RE: [iagi-net-l] FOSIL APAKAH GERANGAN ?????

2008-05-18 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Yth Mang Okimkalau tidak lihat, sepertinya itu fosil dari Phyllum
Molluska, kelas pelecypoda (bivalve)..kalau untuk sampai ke genus
apalagi species, terlalu sulit untuk interpretasi via foto..(tapi
umumnya, kelas gastropoda ini mencerminkan daerah soft beach, karena
biasanya golongan ini mempunyai habit menggali, berbeda dengan golongan
Gastropoda yang mencerminkan hard beach.)
 
Pak Fauzie di P3G (sekarang PSG) sangat berkompeten di bidang ini

Salam
 
Satia



From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 19, 2008 8:12 AM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] FOSIL APAKAH GERANGAN ?


 
Rekan-rekan Ahli Paleontologi yang budiman,
 
Wilayah Tasikmalaya Selatan ternyata masih banyak menyimpan kejutan di
bidang geologi ( buat mang Okim lho ! ). Tidak berapa lama setelah mang
Okim menerima beragam contoh batumulia dan mineral dari wilayah ini (
lihat email mang Okim 24 April 2008 : Mineral Coklat Kemerahan Yang
Mengecoh ), mang Okim menerima lagi contoh fosil moluska  yang  tak
kalah mempesona dibandingkan dengan batumulia. Fosil-fosil tersebut
ditemukan di perbatasan Tasikmalaya - Ciamis , kemungkinan besar dalam
Formasi Cijulang berumur Pliosen ( 2-5 juta tahunan ). Ukurannya
bermacam-macam, dari 15 cm ( lebih dari sekilo ) sampai beberapa puluh
cm ( lebih dari 5 kilo ) . 
 
Seperti yang terlihat di gambar , secara umum tampang fosilini   2
macam, ada yang mirip kerang , dan ada yang bentuknya memanjang
mengandung saluran. Jejak  kulit  mutiara masih tampak di beberapa
bagian. Fosil ini tadinya kurang indah karena tertutup oleh lapisan
kapur berwarna putih. Namun setelah diceburin ke dalam larutan HCl - - -
- - wooww - - - - - alah maaak - - - - -, kok jadi indah menawan ya .
Warnanya cream seolah daging kerang yang siap disantap , dan bentuknya
beragam . . . . . benar-benar formidable !
 
Ketika pertama kali mang Okim menerima informasi tentang  fosil ini (
lewat sms ), hati mang Okim berdebar-debar karena disebutkan akan ada
pengiriman contoh batu tulang . Mang Okim mengira bahwa batu tulang
tersebut adalah bagian dari fosil tulang yang  memang terkandung dalam
Formasi Cijulang . Ketika contohnya tiba, beberapa fosil yang bentuknya
memanjang memang  mirip dengan tulang tangan manusia. Selain dari itu,
di setiap contoh fosil selalu ada bagian yang menyerupai perlapisan
silang-siur ( daging kerang terawetkan ? ).
 
Rekan-rekan Ahli Paleontologi yang budiman,
 
Kali ini mang Okim betul-betul pusing tujuh keliling karena saking
sulitnya mendapatkan referensi tentang fosil ini. Seingat mang Okim,
selama praktikum paleontologi di ITB sekitar 45 tahunan yang lalu, fosil
sejenis ini tidak pernah diajarin. Di koleksi Museum Geologi Bandung pun
rasanya belum pernah mang Okim lihat. Inilah saatnya mang Okim
menanyakan ke Ahli Paleontologi, siapa tahu ada yang dapat menebak
tentang jenis fosil yang sekarang alhamdulilah telah memperkaya  koleksi
mang Okim. Jumlahnya cukup lumayan, beberapa fosil  akan mang Okim coba
ukir untuk dijadikan souvenir seperti gading ukir ( pasti lebih atraktif
karena umurnya yang 2 - 5 juta tahun ).
 
Nah, sambil menunggu komentar rekan-rekan khususnya Ahli Paleontologi,
mang Okim menyampaikan terima kasih atas perhatian nya. Foto lebih
detail insyaallah dapat mang Okim kirim kalau diperlukan ( lewat japri
).
 
Salam batumulia dan salam eksplorasi !
Mang Okim
 
Keterangan gambar :
 
Fosil sebelah kiri ( panjang 24 cm , berat 2,4 kg ) memperlihatkan bekas
saluran dan  perlapisan silang-siur. Fosil sebelah kanan ( panjang 25
cm, berat 2,2 kg ) menyerupai kerang besar dengan kulit mutiara yang
masih terlihat jelas ( panjang ball-pen Cross 14 cm ).
 
 
DSC05550.jpg-RESIZED APRIL 24.jpg

RE: [iagi-net-l] test

2006-04-30 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Test lagi.. 

-Original Message-
From: IPA [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 28, 2006 12:11 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] test

test


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Hari Kartini

2006-04-20 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Selamat hari kartini.jadi tergelitik juga, sekedar uneg uneg
saja..apakah ada yang tahu, mana yang terlebih dahulu muncul dalam
sejarah bangsa kita, Trias van deventer (trias politika yang dikemukakan
oleh douwes dekker dkk) atau era Kartini..???

Wassalam..

Satia 

-Original Message-
From: Dr. Premonowati [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 21, 2006 6:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini

Selamat Hari Kartini. 
  

 
   Maka, kebodohan adalah dorongan yang kuat menuju kepintaran. Sadar
dulu
 bahwa kita bodoh adalah langkah awal kepada pembelajaran.


-
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low
rates.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Hari Kartini

2006-04-20 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Terima kasih atas pencerahannya Pak Rovicky

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 21, 2006 10:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini

Conrad Theodore Van Deventer (1857-1915)

dari wikipedia terbaca bahwa mereka pernah bertemu.Bahkan Van Deventer
sangat kagum dengan kartini,

--- quote -
Ketika pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer
terkesan sekali, sehingga tergerak untuk menulis sebuah resensi yang
panjang-lebar, sekadar untuk menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang
cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi
secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka.

Secara pribadi, Van Deventer pernah bertemu dengan Kartini, waktu puteri
Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut.
Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di
Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru
lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menaruh minat
terhadap cita-cita Kartini.

Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 ia
mendirikan Yayasan Kartini, yang dimaksudkan untuk membuka
sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer
meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus
segala-galanya dengan tak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki
Sekolah Kartini yang bernaung dibawah Yayasan Kartini.

Waktu Belanda diduduki Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam
usia 85 tahun. Ia mewariskan sejumlah besar dana yang harus dimanfaatkan
untuk memajukan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan.
Selanjutnya dana tersebut dikelola oleh Van Deventer-Maasstichting.
=

On 4/21/06, Graha, Satia (grhs) [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Selamat hari kartini.jadi tergelitik juga, sekedar uneg uneg 
 saja..apakah ada yang tahu, mana yang terlebih dahulu muncul dalam 
 sejarah bangsa kita, Trias van deventer (trias politika yang 
 dikemukakan oleh douwes dekker dkk) atau era Kartini..???

 Wassalam..

 Satia

 -Original Message-
 From: Dr. Premonowati [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, April 21, 2006 6:32 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini

 Selamat Hari Kartini.



Maka, kebodohan adalah dorongan yang kuat menuju kepintaran. Sadar

 dulu
  bahwa kita bodoh adalah langkah awal kepada pembelajaran.


 -
 Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low 
 rates.


 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit 
 IAGI Website: http://iagi.or.id

 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti

 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -




--
First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you,
then you win. Mahatma Gandhi.

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

2006-03-14 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Hehehehbenar benar aneh, apa yang dikatakan Pak Kartiko memang benar
Pakseakan akan bangsa ini kehilangan jati diri..saya jadi teringat
dengan sebuah lirik yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, mungkinbisa sedikit
menjadi bahan renungan

Jangan bicara, soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang kita yang buta bisul tumbuh subur 
Diujung hidung yang memang tak mancung

Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan Polan

Lihat disana  Si Urip meratap di teras marmer direktur murtad
Lihat disana...Si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih
Lihat disana..parade penganggur yang tampak murung di tepi kubur
Lihat disana...Antrian pencuri yang timbul sebab nasinya di curi

(Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan..)

Salam

Satia


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:30 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

Abah

kalau saya lihat orang indonesia itu kayak enggak punya
kepribadianbingung sebagai orang indonesia itu harusnya gimana...
kita lihat saja isu yang rame saat iniexxonmobil dan ruu app.
kalau kita menghadapi orang barat..kita manggut - manggut...nurut -
nurut , pokoknya orang bule paling pinter...kita enggak mampu kayak
mereka
(exxonmobil)
kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya arab lebih bagus, lebih
sopan , lebih berbudaya  dari kita , jadi budaya arab harus diterapkan
di sini (ruuapp)

Bayangin aja masalah pakaian dan nama
mungkin sudah  sedikit dari kita yang memberi nama anak - anak kita
dengan nama - nama jawa, nama batak, nama sunda dsb...
lebih keren kalau pakai nama barat atau nama arabpadahal banyak nama
- nama jawa (maaf karena kebetulan karena saya orang jawa )yang artinya
juga bagus - bagus, dan saya yakin banyak juga nama - nama dari suku
lain yang bagus - bagus
Pakaian...kita lihat saja berapa banyak pria dan wanita indonesia yang
bangga pakai batik dan kebaya dibandingkan dengan yang pakai jeans atau
model - model baju arab..
berapa banyak pria yang bangga pakai peci dibandingkan dengan topi koboi
atau sorban

lha kita ini sebenarnya bangsa apa sihorang barat kagak, orang arab
juga kagak tapi malah berusaha sok kebarat-baratan dan sok
kearab-araban.

kita kok enggak sadar bahwa kita ini Bangsa Indonesia yang punya ciri
sendiri, punya kepribadian sendiri seperti yang sudah dicanangkan sama
Bung Karno dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika nya

Menurut saya Indonesia enggak akan pernah bisa maju kalau tetap
kehilangan kepribadian seperti ini.

Regards

Kartiko-Samodro

PS: maaf unek - unek pagi hari , enggak perlu ditanggapi...




 

  [EMAIL PROTECTED]

   To:
iagi-net@iagi.or.id

  14/03/2006 09:12 cc:

  AM   Subject:  [Fwd:
[iagi-net-l] Gethermal Bedugul dan sistem airtanah]

  Please respond to

  iagi-net

 

 





PS : Orang Bali benar-benar `eco-friendly`, bangunannya-pun tidak boleh
lebih tinggi dari pohon kelapa tertinggi.


   Rekans

   Tanpa mengecilkan keeco-friendly tersebut diatas , saya tahu
   persis bahwa BUNG KARNO - lah yang menentukan bahwa Hotel (kala itu
   1962-an , pembangunan Bali Beach ) tidak boleh lebih tinggi dari
   pohon kelapa.
   Disini terbukti lagi kemampuan sang Proklamator dalam melihat
   kedepan.
   Kapan ya kita akan memiliki peimpin dengan kapasitas seperti Beliau ?

   Rindu - Aku - Rindu

   Si- Abah.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi
Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M.
Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan
Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi
Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or

RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

2006-03-14 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)

Benar sekali pak, semalam sempat juga terfikir dan merenungi kata kata
dari pak Ariadi Subandrio: 

mari bersama-sama kita minta maaf kepada nenek moyang dan anak cucu
negeri ini, karena adalah generasi kita yang kelak akan menjadi bahan
tertawaan mereka..

Saya merasa miris sekali..ngeri..

Hutang, kerusakan lingkungan, korupsi..dll...apakah benar republik ini
sedang mengarah ke Republik BBM Semoga saja tidak

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian


***
Your mail has been scanned by InterScan.
***-***


Kita sudah kebanyak utang, kepercayaan diri panutan juga ngilang.

US

-Original Message-
From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

***
Your mail has been scanned by InterScan.
***-***


Hehehehbenar benar aneh, apa yang dikatakan Pak Kartiko memang benar
Pakseakan akan bangsa ini kehilangan jati diri..saya jadi teringat
dengan sebuah lirik yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, mungkinbisa sedikit
menjadi bahan renungan

Jangan bicara, soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri Atau tentang
kita yang buta bisul tumbuh subur

Diujung hidung yang memang tak mancung

Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan Polan

Lihat disana  Si Urip meratap di teras marmer direktur murtad Lihat
disana...Si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih Lihat
disana..parade penganggur yang tampak murung di tepi kubur Lihat
disana...Antrian pencuri yang timbul sebab nasinya di curi

(Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan..)

Salam

Satia


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:30 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian

Abah

kalau saya lihat orang indonesia itu kayak enggak punya
kepribadianbingung sebagai orang indonesia itu harusnya gimana...
kita lihat saja isu yang rame saat iniexxonmobil dan ruu app.
kalau kita menghadapi orang barat..kita manggut - manggut...nurut -
nurut , pokoknya orang bule paling pinter...kita enggak mampu kayak
mereka
(exxonmobil)
kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya arab lebih bagus, lebih
sopan , lebih berbudaya  dari kita , jadi budaya arab harus diterapkan
di sini (ruuapp)

Bayangin aja masalah pakaian dan nama
mungkin sudah  sedikit dari kita yang memberi nama anak - anak kita
dengan nama - nama jawa, nama batak, nama sunda dsb...
lebih keren kalau pakai nama barat atau nama arabpadahal banyak nama
- nama jawa (maaf karena kebetulan karena saya orang jawa )yang artinya
juga bagus - bagus, dan saya yakin banyak juga nama - nama dari suku
lain yang bagus - bagus
Pakaian...kita lihat saja berapa banyak pria dan wanita indonesia yang
bangga pakai batik dan kebaya dibandingkan dengan yang pakai jeans atau
model - model baju arab..
berapa banyak pria yang bangga pakai peci dibandingkan dengan topi koboi
atau sorban

lha kita ini sebenarnya bangsa apa sihorang barat kagak, orang arab
juga kagak tapi malah berusaha sok kebarat-baratan dan sok
kearab-araban.

kita kok enggak sadar bahwa kita ini Bangsa Indonesia yang punya ciri
sendiri, punya kepribadian sendiri seperti yang sudah dicanangkan sama
Bung Karno dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika nya

Menurut saya Indonesia enggak akan pernah bisa maju kalau tetap
kehilangan kepribadian seperti ini.

Regards

Kartiko-Samodro

PS: maaf unek - unek pagi hari , enggak perlu ditanggapi...







  [EMAIL PROTECTED]

   To:
iagi-net@iagi.or.id

  14/03/2006 09:12 cc:

  AM   Subject:  [Fwd:
[iagi-net-l] Gethermal Bedugul dan sistem airtanah]

  Please respond to

  iagi-net











PS : Orang Bali benar-benar `eco-friendly`, bangunannya-pun tidak boleh
lebih tinggi dari pohon kelapa tertinggi.


   Rekans

   Tanpa mengecilkan keeco-friendly tersebut diatas , saya tahu
   persis bahwa BUNG KARNO - lah yang menentukan bahwa Hotel (kala itu
   1962-an , pembangunan Bali Beach ) tidak boleh lebih tinggi dari
   pohon kelapa.
   Disini terbukti lagi kemampuan sang Proklamator dalam melihat
   kedepan.
   Kapan ya kita akan memiliki peimpin dengan kapasitas seperti Beliau ?

   Rindu - Aku - Rindu

   Si- Abah.


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send

RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-07 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Betul Pak, hanya saja, karena range umurnya rata rata panjang, jadi
setahu saya emang agak susah penentuannya. Untuk Zonasi Palynomorph ini
kalau tidak salah untuk kawasan Asia tenggara sudah ada yang menyusun,
kalau tidak salah Rob J Morley dari Palynovauntuk penentuan
lingkungan pengendapan, dikenal dengan istilah Mangrove, backmangrove,
riparian, dll.

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, February 07, 2006 3:59 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk
umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll.

Salam,
US

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih untuk
membantu dalam penentuan batas sequence...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852






  Graha, Satia

  (grhs)  To:
iagi-net@iagi.or.id

  [EMAIL PROTECTED]cc:

  Subject:  RE:
[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta




  07/02/2006 08:41

  AM

  Please respond to

  iagi-net











Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta
Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini yang
mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang
berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal
yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid,
misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang
Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap
specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau
backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST...

Salam

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk
ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores atau
SWC, kalau  bisa jangan dari cutting.

Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin banyak
fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial.


us

-Original Message-
From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

Mas Samudro,
Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan
biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat bantu
dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang
pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine) yang
ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan sedimentasi juga
sangat mempengaruhi pemfosilan. Dengan adanya kecepatan sedimentasi yang
tinggi maka kerapatan dan diversitas fossils sangat rendah. Disamping
itu, dari hasil penelitian terhadap foraminifera modern di delta Mahakam
menunjukkan bahwa, secara umum, diversitas dan kerapatan foraminifera
per 100mg perconto cukup kecil (mohon maaf saya lupa data akuratnya,
tapi Total Indonesie punya data sangat lengkap soal studi foram dan
pollen di delta Mahakam). Oleh sebab itu penggunaan Pollen sebagai alat
bantu dalam interpretasi biostrat saat ini menjadi alternatif utama,
disamping penggunaan faunal assemblages yang khas untuk lingkungan
pengendapan ini.  Yang mungkin saat ini bisa dicoba adalah penggunaan
ostracoda sebagai alat bantu.  Selain itu, boleh juga dicoba untuk
menggunakan metode graphic correlation.

Wallahu a'lam

regards,
rias


On 2/6/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi
(khususnya
 dalam industri perminyakan) bisa berhubungan dengan : 1. konklusi yang

 dibangun dari pengamatan yang tidak lengkap, 2. fosil yang berasal
dari
 lingkungan lain (reworked), 3. assemblage fosil yang ditemui tidak
lengkap
 atau bukan kumpulan khas dari suatu lingkungan, dan 4. determinasi
fosil
 yang tidak tepat/tidak lengkap. Saya pikir, ini bukan kendala di
lingkungan
 delta-paparan (shelf) saja, tetapi semua lingkungan pengendapan.

 Penentuan metode biostratigrafi apakah dengan planktonic foram,
benthonic
 foram, foram besar, calcareous nannofossils, palinologi,
dinoflagelata,
 radiolaria, atau diatom juga akan mempengaruhi kesuksesan
biostratigrafi.
 Misalnya, kita kirim sampel2 yang berasal dari lingkungan deltaic
plain dan
 kita mintakan untuk dianalisis menggunakan foram planktonik, tentu ini
bukan
 metode yang

RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-07 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Kalau untuk penelitian biostratigraphy rasanya belum pernah ada yang
sampai sejauh itu, untuk menentukan bahwa satu organisme mauk kategori
Backmangrove misalnya, tidak sampai ke DNA. 

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:15 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


Rsanya saya baru dengar, apa itu DNA? Satia udah pernah ngerjakan,
sepertinya belum yah?

US

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, February 07, 2006 4:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali
memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi:
salam
widya

[EMAIL PROTECTED] wrote:
Hi, you are on line..
kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari
polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan
dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari
yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri.
Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai
pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti)


 Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk 
 umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll.

 Salam,
 US

 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

 Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih
untuk
 membantu dalam penentuan batas sequence...?

 Regards

 Kartiko-Samodro
 Telp : 3852





   Graha, Satia

   (grhs)  To:
 iagi-net@iagi.or.id

   [EMAIL PROTECTED]cc:

   Subject:  RE:
 [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta



   07/02/2006 08:41

   AM

   Please respond to

   iagi-net




 Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta 
 Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini
yang
 mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang 
 berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal 
 yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid,

 misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang

 Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap 
 specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau 
 backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST...

 Salam

 -Original Message-
 From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


 Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk 
 ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores
atau
 SWC, kalau  bisa jangan dari cutting.

 Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin
banyak
 fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial.


 us

 -Original Message-
 From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED]

 Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

 Mas Samudro,
 Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan 
 biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat
bantu
 dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang 
 pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine)
yang
 ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan sedimentasi
juga
 sangat mempengaruhi pemfosilan. Dengan adanya kecepatan sedimentasi
yang
 tinggi maka kerapatan dan diversitas fossils sangat rendah. Disamping 
 itu, dari hasil penelitian terhadap foraminifera modern di delta
Mahakam
 menunjukkan bahwa, secara umum, diversitas dan kerapatan foraminifera 
 per 100mg perconto cukup kecil (mohon maaf saya lupa data akuratnya, 
 tapi Total Indonesie punya data sangat lengkap soal studi foram dan 
 pollen di delta Mahakam). Oleh sebab itu penggunaan Pollen sebagai
alat
 bantu dalam interpretasi biostrat saat ini menjadi alternatif utama, 
 disamping penggunaan faunal assemblages yang khas untuk lingkungan 
 pengendapan ini.  Yang mungkin saat ini bisa dicoba adalah penggunaan 
 ostracoda sebagai alat bantu.  Selain itu, boleh juga dicoba untuk 
 menggunakan metode graphic correlation.

 Wallahu a'lam

 regards,
 rias


 On 2/6/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi

RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-07 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Betul Pak Kartiko, pollen memang berasal dari tanaman...setahu saya,
jarang kalau untuk pollen, mungkin untuk penelitian tersebut harus
bersamaan dengan penelitian yang lain, misalnya dalam satu sumur
tertentu, diteliti biostratigrafinya dengan menggunakan foram, calc
Nanno, serta pollen tersebut, sehingga nantinya zonasi yang muncul dapat
diketahui, misalnya zona N4 foram sama dengan Zona Cacl Nanno NN
berapa..dan Zona untuk Pollen nya apa lengkap dengan organisme
penunjuknya...

Kalau saya sendiri berasumsi pollen ini sangat cocok sekali untuk
paleoclimate dan paleoenviromental...asumsi saya begini pak, misalnya
dalam satu daerah kita tarik contoh, organisme dari riparian banyak,
kemudia menjadi Mangrove...dan seterusnya...nah, pada saat organisme
riparian banyak (acme), bisa kita tarik kesimpulan pada saat itu daerah
ini lingkungannya relatif darat (fluvial influence), berarti dalam hal
ini sedang susut laut, berubah ke Mangrove berarti air laut mengalami
kenaikan (deepening).berarti terjadi perubahan lingkungan dari
fluvial influence ke tidal influence...mungkin hanya itu saja pak,
mungkin ada yang mau menambahkan...

Salam

Satia

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:20 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

Kalau pollen itu kan sebenarnya dari tanaman ...
apakah memang ada tanaman khas (mis:mangrove)   yang memiliki  ciri
tertentu yang bisa sebagai indikasi umur?
mis :mangrove miocene akan berbeda dengan mangrove pliocene.

Dan apakah  pollen lebih cocok untuk paleoclimate dan paleoenvironmental
daripada untuk deteksi umur ya...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



 

  [EMAIL PROTECTED]

  .ac.id   To:
iagi-net@iagi.or.id

   cc:
[EMAIL PROTECTED]

  07/02/2006 05:37 Subject:  RE:
[iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

  PM

  Please respond to

  iagi-net

 

 





ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali
memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi:
salam
widya

[EMAIL PROTECTED] wrote:
Hi, you are on line..
kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari
polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan
dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari
yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri.
Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai
pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti)


 Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk 
 umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll.

 Salam,
 US

 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

 Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih 
 untuk membantu dalam penentuan batas sequence...?

 Regards

 Kartiko-Samodro
 Telp : 3852





   Graha, Satia

   (grhs)  To:
 iagi-net@iagi.or.id

   [EMAIL PROTECTED]cc:

   Subject:  RE:
 [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta



   07/02/2006 08:41

   AM

   Please respond to

   iagi-net




 Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta 
 Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini 
 yang mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang 
 berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal 
 yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid,

 misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang

 Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap 
 specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau 
 backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST...

 Salam

 -Original Message-
 From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


 Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk 
 ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores 
 atau SWC, kalau  bisa jangan dari cutting.

 Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin 
 banyak fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial.


 us

 -Original Message-
 From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED]

 Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: [EMAIL

RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

2006-02-07 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Bapak Iyan Yth...
Untuk reworked pollen, saya sendiri masih memiliki beberapa
ganjalan...asumsi saya, pollen ini sangat kecil bahkan lebih kecil dari
foraminifera, agent sediment sudah barang tentu sangat mempengaruhinya
hingga bisa membawanya mungkin sampai ratusan kilometer. Ini yang masih
jadi pertanyaan juga bagi saya. Mungkin ada yang bisa memberikan
pencerahan...

-Original Message-
From: Yan Indryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 08, 2006 8:02 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

Pak Satia yth,
Bagaimana dengan pollen yang reworked, apakah bisa dibedakan internal
structure-nya dengan pollen yang insitu ? Dan rata2 seberapa jauh sih
penyebaran polen secara lateral dari source-nya ?

Salam,
YI

-Original Message-
From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:40 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

Kalau untuk penelitian biostratigraphy rasanya belum pernah ada yang
sampai sejauh itu, untuk menentukan bahwa satu organisme mauk kategori
Backmangrove misalnya, tidak sampai ke DNA. 

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:15 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


Rsanya saya baru dengar, apa itu DNA? Satia udah pernah ngerjakan,
sepertinya belum yah?

US

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, February 07, 2006 4:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali
memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi:
salam
widya

[EMAIL PROTECTED] wrote:
Hi, you are on line..
kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari
polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan
dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari
yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri.
Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai
pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti)


 Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk 
 umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll.

 Salam,
 US

 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

 Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih
untuk
 membantu dalam penentuan batas sequence...?

 Regards

 Kartiko-Samodro
 Telp : 3852





   Graha, Satia

   (grhs)  To:
 iagi-net@iagi.or.id

   [EMAIL PROTECTED]cc:

   Subject:  RE:
 [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta



   07/02/2006 08:41

   AM

   Please respond to

   iagi-net




 Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta 
 Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini
yang
 mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang 
 berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal 
 yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid,

 misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang

 Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap 
 specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau 
 backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST...

 Salam

 -Original Message-
 From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta


 Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk 
 ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores
atau
 SWC, kalau  bisa jangan dari cutting.

 Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin
banyak
 fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial.


 us

 -Original Message-
 From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED]

 Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta

 Mas Samudro,
 Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan 
 biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat
bantu
 dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang 
 pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine)
yang
 ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan

RE: [iagi-net-l] Malam ini di discovery channel pk 9 (HKtime) 8 malam WIB -- Unstoppable Wave

2005-12-26 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Pak RDP, terima kasih atas informasinyaacara tersebut tadi malam
betul betul luar biasa menurut saya.sekali lagi terima kasih atas
informasinya pak...

Wassalam...

Satia 

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, December 26, 2005 10:30 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net
Subject: [iagi-net-l] Malam ini di discovery channel pk 9 (HKtime) 8
malam WIB -- Unstoppable Wave

Buat rekan2 yg memiliki Indovision/Cablevision.
Discovery channel asia.malam ini pk 9 (HK time) atau 8 malam WIB .

RDP
===
Unstoppable Wave

In an unprecedented effort to capture the impact of an underwater
earthquake and in an attempt to understand what really caused the
devastating 2004 Asian Tsunami, a crew of producers and
internationally-renowned scientists - including Canadians David Mosher,
the geophysicist in charge of seismic survey; and Kate Moran, lead
oceanographer and co-director of the expedition - sent cameras deep into
the abyss to analyze and photograph the evidence for the first time.
Their goal was to develop an accurate warning system for when and where
the next tsunami may hit. Among their significant
discoveries: new geological evidence suggests that it was the seafloor
uplift from the 9.1 magnitude Great Sumatra earthquake - and not a giant
underwater landslide as previously thought - that caused the devastating
2004 tsunami.

This special chronicles a voyage of remarkable scientific discovery, 260
kilometres off the coast of Banda Aceh, Indonesia, as 24 geologists,
geophysicists, oceanographers, biologists, computer modellers and
tsunami experts - with the aid of seismic survey equipment and remotely
operated underwater vehicles (ROVs) - the team collects the data
required to not only understand last year's tsunami, but to develop a
computer model that could be used to predict the size of future tsunamis
elsewhere in the world, and ultimately, help save thousands of lives.

Almost five kilometres below the ocean surface, one ROV reveals evidence
that the sea floor was pushed upwards during the earthquake.
The size of the uplift far exceeds anything scientists had predicted -
in some places the displacement measures over 12 metres. Scientists now
confirm that this uplift caused the deadly tsunami - 1,200 kilometres of
the fault line ruptured in just 500 seconds, causing a drastic uplift,
raising the ocean waters above, and triggering the deadly wave.

The expedition scientists have created a computer model capable of
calculating the height and speed of future tsunamis, a powerful tool
that will enable governments to improve natural coastal protection
systems, plan for levels of destruction and prepare evacuation measures.
Researchers have studied global fault lines and identified the south
coastline of Sumatra and the northwest United States as the next most
likely areas for a future tsunami strike. Sumatran authorities have
identified areas that will be above the wave height and now conduct
regular emergency evacuation exercises; authorities in Oregon and
Washington have implemented early warning systems, identified evacuation
routes and safe areas. It's a start, but the expedition's computer model
shows that these plans are hopelessly inadequate - a 9.1 Richter scale
earthquake would create a tsunami double the height for which the region
was prepared and would affect over 500,000 people in just 15 minutes.
--
--Writer need 10 steps faster than readeR --


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:

2005-09-20 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Mas Kartiko.

Sejauh ini, yang saya alami...data biostrat ini sifatnya hanya sebagai
penunjang sajaada sebuah cerita, mungkin ini bisa memberikan
gambaran kepentingan biostratt ini...

Dulu disini pernah terjadi, mereka dari seismik merasa ragu untuk
menarik garis sequence boundary dari rekaman seismik, rekaman seismik
tersebut untungnya melewati satu well yang kebetulan well tersebut data
biostratnya telah analisisdari data biostrat serta hasil discuss
dengan pakar sikuen dalam hal ini Pak Ukat, garis tersebut akhirnya
dapat ditarik berdasarkan bracket yang dihasilkan dari data
biostartBukan begitu Pak Ukat..


 Salam

Satia Graha

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 20, 2005 11:37 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l]
interpretasi lingkungan pengendapan:


Mas Graha
kalau dari uraian Mas , sepertinya hal itu yang mempengaruhi kenapa
biostrat kurang populer dalam sekuen stratigrapi (kalah dibandingkan
dengan seismic)...
biostrat hanya bisa memberikan lokal range , sementara kalau seismicnya
lumayan kita bisa tarik SB (U) dari seismic 

.Mungkin  ada kasus di mana konsep sekuen stratigraphi dari seismic
mempunyai limit yang bisa dibantu dengan biostrat..?
mungkin ada cerita tentang aplikasi biostrat di daerah terstruktur...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| |   Graha, Satia|
| |   (grhs)  |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   |
| ||
| |   20/09/2005 12:12 |
| |   PM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+
 
---
--|
  |
|
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id
|
  |   cc:
|
  |   Subject:  RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE:
[iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:  |
 
---
--|





Memang pendapat Bapak mengenaui local benar, yang saya alami, zonasi
blow dalam postuma tidak bisa 100% diterapkan disini.di Central
Sumatera Basin sendiri zona N6, lower boudary nya Ga ciperoensis,
sedangkan pada zonasi Blow..???  Hal ini menandakan adanya local range
tersebut...Korelasi SB sendiri tidak sepenuhnya ditentukan oleh data
biostratigrafi, biostratigrafer hanya memberikan kandidat posisi
(tentunya pada kedalaman tertentu), untuk kepastian SB - nya sendiri
biasanya ditentukan oleh para pakar seismik..

-






This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi
Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M.
Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan
Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi
Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id

RE: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Numpang sedikit saja sedikit...sebagai perkenalan saja, saya satia,
geounpad 94...kebetulan saat ini saya sedang menggeluti apa yang
dinamakan biostratigrafi, khususnya foraminifera bersama pakar
biostratigrafi yaitu Dr Darwin Kadar di Chevron, Pekanbaru

Memang betul sekali apa yang dikatakan oleh Pak Awang...sejalan dengan
penggunaan sekuen stratigrafi, aplikasi biostratigrafi memberikan suatu
kontribusi, terutama dalam memberikan bracket yang nantinya digunakan
untuk penentuan sequence boundary...misalnya Sequence boundary 17.5
biasanya dibatasi oleh Last Occurence Catapsydrax dissimilis dan First
occurence dari Keluarga Praeorbulina...sample yang dipakai biasanya dari
Side Wall Core, Core, atau cutting, hanya pada sample cutting memerlukan
suatu penanganan khusus karena sering terjadi caving yang bisa
menimbulkan miss interpretasi..mengenai cf..ini biasanya dipakai pada
suatu specimen yang memiliki kemiripan dengan suatu specimen
tertentu...misalnya, dalam sebuah sample kita menemukan globigerinoides,
setelah di deskripsi ternyata dia memiliki kemiripan dengan
Globigerinoides primordius tetapi specimen itu bukan Globigerinoides
primordius..karena ada beberapa kemiripan maka kita bisa menggolongkan
menjadi Globigerinoides cf primordius...

Memang ada beberapa fosil terutama foraminifera yang memiliki nama yang
berbeda, beberapa penulis mengatakan a, penulis lain b, misalnya
Heterolepa dengan Cibicides, dll..tetapi kalau klasifikasi tetap sama
tidak ada perbedaan...

Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA
saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang
dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai
metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari
Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir
masih bisa dipakai

Pak Awangsaya memiliki sedikit pertanyaan, begini pak Awang, kalau
tidak salah, Bapak mengemukakan mengenai Granitic Washed pada acara
Stratigraphic Sumatera Workshop di Duri tanggal 12 - 15 September...saya
masih bingung mengenai hal tersebut Pak, dan kalau tidak salah bapak
juga mengemukakan mengenai Granitic Calcareous, ini menambah kebingungan
saya lagi Pak...mohon pencerahannya pak..terima kasih..
 
Salam...
 
Satia Graha



-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
mailto:[EMAIL PROTECTED] ]
Sent: Monday, September 19, 2005 12:58 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat

Rastra,

Memang biostratigrafi jarang dibahas di milis, tetapi bukan berarti itu
tidak penting. Belum ada saja orang yang menanyakannya sebab diskusi di
milis lebih banyak dihidupkan oleh tanya-jawab.

1. Dalam dunia migas, memang fosil terutama dipakai untuk penentuan umur
dan lingkungan pengendapan. Beberapa perusahaan suka mengirimkan
biostratigrapher-nya ke sumur2 eksplorasi yang jauh dari sumur2 lain di
mana pengikatan lapisan2 batuan tak bisa dilakukan. Well-site
paleontologist ini bertugas menentukan di lapisan mana posisi TD (total
delpth) sumur saat itu. Itu dicek berdasarkan sekumpulan fosil dari
serbuk bor yang bisa menunjukkan umur mana. Tanpa itu, pekerjaan bisa
jadi buta, di mana posisi saat ini. Dengan berkembangnya sequence
stratigraphy, biostratigrapher malah makin menjadi penting sebab
lapisan2 yang dikorelasikan sebagai satu genetika itu harus dibuktikan
oleh umurnya yang harus sama. Menentukan lingkungan pengendapan pun
penting agar tahu kira2 fasies batupasir/karbonat apa yang mungkin bisa
berkembang sebagai reservoir.

Memang pekerjaan2 biostrat hampir selalu diberikan ke service company
saja, dan si perusahaan minyaknya tak punya biostratigrapher. Tetapi,
saya kenal beberapa biostratigrapher yang sangat berpengalaman yang
sedang ditugaskan untuk melakukan studi stratigrafi di perusahaan2
minyak. Hasil ini tentunya nanti akan berguna untuk
penentuan/pengembangan konsep eksplorasi perusahaan2 itu.

2. Rasanya tidak mungkin satu spesies fosil punya nama berbeda2 dari
beberapa penulis. Ada terjadi seperti itu tetapi jarang sekali. Ada pun
suka diberi keterangan di nama fosilnya dengan cf yang artinya
bandingkan Misalnya : Orbulina universa d'Orbigny cf. .. (nah ini
mungkin punya dua nama fosil, bandingkan dengan nama lainnya).

Untuk fosil bentonik yang khas Indonesia rasanya tak ada publikasi
khusus, kalau untuk umur ada, misalnya Klasifikasi Huruf Tersier foram
besar dari van der Vlerk dan Umbgrove (1927) atau Adams (1970). Kalau
untuk lingkungan bentonik, yang sampai sekarang banyak dipakai oleh
service companies di Indonesia adalah klasifikasi dari Hedgpeth (1957)
dan Ingle (1980).

Silakan input dari rekan netters lain.

salam,
awang

rastra wira dharma [EMAIL PROTECTED] wrote:
salam hormat...
sebelumnya ijinkan sy memperkenalkan diri,,nama sy rastra
geounpad00,sbenarnya sy sudah gabung di milis ini beberapa bln yang
lalu tp br skrg berkesempatan tuk nampang disini...sy 

RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan
markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung
dipakai,  kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan
dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik pada
tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan pengendapan,
karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan harus meliputi
beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi nya...Kalau
boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1 seperti saudara
Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada metode terbaru yang
cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang dengan metoda/teori
author yang lain agar tingkat error nya bisa di tekan...

Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal adanya
High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil dihitung
jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini memang
sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama dalam
penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa
ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa
kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern

Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada yang
salah

Wassalam..

Satia Graha

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat



Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA 
saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang 
dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai 
metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari 
Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir

masih bisa dipakai

Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal:
pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif
dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua
bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam
biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi
seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik
seperti: multivariance anallyses, ranking  scaling, unitary association
dll.  Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini bisa untuk
mengatasi masalah local  regional range zone dan bisa memberikan hasil
yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan integrasi dari berbagai
microfossil, selain itu error  (standard deviasi) dalam korelasi bisa
diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus sekali dalam membantu analisa
sikuen stratigrafi, sayang sampai sekarang di indonesia setahu saya
belum ada/ diterapkan dalam industri minyak.

Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera),
tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan
benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik
(spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high
latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah
dilihat secara keseluruhan meliputi: bagiamana diversitinya, kelimpahan
total dan masing masing kelopok ( calcareosus, miliolid, arenaceous,
larger foram), adalah dominasi species tertentu, kemudian baru dilihat
asosiasi/ kumpulan benthonik nya terdiri dari spesies apa saja baru kita
dapat mengetahu ekologi dimana sampel tersebut diendapkan. bila hanya
dilihat rasio bisa sangat menyesatkan, contoh bila kita mendapatkan 100%
plangtonik maka lingkungan pengendapana apa selalu bathyal ? 100% bisa
juga kita dapatkan di neritik, bila kondisi cekunganya adalah semi
terturup, dimana pada bagian bawah tidak ada cirkulasi dan menyebabkan
ketidak adaan oksigen dan dalam kondisi ini benthonik tidak akan
ditemukan.

Cara lain interpretasi lingkungan pengendapan adalah dengan metoda
modern analog technique.

salam
khoiril anwar 


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)

RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Maaf Pak...kebetulan yang saya tahu bukan stratabug pakkalau saya
tidak salah namanya IPS

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, September 19, 2005 3:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat

kuantitatif biostratigrafi berbeda dengan high resolution
biostratigraphy. 
Kuantitatif biostratigrafi datanya bisa kualitatif. kalo yang anda
maksud software dalam email anda adalah stratbug, maka bukan itu yang
saya maksudkan. software semacam stratabug ataupun geologic yang banyak
dipakai oleh service oil company (corelab, geoservice, lemigas dan
robertson) hanya bisa untuk menampilkan data tidak untuk memproses untuk
keperluan stratigrafi kuantitatif.

salam
khoiril anwar

At 03:14 PM 9/19/2005, you wrote:
Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan 
markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung 
dipakai,  kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan 
dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik 
pada tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan 
pengendapan, karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan 
harus meliputi beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi

nya...Kalau boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1 
seperti saudara Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada 
metode terbaru yang cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang 
dengan metoda/teori author yang lain agar tingkat error nya bisa di
tekan...

Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal 
adanya High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil 
dihitung jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini 
memang sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama 
dalam penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa 
ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa

kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern

Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada 
yang salah

Wassalam..

Satia Graha

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat


 
 Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA 
 saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang 
 dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai 
 metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio 
 dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi 
 saya pikir

 masih bisa dipakai

Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal:
pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif 
dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua 
bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam 
biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi 
seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik
seperti: multivariance anallyses, ranking  scaling, unitary 
association dll.  Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini

bisa untuk mengatasi masalah local  regional range zone dan bisa 
memberikan hasil yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan 
integrasi dari berbagai microfossil, selain itu error  (standard 
deviasi) dalam korelasi bisa diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus 
sekali dalam membantu analisa sikuen stratigrafi, sayang sampai 
sekarang di indonesia setahu saya belum ada/ diterapkan dalam industri
minyak.

Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera),

tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan 
benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik 
(spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high 
latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah 
dilihat secara keseluruhan meliputi: bagiamana diversitinya, kelimpahan

total dan masing masing kelopok ( calcareosus, miliolid, arenaceous, 
larger foram), adalah dominasi species tertentu, kemudian baru dilihat 
asosiasi/ kumpulan benthonik nya terdiri dari spesies apa saja baru 
kita dapat mengetahu ekologi dimana sampel tersebut diendapkan. bila 
hanya dilihat rasio bisa sangat menyesatkan, contoh bila kita 
mendapatkan 100% plangtonik maka lingkungan pengendapana apa selalu 
bathyal ? 100% bisa juga kita dapatkan di neritik, bila kondisi 
cekunganya adalah semi terturup, dimana pada bagian bawah tidak ada 
cirkulasi dan menyebabkan ketidak adaan oksigen dan dalam kondisi ini 
benthonik tidak akan ditemukan.

Cara lain interpretasi lingkungan pengendapan adalah dengan metoda 

RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Stratabug disini digunakan sebagai alas atau penunjang untuk menuju ke
HRB dengan menggunakan IPS...itu mungkin Pak kalau satia ga salah...

Wassalam...

Satia Graha 

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, September 19, 2005 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R
E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat


Cpi juga punya stratabug, pak Darwin dulu biasa memakainya.

us

-Original Message-
From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Monday, September 19, 2005 3:47 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R
E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat

Maaf Pak...kebetulan yang saya tahu bukan stratabug pakkalau saya
tidak salah namanya IPS

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Monday, September 19, 2005 3:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat

kuantitatif biostratigrafi berbeda dengan high resolution
biostratigraphy.

Kuantitatif biostratigrafi datanya bisa kualitatif. kalo yang anda
maksud software dalam email anda adalah stratbug, maka bukan itu yang
saya maksudkan. software semacam stratabug ataupun geologic yang banyak
dipakai oleh service oil company (corelab, geoservice, lemigas dan
robertson) hanya bisa untuk menampilkan data tidak untuk memproses untuk
keperluan stratigrafi kuantitatif.

salam
khoiril anwar

At 03:14 PM 9/19/2005, you wrote:
Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan

markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung

dipakai,  kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan

dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik

pada tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan

pengendapan, karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan

harus meliputi beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi

nya...Kalau boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1

seperti saudara Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada

metode terbaru yang cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang

dengan metoda/teori author yang lain agar tingkat error nya bisa di
tekan...

Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal

adanya High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil

dihitung jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini

memang sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama

dalam penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa

ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa

kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern

Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada

yang salah

Wassalam..

Satia Graha

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat


 
 Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA

 saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang

 dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai

 metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio

 dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi

 saya pikir

 masih bisa dipakai

Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal:
pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif

dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua

bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam

biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi

seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik
seperti: multivariance anallyses, ranking  scaling, unitary

association dll.  Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini

bisa untuk mengatasi masalah local  regional range zone dan bisa

memberikan hasil yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan

integrasi dari berbagai microfossil, selain itu error  (standard

deviasi) dalam korelasi bisa diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus

sekali dalam membantu analisa sikuen stratigrafi, sayang sampai

sekarang di indonesia setahu saya belum ada/ diterapkan dalam industri
minyak.

Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera),

tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan

benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik

(spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high

latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah

dilihat secara keseluruhan

RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Saya hanya bermaksud menambahkan sedikit 

Begini...pemakaian data biostrat, terutama pada saat sekarang yang
sering dipakai sejalan dengan sikuen stratigrafi, memang terbatas dan
sifatnya lokal. Sebagai contoh, ada beberapa specimen yang ditemukan di
jawa tapi tidak ditemukan di Sumatera, begitu juga sebaliknya, yang saya
tahu, chart zonation yang dikemukakan oleh penulis terdahulu pun belum
tentu bisa diterapkan di tempat lain...cekungan yang satu dengan
cekungan yang lain memiliki biozonasi yang berlainan..

Biozonasi N (Blow) dan NN (Martini), merupakan biozonasi yang saling
melengkapi...Pak Ukat yang merupakan pakar dalam sikuen stratigrafi
sangat paham dengan apa yang dinamakan dengan Sequence
Boundary...peranan Biostratrigrafer dalam penentuan sequnce boundary
sangat diperlukanmisalnya saja, Pak Ukat memerlukan data mengenai
posisi SB 22.Dengan Data biostrat kita bisa memberikan kandidiat
posisi kedalaman SB 22 tersebut dengan meneliti kandungan
mikrofosilSecara umum SB 22 dibatasi oleh Gs primordius dan Gl
kugleriSekarang yang menjadi masalah bagaimana apabila data
foraminifera tidak lengkap...atau kurang bagus.ini bisa di bantu
dengan Nanno dimana SB 22 ini umumnya ada di bawah last occurrence dari
Cycliargolithus abisectus atau pada NN2 atau pada N5..jadi begitu,
menurut saya biozonasi N dan NN saling melengkapi dan sangat membantu...

Mungkin itu saja sekelumit yang saya ketahui...

Wassalam..

Satia Graha

-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 20, 2005 9:06 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l]
interpretasi lingkungan pengendapan:

At 07:08 AM 9/20/2005, you wrote:

Menarik diskusinya

Saya hendak menanyakan

1. Mungkin ada contoh real seberapa besar data biostrat ini membantu 
dalam interpretasi sekuen (paper...?)

Roger et al (banyak penulisnya), 2001, quantitative biostratigraphy of
the taranaki basin, new zealand: adeterministic and probabilistic
approach, AAPG Bulletin, v. 85, no. 8 (August 2001), pp. 1469-1498

masih banyak paper lain,  texbook dan info lainya dapat dilihat di slide
bahan kuliah yang dapat diakses disini:
http://www.gc.itb.ac.id/~anwar/course_material.htm  passwornya:
kuantitatif



2. Seberapa Hires correlation yang bisa dilakukan ..? apakah bisa
membantu
dalam menentukan MF,U, struktur dsb...?

Resolusi semakin tinggi karena markernya makin banyak, sehingga time 
horisonnya menjadi semakin banyak dan marker tidak akan saling silang 
karena sudah di optimumkan. seberapa tinggi resolusinya tergantung
datanya 
bagaimana, kalau datanya bagus framework waktunya juga semakin detail, 
sehingga korelasi SB dan surface lainya menjadi semakin mudah dan dengan

adanya estimasi kesalahan maka kita bisa lebih yakin kira-kira dimana
unsur 
unsur harus ditempatkan/dikorelasikan



3. Apa bedanya klasifikasi BIOSTRAT (N5, N6 dsb ) dengan klasifikasi
Nanno
Fosil (NN5,NN6 dsb ) , dan yang mana yang memiliki tingkat kepercayaan
lebih tinggi...?

biozonasi N dan NN didasarkan atas mikrofosil yang berbeda yaitu 
foraminifera dan nannofosil, kedua biozonasi tersebut untuk tiap stage 
mempunyai resolusi yang berbeda, kadang foram lebih detil dari nanno dan

sebaliknya. kombinasi dari kedua biozonasi tersebut akan memberikan umur

yang lebih detil.  Sedangkan tingkat kepercayaanya  sama saja,
tergantung 
klasifikasi markernya seperti apa, kalo marker yang di pakai mengandung
cf. 
atau ? ya tentunya tingkat kepercayaan batas yang didasarkan marker 
tersebut kurang.



4. Kenapa kok metoda biostrat ini kurang populer  di industri migas ?
(mahal, lama, kurang info...?)

Stratigrafi kuantitatif ini memang relatif baru dan banyak di 
kembangkanoleh kalangan akademisi, ini mungkin yang menyebabkan kurang 
dikenal di industri tidak seperti seismik stratigrafi atau sikuen 
stratigrafi. Sebenarnya untuk analisa ini datanya bisa dari sumur sumur 
yang sudah ada dalam suatu area (satu basin) yang sudah dianalisa 
biostratigrafinya. jadi sebenarnya tidak mahal dan waktu yang dibutuhkan

kalo datanya sudah ada juga relatif cepat. tidak dikenal dikalangan 
industri mungkin kurang sosialisai, yang jelas setahu saya belum ada 
perusahaan minyak di indonesia yang menerapkan ini.

salam
khoiril anwar 


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan 

RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:

2005-09-19 Terurut Topik Graha, Satia (grhs)
Saya tambahkan sedikit saja pak..

Selama yang saya alami pak, alhamdulillah selama itu masih dalam satu
basin atau cekungan yang sama, biozonasinya masih relatif sama, kalau
beda cekungan sudah barng tentu beda..pengalaman saya selama di sini
(Central Sumatera Basin) yang memiliki puluhan bahkan ratusan well,
memiliki frame work biozonasi yang relatif sama, berbeda dengan yang
saya liat di jawacekungan di jawa memiliki perbedaan biozonasi
dengan di Sumatera dan ini saya liat sendiri...jadi menurut pandangan
saya, meskipun itu berbeda well tapi jika dia dalam satu cekungan yang
sama ya relatif sama..berbeda halnya jika kita meneliti hal tersebut
dimana well yang satu kita ambil di Sumatera, well yang satu di Gulf
Mexico..pasti beda 

Memang pendapat Bapak mengenaui local benar, yang saya alami, zonasi
blow dalam postuma tidak bisa 100% diterapkan disini.di Central
Sumatera Basin sendiri zona N6, lower boudary nya Ga ciperoensis,
sedangkan pada zonasi Blow..???  Hal ini menandakan adanya local range
tersebut...Korelasi SB sendiri tidak sepenuhnya ditentukan oleh data
biostratigrafi, biostratigrafer hanya memberikan kandidat posisi
(tentunya pada kedalaman tertentu), untuk kepastian SB - nya sendiri
biasanya ditentukan oleh para pakar seismik..

Mungkini hanya itu saja yang saya ketahui...kurang dan lebih silahkan
ditambahkan atau bahkan dikoreksi kalau kalau ada yang salah dari
saya...

Wassalam..

Satia Graha



-Original Message-
From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, September 20, 2005 11:00 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l]
interpretasi lingkungan pengendapan:



Biozonasi N (Blow) dan NN (Martini), merupakan biozonasi yang saling 
melengkapi...Pak Ukat yang merupakan pakar dalam sikuen stratigrafi 
sangat paham dengan apa yang dinamakan dengan Sequence 
Boundary...peranan Biostratrigrafer dalam penentuan sequnce boundary 
sangat diperlukanmisalnya saja, Pak Ukat memerlukan data mengenai 
posisi SB 22.Dengan Data biostrat kita bisa memberikan kandidiat 
posisi kedalaman SB 22 tersebut dengan meneliti kandungan 
mikrofosilSecara umum SB 22 dibatasi oleh Gs primordius dan Gl 
kugleriSekarang yang menjadi masalah bagaimana apabila data 
foraminifera tidak lengkap...atau kurang bagus.ini bisa di bantu 
dengan Nanno dimana SB 22 ini umumnya ada di bawah last occurrence dari

Cycliargolithus abisectus atau pada NN2 atau pada N5..jadi begitu, 
menurut saya biozonasi N dan NN saling melengkapi dan sangat
membantu...

Problem kalo kita memakai cara konventional seperti ini (diatas) adalah
bisa saja disumur A sb22 dibatasi misal oleh FAD (first appearence
datum) gs primordius dibagian bawah dan LAD gr. kugleri dibagian atas,
tetapi bisa jadi disumur lain diketemukan FAD gs primordius ada di atas
FAD gs primordius ( ini kasus riil yang biasa di jumpai dalam korelasi).
hal ini bisa terjadi karena masalah local dan regioanal range zone,
reworking, caving, contamination, salah identifikasi dll. nah ..
bagaimana kita akan melakukan korelasi SB . dengan metoda
kuantitatif biostratigrafi kita bisa mengatasi masalah ini mau datanya
foram ataupun nanno ataupun keduanya. 


-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-