Bang Ipul dan Den Agus,
Penemuan lapangan minyak yang cukup besar di Salawati adalah lapangan Matoa,
saya dan kawan-2 banyak terlibat.
Rupanya sebelum kami masuk ke hutan Salawati, para penduduk setempat sudah
lebih dulu meng-eksplorasi ke seluruh pelosok pulau ini.
Mereka tidak mencari singkapan, tetapi mencari pohon durian! Kalau ketemu
kumpulan pohon sagu, ya rezeki.
Begitu pohon durian ditemukan, mereka langsung memberi tanda: milik
Jeremias, milik Otter Ohorella, milik Jacob Rumbiak dll.
Semak-2 di sekeliling pohon segera dibersihkan, lalu pondok kecil segera di
bangun.
Begitu musim durian tiba, mereka berkumpul di pondok ini sambil menunggui
durian masak yang jatuh. Beberapa hari sekali mereka turun untuk menjual
durian, tetapi sekarang sering dibeli kawan-2 produksi di lapangan Matoa.
Ternyata kawan-2 Drilling Dept PetroChina juga punya satu pohon durian :)
Salam hangat,
sugeng
----- Original Message -----
From: "mohammad syaiful" <mohammadsyai...@gmail.com>
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Tuesday, February 03, 2009 10:57 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
lha, kang agus, bukankah di kepalanya (kepala burung) sudah sejak
puluhan tahun lalu diproduksi minyaknya lho... coba tanya teman2
pertamina dan petrochina (dulunya: devon), pasti bisa cerita banyak.
kalo gas, tuh tangguh-nya bp tentunya yg telah terkenal...
salam,
syaiful
On Tue, Feb 3, 2009 at 10:33 AM, Hendratno Agus <agushendra...@yahoo.com>
wrote:
Perjalanan panjang eksplorasi migas di Papua, ternyata juga membuka banyak
peluang investasi eksplorasi migas pada 3 tahun terakhir ini. Beberapa
blok seperti bintuni, semai, cendrawasih, nothern papua, menjadi target
beberapa pemain besar di dunia untuk invest di Papua, sekalipun semua
masuk dalam kategori high risk. Ternyata...Papua tidak saja kaya bijih dan
koteka tapi juga kaya migas...
salam, agus hendratno
________________________________
From: "yanto...@yahoo.co.id" <yanto...@yahoo.co.id>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sunday, February 1, 2009 4:35:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
Pak Awang menarik sekali, seismic survey pertama yang dilakukan di Papua
juga terjadi th 1936 yaitu Refraction seismic, sayangnya saya lupa
publikasi yang pernah say baca.
Salam
Yanto Salim
Powered by Telkomsel BlackBerry(R)
-----Original Message-----
From: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>
Date: Thu, 29 Jan 2009 21:10:27
To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>; Forum HAGI<fo...@hagi.or.id>; Geo
Unpad<geo_un...@yahoogroups.com>; Eksplorasi
BPMIGAS<eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com>
Subject: [iagi-net-l] Papua Petroleum Exploration 1930s
Dua puluh tahun yang lalu, Juni 1988, di tengah saya libur setahun dari
kuliah, saya berada di Jajayapura, bekerja selama dua minggu memilih-milih
laporan Belanda, memotokopinya, dan menerjemahkannya untuk sebuah
perusahaan emas asal Australia. Pada saat itulah saya menemukan buku-buku
lapangan asli beberapa geologist Belanda yang pernah bekerja di Papua,
yang namanya selama itu hanya saya baca dari buku van Bemmelen (1949),
antara lain Molengraaff. Saya pun menemukan beberapa laporan NNGPM tentang
awal eksplorasi perminyakan di wilayah Papua.
Jayapura, Juni 1988 adalah sebuah kota yang mahal dan tetap terpencil.
Ongkos fotokopi Rp 75 selembar (saat itu di Bandung fotokopi Rp 15-Rp 20).
Koran Kompas datang terlambat 3-4 hari. Harian lokal, Cenderawasih, terbit
seminggu sekali. Beberapa tabloid yang terbit di Jakarta terlambat
satu-dua minggu di sini. Di kota, para pedagang makanan adalah dominan
orang2 Bugis : ikan bakar. Satu restoran Padang ada. Sementara itu,
penduduk aslinya hanya menggelar tikar 1x1 meter berjualan kapur, sirih,
dan buah matoa, itu saja. Malam minggu, hotel tempat saya menginap penuh
dengan penduduk asli ini (para pegawai kantor), mereka membelanjakan
gajinya untuk minum-minum bir dan membeli porkas (jenis lotere yang
populer saat itu). Minggu paginya, saya menemukan mereka bergelimpangan di
pinggir jalan – pulas tertidur. Di ujung jalan, saya melihat dua orang
dari mereka sedang berkejaran, yang mengejar membawa pecahan botol sambil
berteriak "Kubunuh kau...!".
Hm..masih mabuk rupanya. –demikian sepenggal paragraf buku harian saya.
Belum lama ini saya membuka kembali catatan2 saya itu. Sebagian saya ingin
menceritakannya di bawah ini. Semoga menjadi variasi bacaan dari tulisan2
saya.
---------------
Ini kisah lama, sekitar 75 tahun yang lalu, mungkin masih menarik untuk
diketahui lebih luas sebab selama ini hanya tersimpan di buku-buku lama,
yang sulit terbuka untuk umum. Ini kisah eksplorasi minyak di Papua, pulau
terakhir yang dieksplorasi Belanda di Indonesia.
Tahun 1935, NNGPM (the Nederlandsche Nieuw-Guinee Petroleum Maatschappij)
mulai mengeksplorasi bagian barat Papua (Vogel Kop – Bird's Head, alias
Kepala Burung) seluas 10 juta hektar. Pulau besar ini belum pernah
dipetakan, peta yang ada hanya peta topografi kasar dalam rangka patroli
militer. Maka tim besar di bawah pimpinan Dr A.H. Colijn, manajer
eksplorasi dari Tarakan, mulai melakukan perkerjaan raksasa memetakan
geologi Papua. Dengan berbagai pertimbangan, NNGPM memilih Babo di Teluk
Berau sebagai basecamp. Pekerjaan pemetaan di area yang sangat luas ini
dilakukan pertama kali menggunakan pesawat terbang. Pesawat amfibi
Sikorski yang bisa mendarat di air ditugaskan untuk pekerjaan ini. Para
pilot pesawat ini mesti pandai-pandai membaca cuaca yang sering berkabut
dan berubah di atas Papua, mereka pun mesti pandai bermanuver di antara
celah-celah tebing batuan gamping di beberapa pegunungan Papua. Dari
ketinggian 12.000 kaki, beberapa formasi
geologi bisa diketahui. Ini adalah pekerjaan awal –semacam reconnaissance
survey.
Pekerjaan selanjutnya, yang jauh lebih menantang adalah ground survey.
Torehan banyak sungai di Papua menolong para geologists Belanda memetakan
geologi wilayah besar ini. Para kru lapangan semuanya adalah suku2 dari
banyak wilayah di Indonesia : Dayak, Manado, Ambon, Jawa, Batak, dan
Banda. Suku Papua sendiri kelihatannya tak ada sebab pada zaman itu
diceritakan bahwa mereka masih merupakan suku pengayau alias pemenggal
kepala yang diceritakan tentara Inggris di perbatasan PNG-Papua sebagai
suku pelintas batas yang suka mengejar musuhnya melewati garis batas
demarkasi. Para geologists yang memetakan geologi Papua memilih camp-nya
di perahu, ini jauh lebih nyaman daripada di dalam hutan yang sangat
lebat. Setiap perahu dilengkapi dengan : listrik dari genset, radio,
kulkas, lampu2, dan bak mandi untuk berendam dengan cukup nyaman. Mandi
harus di atas perahu sebab bila mandi di sungai akan menjadi santapan
ramai-ramai para buaya. Detasemen militer tentu
selalu berjaga mengawal para geologists dan kru-nya ini, maklum mereka
berada di wilayah yang alam dan penduduknya dinilai tidak ramah.
Lama-kelamaan, bumi Papua pun mulai terpetakan dan terbuka. Beberapa
wilayah telah dibuka untuk dibangun jalan, dan bahkan beberapa sumur
pertama telah dibor : Wasian, Klamono, Jef Lio, Kasim. Pemukiman2 para
pendatang mulai meramaikan bagian barat Papua, perahu2 kecil yang pada
awalnya kecil telah menjadi kapal-kapal besar bermotor dengan nama : Jan
Carstenz, Soedoe, Moeara, Boelian, Minjak Tanah, dan Casuaris. Desa Papua
Babo, di sebuah pulau delta kecil Sianiri Besar, tetap dipilih sebagai
base. Ini karena posisinya yang berada di tengah di antara wilayah
eksplorasi NNGPM. Sungai di depannya, Sungai Kasira, juga cukup dalam
untuk kapal-kapal besar berlabuh. Meskipun deltanya tentu saja
berawa-rawa, tetapi Babo base terletak diatas bukit berkerikil setinggi 30
kaki dan masih aman dari pasang naik di sekitarnya. Di bukit ini kantor
NNGPM dibangun, juga pemukiman para pekerjanya. Dan di sekitar Babo ada
ruang luas yang telah dibuka tempat dibangun
aerodrom, hanggar, perbengkelan, rumah sakit, lapangan golf, dan bioskop
(bayangkan di tepi hutan Papua yang terpencil, pada tahun 1930-an telah
ada lapangan golf).
Suku2 Papua pun mulai mau bekerja sama dengan para pendatang ini.
Sebelumnya, mereka jarang melihat para pendatang berkulit putih, kecuali
para pemburu burung cenderawasih atau para pedagang Cina. Orang2 Papua ini
diperkerjakan NNGPM untuk membongkar muat barang-barang dari kapal2 yang
berlabuh di depan Babo dan menarik batang2 pohon dari sekitar hutan Babo
untuk membangun perumahan. Bahkan, mereka juga mau berbulan-bulan
meninggalkan kampung2nya membantu NNGPM membuka hutan. Mereka bekerja
untuk "Tuan Merah", begitu mereka memanggil tuan-tuan Belanda ini (mungkin
karena muka Belanda ini merah bila kepanasan). Dari suku pemburu menjadi
suku pekerja, tentu sebuah perubahan budaya yang besar buat mereka.
Diceritakan bahwa suku-suku Papua ahli menggunakan tombak, busur dan anak
panah. Keahlian ini telah menjadi rezeki untuk seluruh kru sebab mereka
bisa dengan mudah makan daging segar kanguru, babi, dan merpati hutan.
Mereka meninggalkan kewajiban
mengolah sagu kepada para perempuan di sukunya. Sebelum kedatangan NNGPM,
suku2 Papua ini masih menggunakan cangkang kerang sebagai alat pembayaran,
kini mereka mempunyai uang Belanda sebagai upah mereka bekerja. Dan saat
mereka membawa uang Belanda ke toko-toko yang baru dibuka, mereka begitu
takjub bisa mendapatkan barang2 yang semula tak mereka lihat. Dan, standar
hidup suku Papua pun meningkat dengan cepat. Mereka mengalami revolusi
budaya dalam beberapa tahun saja, jauh lebih cepat daripada lebih dari
1000 tahun sejak nenek moyangnya mulai mendiami wilayah ini.
Para pekerja Eropa NNGPM pun yang semula hanya laki-laki saja mulai
membawa kaum perempuannya ke Babo. Maka komunitas seperti di kota besar
pun mulai tumbuh, laki-laki perempuan bercampur baur. Bila ada kelahiran
anak, maka bendera di kantor NNGPM dinaikkan, bila ada anak kembar lahir;
maka dua bendera NNGPM akan dikibarkan. Rute2 penerbangan keluarga mulai
ada, sekaligus membawa semua keperluan untuk komunitas. Inilah cikal bakal
penerbangan ke Papua. Pada tahun 1940, diresmikan layanan terbang ke
wilayah ini "Groote Oost Luchtvaart" (Great East Flight) oleh KNILM
(Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) yang punya
airport di Babo.
Semua pesta2 penting tentu saja diadakan dengan meriah : Kelahiran Ratu
Belanda, festival St Nicholas, Natal, dan Tahun Baru. Setiap malam minggu
ada pemutaran film di bioskop perusahaan, ada pertandingan hoki, sepak
bola, tenis dan golf. Para wanita Belanda pun dengan bantuan suku2 asli
yang telah menjadi pekerja NNGPM punya hobi baru yaitu mengumpulkan
anggrek hutan dari berbagai varietas. Para botanist dan zoologist amatir
mulai bermunculan dengan kayanya flora dan fauna Papua ini. Komunitas ini
pun menghasilkan para etnograf amatir yang meneliti para suku2 Papua di
sekitar Babo. Suatu hari, Mr. Wissel, seorang insinyur NNGPM terbang di
atas Punggung Papua (Pegunungan Tengah) Papua dan menemukan beberapa danau
besar di sekitar wilayah Enarotali sekarang. Pantai danau ini dihuni oleh
suku2 Papua yang belum dikenal sama-sekali oleh dunia luar. Saat Wissel
turun dari pesawat, ia disambut sebagai "dewa dari langit". Kemudian,
danau ini sekarang
terkenal sebagai Danau Wissel. Hubungan baik terbina, beberapa orang suku
Papua penghuni pantai danau ini pernah diterbangkan ke Babo untuk operasi
darurat.
Begitulah sekelumit sejarah pembukaan wilayah Papua di Kepala Burung.
Membuka semuanya : pengetahuan geologi, membawa minyak ke permukaan
(lapangan Klamono, Mogoi, Wasian, dll.), dan membuka keterpencilan
suku-suku Papua. Ini sebuah contoh bagaimana minyak bisa membuka dunia
yang semula "back of beyond".
Teman-teman ex Petromer Trend (kini PetroChina) yang menemukan lapangan2
besar di Salawati awal tahun 1970-an (misal Walio dan Kasim), BP yang
sedang mengembangkan Tangguh di Berau Bay, dan Genting Kasuri yang mau
memulai survey di wilayah ex Babo, pasti punya cerita tersendiri dan
terkini membuka Kepala Burung ini; saya hanya menceritakan sedikit masa
lalunya.
Salam,
awang
--
Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist
Mobile: 62-812-9372808
Emails:
msyai...@etti.co.id (business)
mohammadsyai...@gmail.com
Technical Manager of
Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct
or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
information posted on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------