Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Tambahan: 26 Juni 2009 saya juga sempat nonton malam pengumpulan dana untuk ekspedisi pulau terdepan ini, dimana waktu itu Kang Iwan Ompong bersolo-perform bercerita tentang laut dengan gitar, lagu, dan puisi-puisinya. Beriktunya 29 Juni 2009 dalam rangka ekspose ke Pansus Perbatasan DPD (Dewan Perwakilan Daerah), saya sempat ikutan dalam tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara ini menerangkan tentang kondisi geologi daerah-daerah perbatasan / pulau2 terdepan kita, termasuk potensi mineral dan migasnya. Dua hari yang lalu, saya mendapatkan sms dr mereka bahwa Phase-2 Ekspedisi ke pulau-pulau Indonesia bagian tengah sudah rampung. Sekarang mereka menginjak Phase ke-3, yaitu pulau-pulau terdepan bagian timur. Khusus untuk phase ke - 3 ini saya menitipkan kepada tim ekspedisi untuk di setiap pulau mengambil sample-sample batuan utamanya yang tersingkap di permukaan dan mengambil foto-fotonya dalam jarak dekat dan makro. Rencananya dalm penerbitan buku Phase-2 dan -3 nanti mudah2an ada ulasan sedikit tentang geologi-nya. Silakan buat rekan-rekan yang punya ide dan mau membantu dengan materinya. Salam ADB - Original Message - From: "Awang Satyana" To: "IAGI" ; "Forum HAGI" ; "Geo Unpad" ; "Eksplorasi BPMIGAS" Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:10 AM Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, “Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia” (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang “breathtaking”. Tentu buku ini sangat kaya informasi – akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur –sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara –organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah “Ekspedisi Garis Depan Nusantara” Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan S
RE: [iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China
Memang Indonesia bakal menakutkan para tetangga, jika teror bom tetap membuat capital inflow dan IHSG naik. AW -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:06 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China Kayaknya Malaysia yang minder deh...makanya mereka kirim Dr Azhari dan Noordin M Top ke Indonesia... From: Rovicky Dwi Putrohari To: Perwakilan Khusus Muhammadiyah M'sia ; Serba_KL Serba_KL ; IAGI ; kagamamalay...@yahoogroups.com; org mg Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:54:19 AM Subject: [iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Mungkin anda minder dengan Malaysia, tapi koran lokal Kuala Lumpur kemarin (11 August 09) memuat artikel yg isinya Indonesia memiliki peluang lebih baik dari Malaysia, bahkan mungkin menyamai China ... Bahkan bom-pun tak mampu menggoyahkan .. .. .. TAPI Ingat ini "peluang", bukan 'kepastian'. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan peluang ini. Indonesia KAMU (pasti) BISA ! dibawah ini email dari kawan Malaysian From: Joseph, Tony To: Putrohari, Rovicky Sent: Tue Aug 11 17:59:35 2009 Subject: Indonesia growth I agree with this writer: http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Indonesia has better business fundamentals than Malaysia in next 15 years. Rgds, Tony Joseph Tuesday August 11, 2009 Indonesia may grow as fast as China Singular Vision - By Teoh Kok Lin Indonesia - the next economic powerhouse I WAS in Singapore on July 17, meeting up with some fund manager friends when news broke about the bombings in Jakarta. The initial reaction was of sadness and sympathy for the victims and Indonesia in general. We also thought that it could be an opportunity to invest more in Indonesia's stock market if it were to correct sharply. The Jakarta Stock Exchange opened down 2% that morning but quickly recovered within hours and closed the day down by only 0.5%. While the hunch did not turn out to be correct, Indonesia's stock market reaction illustrates that investors today have much more confidence in the country's management. Similarly, Indonesia's government also clearly projected its financial confidence later that day when it went ahead and successfully sold 35 billion yen (US$375mil) 10-year samurai bonds to global investors. Indonesia is no longer a developing economy dependent largely on agriculture and mining. Politically and economically, it has been transformed since the end of the Asian financial crisis in 1999. My many visits to Indonesia over the past few years, doing the leg work of speaking to many company directors, investment analysts, bankers and so on, have convinced me that Indonesia is on a very strong and progressive path, especially in the last two to three years. In a way, Indonesia is in a similar situation as China was 10 years ago, when the vast Chinese population moved beyond the subsistence level and consumption power was increasing with accumulated wealth as the economy grew at a fast pace. Today, Indonesia may already be on the cusp of such a transition. We know Indonesia has the basic ingredients for success, among which are: *The fourth largest population in the world at 226 million - which also means a big domestic consumer base; *Huge natural resources - Indonesia is the largest producer of palm oil in the world and is a major producer of crude oil, natural gas, iron ore, tin, lead, gold, etc.; and *Young urban population - 50% of Indonesians live in urban areas (a rate higher than in China or India) and more than 52% of the population is aged 20-54. Dynamic young urban population's productivity growth would be at a faster pace with the right economic environment. There are compelling reasons to believe that with the right catalysts, Indonesia may grow as fast as China or faster in the years ahead. Among the key catalysts for Indonesia to emerge as an economic star in the global economy are: *Leadership in Jakarta continues to provide political stability and sound economic policies: President Susilo Bambang Yudhoyono did a good job steering the economy in his first term and he was re-elected with a strong 60% of the popular vote for another five-year term on July 8. Yudhoyono's Democratic Party holds the most parliamentary seats (150) and with his coalition holding more than 56% of parliamentary seats, Yudhoyono will have more say now than during his first term when his party held fewer seats (55) than other coalition partners. The current leadership team has a good track record and credentials in managing the economy; that includes the Vice President-elect Boediono, who was Finance Minister and Central Bank governor before, and the current Finan
RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Wuah..thank banget Cak Noor. Arif W -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:04 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Kang Arif, Ini info yang pernah saya dapat untuk beli buku tsb === Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia WANADRI 2008, yg disponsori oleh a.l. Medco, Pertamina, TelKom dan beberapa Yayasan, menerbitkan buku "Tepian Nusantara", tentang pulau2 di Selatan/ Barat Indonesia yg merupakan garis depan Nusantara. Full color, full foto2, sedikit sekali text, dengan peta & cara mengunjungi pulau2 tsb. Kalau berminat, kirim 360rb (300 rb, ongkos kirim 60 rb) ke BCA 0860363119 a/n Galih Donikara, HP no. 081220865628 salam, From: Arif Wibowo To: "iagi-net@iagi.or.id" ; Forum HAGI ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:45:57 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Iya buku yang luar biasa, kagum dan membanggakan. Semoga jiwa kebangsaan Indonesia makin kuat meresap disetiap anak Bangsa dan Generasi Indonesia. Di mana saya bisa beli bukunya ya Pak Awang? Atau teman yang lain punay infoa untuk mendapatkan buku ini? Salam, Arif Wibowo -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:11 AM To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, "Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia" (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang "breathtaking". Tentu buku ini sangat kaya informasi - akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur -sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara -organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah "Ekspedisi Garis Depan Nusantara" Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat S
Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
> Rekan rekan Aneh dan bingung saya memikirkan kita sekali lagi kita , karena kalau hal ini terbengkalai ini adalah kesalahan kita semua , bukan hanya PEMERINTAH ( satu dari sekian banyak yang selalu disalahkan oleh KITA). Bravo Wanadri Saya memang selalu membaca laporannya setiap hari yang dimuat di Kompas, semoga mereka yang mendukung ini diberikan balasan yang berlipat ganda !! Awang , apa sudah ada di Gramedia Si Abah ___ Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. > > Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku > luar biasa, “Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia†(volume 1 > : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam > perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan > (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, > (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan > masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat > foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia > Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. > > Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas > prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman > (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi > prima menghasilkan teks dan foto-foto yang “breathtakingâ€. Tentu buku > ini sangat kaya informasi – akan menggiring kita kepada satu kalimat : > betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah > menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat > digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin > saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur > seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. > > Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 > yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia > Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur –sampai > akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat > ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam > rangka ekspedisi volume 2. > > Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada > tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata > pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan > Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) > merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah > teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang > menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini > lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun > 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi > banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para > tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah > lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan > ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara –organisasi budayawan Bandung. > Sandi perjalanan marin ini > adalah “Ekspedisi Garis Depan Nusantara†> > Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir > pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan > Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi > 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan > kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x > 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung > dalam misi ini. > > Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang > Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat > Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat > Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna > dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan Sarawak. > > Inilah keempat puluh pulau yang dikunjungi Ekspedisi Garis Depan Nusantara > (kalau nama-namanya terasa asing bagi kita, itulah ...kita kurang mengenal > pagar rumah kita sendiri) : Barung, Sekel, Penehan, Nusakambangan, Manuk, > Deli, Batukecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunyau, Simuk, Wunga, > Simeulucut, Salautbesar, Raya, Rusa, Benggala, Rondo, Berhala, Batumandi, > Iyukecil, Karimunkecil, Nipa, Pelampong, Batuberhanti, Nongsa, Sentut, > Tokongmalangbiru, Damar, Mangkai, Tokongnanas, Tokongbelayar, Tokongboro, > Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subikecil, Kepala. > > Tim Wanadri dan Rumah Nusantara di setiap pulau terluar itu mempelajari > geologi yang tersingkap, geografinya, kehidupan fauna dan f
Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
noor, kamsiah..memang mak nyuss sampean! 2009/8/12 noor syarifuddin > Kang Arif, > Ini info yang pernah saya dapat untuk beli buku tsb > === > Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia WANADRI 2008, yg disponsori oleh a.l. > Medco, Pertamina, TelKom dan beberapa Yayasan, menerbitkan buku "Tepian > Nusantara", tentang pulau2 di Selatan/ Barat Indonesia yg merupakan garis > depan Nusantara. Full color, full foto2, sedikit sekali text, dengan peta & > cara mengunjungi pulau2 tsb. > Kalau berminat, kirim 360rb (300 rb, ongkos kirim 60 rb) ke BCA 0860363119 > a/n Galih Donikara, HP no. 081220865628 > > salam, > > > > From: Arif Wibowo > To: "iagi-net@iagi.or.id" ; Forum HAGI < > fo...@hagi.or.id>; Geo Unpad ; Eksplorasi > BPMIGAS > Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:45:57 AM > Subject: RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara > > Iya buku yang luar biasa, kagum dan membanggakan. Semoga jiwa kebangsaan > Indonesia makin kuat meresap disetiap anak Bangsa dan Generasi Indonesia. > Di mana saya bisa beli bukunya ya Pak Awang? Atau teman yang lain punay > infoa untuk mendapatkan buku ini? > > Salam, > Arif Wibowo > > -Original Message- > From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] > Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:11 AM > To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS > Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara > > Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. > > Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku > luar biasa, "Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia" (volume 1 : > Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan > suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) > mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat > secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni > pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan > berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini > mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. > > Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas > prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman > (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi > prima menghasilkan teks dan foto-foto yang "breathtaking". Tentu buku ini > sangat kaya informasi - akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa > kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan > buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran > buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang > jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman > aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. > > Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 > yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia > Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur -sampai akhirnya > genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya > Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi > volume 2. > > Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada > tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata > pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan > Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) > merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah > teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang > menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini > lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun > 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak > institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh > nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan > pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini > adalah Wanadri dan Rumah Nusantara -organisasi budayawan Bandung. Sandi > perjalanan marin ini > adalah "Ekspedisi Garis Depan Nusantara" > > Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir > pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional > dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau > terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal > bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 > meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam > misi ini. > > Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa > Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke > sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Sel
Re: [iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China
Kayaknya Malaysia yang minder deh...makanya mereka kirim Dr Azhari dan Noordin M Top ke Indonesia... From: Rovicky Dwi Putrohari To: Perwakilan Khusus Muhammadiyah M'sia ; Serba_KL Serba_KL ; IAGI ; kagamamalay...@yahoogroups.com; org mg Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:54:19 AM Subject: [iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Mungkin anda minder dengan Malaysia, tapi koran lokal Kuala Lumpur kemarin (11 August 09) memuat artikel yg isinya Indonesia memiliki peluang lebih baik dari Malaysia, bahkan mungkin menyamai China ... Bahkan bom-pun tak mampu menggoyahkan .. .. .. TAPI Ingat ini "peluang", bukan 'kepastian'. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan peluang ini. Indonesia KAMU (pasti) BISA ! dibawah ini email dari kawan Malaysian From: Joseph, Tony To: Putrohari, Rovicky Sent: Tue Aug 11 17:59:35 2009 Subject: Indonesia growth I agree with this writer: http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Indonesia has better business fundamentals than Malaysia in next 15 years. Rgds, Tony Joseph Tuesday August 11, 2009 Indonesia may grow as fast as China Singular Vision - By Teoh Kok Lin Indonesia – the next economic powerhouse I WAS in Singapore on July 17, meeting up with some fund manager friends when news broke about the bombings in Jakarta. The initial reaction was of sadness and sympathy for the victims and Indonesia in general. We also thought that it could be an opportunity to invest more in Indonesia’s stock market if it were to correct sharply. The Jakarta Stock Exchange opened down 2% that morning but quickly recovered within hours and closed the day down by only 0.5%. While the hunch did not turn out to be correct, Indonesia’s stock market reaction illustrates that investors today have much more confidence in the country’s management. Similarly, Indonesia’s government also clearly projected its financial confidence later that day when it went ahead and successfully sold 35 billion yen (US$375mil) 10-year samurai bonds to global investors. Indonesia is no longer a developing economy dependent largely on agriculture and mining. Politically and economically, it has been transformed since the end of the Asian financial crisis in 1999. My many visits to Indonesia over the past few years, doing the leg work of speaking to many company directors, investment analysts, bankers and so on, have convinced me that Indonesia is on a very strong and progressive path, especially in the last two to three years. In a way, Indonesia is in a similar situation as China was 10 years ago, when the vast Chinese population moved beyond the subsistence level and consumption power was increasing with accumulated wealth as the economy grew at a fast pace. Today, Indonesia may already be on the cusp of such a transition. We know Indonesia has the basic ingredients for success, among which are: ·The fourth largest population in the world at 226 million – which also means a big domestic consumer base; ·Huge natural resources – Indonesia is the largest producer of palm oil in the world and is a major producer of crude oil, natural gas, iron ore, tin, lead, gold, etc.; and ·Young urban population – 50% of Indonesians live in urban areas (a rate higher than in China or India) and more than 52% of the population is aged 20-54. Dynamic young urban population’s productivity growth would be at a faster pace with the right economic environment. There are compelling reasons to believe that with the right catalysts, Indonesia may grow as fast as China or faster in the years ahead. Among the key catalysts for Indonesia to emerge as an economic star in the global economy are: ·Leadership in Jakarta continues to provide political stability and sound economic policies: President Susilo Bambang Yudhoyono did a good job steering the economy in his first term and he was re-elected with a strong 60% of the popular vote for another five-year term on July 8. Yudhoyono’s Democratic Party holds the most parliamentary seats (150) and with his coalition holding more than 56% of parliamentary seats, Yudhoyono will have more say now than during his first term when his party held fewer seats (55) than other coalition partners. The current leadership team has a good track record and credentials in managing the economy; that includes the Vice President-elect Boediono, who was Finance Minister and Central Bank governor before, and the current Finance Minister Sri Mulyani Indrawati, both of whom are well respected technocrats. ·Infrastructure development: Indonesia has a pressing need for great infrastructure like many developing nations. The mega infrastructure proposed during the first term of Yudhoyono’s presidency did not take off well, but with Yudhoyono now having greater control over the parliament,
Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Kang Arif, Ini info yang pernah saya dapat untuk beli buku tsb === Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia WANADRI 2008, yg disponsori oleh a.l. Medco, Pertamina, TelKom dan beberapa Yayasan, menerbitkan buku "Tepian Nusantara", tentang pulau2 di Selatan/ Barat Indonesia yg merupakan garis depan Nusantara. Full color, full foto2, sedikit sekali text, dengan peta & cara mengunjungi pulau2 tsb. Kalau berminat, kirim 360rb (300 rb, ongkos kirim 60 rb) ke BCA 0860363119 a/n Galih Donikara, HP no. 081220865628 salam, From: Arif Wibowo To: "iagi-net@iagi.or.id" ; Forum HAGI ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Wednesday, August 12, 2009 8:45:57 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Iya buku yang luar biasa, kagum dan membanggakan. Semoga jiwa kebangsaan Indonesia makin kuat meresap disetiap anak Bangsa dan Generasi Indonesia. Di mana saya bisa beli bukunya ya Pak Awang? Atau teman yang lain punay infoa untuk mendapatkan buku ini? Salam, Arif Wibowo -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:11 AM To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, "Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia" (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang "breathtaking". Tentu buku ini sangat kaya informasi - akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur -sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara -organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah "Ekspedisi Garis Depan Nusantara" Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan Sarawak. Inilah keempat puluh pulau yang dikunjungi Ekspedisi Garis Depan
Re: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Terima kasih atas informasi tsb. Saya pernah melihat buku tsb di toko buku Gramedia sebelum pergi meninggalkan Indonesia. Namun sayang belum sempat membelinya. Insya Allah bila nanti kembali ke Indonesia akan mencari buku tsb lengkap semua edisi. Atau bisa dikirim ke alamat aku, bila ada yang tahu info ini mohon dibalas via japri saja. Semoga berjaya Indonesia dan tetap berkhidmat pada Indonesia dan keluarga dimanapun bumi dipijak. Wassalam TAM Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile. -Original Message- From: Arif Wibowo Date: Wed, 12 Aug 2009 07:45:57 To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Iya buku yang luar biasa, kagum dan membanggakan. Semoga jiwa kebangsaan Indonesia makin kuat meresap disetiap anak Bangsa dan Generasi Indonesia. Di mana saya bisa beli bukunya ya Pak Awang? Atau teman yang lain punay infoa untuk mendapatkan buku ini? Salam, Arif Wibowo -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:11 AM To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, "Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia" (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang "breathtaking". Tentu buku ini sangat kaya informasi - akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur -sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara -organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah "Ekspedisi Garis Depan Nusantara" Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan Sarawak. Inilah keempat puluh pulau yang dikunjungi Ekspedisi Garis Depan Nusantara (kalau nama-namanya teras
[iagi-net-l] Fwd: Indonesia may grow as fast as China
http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Mungkin anda minder dengan Malaysia, tapi koran lokal Kuala Lumpur kemarin (11 August 09) memuat artikel yg isinya Indonesia memiliki peluang lebih baik dari Malaysia, bahkan mungkin menyamai China ... Bahkan bom-pun tak mampu menggoyahkan .. .. .. TAPI Ingat ini "peluang", bukan 'kepastian'. Tergantung bagaimana kita memanfaatkan peluang ini. Indonesia KAMU (pasti) BISA ! dibawah ini email dari kawan Malaysian From: Joseph, Tony To: Putrohari, Rovicky Sent: Tue Aug 11 17:59:35 2009 Subject: Indonesia growth I agree with this writer: http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/11/business/4491106&sec=business Indonesia has better business fundamentals than Malaysia in next 15 years. Rgds, Tony Joseph Tuesday August 11, 2009 Indonesia may grow as fast as China Singular Vision - By Teoh Kok Lin Indonesia – the next economic powerhouse I WAS in Singapore on July 17, meeting up with some fund manager friends when news broke about the bombings in Jakarta. The initial reaction was of sadness and sympathy for the victims and Indonesia in general. We also thought that it could be an opportunity to invest more in Indonesia’s stock market if it were to correct sharply. The Jakarta Stock Exchange opened down 2% that morning but quickly recovered within hours and closed the day down by only 0.5%. While the hunch did not turn out to be correct, Indonesia’s stock market reaction illustrates that investors today have much more confidence in the country’s management. Similarly, Indonesia’s government also clearly projected its financial confidence later that day when it went ahead and successfully sold 35 billion yen (US$375mil) 10-year samurai bonds to global investors. Indonesia is no longer a developing economy dependent largely on agriculture and mining. Politically and economically, it has been transformed since the end of the Asian financial crisis in 1999. My many visits to Indonesia over the past few years, doing the leg work of speaking to many company directors, investment analysts, bankers and so on, have convinced me that Indonesia is on a very strong and progressive path, especially in the last two to three years. In a way, Indonesia is in a similar situation as China was 10 years ago, when the vast Chinese population moved beyond the subsistence level and consumption power was increasing with accumulated wealth as the economy grew at a fast pace. Today, Indonesia may already be on the cusp of such a transition. We know Indonesia has the basic ingredients for success, among which are: ·The fourth largest population in the world at 226 million – which also means a big domestic consumer base; ·Huge natural resources – Indonesia is the largest producer of palm oil in the world and is a major producer of crude oil, natural gas, iron ore, tin, lead, gold, etc.; and ·Young urban population – 50% of Indonesians live in urban areas (a rate higher than in China or India) and more than 52% of the population is aged 20-54. Dynamic young urban population’s productivity growth would be at a faster pace with the right economic environment. There are compelling reasons to believe that with the right catalysts, Indonesia may grow as fast as China or faster in the years ahead. Among the key catalysts for Indonesia to emerge as an economic star in the global economy are: ·Leadership in Jakarta continues to provide political stability and sound economic policies: President Susilo Bambang Yudhoyono did a good job steering the economy in his first term and he was re-elected with a strong 60% of the popular vote for another five-year term on July 8. Yudhoyono’s Democratic Party holds the most parliamentary seats (150) and with his coalition holding more than 56% of parliamentary seats, Yudhoyono will have more say now than during his first term when his party held fewer seats (55) than other coalition partners. The current leadership team has a good track record and credentials in managing the economy; that includes the Vice President-elect Boediono, who was Finance Minister and Central Bank governor before, and the current Finance Minister Sri Mulyani Indrawati, both of whom are well respected technocrats. ·Infrastructure development: Indonesia has a pressing need for great infrastructure like many developing nations. The mega infrastructure proposed during the first term of Yudhoyono’s presidency did not take off well, but with Yudhoyono now having greater control over the parliament, this is likely to change. In response to the economic downturn, Indonesia set aside US$7.5bil in the 2009 budget for infrastructure spending and an additional US$703mil for labour intensive infrastructure projects. Infrastructure development will help spur economic growth, improve efficiency in Indonesia, much like how such investments boosted the economies of Malaysia in the 1990s
RE: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Iya buku yang luar biasa, kagum dan membanggakan. Semoga jiwa kebangsaan Indonesia makin kuat meresap disetiap anak Bangsa dan Generasi Indonesia. Di mana saya bisa beli bukunya ya Pak Awang? Atau teman yang lain punay infoa untuk mendapatkan buku ini? Salam, Arif Wibowo -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wednesday, August 12, 2009 7:11 AM To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, "Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia" (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang "breathtaking". Tentu buku ini sangat kaya informasi - akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur -sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara -organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah "Ekspedisi Garis Depan Nusantara" Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan Sarawak. Inilah keempat puluh pulau yang dikunjungi Ekspedisi Garis Depan Nusantara (kalau nama-namanya terasa asing bagi kita, itulah ...kita kurang mengenal pagar rumah kita sendiri) : Barung, Sekel, Penehan, Nusakambangan, Manuk, Deli, Batukecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunyau, Simuk, Wunga, Simeulucut, Salautbesar, Raya, Rusa, Benggala, Rondo, Berhala, Batumandi, Iyukecil, Karimunkecil, Nipa, Pelampong, Batuberhanti, Nongsa, Sentut, Tokongmalangbiru, Damar, Mangkai, Tokongnanas, Tokongbelayar, Tokongboro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subikecil, Kepala. Tim Wanadri dan Rumah Nusantara di setiap pulau terluar itu mempelajari geologi yang tersingkap, geografinya, kehidupan fauna dan floranya, serta tentu saja masyarakat yang menghuninya (bila ada). Semua hasil penelitian dalam bentuk data koordinat, peta, narasi teks dan
[iagi-net-l] Merah Putih di Sepanjang Pagar Nusantara
Ditulis menjelang 64 tahun peringatan Kemerdekaan Indonesia. Juli bulan lalu, seorang kawan aktivis Wanadri memberi saya sebuah buku luar biasa, “Tepian Tanah Air : 92 Pulau Terluar Indonesia” (volume 1 : Indonesia Bagian Barat). Luar biasa karena : (1) buku ini merekam perjalanan suatu ekspedisi marin sepanjang 5634 km selama tiga bulan (Mei-Agustus 2008) mengunjungi 40 pulau kecil terluar di Indonesia Barat, (2) buku ini memuat secara ringkas kondisi geologi/geografi, biologi dan masyarakat penghuni pulau-pulau terluar tersebut, (3) buku ini memuat foto-foto yang menakjubkan berasal dari pulau-pulau terluar Indonesia Barat dan (4) buku ini mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada Januari 2009 atas prakarsa organisasi Wanadri dan Rumah Nusantara. Tebal buku 320 halaman (termasuk halaman pembuka), ukuran 26 x 28 cm, dicetak lux dengan kondisi prima menghasilkan teks dan foto-foto yang “breathtaking”. Tentu buku ini sangat kaya informasi – akan menggiring kita kepada satu kalimat : betapa kaya dan indahnya lautan dan kepulauan Nusantara. Saya tak pernah menemukan buku ini di toko buku umum, termasuk di gerai Kompas saat digelar pameran buku akbar di Istora Senayan bulan Mei yang lalu. Mungkin saja saya kurang jeli menemukan buku ini di rak-rak toko buku. Bersyukur seorang teman aktivis Wanadri menghadiahi saya buku ini. Menurut kawan tadi, buku ini akan diterbitkan dalam tiga volume, volume 1 yang sedang saya ceritakan, volume 2 tentang pulau2 terluar di Indonesia Tengah, volume 3 tentang pulau2 terluar di Indonesia Timur –sampai akhirnya genap tiga buku memuat profil 92 pulau terluar Indonesia. Saat ini, katanya Tim Ekspedisi sedang berada di selatan Nusa Tenggara dalam rangka ekspedisi volume 2. Adalah Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang pada tahun 2005 mempunyai gagasan untuk mengunjungi, menyurvei, dan mendata pulau-pulau kecil terluar Indonesia. Tentu saja ini untuk kepentingan Nasionalisme sebab pulau-pulau tersebut menurut Deklarasi Juanda (1957) merupakan pulau-pulau titik pangkal kedaulatan wilayah Indonesia. Wilayah teritorial laut Indonesia ditentukan oleh 12 mil dari garis pangkal yang menghubungkan pulau-pulau terluar itu. Andaikata pulau-pulau terluar ini lepas dari Indonesia, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tahun 2005-2008 Wanadri mematangkan rencana akbarnya itu dengan menghubungi banyak institusi yang terkait di Pemerintah maupun swasta termasuk para tokoh nasional. Dukungan pun serempak terkumpul, maka perjalanan muhibah lautan pun siap menghela jangkarnya. Dua kelompok sebagai motor perjalanan ini adalah Wanadri dan Rumah Nusantara –organisasi budayawan Bandung. Sandi perjalanan marin ini adalah “Ekspedisi Garis Depan Nusantara” Ekspedisi volume 1 : Indonesia Barat dimulai pada 8 Mei 2008 dan berakhir pada 18 Agustus 2008, sekaligus memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 80 tahun Sumpah Pemuda. Perjalanan ini berhasil mengunjungi 40 pulau terluar Indonesia Barat, jarak yang ditempuh 5634 km menggunakan kapal bernama KM Deklarasi Djuanda dengan bobot mati 29 ton dan ukuran 6 x 29 meter. Puluhan eksplorer, sebagian besar anggota Wanadri, tergabung dalam misi ini. Ekspedisi bermula dari Nusa Barung di sebelah selatan Depresi Lumajang Jawa Timur, terus menyusuri sepanjang selatan Jawa, ke selatan Selat Sunda, ke sebelah barat Sumatra, ke baratlaut Sumatra, masuk ke Selat Malaka, ke wilayah perbatasan dengan Singapura, ke wilayah utara Natuna dan berakhir di ujung barat Kalimantan dekat perbatasan dengan Sarawak. Inilah keempat puluh pulau yang dikunjungi Ekspedisi Garis Depan Nusantara (kalau nama-namanya terasa asing bagi kita, itulah ...kita kurang mengenal pagar rumah kita sendiri) : Barung, Sekel, Penehan, Nusakambangan, Manuk, Deli, Batukecil, Enggano, Mega, Sibarubaru, Sinyaunyau, Simuk, Wunga, Simeulucut, Salautbesar, Raya, Rusa, Benggala, Rondo, Berhala, Batumandi, Iyukecil, Karimunkecil, Nipa, Pelampong, Batuberhanti, Nongsa, Sentut, Tokongmalangbiru, Damar, Mangkai, Tokongnanas, Tokongbelayar, Tokongboro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subikecil, Kepala. Tim Wanadri dan Rumah Nusantara di setiap pulau terluar itu mempelajari geologi yang tersingkap, geografinya, kehidupan fauna dan floranya, serta tentu saja masyarakat yang menghuninya (bila ada). Semua hasil penelitian dalam bentuk data koordinat, peta, narasi teks dan foto-foto setiap pulau ditampilkan dalam 4-6 halaman berwarna di dalam buku ini. Tim ekspedisi kemudian memasang “penanda 92 pulau terluar” berupa tonggak terbuat dari bahan logam antikarat. Pada bagian atas tonggak tersebut terdapat dua bilah; satu bilah berisi Lambang Negara, nama pulau dengan data koordinat dan wilayah administrasinya, satunya lagi bertuliskan Ekspedisi Garis Depan Nusantara; beserta logo dari lembaga-lembaga yang mendukung kegiatan ekspedisi ini. Lalu, selain penanda 92 pulau
RE: [iagi-net-l] Krisis ekonomi sampai kapan ?
Paling enak dapat honor yang "understand lh" ...8-) LL -Original Message- From: Paulus Tangke Allo [mailto:paulu...@gmail.com] Sent: Tuesday, August 11, 2009 5:03 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis ekonomi sampai kapan ? ngomong-ngomong soal undervalued, ada hubungannya dengan underpaid gak ya?? hmmm. ^_^ --pta 2009/8/11 oki musakti : > Sampai saat inipun berdasarkan BMPI, nilai tukar rupiah kelihatannya juga sangat undervalued. Apalagi kalau kalau kita pakai SGPI (Sego pecel parity index), GGPI (Gado-gado) dan lainnyarupiah mestinya bisa dibawah 1000 per dollar > > Salam > Oki - --- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... - --- ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Krisis ekonomi sampai kapan ?
ngomong-ngomong soal undervalued, ada hubungannya dengan underpaid gak ya?? hmmm. ^_^ --pta 2009/8/11 oki musakti : > Sampai saat inipun berdasarkan BMPI, nilai tukar rupiah kelihatannya juga > sangat undervalued. Apalagi kalau kalau kita pakai SGPI (Sego pecel parity > index), GGPI (Gado-gado) dan lainnyarupiah mestinya bisa dibawah 1000 per > dollar > > Salam > Oki PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -