[iagi-net-l] Fw: MINERAL- LOVERS : CONTOH PASIR YANG KAYA PLATINUM

2011-01-13 Terurut Topik MIKO

- Original Message - 
From: MIKO 
To: IAGI ; MGEI 
Cc: Iman Santoso ; Feni Kertikasyari ; mira buana ; Sadono Irana ; Paulus 
Tangke Allo ; solaris_shell...@yahoogroups.com 
Sent: Thursday, January 13, 2011 11:04 PM
Subject: MINERAL- LOVERS : CONTOH PASIR YANG KAYA PLATINUM


Rekan-rekan Mineral-Lovers yang budiman, 

Beberapa hari yang lalu mang Okim kedatangan  seorang  tamu  yang membawa 
contoh pasir sungai dalam kantong plastik kecil ( segenggaman tangan ). Karena 
warnanya mirip warna antara pirit dan perak, maka mang Okim langsung menduga  
sebagai butiran pirit. Tamu tersebut minta  mang Okim untuk menerbitkan surat 
keterangan tentang kandungan logam  dalam contoh pasir tersebut. Ketika mang 
Okim memeriksanya  dengan loupe, mang Okim sangat terkejut karena di antara 
butiran-butiran pasir yang berukuran  halus sampai kasar, terlihat 
butiran-butiran emas yang mang Okim perkirakan jumlahnya sekitar 2 %. Kalau 
berat keseluruhan contoh pasir  962 gram, maka mang Okim perkirakan kandungan 
emasnya paling tidak sekitar 19 - 20 gram-an . Mendapatkan penjelasan tentang 
hal ini, tamu  mang Okim bukannya gembira , malahan menanyakan apakah  ada  
kandungan logam lainnya . Karena mang Okim belum dapat mengonfirmasi, tamu mang 
Okim kemudian setuju  meninggalkan 35,62 gram contoh pasir untuk diperiksa 
lebih lanjut.

Keesokan harinya mang Okim dibuat pusing tujuh keliling karena percobaan dengan 
alat dulang ternyata butiran emasnya ngapung di atas butiran yang tadinya mang 
Okim perkirakan sebagai pirit. Percobaan untuk memisahkan emasnya dengan alat 
dulang gagal total, sementara mang Okim belum menyadari bahwa mengapungnya 
butiran emas tersebut karena berat jenis butiran logam berwarna seperti 
perak/pirit  lebih besar dari berat jenis emas ( berat jenis pirit sekitar 5 
saja ).  Karena sudah buntu dan tak tahu apa yang harus mang Okim lakukan, maka 
dikirimlah pesan SOS ke seorang rekan  ahli yang lima belas tahunan yang lalu  
membantu mang Okim eksplorasi emas di Kaltim  ( waktu itu team mang Okim sering 
menemukan beberapa butir platinum di antara butiran-butiran emas hasil 
pendulangan ).  Puji Tuhan bahwa kurang dari 3 jam saja , dengan alat yang 
disebut Frantz  Isodynamic Separator, seluruh contoh pasir berhasil dipisahkan 
menjadi 0,54 gram emas ( 1,5 % ),  0, 70 gram pentlandite ( 2,0 % ), dan  34,37 
gram platinum ( 96,5 % ). 

Dengan bekal hasil Frantz Isodynamic Separator dan penjelasan lebih terperinci 
lainnya , maka mang Okim berani mengambil  kesimpulan bahwa dalam contoh pasir 
 konsentrat  seberat 962 gram tersebut terkandung sekira 15 gram emas ( Au ), 
19 gram pentlandite ( FeNi2S8 ), dan 928 gram platinum ( Pt ). Ketika mang Okim 
beritakan hasil  tersebut, meledaklah kegembiraan tamu mang Okim yang mengaku 
bahwa contoh pasir tersebut yang asal usulnya tidak diketahui merupakan 
pemberian dari orang tua atau kakeknya. Bagi mang Okim yang dijanjikan akan 
kebagian serpihan rezeki ( amiin ), kasus pasir platinum ini merupakan 
pengalaman yang sangat menegangkan. Bayangkan saja seandainya 35,62 gram contoh 
pasir yang dipercayakan kepada mang Okim  sampai hilang sewaktu percobaan. 
Nilainya sebagai platinum tak kurang dari Rp 18 juta kalau diperhitungkan 
dengan harga platinum dunia saat ini yang rata-rata USD 1750 / onz ( 1 onz = 
31,1034 gram ). Hal ini ternyata tidak disadari juga oleh tamu mang Okim 
sehingga tanpa beban , meninggalkan contoh sebanyak itu untuk dianalisa. Dan 
berapa nilai 962 gram contoh konsentrat pasir yang ditenteng kesana kemari 
tanpa khawatir hilang ?  Sangat fantastis, ditambah dengan kandungan emasnya, 
nilai totalnya tak kurang dari  Rp 475 juta .

Sungai di pulau mana yang punya kandungan platinum sebanyak itu ?

Menurut pengakuan tamu mang Okim , dia  tidak tahu di sungai apa dan di pulau 
mana konsentrat dulang tersebut berasal. Walaupun demikian , dia  secara tidak 
sadar menyinggung tentang kemungkinannya yaitu di P. Sumatera. Hal ini bukan 
mustahil karena  tamu mang Okim tersebut ditemani oleh rekannya yang berasal 
dari Sumatera Utara yang terkesan  ikut memiliki contoh pasir tersebut. 
Sehubungan dengan hal ini, mang Okim mencoba menanyakan tentang seluk beluk 
logam platinum ke teman lama mang Okim di Unit Logam Mulia Aneka Tambang ( 
tentang proses pemurnian dan kemungkinan lokasinya ). Untuk itu mang Okim 
mendapatkan penjelasan bahwa sungai-sungai yang kaya akan kandungan platinum 
alluvial adalah di Maluku dan Sulawesi. 

Sehubungan dengan hal di atas, dan mengingat bahwa mineral platinum berkaitan 
erat dengan batuan ultra basa antara lain peridotites, dunites, serpentines, 
dan sejenisnya, maka kemungkinan ditemukannya endapan platinum alluvial di 
Sumatera, Maluku, dan Sulawesi bisa saja terjadi ( keterdapannya di Kalimantan 
Timur telah mang Okim buktikan sendiri ).  Bagaimana dengan rekan-rekan  IAGI 
dan MGEI yang pernah melakukan  mineral assessment  di seantero Indonesia ?  
Mang Okim dan rekan-rekan lainnya pasti akan 

[iagi-net-l] Gempa 7,3 Guncang Kawasan Lepas Pantai Kaledonia Baru

2011-01-13 Terurut Topik Budi Santoso

 

 Washington (ANTARA/Reuters) - Gempa bumi yang berkekuatan 7,3 skala 
Richter mengguncang kawasan lepas pantai kepulauan Kaledonia Baru di 
Pasifik selatan, kata badan gempa AS USGS, Kamis.
 Gempa itu, yang terjadi Jumat pukul 03.16 waktu setempat (Kamis 
pukul 23.15 WIB), berada di kedalaman 7,2 kilometer dan terjadi di 
perairan 124 kilometer sebelah timurlaut Tadine di Kepulauan Loyalty.
 Pusat Peringatan Tsunami Pasifik mengatakan, gempa itu tidak 
menimbulkan tsunami luas namun bisa mengakibatkan satu tsunami lokal. 
 

Regards,


Budi Santoso





  

Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power' [Geothermal]

2011-01-13 Terurut Topik Bambang Purbiyantoro
Supaya harga jual menarik pemerintah telah mengeluarkan permen 31/2009 tentang 
harga patokan tertinggi panas bumi sebesar 9,7 sen US$/kwh. Namun masih ada 
kendala  yaitu -
1. 1.Belum adanya kepastian bahwa harga listrik hasil lelang merupakan harga 
pembelian PT. PLN (Persero) -- solusi nya adalah perlu payung hukum berupa 
Perpres yang memberikan kepastian harga listrik hasil lelang merupakan harga 
pembelian PT PLN karena melibatkan beberapa instansi terkait dan jaminan 
Pemerintah atas pembelian tersebut (dalam proses. tapi sampai kapan??)
2. Belum ada standar Power Purchasing Agreement  (PPA) dari PT. PLN (Persero) 
sebelum lelang yang mengatur term of condition after FS -- solusi nya adalah 
segera disiapkan standar Power Purchasing Agreement  (PPA) oleh PT. PLN 
sehingga ada kepastian term and conditions sebelum lelang dan mempermudah dalam 
proses penandatanganan PPA 
 
Bagi rekan2 yg berminat mengembangkan panas bumi ada 2 skema yaitu melalui 
langsung mengikuti lelang WKP atau melakukan penugasan survei pendahuluan. Nah 
ini ada beberapa lokasi penugasan no.1-5 masih lowong.
PENGUMUMAN WILAYAH PENUGASAN SURVEI PENDAHULUAN 
    Nomor:  
3285/30/DJB/2009
I. Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi akan menawarkan 8 
(delapan) Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi kepada Badan Usaha 
sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2010 
K/30/MEM/2009 tentang Penetapan Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi 
tertanggal 30 September 2009 sebagai berikut:
Daftar  8 (Delapan) Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi





No.

Lokasi

Kab./Kota

Provinsi


 1.

Sungai Betung

Kerinci dan Pesisir Selatan

Jambi dan Sumatera Barat


2.

Sungai Tenang

Merangin

Jambi


3.

Ciseeng

Bogor dan Lebak

Jawa Barat dan Banten


4.

Malawa

Maros, Pangkajene Kepulauan, Bone dan Barru

Sulawesi Selatan


5.

Gn. Dua Saudara

Bitung

Sulawesi Utara


6.

Sembalun

Lombok Timur

Nusa Tenggara Barat


7.

Ulumbu

Manggarai

Nusa Tenggara Timur


8.

Mataloko

Ngada

Nusa Tenggara Timur
II.    Tata Cara Pemohonan Penugasan Survei Pendahuluan
1.   Badan Usaha harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur 
Jenderal untuk mendapatkan Peta Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan.
2.   Badan Usaha yang telah mendapatkan Peta Wilayah Penugasan Survei 
Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam jangka waktu paling lambat 
5 (lima) hari kerja wajib mengajukan permohonan Penugasan Survei Pendahuluan 
kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Badan Geologi, 
gubernur dan bupati/walikota setempat dan wajib melampirkan Peta Wilayah 
Penugasan Survei Pendahuluan, persyaratan administratif, teknis dan keuangan
2.1  Persyaratan administratif meliputi :
    2.1.1  identitas pemohon/akte pendirian perusahaan;
    2.1.2  profil perusahaan; dan
    2.1.3  Nomor Pokok Wajib Pajak.
    2.2  Persyaratan teknis meliputi:
2.2.1  rencana teknis kegiatan selama Survei Pendahuluan;
2.2.2  kemampuan teknis operasional dengan menunjukkan pengalaman di bidang 
Panas Bumi; dan/atau
2.2.3  mempunyai tenaga ahli di bidang Panas Bumi.
  2.3  Persyaratan keuangan meliputi :
  2.3.1  rencana kerja dan anggaran biaya;
2.3.1  bukti kepemilikan dana yang akan digunakan untuk Survei Pendahuluan 
selama jangka waktu Penugasan Survei Pendahuluan dalam bentuk garansi bank 
(bank guarantee), deposito atau dana hutang siap pakai (standby loan).
3.    Setiap Badan Usaha hanya dapat melakukan Penugasan Survei Pendahuluan 
di 1 (satu) Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan.
4.    Peta Wilayah Penugasan Survei Pendahuluan sebagaimana dimaksud pada 
angka 2 menjadi dasar dalam pemrosesan penerbitan Penugasan Survei Pendahuluan.
5.    Pemrosesan permohonan Penugasan Survei Pendahuluan menerapkan sistem 
permohonan pertama yang telah mendapatkan Peta Wilayah Penugasan Survei 
Pendahuluan dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan keuangan 
mendapatkan prioritas pertama untuk mendapatkan Penugasan Survei Pendahuluan 
(first come first served).
salam
bambang purby
 

 

1.
2. 

 
--- Pada Kam, 13/1/11, rizalband...@yahoo.com rizalband...@yahoo.com menulis:


Dari: rizalband...@yahoo.com rizalband...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power' [Geothermal]
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Kamis, 13 Januari, 2011, 9:57 AM


Problem utama kenapa gethermal masih sedikit sekali dikembangkan adalah harga. 
Jika harga ini didekatkan dg  B to B dengan PLN maka off takernya / PLN lari 
kepada harga paling murah pada saat ini (PLTU-Batubara) tanpa melihat jangka 
panjang (project life). Bila melihat jangka panjang dan trend pertumbuhan 
ekonomi dunia, maka kecendrungan harga migas dan batubara akan naik minimal 
dalam 5-10th kedepan secara 

Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power' [Geothermal]

2011-01-13 Terurut Topik rahmawan helmi
Kang Ismail,

Saya sependapat dengan anda.., kebetulan di kantor saya Dinas ESDM
Prov Jabar, memang ada pergeseran fokus.. , yang tadinya ngurusin SDM,
sekarang ke arah Energinya.  Data2 yang anda sebutkan tadi sangat
berguna bagi Pemda Prov untuk strategi pembangunan Energi ke depan.
BTW thnx kang ismail.

Rahmawan Helmi
Perencanaan ESDM Prov Jabar


Pada 13 Januari 2011 06.36, Ismail Zaini lia...@indo.net.id menulis:
 Pak Anandito , sebetulnya kontribusi BBM nya itu hanya kira kira 20 % , Gas
 dan batubara kira kira 30 % dan 40 % lainnya  Geothermal dan hidro,( kira
 kira segitu prosentasi energy mix nya untuk listrik) Cuma karena biaya untuk
 BBM berlipat lipat dibandingkan dg gas dan batubara maka , komponen biaya
 BBM ( khsusnya HSD dan MFO ) jadi paling tinggi. Apalagi beberapa pembangkit
 gas salah minum ( karena tidak ada gas dihidupkan dg BBM ) spt di DKI ini
 ( Muara tawar dan muara karang ) dimana gas yang dari ONWJ tidak cukup ,
 pembanguanan receiving LNG di teluk Jakarta belum terwujud shg semua
 diminumi dulu dg BBM , begitu juga di tambaklorok semarang masih menunggu
 suplai gas dari Kepodang dilaut jawa. Disisi lain geothermal di jateng spt
 Ungaran dan Guci belum  bisa nyala  masih mbulet .
 Memang saat ini biaya produksi listrik dari air (PLTA) yg paling murah
 diantara yg ada , kalau masalha keeokonomiannya ,itu saat ini harga jualnya
 rata rata 650 Rp/Kwh ( 2010) jadi kalau biaya pembangkitannya dibawah itu
 yang ekonomis  dan Hidro itu jauh dibawah itu , sedangkan  gas dan batubara
 kayaknya pas pasan ( dg kondisi harga gas dan batubara saat ini )
 Yang jadi masalah itu PLN hanya sebagai operator , kalau ingin maju
 geothermalnya ya pemerintah harus intervensi ( padahal potensi ada, SDM dan
 teknologi ada ). kalau diserahkan PLN spt sekarang ini ya tetep mbulet,
 kan geothermal ini tidak ada nilai ekonominya kalau tidak dijadikian
 listrik , meskipun potensinya besar., beda dg migas or batubara

 Wah di geologi kok ngomongi listrik , jadi ingat pelajaran Geolistrik dulu
 .

 ISM


 -Original Message-
 From: Anandito, Muh Anung [mailto:muhamm...@chevron.com]
 Sent: Thursday, January 13, 2011 7:17 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power'
 [Geothermal]

 Pak Ismail,
 Apakah prosentase terbesar di biaya bahan baku untuk beli BBM ini karena
 mayoritas PLN menggunakan pembangkit listrik tenaga BBM?

 informasi yang saya dapat (perlu di cross-cek lagi)  harga listrik yang
 dijual sekarang hanya ekonomis jika pembangkitnya tenaga air (regardless
 investasi untuk membuat bendungan dsb...).


 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id]
 Sent: Wednesday, January 12, 2011 6:41 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power'
 [Geothermal]

 omong omong subsidi ini yg kadang banyak menimbulukan pro dan
 kontra, ada dua jenis subsidi di bidang energi yaitu subsidi
 BBM ( Solar, Minyak tanah dan premium) dan subsidi Listrik.
 timbulnya subsidi tsb karena untuk menutup perbedaan biaya
 produksi dg harga jualnya, kalau yg dekat dg geothermal subsidi
 listrik itu krn geothermal produk akhirnya berupa litsrik.Tahun 2010 kemarin
 biaya untuk menyediakan listrik ( BPP :
 Biaya Pokok penyediaan listrik) rata rata Rp.1000,- /Kwh ,
 disisi lain harga jualnya yang tertuang dalam tarif dasar
 litrik(TDL) hanya rata rata sebesar Rp.650,- ( harga listrik
 itu ditetapkan bukan sesuai mekanisme pasar) , oleh karena itu
 ada subsidi yg diberikan kepada Pabrik listriknya yaitu PLN yg
 untuk tahun 2010 sebesar 55,1 Trilyun Rp. Faktor BPP ini yang
 paling besar (  lebih 50 %)ada pada pembelian bahan baku
 listrik ( energi primer yg berupa gas,batubara,BBM,panasbumi
 dan air ), dari total biaya bahan baku tsb yang paling besar
 kurang lebih 60 % untuk beli BBM, disisi lain listrik yg
 dihasilkan dr BBM ini realtif kecil dibandingkan yang dari gas
 dan batubara ( biaya produski listrik dg BBM  dari
 gas/batubara/panasbumi).Jadi kalau listrik itu dari panasbumi akan lebih
 murah apabila
 dibandingkan dg BBM ( MFO,HSD). apalagi BBM itu harganya
 fluktuatif sesuai dg harga minyak dunia dan kecendrunganya naik
 melulu.
 ismail




 Irwandi

 Tolong dijelaskan kelegowoan apa yang
 dimaksudkan ?
 Apakah pencabutan subsidi BBM ?

 si Abah

    Setuju.Dibutuhkan ke'legowo'an agar geothermal bisa
 maju di negeri
 ini.Memang sudah saatnya,mudah2an bangsa ini
 bukan seperti semut yang mati
 di tumpukan gula..terus maju
 bangsakuamiiin

 Powered by Telkomsel
 BlackBerry®

 -Original Message-

 From: R.P.Koesoemadinata
 koeso...@melsa.net.id
 Date: Mon, 10 Jan 2011 13:33:38
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To:
 iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Al Gore:
 Indonesia Bisa Jadi Super Power
 [Geothermal]
 Setuju 200% dengan Al Gore, mudah-mudahan Pemerintah bisa
 terusik
 dan giat
 mengembangkan Geothermal, jangan bingung dan ragu-ragu
 terus
 - 

[iagi-net-l] Petroleum Geochemistry: Essential Concepts and Methods for Exploration and Production (Manado, 7-11 February 2011)

2011-01-13 Terurut Topik iagi
 

 

Dear Sir / Madam,

 

The Indonesian Association of Geophysicists (Himpunan Ahli Geofisika
Indonesia - HAGI) will presents the 5-day course on Petroleum Geochemistry:
Essential Concepts and Methods for Exploration and Production course with
the following details :

 Dates: 7 - 11 February 2011
 Instructor: Awang H. Satyana (BPMIGAS)
 Venue: Novotel Resort, Manado
 Course fee: USD 2,250 (HAGI Member) USD 2,350 (Non-HAGI Member)

(Includes: hotel accommodation for 6 nights, lunch  coffee break, course
material, course kit, certificate, and photo group).

ABOUT THE COURSE

Today, people use concepts of petroleum system in evaluating petroleum
potential and exploration risks involved in area of investigation. We have
seen that these concepts have been successfully employed. Using this
approach, new petroleum accumulations have been discovered and significant
reduction of exploration risks has taken place.

Petroleum system concept was developed through petroleum geochemistry. The
ability to identify petroleum system uniquely depends on geochemical
techniques such as mapping hydrocarbon shows and carrying out
petroleum-petroleum and petroleum-source rock correlations. However
generally, one with strong interest and expertise in petroleum geochemistry
is seldom.

Most petroleum geologists know much about reservoirs and traps, little about
seals, and virtually nothing about source rocks and migration. This
contrasts with the knowledge that if we know where oils came from and how
and where they migrate, we can better predict where they can be found.
Petroleum  geochemistry could then be used to upgrade areas to concentrate
exploration activity and reducing risk. Petroleum geochemistry should not be
under-employed let alone ignored.

In this five day course, concepts of petroleum geochemistry will be
discussed. Methods/techniques usually used in petroleum geochemistry for
interpreting source facies, kerogen types, source maturation, oil
classification, genetic gas types and many other things will be discussed.
Participants will also be introduced to biomarkers and isotopes, how to
interpret and use them for exploration and production. Migration concepts
that are so far too much oversimplified will be elaborated. Gas geochemistry
will also be  presented in detail considering that gas resources are getting
important.

Reservoir geochemistry, which can give solutions for field development and
fluid problems, will be discussed in detail. Classical petroleum
geochemistry concepts and methods/techniques which are useful for
exploration geologists, would also be helpful for reservoir/production
geologist.

To make the course useful, the course will consist of: systematic
discussions on concepts and techniques/methods of petroleum geochemistry, a
lot of exercises learning how to use the techniques/methods, discussions on
real cases of petroleum geochemistry in Indonesian basins, and workshops
seeking solutions for geochemical problems using real data the participants
may bring.

Day 1: Concepts and Methods
1.Introduction
2.Geochemical Surveys and Analyses
3.Source Rocks
4.Petroleum Generation

Day 2: Concepts and Methods
1.Petroleum Migration
2.Oil Geochemistry
3.Gas Geochemistry
4.Oil/Gas to Source Correlation

Day 3: Concepts and Methods
1.Geochemistry in Petroleum System
2.Reservoir Geochemistry
3.Coal Bed Methane (CBM)
4.Oil Shale, Shale Gas and Shale Oil

Day 4: Case Studies
1.Regional oil geochemistry of Indonesia
2.Regional gas geochemistry of Indonesia
3.Geochemistry and hydrocarbon habitats of East Java Basin
4.Migration modeling of Salawati Basin
5.Using biomarkers for identifying new petroleum system
6.Oil biodegradation in Salawati Basin
7.Coals as source rocks for oil in Kalimantan Basins
8. Reservoir geochemistry of North Sea fields

Day 5: Workshop
Applying Petroleum Geochemistry in Your Area (seeking solutions for your
real exploration or production problems may be related to petroleum
geochemistry)


For more information please contact the following address:


HAGI SECRETARIAT
Patra Office Tower, 20th Floor (Suite 2045)
Jln. Jendral Gatot Subroto Kav. 32-34 - Jakarta 12950 - Indonesia
T/F: (+62-21) 525-0040
Contact Persons: Katrin Leksandri / Riky Hendrawan
Email:  mailto:secretar...@hagi.or.id secretar...@hagi.or.id /
mailto:chaty_cu...@yahoo.com chaty_cu...@yahoo.com /
tech.assist...@hagi.or.id

 

Sincerely yours,

On Behalf Roy Baroes

VP PIT  Special Event

 

 

 

 



Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power' [Geothermal]

2011-01-13 Terurut Topik liamsi
Kang Rahmawan,
Sebetulnya di jabar kan mau cari sumber energi apapun ayak.
diutara ada energi fosil ( migas) di selatan ada energi non
fosil ( geothermal , gelombang, angin ) di sembarang tempat ada
Solar , bahkan sudah ada pabrik solar cell nya di LEN ( kalau
tidak salah di kantor LEN untuk penerangnnnya sdh pakai solar
energi ).Jabar ini kan pelopor untuk model bisnis geothermal pertama
kali untuk model lelang WKP , kayaknya pemenangnya juga BUMN
BUMN , (Indonesia power , Rekin , Wika/BUMND), giaman kok belum
jalan jalan , malah kesusul batubara yang masuk ( Indramayu ,
Labuhan/banten ), sebetulnya potensi yg eksisting ( Wayang
Windu, Kamojang, darajat,Cibuni,Salak, Karaha Bodas, Patuha )
dioptimalkan / kapasitasnya ditingkatkan, sudah cukup lumayan ,
pasti operatornya pada mau apalagi dg harga sesuai Permen yg
baru itu tanpa harus berkutat pada lelang WKP lagian daerahnya
sdh proven, demand masih banyak sesuai RUPTL pertahun kira
kira 5500 MW , paling nggak sampai 2019
salam untuk men temen di Distamben Jabar , Kang Iwan , Kang
Bagus , Kang Asep
ISM


 Kang Ismail,

 Saya sependapat dengan anda.., kebetulan di kantor saya
 Dinas ESDM Prov Jabar, memang ada pergeseran fokus.. , yang
 tadinya ngurusin SDM, sekarang ke arah Energinya.  Data2
 yang anda sebutkan tadi sangat
 berguna bagi Pemda Prov untuk strategi pembangunan Energi ke
 depan. BTW thnx kang ismail.

 Rahmawan Helmi
 Perencanaan ESDM Prov Jabar


 Pada 13 Januari 2011 06.36, Ismail Zaini
 lia...@indo.net.id menulis:
 Pak Anandito , sebetulnya kontribusi BBM nya itu hanya kira
 kira 20 % , Gas dan batubara kira kira 30 % dan 40 %
 lainnya  Geothermal dan hidro,( kira kira segitu prosentasi
 energy mix nya untuk listrik) Cuma karena biaya untuk BBM
 berlipat lipat dibandingkan dg gas dan batubara maka ,
 komponen biaya BBM ( khsusnya HSD dan MFO ) jadi paling
 tinggi. Apalagi beberapa pembangkit gas salah minum (
 karena tidak ada gas dihidupkan dg BBM ) spt di DKI ini (
 Muara tawar dan muara karang ) dimana gas yang dari ONWJ
 tidak cukup , pembanguanan receiving LNG di teluk Jakarta
 belum terwujud shg semua diminumi dulu dg BBM , begitu juga
 di tambaklorok semarang masih menunggu suplai gas dari
 Kepodang dilaut jawa. Disisi lain geothermal di jateng spt
 Ungaran dan Guci belum  bisa nyala  masih mbulet .
 Memang saat ini biaya produksi listrik dari air (PLTA) yg
 paling murah diantara yg ada , kalau masalha
 keeokonomiannya ,itu saat ini harga jualnya rata rata 650
 Rp/Kwh ( 2010) jadi kalau biaya pembangkitannya dibawah itu
 yang ekonomis  dan Hidro itu jauh dibawah itu , sedangkan
  gas dan batubara kayaknya pas pasan ( dg kondisi harga gas
 dan batubara saat ini ) Yang jadi masalah itu PLN hanya
 sebagai operator , kalau ingin maju geothermalnya ya
 pemerintah harus intervensi ( padahal potensi ada, SDM dan
 teknologi ada ). kalau diserahkan PLN spt sekarang ini ya
 tetep mbulet, kan geothermal ini tidak ada nilai
 ekonominya kalau tidak dijadikian listrik , meskipun
 potensinya besar., beda dg migas or batubara

 Wah di geologi kok ngomongi listrik , jadi ingat pelajaran
 Geolistrik dulu .

 ISM


 -Original Message-
 From: Anandito, Muh Anung [mailto:muhamm...@chevron.com]
 Sent: Thursday, January 13, 2011 7:17 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi
 'Super Power' [Geothermal]

 Pak Ismail,
 Apakah prosentase terbesar di biaya bahan baku untuk beli
 BBM ini karena mayoritas PLN menggunakan pembangkit listrik
 tenaga BBM?

 informasi yang saya dapat (perlu di cross-cek lagi)  harga
 listrik yang dijual sekarang hanya ekonomis jika
 pembangkitnya tenaga air (regardless investasi untuk
 membuat bendungan dsb...).


 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id]
 Sent: Wednesday, January 12, 2011 6:41 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi
 'Super Power' [Geothermal]

 omong omong subsidi ini yg kadang banyak menimbulukan pro
 dan
 kontra, ada dua jenis subsidi di bidang energi yaitu
 subsidi
 BBM ( Solar, Minyak tanah dan premium) dan subsidi Listrik.
 timbulnya subsidi tsb karena untuk menutup perbedaan biaya
 produksi dg harga jualnya, kalau yg dekat dg geothermal
 subsidi
 listrik itu krn geothermal produk akhirnya berupa
 litsrik.Tahun 2010 kemarin biaya untuk menyediakan listrik
 ( BPP :
 Biaya Pokok penyediaan listrik) rata rata Rp.1000,- /Kwh ,
 disisi lain harga jualnya yang tertuang dalam tarif dasar
 litrik(TDL) hanya rata rata sebesar Rp.650,- ( harga
 listrik
 itu ditetapkan bukan sesuai mekanisme pasar) , oleh karena
 itu
 ada subsidi yg diberikan kepada Pabrik listriknya yaitu PLN
 yg
 untuk tahun 2010 sebesar 55,1 Trilyun Rp. Faktor BPP ini
 yang
 paling besar (  lebih 50 %)ada pada pembelian bahan baku
 listrik ( energi primer yg berupa
 gas,batubara,BBM,panasbumi
 dan air ), dari total biaya bahan baku tsb yang paling
 besar
 kurang lebih 60 % untuk beli BBM, disisi lain 

Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi 'Super Power' [Geothermal]

2011-01-13 Terurut Topik rahmawan helmi
Kang Ismail,

Terimakasih atas pencerahannya, Kang Iwan dan Kang Asep Masih di ESDM,
kalo Kang Bagus udah pindah ke Bappoda Prov, 9 bln yang lalu.

thnx
RH

Pada 13 Januari 2011 20.20,  lia...@indo.net.id menulis:
 Kang Rahmawan,
 Sebetulnya di jabar kan mau cari sumber energi apapun ayak.
 diutara ada energi fosil ( migas) di selatan ada energi non
 fosil ( geothermal , gelombang, angin ) di sembarang tempat ada
 Solar , bahkan sudah ada pabrik solar cell nya di LEN ( kalau
 tidak salah di kantor LEN untuk penerangnnnya sdh pakai solar
 energi ).Jabar ini kan pelopor untuk model bisnis geothermal pertama
 kali untuk model lelang WKP , kayaknya pemenangnya juga BUMN
 BUMN , (Indonesia power , Rekin , Wika/BUMND), giaman kok belum
 jalan jalan , malah kesusul batubara yang masuk ( Indramayu ,
 Labuhan/banten ), sebetulnya potensi yg eksisting ( Wayang
 Windu, Kamojang, darajat,Cibuni,Salak, Karaha Bodas, Patuha )
 dioptimalkan / kapasitasnya ditingkatkan, sudah cukup lumayan ,
 pasti operatornya pada mau apalagi dg harga sesuai Permen yg
 baru itu tanpa harus berkutat pada lelang WKP lagian daerahnya
 sdh proven, demand masih banyak sesuai RUPTL pertahun kira
 kira 5500 MW , paling nggak sampai 2019
 salam untuk men temen di Distamben Jabar , Kang Iwan , Kang
 Bagus , Kang Asep
 ISM


 Kang Ismail,

 Saya sependapat dengan anda.., kebetulan di kantor saya
 Dinas ESDM Prov Jabar, memang ada pergeseran fokus.. , yang
 tadinya ngurusin SDM, sekarang ke arah Energinya.  Data2
 yang anda sebutkan tadi sangat
 berguna bagi Pemda Prov untuk strategi pembangunan Energi ke
 depan. BTW thnx kang ismail.

 Rahmawan Helmi
 Perencanaan ESDM Prov Jabar


 Pada 13 Januari 2011 06.36, Ismail Zaini
 lia...@indo.net.id menulis:
 Pak Anandito , sebetulnya kontribusi BBM nya itu hanya kira
 kira 20 % , Gas dan batubara kira kira 30 % dan 40 %
 lainnya  Geothermal dan hidro,( kira kira segitu prosentasi
 energy mix nya untuk listrik) Cuma karena biaya untuk BBM
 berlipat lipat dibandingkan dg gas dan batubara maka ,
 komponen biaya BBM ( khsusnya HSD dan MFO ) jadi paling
 tinggi. Apalagi beberapa pembangkit gas salah minum (
 karena tidak ada gas dihidupkan dg BBM ) spt di DKI ini (
 Muara tawar dan muara karang ) dimana gas yang dari ONWJ
 tidak cukup , pembanguanan receiving LNG di teluk Jakarta
 belum terwujud shg semua diminumi dulu dg BBM , begitu juga
 di tambaklorok semarang masih menunggu suplai gas dari
 Kepodang dilaut jawa. Disisi lain geothermal di jateng spt
 Ungaran dan Guci belum  bisa nyala  masih mbulet .
 Memang saat ini biaya produksi listrik dari air (PLTA) yg
 paling murah diantara yg ada , kalau masalha
 keeokonomiannya ,itu saat ini harga jualnya rata rata 650
 Rp/Kwh ( 2010) jadi kalau biaya pembangkitannya dibawah itu
 yang ekonomis  dan Hidro itu jauh dibawah itu , sedangkan
  gas dan batubara kayaknya pas pasan ( dg kondisi harga gas
 dan batubara saat ini ) Yang jadi masalah itu PLN hanya
 sebagai operator , kalau ingin maju geothermalnya ya
 pemerintah harus intervensi ( padahal potensi ada, SDM dan
 teknologi ada ). kalau diserahkan PLN spt sekarang ini ya
 tetep mbulet, kan geothermal ini tidak ada nilai
 ekonominya kalau tidak dijadikian listrik , meskipun
 potensinya besar., beda dg migas or batubara

 Wah di geologi kok ngomongi listrik , jadi ingat pelajaran
 Geolistrik dulu .

 ISM


 -Original Message-
 From: Anandito, Muh Anung [mailto:muhamm...@chevron.com]
 Sent: Thursday, January 13, 2011 7:17 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi
 'Super Power' [Geothermal]

 Pak Ismail,
 Apakah prosentase terbesar di biaya bahan baku untuk beli
 BBM ini karena mayoritas PLN menggunakan pembangkit listrik
 tenaga BBM?

 informasi yang saya dapat (perlu di cross-cek lagi)  harga
 listrik yang dijual sekarang hanya ekonomis jika
 pembangkitnya tenaga air (regardless investasi untuk
 membuat bendungan dsb...).


 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id [mailto:lia...@indo.net.id]
 Sent: Wednesday, January 12, 2011 6:41 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Al Gore: Indonesia Bisa Jadi
 'Super Power' [Geothermal]

 omong omong subsidi ini yg kadang banyak menimbulukan pro
 dan
 kontra, ada dua jenis subsidi di bidang energi yaitu
 subsidi
 BBM ( Solar, Minyak tanah dan premium) dan subsidi Listrik.
 timbulnya subsidi tsb karena untuk menutup perbedaan biaya
 produksi dg harga jualnya, kalau yg dekat dg geothermal
 subsidi
 listrik itu krn geothermal produk akhirnya berupa
 litsrik.Tahun 2010 kemarin biaya untuk menyediakan listrik
 ( BPP :
 Biaya Pokok penyediaan listrik) rata rata Rp.1000,- /Kwh ,
 disisi lain harga jualnya yang tertuang dalam tarif dasar
 litrik(TDL) hanya rata rata sebesar Rp.650,- ( harga
 listrik
 itu ditetapkan bukan sesuai mekanisme pasar) , oleh karena
 itu
 ada subsidi yg diberikan kepada Pabrik listriknya yaitu PLN
 yg
 untuk tahun 2010 sebesar 55,1 Trilyun Rp. Faktor BPP ini
 yang