diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang 
sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau terakhir 
yang dieksplorasi Belanda di Indonesia.
 
Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) mulai 
mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird’s Head, alias Kepala 
Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah dipetakan, peta 
yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli militer. Maka tim 
besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer eksplorasi dari Tarakan, mulai 
melakukan perkerjaan raksasa memetakan geologi Papua. Dengan berbagai 
pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk Berau sebagai basecamp. Pekerjaan 
pemetaan di area yang sangat luas ini dilakukan pertama kali menggunakan 
pesawat terbang. Pesawat amfibi Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan 
untuk pekerjaan ini. Para pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca 
yang sering berkabut dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai 
bermanuver di antara celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan 
Papua. Dari ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi
geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal –semacam reconnaissance 
survey.
 
Pekerjaan selanjutnya, yang jauh lebih menantang adalah ground survey. Torehan 
banyak sungai di Papua menolong para geologists Belanda memetakan geologi 
wilayah besar ini. Para kru lapangan semuanya adalah suku2 dari banyak wilayah 
di Indonesia : Dayak, Manado, Ambon, Jawa, Batak, dan Banda. Suku Papua sendiri 
kelihatannya tak ada sebab pada zaman itu diceritakan bahwa mereka masih 
merupakan suku pengayau alias pemenggal kepala yang diceritakan tentara Inggris 
di perbatasan PNG-Papua sebagai suku pelintas batas yang suka mengejar musuhnya 
melewati garis batas demarkasi. Para geologists yang memetakan geologi Papua 
memilih camp-nya di perahu, ini jauh lebih nyaman daripada di dalam hutan yang 

Re: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?)

2009-02-02 Terurut Topik Hendratno Agus
Menarik mendiskusikan burial metemorphism seperti yang diurai pak Ade. 
Pak
Ade, apakah bisa membedakan secara fisik batuan yang kaya akan mineral
zeolit tersebut bahwa itu sebagai produk metamorfisme burial atau
alterasi hidrotermal??. 
Karena memang hidrotermal mempunyai peran
yang sangat penting dalam genesa berbagai tipe metamorfisme. Sehingga
muncul tipe khusus yaitu hydrotermal metamorphism. Saya kira memang
demikian, bahwa beberapa metasedimen yang dijumpai pada beberapa core
(biasanya berselang-seling) dengan sedimen lainnya yang belum dianggap
meta tetap bagian dari sistem sedimen dalam konteks sedimentary
basin, jauh di atas yang dianggap sebagai basement. Ini pun perlu
hati-hati, jika cekungan tersebut berasosiasi dengan basement high.
Sedikit yang pernah saya lihat adalaha core dari beberapa sumur di
cekungan sumatera tengah, juga dijumpai kelompok meta-sedimen. Pada
saat itu, saya hanya bicara masalah provenan dan diagenesis (dari
pendekatan petrografi) saja untuk memberikan second opinion dari studi
yang pernah dilakukan oleh perusahaan tsb dengan pihak lain. 

Diluar
itu, pak Ade berkenankah? memberikan kuliah kelilingnya (melalui
mekanisme Kuliah Keliling IAGI saja...) dengan topik metamorfisme di
kampus ugm jogja, nanti bersambung ke kampus lainnya (upn, sttnas,
akprind), dengan sppd dari Inco. Sehingga pak Ade bisa road-show ke
geologi ugm, upn, sttnas, akprind atas naman IAGI. Kalau keluarnya pak
Ade susah dari Inco, saya akan berkirim surat ke Inco sebagai
Sekretaris Jurusan TGL.UGM, ntar itu juga bagian dari kegiatan IAGI.
Jika PP-IAGI memboyong pak Ade kesulitan, karena policy Inco nunggu
jatah cuti, misalnya.
Terus terang, saya pernah ingin memboyong mas
Haryadi Permana (geotek lipi) yang juga sangat kompeten untuk bicara
metamorfisme, tapi tidak jadi, ada masalah non-teknis terkait
perjalanan beliau ke Jogja. Nah, kalau Inco men-support pada pak Ade
Kadarusman ke Jogja lebih dari 2 hari.., kan sangat mungkin to? Selama
ini banyak topik-topik kuliah tamu / ceramah ilmiah pada materi Applied
Geology (khususnya petroleum geology), lalu mhs (ini amatan kami di
ugm) cenderung mengabaikan basic geology. 

Mengapa
basic geology menjadi urgent? Seorang Alit Askaria (curhat ke saya
beberapa waktu lalu di Jogja) saat mewawancarai fresh graduate untuk
grup eksplorasinya, dibikin pusing oleh fresh graduate dari berbagai
univeritas, yang sedikit bebal dan melupakan konsep-2 dasar :
petrologi, struktur geologi, stratigrafi. Tapi kalau ditanya petrel,
geografix, menghitung cadangan, jago-jago semua, apalagi kalau sudah
banyak terlibat project2 joint study / joint evaluasi blok migas. 
Saya
pun kaget!!!. Komentar dan evaluasi ini justru keluar dari seorang
praktisi di industri migas. Kalau Alit Askaria seorang akademisi, saya
pun maklum. Mas Bambang Priadi di Geologi ITB, pernah mendiskusikan hal
ini dengan saya saat sama-sama di lapangan (di Pacitan kayaknya).
Komentarnya sama.   
Kembali
ke kuliah keliling, saya kira positip sekali, jika pak Ade dapat
memberikan materi petrologi batuan metamorf (atau geologi metamorfisme
dan metasomatism) (saya no.1 yang mendukung jika pak Ade berkenan...),
apalagi kalau kemudian dikaitkan dengan tektonik dan dinamika cekungan,
toch muaranya pada temuan-temuan / pematangan hidrokarbon atau
eksplorasi bijih. 

Akhir februari nanti, geologi ugm mendapat
kursus gratis dari geosaintis-2 Total Indonesie (Perancis) tentang
Petroleum Geology, yang mau ikut berduyun-duyun. Akan saya coba ada
kursus gratis : Metamorfism dari Inco (misalnya), berduyun-duyun
ndak?

Salam, 
Agus Hendratno
salah satu pengajar petrologi batuan metamorf. 




From: Ade Kadarusman a_kada...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: ade.kadarus...@valeinco.com
Sent: Sunday, February 1, 2009 10:24:18 AM
Subject: Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Basement (?)

Menambahkan apa yang dijelaskan oleh Pak Awang, tetapi saya akan melihat dari 
sisi yang berbeda dan mencoba untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan 
“metasediment” dalam conteks sedimentary basin (burial metamorphism) dan 
perbedaannya dengan batuan “metasediment” akibat convergent plate boundary 
(regional metamorphism). Kalau sudah bisa memahami perbedaan antara dua jenis 
metasediment tsb, kita bisa menyebutkan “metasediment” yg merupakan bagian dari 
formasi batuan sediment itu sendiri atau “metasediment” yg merupakan bagian 
dari basement rock.
 
Dalam pemahaman saya yg dimaksud dengan basement rock dalam conteks sedimentary 
basin, adalah bagian yg terpisah dari system sediment tsb, jadi umumnya 
basement rock harus ada unconformity dgn batuan sediment diatasnya. Jadi jika 
ada batuan metasediment yang hadir dibagian bawah suatu basin dan diduga masih 
merupakan bagian dari formasi sediment tsb (tdk ada unconformity), bisa jadi 
metasedimen tsb merupakan dari system sedimentary basin tsb, bukan sebagai 
basement rock.
Perubahan batuan sediment tsb menjadi metasediment diakibatkan burial 

Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

2009-02-02 Terurut Topik mohammad syaiful
lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak
puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2
pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak.
kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal...

salam,
syaiful

On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com wrote:
 Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak 
 peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok 
 seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa 
 pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam 
 kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi 
 juga kaya migas...

 salam, agus hendratno




 
 From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

 Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua juga 
 terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi yang 
 pernah say baca.

 Salam

 Yanto Salim

 Powered by Telkomsel BlackBerry(R)

 -Original Message-
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27
 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo 
 Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi 
 BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

 Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari 
 kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih 
 laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan 
 emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli 
 beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama 
 itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff. 
 Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi perminyakan 
 di wilayah Papua.

 Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. Ongkos 
 fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). Koran 
 Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit seminggu 
 sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua minggu di 
 sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis : ikan 
 bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya 
 menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja. 
 Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini (para 
 pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir dan 
 membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya, saya 
 menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung 
 jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar 
 membawa pecahan botol sambil berteriak Kubunuh kau...!.
 Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya.

 Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin 
 menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 
 saya.

 ---
 Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk 
 diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, yang 
 sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau 
 terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia.

 Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) 
 mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird's Head, alias 
 Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah dipetakan, 
 peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli militer. Maka 
 tim besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer eksplorasi dari Tarakan, 
 mulai melakukan perkerjaan raksasa memetakan geologi Papua. Dengan berbagai 
 pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk Berau sebagai basecamp. Pekerjaan 
 pemetaan di area yang sangat luas ini dilakukan pertama kali menggunakan 
 pesawat terbang. Pesawat amfibi Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan 
 untuk pekerjaan ini. Para pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca 
 yang sering berkabut dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai 
 bermanuver di antara celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan 
 Papua. Dari ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi
 geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal –semacam reconnaissance 
 survey.

 Pekerjaan selanjutnya, yang jauh lebih menantang adalah ground survey. 
 Torehan banyak sungai di Papua menolong para geologists Belanda memetakan 
 geologi wilayah besar ini. Para kru lapangan semuanya adalah suku2 dari 
 banyak wilayah di Indonesia : Dayak, Manado, Ambon, Jawa, Batak, dan 

[iagi-net-l] CALL FOR PAPER PIT IAGI-38

2009-02-02 Terurut Topik prasiddha Hestu Narendra
*CALL FOR PAPER*

*The 38th IAGI Annual Convention  Exhibition
Semarang, 13-14 October 2009

Abstract Submital Address:*

*pit.iagi.2...@gmail.com* pit.iagi.2...@gmail.com

*IAGI secretariat
Gd. Mineral  Batubara Lt. 6
Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No. 10 Jakarta 12870
Ph/Fax. 62-21 -83702848 / 83702577*


Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

2009-02-02 Terurut Topik Sugeng Hartono

Bang Ipul dan Den Agus,

Penemuan lapangan minyak yang cukup besar di Salawati adalah lapangan Matoa, 
saya dan kawan-2 banyak terlibat.
Rupanya sebelum kami masuk ke hutan Salawati, para penduduk setempat sudah 
lebih dulu meng-eksplorasi ke seluruh pelosok pulau ini.
Mereka tidak mencari singkapan, tetapi mencari pohon durian! Kalau ketemu 
kumpulan pohon sagu, ya rezeki.
Begitu pohon durian ditemukan, mereka langsung memberi tanda: milik 
Jeremias, milik Otter Ohorella, milik Jacob Rumbiak dll.
Semak-2 di sekeliling pohon segera dibersihkan, lalu pondok kecil segera di 
bangun.
Begitu musim durian tiba, mereka berkumpul di pondok ini sambil menunggui 
durian masak yang jatuh.  Beberapa hari sekali mereka turun untuk menjual 
durian, tetapi sekarang sering dibeli kawan-2 produksi di lapangan Matoa.

Ternyata kawan-2 Drilling Dept  PetroChina juga punya satu pohon durian :)

Salam hangat,
sugeng

- Original Message - 
From: mohammad syaiful mohammadsyai...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, February 03, 2009 10:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s


lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak
puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2
pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak.
kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal...

salam,
syaiful

On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com 
wrote:
Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak 
peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa 
blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target 
beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua 
masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan 
koteka tapi juga kaya migas...


salam, agus hendratno





From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua 
juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa 
publikasi yang pernah say baca.


Salam

Yanto Salim

Powered by Telkomsel BlackBerry(R)

-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo 
Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi 
BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com

Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari 
kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih 
laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah 
perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku 
lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, 
yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), 
antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang 
awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua.


Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil. 
Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20). 
Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit 
seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat 
satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan 
orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, 
penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, 
dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh 
dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan 
gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang 
populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di 
pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang 
dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil 
berteriak Kubunuh kau...!.

Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya.

Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin 
menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2 
saya.


---
Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk 
diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama, 
yang sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau 
terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia.


Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij) 
mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird's Head, alias 
Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah 
dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli 

Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

2009-02-02 Terurut Topik mohammad syaiful
lho, mas sugeng ini kok malah banyak cerita duriannya sih. tapi memang
asyik kok, soalnya saya juga dulu sering menikmati durian khas,
berukuran kecil (dibandingkan durian sumatra / udanmas dari sumsel),
dan sering disebut sbg 'durian mentega. apalagi kalo dicampur dengan
sayur ikan tuna yg dimasak oleh seorang drillling supervisor, atau
dicampur juga dengan udang bakar yg direnteng seperti sate, ah..
maknyus tenannn...

nah, kembali ke soal migas, mungkin mas sugeng bisa cerita lebih
panjang dong, kapan si matoa ditemukan. kalo sungkan atau lupa berapa
besar cadangannya, mungkin bisa cerita akan berapa lama utk
diproduksi: 10 tahun, 100 tahun?

salam,
syaiful

On Tue, Feb 3, 2009 at 11:15 AM, Sugeng Hartono
sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote:
 Bang Ipul dan Den Agus,

 Penemuan lapangan minyak yang cukup besar di Salawati adalah lapangan Matoa,
 saya dan kawan-2 banyak terlibat.
 Rupanya sebelum kami masuk ke hutan Salawati, para penduduk setempat sudah
 lebih dulu meng-eksplorasi ke seluruh pelosok pulau ini.
 Mereka tidak mencari singkapan, tetapi mencari pohon durian! Kalau ketemu
 kumpulan pohon sagu, ya rezeki.
 Begitu pohon durian ditemukan, mereka langsung memberi tanda: milik
 Jeremias, milik Otter Ohorella, milik Jacob Rumbiak dll.
 Semak-2 di sekeliling pohon segera dibersihkan, lalu pondok kecil segera di
 bangun.
 Begitu musim durian tiba, mereka berkumpul di pondok ini sambil menunggui
 durian masak yang jatuh.  Beberapa hari sekali mereka turun untuk menjual
 durian, tetapi sekarang sering dibeli kawan-2 produksi di lapangan Matoa.
 Ternyata kawan-2 Drilling Dept  PetroChina juga punya satu pohon durian :)

 Salam hangat,
 sugeng

 - Original Message - From: mohammad syaiful
 mohammadsyai...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, February 03, 2009 10:57 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s


 lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak
 puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2
 pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak.
 kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal...

 salam,
 syaiful

 On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com
 wrote:

 Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak
 peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa blok
 seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target beberapa
 pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua masuk dalam
 kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan koteka tapi
 juga kaya migas...

 salam, agus hendratno




 
 From: yanto...@yahoo.co.id yanto...@yahoo.co.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

 Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua
 juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa publikasi
 yang pernah say baca.

 Salam

 Yanto Salim

 Powered by Telkomsel BlackBerry(R)

 -Original Message-
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27
 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo
 Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi
 BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s

 Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari
 kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih
 laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah perusahaan
 emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku lapangan asli
 beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua, yang namanya selama
 itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949), antara lain Molengraaff.
 Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang awal eksplorasi
 perminyakan di wilayah Papua.

 Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil.
 Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20).
 Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit
 seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat satu-dua
 minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan orang2 Bugis :
 ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu, penduduk aslinya hanya
 menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih, dan buah matoa, itu saja.
 Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh dengan penduduk asli ini
 (para pegawai kantor), mereka membelanjakan gajinya untuk minum-minum bir
 dan membeli porkas (jenis lotere yang populer saat itu). Minggu paginya,
 saya menemukan mereka bergelimpangan di pinggir jalan – pulas tertidur. Di
 ujung jalan, saya melihat dua orang dari mereka sedang berkejaran, yang
 mengejar membawa pecahan botol sambil berteriak Kubunuh kau...!.
 Hm..masih mabuk