RE: [iagi-net-l] FOSIL APAKAH GERANGAN ?????
Yth Mang Okimkalau tidak lihat, sepertinya itu fosil dari Phyllum Molluska, kelas pelecypoda (bivalve)..kalau untuk sampai ke genus apalagi species, terlalu sulit untuk interpretasi via foto..(tapi umumnya, kelas gastropoda ini mencerminkan daerah soft beach, karena biasanya golongan ini mempunyai habit menggali, berbeda dengan golongan Gastropoda yang mencerminkan hard beach.) Pak Fauzie di P3G (sekarang PSG) sangat berkompeten di bidang ini Salam Satia From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, May 19, 2008 8:12 AM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] FOSIL APAKAH GERANGAN ? Rekan-rekan Ahli Paleontologi yang budiman, Wilayah Tasikmalaya Selatan ternyata masih banyak menyimpan kejutan di bidang geologi ( buat mang Okim lho ! ). Tidak berapa lama setelah mang Okim menerima beragam contoh batumulia dan mineral dari wilayah ini ( lihat email mang Okim 24 April 2008 : Mineral Coklat Kemerahan Yang Mengecoh ), mang Okim menerima lagi contoh fosil moluska yang tak kalah mempesona dibandingkan dengan batumulia. Fosil-fosil tersebut ditemukan di perbatasan Tasikmalaya - Ciamis , kemungkinan besar dalam Formasi Cijulang berumur Pliosen ( 2-5 juta tahunan ). Ukurannya bermacam-macam, dari 15 cm ( lebih dari sekilo ) sampai beberapa puluh cm ( lebih dari 5 kilo ) . Seperti yang terlihat di gambar , secara umum tampang fosilini 2 macam, ada yang mirip kerang , dan ada yang bentuknya memanjang mengandung saluran. Jejak kulit mutiara masih tampak di beberapa bagian. Fosil ini tadinya kurang indah karena tertutup oleh lapisan kapur berwarna putih. Namun setelah diceburin ke dalam larutan HCl - - - - - wooww - - - - - alah maaak - - - - -, kok jadi indah menawan ya . Warnanya cream seolah daging kerang yang siap disantap , dan bentuknya beragam . . . . . benar-benar formidable ! Ketika pertama kali mang Okim menerima informasi tentang fosil ini ( lewat sms ), hati mang Okim berdebar-debar karena disebutkan akan ada pengiriman contoh batu tulang . Mang Okim mengira bahwa batu tulang tersebut adalah bagian dari fosil tulang yang memang terkandung dalam Formasi Cijulang . Ketika contohnya tiba, beberapa fosil yang bentuknya memanjang memang mirip dengan tulang tangan manusia. Selain dari itu, di setiap contoh fosil selalu ada bagian yang menyerupai perlapisan silang-siur ( daging kerang terawetkan ? ). Rekan-rekan Ahli Paleontologi yang budiman, Kali ini mang Okim betul-betul pusing tujuh keliling karena saking sulitnya mendapatkan referensi tentang fosil ini. Seingat mang Okim, selama praktikum paleontologi di ITB sekitar 45 tahunan yang lalu, fosil sejenis ini tidak pernah diajarin. Di koleksi Museum Geologi Bandung pun rasanya belum pernah mang Okim lihat. Inilah saatnya mang Okim menanyakan ke Ahli Paleontologi, siapa tahu ada yang dapat menebak tentang jenis fosil yang sekarang alhamdulilah telah memperkaya koleksi mang Okim. Jumlahnya cukup lumayan, beberapa fosil akan mang Okim coba ukir untuk dijadikan souvenir seperti gading ukir ( pasti lebih atraktif karena umurnya yang 2 - 5 juta tahun ). Nah, sambil menunggu komentar rekan-rekan khususnya Ahli Paleontologi, mang Okim menyampaikan terima kasih atas perhatian nya. Foto lebih detail insyaallah dapat mang Okim kirim kalau diperlukan ( lewat japri ). Salam batumulia dan salam eksplorasi ! Mang Okim Keterangan gambar : Fosil sebelah kiri ( panjang 24 cm , berat 2,4 kg ) memperlihatkan bekas saluran dan perlapisan silang-siur. Fosil sebelah kanan ( panjang 25 cm, berat 2,2 kg ) menyerupai kerang besar dengan kulit mutiara yang masih terlihat jelas ( panjang ball-pen Cross 14 cm ). DSC05550.jpg-RESIZED APRIL 24.jpg
RE: [iagi-net-l] test
Test lagi.. -Original Message- From: IPA [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 28, 2006 12:11 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] test test - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Hari Kartini
Selamat hari kartini.jadi tergelitik juga, sekedar uneg uneg saja..apakah ada yang tahu, mana yang terlebih dahulu muncul dalam sejarah bangsa kita, Trias van deventer (trias politika yang dikemukakan oleh douwes dekker dkk) atau era Kartini..??? Wassalam.. Satia -Original Message- From: Dr. Premonowati [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 21, 2006 6:32 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini Selamat Hari Kartini. Maka, kebodohan adalah dorongan yang kuat menuju kepintaran. Sadar dulu bahwa kita bodoh adalah langkah awal kepada pembelajaran. - Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] Hari Kartini
Terima kasih atas pencerahannya Pak Rovicky -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 21, 2006 10:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini Conrad Theodore Van Deventer (1857-1915) dari wikipedia terbaca bahwa mereka pernah bertemu.Bahkan Van Deventer sangat kagum dengan kartini, --- quote - Ketika pada tahuan 1911 surat-surat Kartini diterbitkan, Van Deventer terkesan sekali, sehingga tergerak untuk menulis sebuah resensi yang panjang-lebar, sekadar untuk menyebarluaskan cita-cita Kartini, yang cocok dengan cita-cita Deventer sendiri : mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, memperjuangkan emansipasi mereka. Secara pribadi, Van Deventer pernah bertemu dengan Kartini, waktu puteri Bupati Jepara itu berumur 12 tahun, tapi komunikasi tidak berlanjut. Waktu Kartini mulai menulis surat-suratnya kepada teman-teman puteri di Negeri Belanda, keluarga Van Deventer sudah meninggalkan Indonesia. Baru lewat surat-surat terbitan Abendanon, keluarga Deventer menaruh minat terhadap cita-cita Kartini. Sejak itulah, Nyonya Van Deventer tampil ke muka. Tahun 1913 ia mendirikan Yayasan Kartini, yang dimaksudkan untuk membuka sekolah-sekolah bagi puteri-puteri pribumi sesudah van Deventer meninggal (1915), Nyonya Deventer sendirilah yang mengurus segala-galanya dengan tak kenal lelah. Ribuan murid puteri pun memasuki Sekolah Kartini yang bernaung dibawah Yayasan Kartini. Waktu Belanda diduduki Jerman (1942), Nyonya Deventer meninggal dalam usia 85 tahun. Ia mewariskan sejumlah besar dana yang harus dimanfaatkan untuk memajukan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan. Selanjutnya dana tersebut dikelola oleh Van Deventer-Maasstichting. = On 4/21/06, Graha, Satia (grhs) [EMAIL PROTECTED] wrote: Selamat hari kartini.jadi tergelitik juga, sekedar uneg uneg saja..apakah ada yang tahu, mana yang terlebih dahulu muncul dalam sejarah bangsa kita, Trias van deventer (trias politika yang dikemukakan oleh douwes dekker dkk) atau era Kartini..??? Wassalam.. Satia -Original Message- From: Dr. Premonowati [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 21, 2006 6:32 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Hari Kartini Selamat Hari Kartini. Maka, kebodohan adalah dorongan yang kuat menuju kepintaran. Sadar dulu bahwa kita bodoh adalah langkah awal kepada pembelajaran. - Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - -- First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win. Mahatma Gandhi. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian
Hehehehbenar benar aneh, apa yang dikatakan Pak Kartiko memang benar Pakseakan akan bangsa ini kehilangan jati diri..saya jadi teringat dengan sebuah lirik yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, mungkinbisa sedikit menjadi bahan renungan Jangan bicara, soal nasionalisme Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri Atau tentang kita yang buta bisul tumbuh subur Diujung hidung yang memang tak mancung Jangan perdebatkan soal keadilan Sebab keadilan bukan diperdebatkan Jangan cerita soal kemakmuran Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan Polan Lihat disana Si Urip meratap di teras marmer direktur murtad Lihat disana...Si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih Lihat disana..parade penganggur yang tampak murung di tepi kubur Lihat disana...Antrian pencuri yang timbul sebab nasinya di curi (Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan..) Salam Satia -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:30 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian Abah kalau saya lihat orang indonesia itu kayak enggak punya kepribadianbingung sebagai orang indonesia itu harusnya gimana... kita lihat saja isu yang rame saat iniexxonmobil dan ruu app. kalau kita menghadapi orang barat..kita manggut - manggut...nurut - nurut , pokoknya orang bule paling pinter...kita enggak mampu kayak mereka (exxonmobil) kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya arab lebih bagus, lebih sopan , lebih berbudaya dari kita , jadi budaya arab harus diterapkan di sini (ruuapp) Bayangin aja masalah pakaian dan nama mungkin sudah sedikit dari kita yang memberi nama anak - anak kita dengan nama - nama jawa, nama batak, nama sunda dsb... lebih keren kalau pakai nama barat atau nama arabpadahal banyak nama - nama jawa (maaf karena kebetulan karena saya orang jawa )yang artinya juga bagus - bagus, dan saya yakin banyak juga nama - nama dari suku lain yang bagus - bagus Pakaian...kita lihat saja berapa banyak pria dan wanita indonesia yang bangga pakai batik dan kebaya dibandingkan dengan yang pakai jeans atau model - model baju arab.. berapa banyak pria yang bangga pakai peci dibandingkan dengan topi koboi atau sorban lha kita ini sebenarnya bangsa apa sihorang barat kagak, orang arab juga kagak tapi malah berusaha sok kebarat-baratan dan sok kearab-araban. kita kok enggak sadar bahwa kita ini Bangsa Indonesia yang punya ciri sendiri, punya kepribadian sendiri seperti yang sudah dicanangkan sama Bung Karno dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika nya Menurut saya Indonesia enggak akan pernah bisa maju kalau tetap kehilangan kepribadian seperti ini. Regards Kartiko-Samodro PS: maaf unek - unek pagi hari , enggak perlu ditanggapi... [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id 14/03/2006 09:12 cc: AM Subject: [Fwd: [iagi-net-l] Gethermal Bedugul dan sistem airtanah] Please respond to iagi-net PS : Orang Bali benar-benar `eco-friendly`, bangunannya-pun tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa tertinggi. Rekans Tanpa mengecilkan keeco-friendly tersebut diatas , saya tahu persis bahwa BUNG KARNO - lah yang menentukan bahwa Hotel (kala itu 1962-an , pembangunan Bali Beach ) tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa. Disini terbukti lagi kemampuan sang Proklamator dalam melihat kedepan. Kapan ya kita akan memiliki peimpin dengan kapasitas seperti Beliau ? Rindu - Aku - Rindu Si- Abah. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or
RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian
Benar sekali pak, semalam sempat juga terfikir dan merenungi kata kata dari pak Ariadi Subandrio: mari bersama-sama kita minta maaf kepada nenek moyang dan anak cucu negeri ini, karena adalah generasi kita yang kelak akan menjadi bahan tertawaan mereka.. Saya merasa miris sekali..ngeri.. Hutang, kerusakan lingkungan, korupsi..dll...apakah benar republik ini sedang mengarah ke Republik BBM Semoga saja tidak -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:48 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian *** Your mail has been scanned by InterScan. ***-*** Kita sudah kebanyak utang, kepercayaan diri panutan juga ngilang. US -Original Message- From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:38 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian *** Your mail has been scanned by InterScan. ***-*** Hehehehbenar benar aneh, apa yang dikatakan Pak Kartiko memang benar Pakseakan akan bangsa ini kehilangan jati diri..saya jadi teringat dengan sebuah lirik yang dinyanyikan oleh Iwan Fals, mungkinbisa sedikit menjadi bahan renungan Jangan bicara, soal nasionalisme Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri Atau tentang kita yang buta bisul tumbuh subur Diujung hidung yang memang tak mancung Jangan perdebatkan soal keadilan Sebab keadilan bukan diperdebatkan Jangan cerita soal kemakmuran Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan Polan Lihat disana Si Urip meratap di teras marmer direktur murtad Lihat disana...Si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih Lihat disana..parade penganggur yang tampak murung di tepi kubur Lihat disana...Antrian pencuri yang timbul sebab nasinya di curi (Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan..) Salam Satia -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 15, 2006 7:30 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] bangsa indonesia sudah hilang kepribadian Abah kalau saya lihat orang indonesia itu kayak enggak punya kepribadianbingung sebagai orang indonesia itu harusnya gimana... kita lihat saja isu yang rame saat iniexxonmobil dan ruu app. kalau kita menghadapi orang barat..kita manggut - manggut...nurut - nurut , pokoknya orang bule paling pinter...kita enggak mampu kayak mereka (exxonmobil) kalau ngomong masalah moral kita bilang budaya arab lebih bagus, lebih sopan , lebih berbudaya dari kita , jadi budaya arab harus diterapkan di sini (ruuapp) Bayangin aja masalah pakaian dan nama mungkin sudah sedikit dari kita yang memberi nama anak - anak kita dengan nama - nama jawa, nama batak, nama sunda dsb... lebih keren kalau pakai nama barat atau nama arabpadahal banyak nama - nama jawa (maaf karena kebetulan karena saya orang jawa )yang artinya juga bagus - bagus, dan saya yakin banyak juga nama - nama dari suku lain yang bagus - bagus Pakaian...kita lihat saja berapa banyak pria dan wanita indonesia yang bangga pakai batik dan kebaya dibandingkan dengan yang pakai jeans atau model - model baju arab.. berapa banyak pria yang bangga pakai peci dibandingkan dengan topi koboi atau sorban lha kita ini sebenarnya bangsa apa sihorang barat kagak, orang arab juga kagak tapi malah berusaha sok kebarat-baratan dan sok kearab-araban. kita kok enggak sadar bahwa kita ini Bangsa Indonesia yang punya ciri sendiri, punya kepribadian sendiri seperti yang sudah dicanangkan sama Bung Karno dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika nya Menurut saya Indonesia enggak akan pernah bisa maju kalau tetap kehilangan kepribadian seperti ini. Regards Kartiko-Samodro PS: maaf unek - unek pagi hari , enggak perlu ditanggapi... [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id 14/03/2006 09:12 cc: AM Subject: [Fwd: [iagi-net-l] Gethermal Bedugul dan sistem airtanah] Please respond to iagi-net PS : Orang Bali benar-benar `eco-friendly`, bangunannya-pun tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa tertinggi. Rekans Tanpa mengecilkan keeco-friendly tersebut diatas , saya tahu persis bahwa BUNG KARNO - lah yang menentukan bahwa Hotel (kala itu 1962-an , pembangunan Bali Beach ) tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa. Disini terbukti lagi kemampuan sang Proklamator dalam melihat kedepan. Kapan ya kita akan memiliki peimpin dengan kapasitas seperti Beliau ? Rindu - Aku - Rindu Si- Abah. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send
RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Betul Pak, hanya saja, karena range umurnya rata rata panjang, jadi setahu saya emang agak susah penentuannya. Untuk Zonasi Palynomorph ini kalau tidak salah untuk kawasan Asia tenggara sudah ada yang menyusun, kalau tidak salah Rob J Morley dari Palynovauntuk penentuan lingkungan pengendapan, dikenal dengan istilah Mangrove, backmangrove, riparian, dll. -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 3:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll. Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih untuk membantu dalam penentuan batas sequence...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Graha, Satia (grhs) To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED]cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta 07/02/2006 08:41 AM Please respond to iagi-net Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini yang mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid, misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST... Salam -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores atau SWC, kalau bisa jangan dari cutting. Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin banyak fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial. us -Original Message- From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Mas Samudro, Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat bantu dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine) yang ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan sedimentasi juga sangat mempengaruhi pemfosilan. Dengan adanya kecepatan sedimentasi yang tinggi maka kerapatan dan diversitas fossils sangat rendah. Disamping itu, dari hasil penelitian terhadap foraminifera modern di delta Mahakam menunjukkan bahwa, secara umum, diversitas dan kerapatan foraminifera per 100mg perconto cukup kecil (mohon maaf saya lupa data akuratnya, tapi Total Indonesie punya data sangat lengkap soal studi foram dan pollen di delta Mahakam). Oleh sebab itu penggunaan Pollen sebagai alat bantu dalam interpretasi biostrat saat ini menjadi alternatif utama, disamping penggunaan faunal assemblages yang khas untuk lingkungan pengendapan ini. Yang mungkin saat ini bisa dicoba adalah penggunaan ostracoda sebagai alat bantu. Selain itu, boleh juga dicoba untuk menggunakan metode graphic correlation. Wallahu a'lam regards, rias On 2/6/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi (khususnya dalam industri perminyakan) bisa berhubungan dengan : 1. konklusi yang dibangun dari pengamatan yang tidak lengkap, 2. fosil yang berasal dari lingkungan lain (reworked), 3. assemblage fosil yang ditemui tidak lengkap atau bukan kumpulan khas dari suatu lingkungan, dan 4. determinasi fosil yang tidak tepat/tidak lengkap. Saya pikir, ini bukan kendala di lingkungan delta-paparan (shelf) saja, tetapi semua lingkungan pengendapan. Penentuan metode biostratigrafi apakah dengan planktonic foram, benthonic foram, foram besar, calcareous nannofossils, palinologi, dinoflagelata, radiolaria, atau diatom juga akan mempengaruhi kesuksesan biostratigrafi. Misalnya, kita kirim sampel2 yang berasal dari lingkungan deltaic plain dan kita mintakan untuk dianalisis menggunakan foram planktonik, tentu ini bukan metode yang
RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Kalau untuk penelitian biostratigraphy rasanya belum pernah ada yang sampai sejauh itu, untuk menentukan bahwa satu organisme mauk kategori Backmangrove misalnya, tidak sampai ke DNA. -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:15 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Rsanya saya baru dengar, apa itu DNA? Satia udah pernah ngerjakan, sepertinya belum yah? US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 4:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi: salam widya [EMAIL PROTECTED] wrote: Hi, you are on line.. kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri. Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti) Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll. Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih untuk membantu dalam penentuan batas sequence...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Graha, Satia (grhs) To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED]cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta 07/02/2006 08:41 AM Please respond to iagi-net Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini yang mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid, misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST... Salam -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores atau SWC, kalau bisa jangan dari cutting. Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin banyak fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial. us -Original Message- From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Mas Samudro, Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat bantu dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine) yang ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan sedimentasi juga sangat mempengaruhi pemfosilan. Dengan adanya kecepatan sedimentasi yang tinggi maka kerapatan dan diversitas fossils sangat rendah. Disamping itu, dari hasil penelitian terhadap foraminifera modern di delta Mahakam menunjukkan bahwa, secara umum, diversitas dan kerapatan foraminifera per 100mg perconto cukup kecil (mohon maaf saya lupa data akuratnya, tapi Total Indonesie punya data sangat lengkap soal studi foram dan pollen di delta Mahakam). Oleh sebab itu penggunaan Pollen sebagai alat bantu dalam interpretasi biostrat saat ini menjadi alternatif utama, disamping penggunaan faunal assemblages yang khas untuk lingkungan pengendapan ini. Yang mungkin saat ini bisa dicoba adalah penggunaan ostracoda sebagai alat bantu. Selain itu, boleh juga dicoba untuk menggunakan metode graphic correlation. Wallahu a'lam regards, rias On 2/6/06, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kendala2 yang menyebabkan in-akurasi penafsiran biostratigrafi
RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Betul Pak Kartiko, pollen memang berasal dari tanaman...setahu saya, jarang kalau untuk pollen, mungkin untuk penelitian tersebut harus bersamaan dengan penelitian yang lain, misalnya dalam satu sumur tertentu, diteliti biostratigrafinya dengan menggunakan foram, calc Nanno, serta pollen tersebut, sehingga nantinya zonasi yang muncul dapat diketahui, misalnya zona N4 foram sama dengan Zona Cacl Nanno NN berapa..dan Zona untuk Pollen nya apa lengkap dengan organisme penunjuknya... Kalau saya sendiri berasumsi pollen ini sangat cocok sekali untuk paleoclimate dan paleoenviromental...asumsi saya begini pak, misalnya dalam satu daerah kita tarik contoh, organisme dari riparian banyak, kemudia menjadi Mangrove...dan seterusnya...nah, pada saat organisme riparian banyak (acme), bisa kita tarik kesimpulan pada saat itu daerah ini lingkungannya relatif darat (fluvial influence), berarti dalam hal ini sedang susut laut, berubah ke Mangrove berarti air laut mengalami kenaikan (deepening).berarti terjadi perubahan lingkungan dari fluvial influence ke tidal influence...mungkin hanya itu saja pak, mungkin ada yang mau menambahkan... Salam Satia -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:20 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau pollen itu kan sebenarnya dari tanaman ... apakah memang ada tanaman khas (mis:mangrove) yang memiliki ciri tertentu yang bisa sebagai indikasi umur? mis :mangrove miocene akan berbeda dengan mangrove pliocene. Dan apakah pollen lebih cocok untuk paleoclimate dan paleoenvironmental daripada untuk deteksi umur ya...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 [EMAIL PROTECTED] .ac.id To: iagi-net@iagi.or.id cc: [EMAIL PROTECTED] 07/02/2006 05:37 Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta PM Please respond to iagi-net ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi: salam widya [EMAIL PROTECTED] wrote: Hi, you are on line.. kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri. Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti) Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll. Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih untuk membantu dalam penentuan batas sequence...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Graha, Satia (grhs) To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED]cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta 07/02/2006 08:41 AM Please respond to iagi-net Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini yang mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid, misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST... Salam -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores atau SWC, kalau bisa jangan dari cutting. Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin banyak fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial. us -Original Message- From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL
RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta
Bapak Iyan Yth... Untuk reworked pollen, saya sendiri masih memiliki beberapa ganjalan...asumsi saya, pollen ini sangat kecil bahkan lebih kecil dari foraminifera, agent sediment sudah barang tentu sangat mempengaruhinya hingga bisa membawanya mungkin sampai ratusan kilometer. Ini yang masih jadi pertanyaan juga bagi saya. Mungkin ada yang bisa memberikan pencerahan... -Original Message- From: Yan Indryanto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 08, 2006 8:02 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Pak Satia yth, Bagaimana dengan pollen yang reworked, apakah bisa dibedakan internal structure-nya dengan pollen yang insitu ? Dan rata2 seberapa jauh sih penyebaran polen secara lateral dari source-nya ? Salam, YI -Original Message- From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:40 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau untuk penelitian biostratigraphy rasanya belum pernah ada yang sampai sejauh itu, untuk menentukan bahwa satu organisme mauk kategori Backmangrove misalnya, tidak sampai ke DNA. -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 08, 2006 7:15 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Rsanya saya baru dengar, apa itu DNA? Satia udah pernah ngerjakan, sepertinya belum yah? US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 4:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta ini ada pendapat dari teman yang bekerja banyak di dna . barangkali memang perlu biomoleculair untuk bidang geologi: salam widya [EMAIL PROTECTED] wrote: Hi, you are on line.. kalau pun polen dipakai, saya sih cenderung untuk pake sequence DNA dari polen itu untuk mengetahui asal polennya secara pasti, dibandingkan dengan mengetahui umur polen using peluruhan, tapi itu kan terserah dari yang meneliti, karena masing-masing punya argumentasi sendiri-sendiri. Kalau saya ngomong dari sejarah DNA itu karena bidang saya DNA (pakai pollen atau foram, based on DNA sequence malah bikin tambah pasti) Sebetulnya sama seperti fomam, nanno, dll. Pollen bisa dipakai untuk umur, batas sequence, lingkungan pengendapan, dll. Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 2:43 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Apakah Pollen ini bisa digunakan untuk menentukan umur atau lebih untuk membantu dalam penentuan batas sequence...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 Graha, Satia (grhs) To: iagi-net@iagi.or.id [EMAIL PROTECTED]cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta 07/02/2006 08:41 AM Please respond to iagi-net Betul sekali Pak Ukat..kalau melihat dari namanya saja, Delta Mahakam, di daerah Delta pengaruh laut tidak terlalu besar, dan ini yang mungkin menyebabkan marine organism tidak berkembang, foram yang berkembang disana umumnya foram yang berasosiasi dengan laut dangkal yang umumnya arenaceous foraminifera serta beberapa golongan rotaloid, misalnya trochammina group, ammobacculites, ammonia, dll. Seperti yang Pak Ukat utarakan, pollen sangat membantu, dari kelimpahan setiap specimen tertentu, misalnya dari kelimpahan specimen mangrove atau backmangrove bisa mengindikasikan MFS, TST, atau LST... Salam -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, February 07, 2006 7:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Kalau kita tahu itu shelf sediment, sebenarnya tidak masalah untuk ngambil sample untuk analisa foram. Cuman ambil samples dari cores atau SWC, kalau bisa jangan dari cutting. Untuk deltaic, yang kita harus bantu sama pollen, karena mungkin banyak fluvial atau sediment yang berdekatan dengan fluvial. us -Original Message- From: raden abdoerrias [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 06, 2006 8:34 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Biostratigraphi di shelf atau delta Mas Samudro, Untuk cekungan Kutai terutama pada umur Miosen Atas penggunaan biostratigrafi khususnya foraminifera dan calc. nanno sebagai alat bantu dalam penafsiran biostratigrafi memang sangat terbatas. Selain memang pada umur tersebut tidak banyak fossil index (dari kelompok marine) yang ditemukan oleh ahli paleontologi, maka faktor kecepatan
RE: [iagi-net-l] Malam ini di discovery channel pk 9 (HKtime) 8 malam WIB -- Unstoppable Wave
Pak RDP, terima kasih atas informasinyaacara tersebut tadi malam betul betul luar biasa menurut saya.sekali lagi terima kasih atas informasinya pak... Wassalam... Satia -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, December 26, 2005 10:30 AM To: iagi-net@iagi.or.id; HAGI-Net Subject: [iagi-net-l] Malam ini di discovery channel pk 9 (HKtime) 8 malam WIB -- Unstoppable Wave Buat rekan2 yg memiliki Indovision/Cablevision. Discovery channel asia.malam ini pk 9 (HK time) atau 8 malam WIB . RDP === Unstoppable Wave In an unprecedented effort to capture the impact of an underwater earthquake and in an attempt to understand what really caused the devastating 2004 Asian Tsunami, a crew of producers and internationally-renowned scientists - including Canadians David Mosher, the geophysicist in charge of seismic survey; and Kate Moran, lead oceanographer and co-director of the expedition - sent cameras deep into the abyss to analyze and photograph the evidence for the first time. Their goal was to develop an accurate warning system for when and where the next tsunami may hit. Among their significant discoveries: new geological evidence suggests that it was the seafloor uplift from the 9.1 magnitude Great Sumatra earthquake - and not a giant underwater landslide as previously thought - that caused the devastating 2004 tsunami. This special chronicles a voyage of remarkable scientific discovery, 260 kilometres off the coast of Banda Aceh, Indonesia, as 24 geologists, geophysicists, oceanographers, biologists, computer modellers and tsunami experts - with the aid of seismic survey equipment and remotely operated underwater vehicles (ROVs) - the team collects the data required to not only understand last year's tsunami, but to develop a computer model that could be used to predict the size of future tsunamis elsewhere in the world, and ultimately, help save thousands of lives. Almost five kilometres below the ocean surface, one ROV reveals evidence that the sea floor was pushed upwards during the earthquake. The size of the uplift far exceeds anything scientists had predicted - in some places the displacement measures over 12 metres. Scientists now confirm that this uplift caused the deadly tsunami - 1,200 kilometres of the fault line ruptured in just 500 seconds, causing a drastic uplift, raising the ocean waters above, and triggering the deadly wave. The expedition scientists have created a computer model capable of calculating the height and speed of future tsunamis, a powerful tool that will enable governments to improve natural coastal protection systems, plan for levels of destruction and prepare evacuation measures. Researchers have studied global fault lines and identified the south coastline of Sumatra and the northwest United States as the next most likely areas for a future tsunami strike. Sumatran authorities have identified areas that will be above the wave height and now conduct regular emergency evacuation exercises; authorities in Oregon and Washington have implemented early warning systems, identified evacuation routes and safe areas. It's a start, but the expedition's computer model shows that these plans are hopelessly inadequate - a 9.1 Richter scale earthquake would create a tsunami double the height for which the region was prepared and would affect over 500,000 people in just 15 minutes. -- --Writer need 10 steps faster than readeR -- - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:
Mas Kartiko. Sejauh ini, yang saya alami...data biostrat ini sifatnya hanya sebagai penunjang sajaada sebuah cerita, mungkin ini bisa memberikan gambaran kepentingan biostratt ini... Dulu disini pernah terjadi, mereka dari seismik merasa ragu untuk menarik garis sequence boundary dari rekaman seismik, rekaman seismik tersebut untungnya melewati satu well yang kebetulan well tersebut data biostratnya telah analisisdari data biostrat serta hasil discuss dengan pakar sikuen dalam hal ini Pak Ukat, garis tersebut akhirnya dapat ditarik berdasarkan bracket yang dihasilkan dari data biostartBukan begitu Pak Ukat.. Salam Satia Graha -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 20, 2005 11:37 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan: Mas Graha kalau dari uraian Mas , sepertinya hal itu yang mempengaruhi kenapa biostrat kurang populer dalam sekuen stratigrapi (kalah dibandingkan dengan seismic)... biostrat hanya bisa memberikan lokal range , sementara kalau seismicnya lumayan kita bisa tarik SB (U) dari seismic .Mungkin ada kasus di mana konsep sekuen stratigraphi dari seismic mempunyai limit yang bisa dibantu dengan biostrat..? mungkin ada cerita tentang aplikasi biostrat di daerah terstruktur...? Regards Kartiko-Samodro Telp : 3852 |-+ | | Graha, Satia| | | (grhs) | | | [EMAIL PROTECTED]| | | | | || | | 20/09/2005 12:12 | | | PM | | | Please respond to| | | iagi-net | | || |-+ --- --| | | | To: iagi-net@iagi.or.id | | cc: | | Subject: RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan: | --- --| Memang pendapat Bapak mengenaui local benar, yang saya alami, zonasi blow dalam postuma tidak bisa 100% diterapkan disini.di Central Sumatera Basin sendiri zona N6, lower boudary nya Ga ciperoensis, sedangkan pada zonasi Blow..??? Hal ini menandakan adanya local range tersebut...Korelasi SB sendiri tidak sepenuhnya ditentukan oleh data biostratigrafi, biostratigrafer hanya memberikan kandidat posisi (tentunya pada kedalaman tertentu), untuk kepastian SB - nya sendiri biasanya ditentukan oleh para pakar seismik.. - This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) - - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id
RE: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....
Numpang sedikit saja sedikit...sebagai perkenalan saja, saya satia, geounpad 94...kebetulan saat ini saya sedang menggeluti apa yang dinamakan biostratigrafi, khususnya foraminifera bersama pakar biostratigrafi yaitu Dr Darwin Kadar di Chevron, Pekanbaru Memang betul sekali apa yang dikatakan oleh Pak Awang...sejalan dengan penggunaan sekuen stratigrafi, aplikasi biostratigrafi memberikan suatu kontribusi, terutama dalam memberikan bracket yang nantinya digunakan untuk penentuan sequence boundary...misalnya Sequence boundary 17.5 biasanya dibatasi oleh Last Occurence Catapsydrax dissimilis dan First occurence dari Keluarga Praeorbulina...sample yang dipakai biasanya dari Side Wall Core, Core, atau cutting, hanya pada sample cutting memerlukan suatu penanganan khusus karena sering terjadi caving yang bisa menimbulkan miss interpretasi..mengenai cf..ini biasanya dipakai pada suatu specimen yang memiliki kemiripan dengan suatu specimen tertentu...misalnya, dalam sebuah sample kita menemukan globigerinoides, setelah di deskripsi ternyata dia memiliki kemiripan dengan Globigerinoides primordius tetapi specimen itu bukan Globigerinoides primordius..karena ada beberapa kemiripan maka kita bisa menggolongkan menjadi Globigerinoides cf primordius... Memang ada beberapa fosil terutama foraminifera yang memiliki nama yang berbeda, beberapa penulis mengatakan a, penulis lain b, misalnya Heterolepa dengan Cibicides, dll..tetapi kalau klasifikasi tetap sama tidak ada perbedaan... Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir masih bisa dipakai Pak Awangsaya memiliki sedikit pertanyaan, begini pak Awang, kalau tidak salah, Bapak mengemukakan mengenai Granitic Washed pada acara Stratigraphic Sumatera Workshop di Duri tanggal 12 - 15 September...saya masih bingung mengenai hal tersebut Pak, dan kalau tidak salah bapak juga mengemukakan mengenai Granitic Calcareous, ini menambah kebingungan saya lagi Pak...mohon pencerahannya pak..terima kasih.. Salam... Satia Graha -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] ] Sent: Monday, September 19, 2005 12:58 PM To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Rastra, Memang biostratigrafi jarang dibahas di milis, tetapi bukan berarti itu tidak penting. Belum ada saja orang yang menanyakannya sebab diskusi di milis lebih banyak dihidupkan oleh tanya-jawab. 1. Dalam dunia migas, memang fosil terutama dipakai untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan. Beberapa perusahaan suka mengirimkan biostratigrapher-nya ke sumur2 eksplorasi yang jauh dari sumur2 lain di mana pengikatan lapisan2 batuan tak bisa dilakukan. Well-site paleontologist ini bertugas menentukan di lapisan mana posisi TD (total delpth) sumur saat itu. Itu dicek berdasarkan sekumpulan fosil dari serbuk bor yang bisa menunjukkan umur mana. Tanpa itu, pekerjaan bisa jadi buta, di mana posisi saat ini. Dengan berkembangnya sequence stratigraphy, biostratigrapher malah makin menjadi penting sebab lapisan2 yang dikorelasikan sebagai satu genetika itu harus dibuktikan oleh umurnya yang harus sama. Menentukan lingkungan pengendapan pun penting agar tahu kira2 fasies batupasir/karbonat apa yang mungkin bisa berkembang sebagai reservoir. Memang pekerjaan2 biostrat hampir selalu diberikan ke service company saja, dan si perusahaan minyaknya tak punya biostratigrapher. Tetapi, saya kenal beberapa biostratigrapher yang sangat berpengalaman yang sedang ditugaskan untuk melakukan studi stratigrafi di perusahaan2 minyak. Hasil ini tentunya nanti akan berguna untuk penentuan/pengembangan konsep eksplorasi perusahaan2 itu. 2. Rasanya tidak mungkin satu spesies fosil punya nama berbeda2 dari beberapa penulis. Ada terjadi seperti itu tetapi jarang sekali. Ada pun suka diberi keterangan di nama fosilnya dengan cf yang artinya bandingkan Misalnya : Orbulina universa d'Orbigny cf. .. (nah ini mungkin punya dua nama fosil, bandingkan dengan nama lainnya). Untuk fosil bentonik yang khas Indonesia rasanya tak ada publikasi khusus, kalau untuk umur ada, misalnya Klasifikasi Huruf Tersier foram besar dari van der Vlerk dan Umbgrove (1927) atau Adams (1970). Kalau untuk lingkungan bentonik, yang sampai sekarang banyak dipakai oleh service companies di Indonesia adalah klasifikasi dari Hedgpeth (1957) dan Ingle (1980). Silakan input dari rekan netters lain. salam, awang rastra wira dharma [EMAIL PROTECTED] wrote: salam hormat... sebelumnya ijinkan sy memperkenalkan diri,,nama sy rastra geounpad00,sbenarnya sy sudah gabung di milis ini beberapa bln yang lalu tp br skrg berkesempatan tuk nampang disini...sy
RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....
Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung dipakai, kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik pada tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan pengendapan, karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan harus meliputi beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi nya...Kalau boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1 seperti saudara Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada metode terbaru yang cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang dengan metoda/teori author yang lain agar tingkat error nya bisa di tekan... Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal adanya High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil dihitung jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini memang sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama dalam penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada yang salah Wassalam.. Satia Graha -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir masih bisa dipakai Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal: pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik seperti: multivariance anallyses, ranking scaling, unitary association dll. Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini bisa untuk mengatasi masalah local regional range zone dan bisa memberikan hasil yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan integrasi dari berbagai microfossil, selain itu error (standard deviasi) dalam korelasi bisa diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus sekali dalam membantu analisa sikuen stratigrafi, sayang sampai sekarang di indonesia setahu saya belum ada/ diterapkan dalam industri minyak. Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera), tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik (spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah dilihat secara keseluruhan meliputi: bagiamana diversitinya, kelimpahan total dan masing masing kelopok ( calcareosus, miliolid, arenaceous, larger foram), adalah dominasi species tertentu, kemudian baru dilihat asosiasi/ kumpulan benthonik nya terdiri dari spesies apa saja baru kita dapat mengetahu ekologi dimana sampel tersebut diendapkan. bila hanya dilihat rasio bisa sangat menyesatkan, contoh bila kita mendapatkan 100% plangtonik maka lingkungan pengendapana apa selalu bathyal ? 100% bisa juga kita dapatkan di neritik, bila kondisi cekunganya adalah semi terturup, dimana pada bagian bawah tidak ada cirkulasi dan menyebabkan ketidak adaan oksigen dan dalam kondisi ini benthonik tidak akan ditemukan. Cara lain interpretasi lingkungan pengendapan adalah dengan metoda modern analog technique. salam khoiril anwar - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....
Maaf Pak...kebetulan yang saya tahu bukan stratabug pakkalau saya tidak salah namanya IPS -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 3:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat kuantitatif biostratigrafi berbeda dengan high resolution biostratigraphy. Kuantitatif biostratigrafi datanya bisa kualitatif. kalo yang anda maksud software dalam email anda adalah stratbug, maka bukan itu yang saya maksudkan. software semacam stratabug ataupun geologic yang banyak dipakai oleh service oil company (corelab, geoservice, lemigas dan robertson) hanya bisa untuk menampilkan data tidak untuk memproses untuk keperluan stratigrafi kuantitatif. salam khoiril anwar At 03:14 PM 9/19/2005, you wrote: Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung dipakai, kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik pada tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan pengendapan, karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan harus meliputi beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi nya...Kalau boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1 seperti saudara Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada metode terbaru yang cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang dengan metoda/teori author yang lain agar tingkat error nya bisa di tekan... Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal adanya High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil dihitung jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini memang sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama dalam penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada yang salah Wassalam.. Satia Graha -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir masih bisa dipakai Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal: pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik seperti: multivariance anallyses, ranking scaling, unitary association dll. Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini bisa untuk mengatasi masalah local regional range zone dan bisa memberikan hasil yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan integrasi dari berbagai microfossil, selain itu error (standard deviasi) dalam korelasi bisa diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus sekali dalam membantu analisa sikuen stratigrafi, sayang sampai sekarang di indonesia setahu saya belum ada/ diterapkan dalam industri minyak. Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera), tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik (spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah dilihat secara keseluruhan meliputi: bagiamana diversitinya, kelimpahan total dan masing masing kelopok ( calcareosus, miliolid, arenaceous, larger foram), adalah dominasi species tertentu, kemudian baru dilihat asosiasi/ kumpulan benthonik nya terdiri dari spesies apa saja baru kita dapat mengetahu ekologi dimana sampel tersebut diendapkan. bila hanya dilihat rasio bisa sangat menyesatkan, contoh bila kita mendapatkan 100% plangtonik maka lingkungan pengendapana apa selalu bathyal ? 100% bisa juga kita dapatkan di neritik, bila kondisi cekunganya adalah semi terturup, dimana pada bagian bawah tidak ada cirkulasi dan menyebabkan ketidak adaan oksigen dan dalam kondisi ini benthonik tidak akan ditemukan. Cara lain interpretasi lingkungan pengendapan adalah dengan metoda
RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat....
Stratabug disini digunakan sebagai alas atau penunjang untuk menuju ke HRB dengan menggunakan IPS...itu mungkin Pak kalau satia ga salah... Wassalam... Satia Graha -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Cpi juga punya stratabug, pak Darwin dulu biasa memakainya. us -Original Message- From: Graha, Satia (grhs) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 3:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E:[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Maaf Pak...kebetulan yang saya tahu bukan stratabug pakkalau saya tidak salah namanya IPS -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 3:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat kuantitatif biostratigrafi berbeda dengan high resolution biostratigraphy. Kuantitatif biostratigrafi datanya bisa kualitatif. kalo yang anda maksud software dalam email anda adalah stratbug, maka bukan itu yang saya maksudkan. software semacam stratabug ataupun geologic yang banyak dipakai oleh service oil company (corelab, geoservice, lemigas dan robertson) hanya bisa untuk menampilkan data tidak untuk memproses untuk keperluan stratigrafi kuantitatif. salam khoiril anwar At 03:14 PM 9/19/2005, you wrote: Saya pikir tidak terlalu menyesatkan pakkarena dalam Grimsdale dan markhoven tersebut, prosentase yang kita peroleh tidak bisa langsung dipakai, kita juga harus melihat asosiasi kandungan benthiknya, dan dalam grimsdale and Markhoven tersebut dicantumkan asosiasi benthik pada tiap kedalaman, dalam hal ini bathymetri bukan lingkungan pengendapan, karena yang saya tahu penentuan lingkungan pengendapan harus meliputi beberapa aspek seperti aspek physic, kimia serta biologi nya...Kalau boleh unjuk saran, sebaiknya penelitian untuk setara S-1 seperti saudara Rasta tidak perlu terlalu rumit, kalau misalnya ada metode terbaru yang cukup sederhana bisa dicoba dan tentunya ditunjang dengan metoda/teori author yang lain agar tingkat error nya bisa di tekan... Apa yang diutarakan Khoiril memang benar adanya..saat ini dikenal adanya High Resolution Biostratigraphy dimana kandungan mikrofosil dihitung jumlahnya,kemudian diolah dengan softtware tertentu dan ini memang sangat menunjang dalam penelitian sikuen stratigraphy terutama dalam penentuan Sequence Boundary...kandidat2 sequence boundary bisa ditentukan dari hasil penghitungan mikrossil tersbut, out putnya berupa kurva yang bisa dioverlay kan dengan log pattern Mungkin hanya itu saja yang saya ketahui...mohon di ralat kalau ada yang salah Wassalam.. Satia Graha -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 19, 2005 2:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:R E: [iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] mau tanya ttg biostrat Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sekarang ini mengenai TA saudara Rastra Wira Dharma yaitu mengenai metoda, metoda apa yang dipakai.??? Kuantitatif atau kualitatif.Seandainya anda memakai metoda kuantitatif anda bisa merujuk ke Planktonik Bentonik Ratio dari Grimsdale and Markhoven (1955), memang sudah cukup lama tapi saya pikir masih bisa dipakai Dalam biostratigrafi, istilah kuantitatif bisa menyangkut dua hal: pertama, analisa sampel (identifikasi fosil) yang bersifat kuantitatif dimana teknik hitunganya bisa full count atau hitungan 300 dsb; kedua bisa berarti biostratigrafi kuantitatif yaitu suatu metoda dalam biostratigrafi dimana penyeleseianya masalah masalah biostatigrafi seperti bioszonasi, korelasi dilakukakan dengan logika matematik seperti: multivariance anallyses, ranking scaling, unitary association dll. Korelasi dengan metoda biostratigrafi kuantitatif ini bisa untuk mengatasi masalah local regional range zone dan bisa memberikan hasil yang beresolusi tinggi karena dapat merupakan integrasi dari berbagai microfossil, selain itu error (standard deviasi) dalam korelasi bisa diperkiraan. metoda ini sebenarnya bagus sekali dalam membantu analisa sikuen stratigrafi, sayang sampai sekarang di indonesia setahu saya belum ada/ diterapkan dalam industri minyak. Dalam interpreatsi lingkungan pengendapan (terutama dari foraminifera), tidak terlalu tepat kalau kita hanya menggunakan rasio plangtik dan benthonik, apalagi hanya berdasarkan kisaran kedalaman foram bentonik (spesies A di tropik kedalamannya bisa di bathyal tapi si daerah high latitude bisa di inner neritic). Menurut saya yang seharusnya adalah dilihat secara keseluruhan
RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:
Saya hanya bermaksud menambahkan sedikit Begini...pemakaian data biostrat, terutama pada saat sekarang yang sering dipakai sejalan dengan sikuen stratigrafi, memang terbatas dan sifatnya lokal. Sebagai contoh, ada beberapa specimen yang ditemukan di jawa tapi tidak ditemukan di Sumatera, begitu juga sebaliknya, yang saya tahu, chart zonation yang dikemukakan oleh penulis terdahulu pun belum tentu bisa diterapkan di tempat lain...cekungan yang satu dengan cekungan yang lain memiliki biozonasi yang berlainan.. Biozonasi N (Blow) dan NN (Martini), merupakan biozonasi yang saling melengkapi...Pak Ukat yang merupakan pakar dalam sikuen stratigrafi sangat paham dengan apa yang dinamakan dengan Sequence Boundary...peranan Biostratrigrafer dalam penentuan sequnce boundary sangat diperlukanmisalnya saja, Pak Ukat memerlukan data mengenai posisi SB 22.Dengan Data biostrat kita bisa memberikan kandidiat posisi kedalaman SB 22 tersebut dengan meneliti kandungan mikrofosilSecara umum SB 22 dibatasi oleh Gs primordius dan Gl kugleriSekarang yang menjadi masalah bagaimana apabila data foraminifera tidak lengkap...atau kurang bagus.ini bisa di bantu dengan Nanno dimana SB 22 ini umumnya ada di bawah last occurrence dari Cycliargolithus abisectus atau pada NN2 atau pada N5..jadi begitu, menurut saya biozonasi N dan NN saling melengkapi dan sangat membantu... Mungkin itu saja sekelumit yang saya ketahui... Wassalam.. Satia Graha -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 20, 2005 9:06 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan: At 07:08 AM 9/20/2005, you wrote: Menarik diskusinya Saya hendak menanyakan 1. Mungkin ada contoh real seberapa besar data biostrat ini membantu dalam interpretasi sekuen (paper...?) Roger et al (banyak penulisnya), 2001, quantitative biostratigraphy of the taranaki basin, new zealand: adeterministic and probabilistic approach, AAPG Bulletin, v. 85, no. 8 (August 2001), pp. 1469-1498 masih banyak paper lain, texbook dan info lainya dapat dilihat di slide bahan kuliah yang dapat diakses disini: http://www.gc.itb.ac.id/~anwar/course_material.htm passwornya: kuantitatif 2. Seberapa Hires correlation yang bisa dilakukan ..? apakah bisa membantu dalam menentukan MF,U, struktur dsb...? Resolusi semakin tinggi karena markernya makin banyak, sehingga time horisonnya menjadi semakin banyak dan marker tidak akan saling silang karena sudah di optimumkan. seberapa tinggi resolusinya tergantung datanya bagaimana, kalau datanya bagus framework waktunya juga semakin detail, sehingga korelasi SB dan surface lainya menjadi semakin mudah dan dengan adanya estimasi kesalahan maka kita bisa lebih yakin kira-kira dimana unsur unsur harus ditempatkan/dikorelasikan 3. Apa bedanya klasifikasi BIOSTRAT (N5, N6 dsb ) dengan klasifikasi Nanno Fosil (NN5,NN6 dsb ) , dan yang mana yang memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi...? biozonasi N dan NN didasarkan atas mikrofosil yang berbeda yaitu foraminifera dan nannofosil, kedua biozonasi tersebut untuk tiap stage mempunyai resolusi yang berbeda, kadang foram lebih detil dari nanno dan sebaliknya. kombinasi dari kedua biozonasi tersebut akan memberikan umur yang lebih detil. Sedangkan tingkat kepercayaanya sama saja, tergantung klasifikasi markernya seperti apa, kalo marker yang di pakai mengandung cf. atau ? ya tentunya tingkat kepercayaan batas yang didasarkan marker tersebut kurang. 4. Kenapa kok metoda biostrat ini kurang populer di industri migas ? (mahal, lama, kurang info...?) Stratigrafi kuantitatif ini memang relatif baru dan banyak di kembangkanoleh kalangan akademisi, ini mungkin yang menyebabkan kurang dikenal di industri tidak seperti seismik stratigrafi atau sikuen stratigrafi. Sebenarnya untuk analisa ini datanya bisa dari sumur sumur yang sudah ada dalam suatu area (satu basin) yang sudah dianalisa biostratigrafinya. jadi sebenarnya tidak mahal dan waktu yang dibutuhkan kalo datanya sudah ada juga relatif cepat. tidak dikenal dikalangan industri mungkin kurang sosialisai, yang jelas setahu saya belum ada perusahaan minyak di indonesia yang menerapkan ini. salam khoiril anwar - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan
RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan:
Saya tambahkan sedikit saja pak.. Selama yang saya alami pak, alhamdulillah selama itu masih dalam satu basin atau cekungan yang sama, biozonasinya masih relatif sama, kalau beda cekungan sudah barng tentu beda..pengalaman saya selama di sini (Central Sumatera Basin) yang memiliki puluhan bahkan ratusan well, memiliki frame work biozonasi yang relatif sama, berbeda dengan yang saya liat di jawacekungan di jawa memiliki perbedaan biozonasi dengan di Sumatera dan ini saya liat sendiri...jadi menurut pandangan saya, meskipun itu berbeda well tapi jika dia dalam satu cekungan yang sama ya relatif sama..berbeda halnya jika kita meneliti hal tersebut dimana well yang satu kita ambil di Sumatera, well yang satu di Gulf Mexico..pasti beda Memang pendapat Bapak mengenaui local benar, yang saya alami, zonasi blow dalam postuma tidak bisa 100% diterapkan disini.di Central Sumatera Basin sendiri zona N6, lower boudary nya Ga ciperoensis, sedangkan pada zonasi Blow..??? Hal ini menandakan adanya local range tersebut...Korelasi SB sendiri tidak sepenuhnya ditentukan oleh data biostratigrafi, biostratigrafer hanya memberikan kandidat posisi (tentunya pada kedalaman tertentu), untuk kepastian SB - nya sendiri biasanya ditentukan oleh para pakar seismik.. Mungkini hanya itu saja yang saya ketahui...kurang dan lebih silahkan ditambahkan atau bahkan dikoreksi kalau kalau ada yang salah dari saya... Wassalam.. Satia Graha -Original Message- From: khoiril anwar maryunani [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 20, 2005 11:00 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] stratigrafi kuantitatif RE: [iagi-net-l] interpretasi lingkungan pengendapan: Biozonasi N (Blow) dan NN (Martini), merupakan biozonasi yang saling melengkapi...Pak Ukat yang merupakan pakar dalam sikuen stratigrafi sangat paham dengan apa yang dinamakan dengan Sequence Boundary...peranan Biostratrigrafer dalam penentuan sequnce boundary sangat diperlukanmisalnya saja, Pak Ukat memerlukan data mengenai posisi SB 22.Dengan Data biostrat kita bisa memberikan kandidiat posisi kedalaman SB 22 tersebut dengan meneliti kandungan mikrofosilSecara umum SB 22 dibatasi oleh Gs primordius dan Gl kugleriSekarang yang menjadi masalah bagaimana apabila data foraminifera tidak lengkap...atau kurang bagus.ini bisa di bantu dengan Nanno dimana SB 22 ini umumnya ada di bawah last occurrence dari Cycliargolithus abisectus atau pada NN2 atau pada N5..jadi begitu, menurut saya biozonasi N dan NN saling melengkapi dan sangat membantu... Problem kalo kita memakai cara konventional seperti ini (diatas) adalah bisa saja disumur A sb22 dibatasi misal oleh FAD (first appearence datum) gs primordius dibagian bawah dan LAD gr. kugleri dibagian atas, tetapi bisa jadi disumur lain diketemukan FAD gs primordius ada di atas FAD gs primordius ( ini kasus riil yang biasa di jumpai dalam korelasi). hal ini bisa terjadi karena masalah local dan regioanal range zone, reworking, caving, contamination, salah identifikasi dll. nah .. bagaimana kita akan melakukan korelasi SB . dengan metoda kuantitatif biostratigrafi kita bisa mengatasi masalah ini mau datanya foram ataupun nanno ataupun keduanya. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -