Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru

2012-02-21 Terurut Topik Radig Wisnu
Pak Jaenudin,

Apakah tahu jenis gas nya? Biogenic atau thermogenic? Kalau di lihat dari Air 
Benakat Fm dan kedalamannya...kemungkinan setara dengan Lower Petani Fm di 
Central Sumatra basin yang proven biogenic gas.

-RWY-



 From: jaenud...@gmail.com jaenud...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, February 22, 2012 7:30 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
 
Pak Ban, 
Batubara banyak terdapat pada Formasi Muara Enim yang ada di atasnya sedangkan 
untuk ABF lebih ke perselingan antara sand dan shale.
Secara umum untuk sumatera selatan sealnya dari shale TAF,GUF,ABF seperti yanhg 
diutarakan Mas Avi.

Salam,
Jdn 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Date: Wed, 22 Feb 2012 00:21:03 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Terimakasih, tadinya aku sangka gas keluar dari btbara, terperangkap pada pasir 
yang berselingan dgn lempung/serpih.
Bukankah daerah ini banyak btbara, sehingga cbm nya mau diambil juga?
Salam, 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Wed, 22 Feb 2012 00:14:40 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Pak BS ABF itu ada sand dan shale jadi reservoir dan seal ato caprock dah jadi 
satu pak

Salamat pagi
Avi 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Date: Wed, 22 Feb 2012 00:06:07 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Aku sdh lupa airbenakat itu umurnya apa? Trus sbg caprocknya juga di ABF atau 
formasi lebih muda?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: jaenud...@gmail.com
Date: Tue, 21 Feb 2012 23:38:58 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Untuk kasus ini dari batupasir formasi ABF yang termasuk dalam target dangkal

Salam,
Jdn
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Shofiyuddin shofiyud...@gmail.com
Date: Wed, 22 Feb 2012 06:30:35 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
Ada yang bisa cerita batuan reservoirnya dari formasi mana? Yang saya
tahu disana ada karbonat Baturaja, klastik Talangakar dan Lemat dan
juga fractured basement?



On Tue, Feb 21, 2012 at 9:41 PM, Bandono Salim bandon...@gmail.com wrote:
 Senang nya banyak gas,
 Lebih mudah dan murah.
 Semoga cepet dibuat pipa penyalur juga depot distributor yang mudah dan 
 murah. Buat laksanakan transportasi murah bagi semua.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: ok.taufik ok.tau...@gmail.com
 Date: Tue, 21 Feb 2012 14:27:33
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: [iagi-net-l] Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru
 Selamat buat rekan Syamsu Alam dan jajarannya atas discovery lapangan gasnya.

 Pertamina EP Temukan Cadangan Gas Baru Sumur Eksplorasi Lavatera-1
 Jakarta, 20 Pebruari 2012
 Pertamina EP kembali menemukan cadangan gas bumi di area PAFE Pagardewa, 
 Sumatera Selatan. Hasil uji produksi pada sumur eksplorasi Lavatera (LVT)-1 
 ini memproduksikan gas sebesar 5,7 juta standar kaki kubik gas per hari 
 (MMSCFD) pada bukaan sumur 36/64 inchi.“Kami sangat bersyukur bahwa penemuan 
 cadangan gas di sumur LVT-1 ini menambah daftar keberhasilan eksplorasi di 
 area PAFE Pagardewa. Dengan penemuan ini maka telah memberikan kontribusi 
 yang cukup signifikan di tengah upaya optimalisasi produksi dan penemuan 
 cadangan migas baru yang dilakukan Pertamina EP,” tegas Presiden Direktur 
 Petamina EP Syamsu Alam.Untuk mendorong peningkatan produksi gas, Pertamina 
 EP merencanakan POP (Put On Production) untuk sumur Lavatera pada awal 2013 
 dengan rencana produksi sebesar 3 MMSCFD, seperti program POP tujuh sumur 
 yang sudah dilakukan sebelumnya di struktur Pagardewa, Tasim dan Prabumenang 
 dengan produksi gas 17 MMSCFD dan kondensat 450 BOPD. Produksi
 gas ini untuk memenuhi kebutuhan gas South Sumatra West Java (SSWJ) melalui 
Perjanjian Jual Beli Gas dengan PGN.Struktur Lavatera terletak di Muara Enim, 
Sumatera Selatan, atau sekitar 3 km sebelah timur struktur Tasim atau 2,5 km 
sebelah Barat Laut struktur Pagardewa. Penemuan gas bumi tersebut dibuktikan 
melalui uji kandungan lapisan (UKL) pada sumur LVT-1, interval 820 – 825 m 
Formasi Air Benakat. Kegiatan Eksplorasi di PAFE Pagardewa-Beringin ditujukan 
untuk menambah cadangan migas baru, salah satunya melalui penerapan konsep 
eksplorasi target dangkal pada reservoir batupasir Formasi Air Benakat (ABF) 
yang telah terbukti sebelumnya di sumur Tasim-1 dan Pagardewa-6.Sebelumnya, 
keberhasilan penemuan minyak 

Re: [iagi-net-l] Kabar duka

2011-08-08 Terurut Topik Radig Wisnu
Pak Andang  Kel,

Saya turut berbela sungkawa yang sedalam2 nya. Semoga Ibunda diberikan tempat 
yang terbaik di sisi Allah SWT. Amiiin.


Regards,
Radig Wisnu Y



From: Hendra Riogilang riogilanghen...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, August 8, 2011 12:55 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Kabar duka


Turut berduka atas kepulangan Ibunda dari Abang Andang terkasih ke haribaan 
Illahi. Semoga amal ibadah beliau diterima dan diberikan tempat sebaik-baiknya 
disisi Allah SWT.  AminYa Rabal Alamin..
 
Teriring Salam 
Pengda IAGI Sulawesi Utara.
Hendra Riogilang


2011/8/6 arif Wibowo arif.wib...@energi-mp.com

Pak Andang dan keluarga,

Kami sekeluarga turut berduka atas wafatnya ibunda dari Pak Andang. Semoga 
ibunda diberikan ampunan Allah dan istirahat kekal di surga. Dan Pak Andang 
sekeluarga diberikan ketabahan oleh Nya.

 Salam dari kami sekeluarga Arif Wibowo
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Bentu Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf

2011-08-07 Terurut Topik Radig Wisnu
Pak Frank,

Maaf baru bisa balas email nya. Kalau dari hasil AVO dan P-impedance sebenarnya 
sama saja pak. Hasil area/volume nya juga tidak jauh beda. Namun dari hasil 
yang sudah kami lakukan nilai P-impedance ini memiliki nilai mirip antara gas 
dan coal...density nya rendah dan kecepatan yg melambat sehingga agak sulit 
mengidentifikasi gas atau coal. Untuk itu kami lebih yakin jika menggunakan 
analisa AVO untuk menentukan keberadaan gas.


Regards,
Radig Wisnu Y



From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id
Sent: Friday, July 29, 2011 8:49 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Bentu  Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas 
di Dunia 6.622 Tcf


Tanya lagi ya.
jadi hasil yang diberikan oleh AVO berbeda dengan hasil yang diberikan oleh 
P-impedance ? apakah area/ volume nya bertambah atau berkurang?

mungkin bisa diterangkan juga  dari crossplot elastic properties nya.

terima kasih ya.

fbs






From: Radig Wisnu radig.wi...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, July 27, 2011 7:42:18 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Bentu  Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas 
di Dunia 6.622 Tcf


Pak Frans,

Untuk pertanyaan pertama memang dari analisa isotop menunjukkan gas yang ada di 
Binio Fm adalah biogenic gas. Karena nilainya kurang dari -60 0/00.

Pertanyaan kedua, seperti kita ketahui bersama keberadaan gas memang bisa kita 
ketahui dengan ada nya bright spot. Namun sayang nya bright spot ini tidak 
selalu menunjukkan keberadaan gas, bisa jadi berupa coal atau tuning thickness. 
Dan ini juga yang menjadi kekhawatiran kami sehingga melakukan AVO analysis 
untuk lebih menyakinkan kami mengenai keberadaan shallow gas di area ini. Dan 
dari AVO analysis yang sudah kami lakukan confirm dengan data sumur.


Regards,
-Radig Wisnu Y-



From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, July 26, 2011 4:47 PM
Subject: [iagi-net-l] Bentu  Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di 
Dunia 6.622 Tcf


Mau tanya tentang Bentu dan Segat:
1. Jadi sdh di confirm dari isotop C nya bahwa gas yang di Binio Fm itu 
biogenic gas?

2. bisa tolong di elaborate kenapa perlu analisa AVO untuk membedakan gas sand 
dan coal di Binio Fm.?
apakah memang karena tidak bisa dibedakan di P-impedance nya? dulu pernah 
mengerjakan kedua block itu dengan cepat dan dengan RMS amplitude saja sudah 
bisa membedakan gas sand nya dan confirm dengan well.  memang tidak bisa 
memperilhatkan seismic geomorphology yang memperlihatkan depositional system 
nya, karena amplitude nya sdh didominasi oleh gassandnya jadi yang kelihatan 
adalah amplitude yang confirm dengan structure.

sukses selalu ya di Bentu dan Segat.

fbs





From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, July 26, 2011 9:52:53 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf


Terima kasih Mas Radig  
 
kebetulan ada yang sudah mengirimkan ke saya.
 
2011/7/26 Radig Wisnu radig.wi...@yahoo.com

Pak Kartiko,


Saya copy kan abstract dari paper mengenai biogenic gas di Bentu PSC yang di 
kelola oleh Kalila. Jika tertarik membaca papernya akan saya kirim via japri. 


ABSTRACT


Biogenic gas has become an economic target of exploration and exploitation, 
due to the high demand for gas. Its geological occurrence is easily 
interpreted, it is significantly widespread, shallow and gas is of good 
quality of gas with 98% content of CH4, low S and CO2 content. Production 
tests from this blocks resulted in a production rate peak of 50 MMscfd at 
Segat field. This paper presents a summary of Geology, Geochemistry and 
Geophysical aspects, to assess Biogenic Gas accumulation in Bentu Block.
 
Biogenic gas origins were shown by carbon isotope analysis to be of d13C CH4 
value -62 to -66 ‰. The main gas-bearing reservoir is a 7-25 foot thick sand 
layer over a Late Miocene to Pliocene Binio Formation, at a depth of 600-2000 
feet below sea level. The Binio formation was deposited in a coastal 
environment that reflects the onset of marine regression. The gas is trapped 
along a NW-SE anticlinal system, related to a reverse fault.
 
Seismically, existing data clearly exhibits strong amplitude anomalies or a 
“bright spot” as a Direct Hydrocarbon Indicator. Furthermore, advanced 
geophysical analysis: AVO, seismic attribute and LMR methods, were carried out 
to confirm gas presence. The result of this analysis has been helpful to 
distinguish between coal and gas bearing reservoirs, where coal revealed a 
similar appearance in the seismic data. Seismic data were also important to 
delineate lateral gas distribution and to explore prospects  leads in Bentu 
Block.
 
Growing interest in gas exploration and development, and also a high demand 
for gas

Re: [iagi-net-l] Bentu Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf

2011-07-26 Terurut Topik Radig Wisnu
Pak Frans,

Untuk pertanyaan pertama memang dari analisa isotop menunjukkan gas yang ada di 
Binio Fm adalah biogenic gas. Karena nilainya kurang dari -60 0/00.

Pertanyaan kedua, seperti kita ketahui bersama keberadaan gas memang bisa kita 
ketahui dengan ada nya bright spot. Namun sayang nya bright spot ini tidak 
selalu menunjukkan keberadaan gas, bisa jadi berupa coal atau tuning thickness. 
Dan ini juga yang menjadi kekhawatiran kami sehingga melakukan AVO analysis 
untuk lebih menyakinkan kami mengenai keberadaan shallow gas di area ini. Dan 
dari AVO analysis yang sudah kami lakukan confirm dengan data sumur.


Regards,
-Radig Wisnu Y-



From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, July 26, 2011 4:47 PM
Subject: [iagi-net-l] Bentu  Segat Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di 
Dunia 6.622 Tcf


Mau tanya tentang Bentu dan Segat:
1. Jadi sdh di confirm dari isotop C nya bahwa gas yang di Binio Fm itu 
biogenic gas?

2. bisa tolong di elaborate kenapa perlu analisa AVO untuk membedakan gas sand 
dan coal di Binio Fm.?
apakah memang karena tidak bisa dibedakan di P-impedance nya? dulu pernah 
mengerjakan kedua block itu dengan cepat dan dengan RMS amplitude saja sudah 
bisa membedakan gas sand nya dan confirm dengan well.  memang tidak bisa 
memperilhatkan seismic geomorphology yang memperlihatkan depositional system 
nya, karena amplitude nya sdh didominasi oleh gassandnya jadi yang kelihatan 
adalah amplitude yang confirm dengan structure.

sukses selalu ya di Bentu dan Segat.

fbs





From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, July 26, 2011 9:52:53 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf


Terima kasih Mas Radig  
 
kebetulan ada yang sudah mengirimkan ke saya.
 
2011/7/26 Radig Wisnu radig.wi...@yahoo.com

Pak Kartiko,


Saya copy kan abstract dari paper mengenai biogenic gas di Bentu PSC yang di 
kelola oleh Kalila. Jika tertarik membaca papernya akan saya kirim via japri. 


ABSTRACT


Biogenic gas has become an economic target of exploration and exploitation, 
due to the high demand for gas. Its geological occurrence is easily 
interpreted, it is significantly widespread, shallow and gas is of good 
quality of gas with 98% content of CH4, low S and CO2 content. Production 
tests from this blocks resulted in a production rate peak of 50 MMscfd at 
Segat field. This paper presents a summary of Geology, Geochemistry and 
Geophysical aspects, to assess Biogenic Gas accumulation in Bentu Block.
 
Biogenic gas origins were shown by carbon isotope analysis to be of d13C CH4 
value -62 to -66 ‰. The main gas-bearing reservoir is a 7-25 foot thick sand 
layer over a Late Miocene to Pliocene Binio Formation, at a depth of 600-2000 
feet below sea level. The Binio formation was deposited in a coastal 
environment that reflects the onset of marine regression. The gas is trapped 
along a NW-SE anticlinal system, related to a reverse fault.
 
Seismically, existing data clearly exhibits strong amplitude anomalies or a 
“bright spot” as a Direct Hydrocarbon Indicator. Furthermore, advanced 
geophysical analysis: AVO, seismic attribute and LMR methods, were carried out 
to confirm gas presence. The result of this analysis has been helpful to 
distinguish between coal and gas bearing reservoirs, where coal revealed a 
similar appearance in the seismic data. Seismic data were also important to 
delineate lateral gas distribution and to explore prospects  leads in Bentu 
Block.
 
Growing interest in gas exploration and development, and also a high demand 
for gas supplies, encourage the  study  of  Biogenic  gas, which has nowadays 
become important.

Biogenic Gas characteristically occurs at a shallow depth and in high quality, 
which makes this gas economically attractive for production. Bentu area, as 
one of the proven and potential Biogenic gas targets, provides a typical 
integration of Geological, Geochemical and also Geophysical aspects to assess 
gas accumulation.

 
Keywords: Biogenic gas, shallow, good quality, exploration, development, 
economic 




Regards,
Radig Wisnu Y
 


 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Monday, July 25, 2011 8:32 AM

Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf
 


Salam Mbak Ratna dan Mas Oki 
 
sudah ada paper yang publish tentang biogenic gas di kalila ini ?


2011/7/25 ratna asharina ratna_ashar...@yahoo.co.id

Pak Dhe Rovicky mungkin bisa share soal Pematang Brown Shale di bekas daerah 
jajahannya di Central Sumatra. Kalau nggak salah well MS DC di Malacca Strait 
running test juga di Pematang shale karena gas reading yang tinggi kan?
 
salam,
rina






 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sat, July 23, 2011 3:49:27 PM

Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf

2011-07-25 Terurut Topik Radig Wisnu
Pak Kartiko,

Saya copy kan abstract dari paper mengenai biogenic gas di Bentu PSC yang di 
kelola oleh Kalila. Jika tertarik membaca papernya akan saya kirim via japri. 

ABSTRACT

Biogenic gas has become an economic target
of exploration and exploitation, due to the high demand for gas. Its geological
occurrence is easily interpreted, it is significantly widespread, shallow and 
gas
is of good quality of gas with 98% content of CH4, low S and CO2 content. 
Production tests from this blocks resulted in a production rate peak
of 50 MMscfd at Segat field. This paper presents a summary of Geology,
Geochemistry and Geophysical aspects, to assess Biogenic Gas accumulation in
Bentu Block.
 
Biogenic gas origins were shown by carbon
isotope analysis to be of d13C CH4 value -62 to -66 ‰. The
main gas-bearing reservoir is a 7-25 foot thick sand layer over a Late Miocene
to Pliocene Binio Formation, at a depth of 600-2000 feet below sea level. The 
Binio
formation was deposited in a coastal environment that reflects the onset of
marine regression. The gas is trapped along a NW-SE anticlinal system, related
to a reverse fault.
 
Seismically, existing data clearly exhibits
strong amplitude anomalies or a “bright spot” as a Direct Hydrocarbon
Indicator. Furthermore, advanced geophysical analysis: AVO, seismic attribute
and LMR methods, were carried out to confirm gas presence. The result of this
analysis has been helpful to distinguish between coal and gas bearing 
reservoirs,
where coal revealed a similar appearance in the seismic data. Seismic data were
also important to delineate lateral gas distribution and to explore prospects
 leads in Bentu Block.
 
Growing interest in gas exploration and
development, and also a high demand for gas supplies, encourage the  study  of  
Biogenic  gas, which has nowadays become important.

Biogenic Gas characteristically occurs at a
shallow depth and in high quality, which makes this gas economically attractive
for production. Bentu area, as one of the proven and potential Biogenic gas 
targets,
provides a typical integration of Geological, Geochemical and also Geophysical
aspects to assess gas accumulation.

 
Keywords: Biogenic gas, shallow, good quality, exploration,
development, economic 


Regards,
Radig Wisnu Y



From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, July 25, 2011 8:32 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf


Salam Mbak Ratna dan Mas Oki 
 
sudah ada paper yang publish tentang biogenic gas di kalila ini ?


2011/7/25 ratna asharina ratna_ashar...@yahoo.co.id

Pak Dhe Rovicky mungkin bisa share soal Pematang Brown Shale di bekas daerah 
jajahannya di Central Sumatra. Kalau nggak salah well MS DC di Malacca Strait 
running test juga di Pematang shale karena gas reading yang tinggi kan?
 
salam,
rina






 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sat, July 23, 2011 3:49:27 PM 

Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf
 

Mas Wikan 

Terima kasih infonya, menarik atau tidaknya shale tersebut bisa ditest  dengan 
memproduksi shale tersebut. 

Mungkin teman teman yang daerah bekerjanya berhubungan dengan Telisa, Gumai 
atau Pematang shale bisa mengusulkan kemungkinan  pilot project gas shale, 
dengan menggunakan sumur yang telah menembus formasi shale tersebut  tapi 
sudah tdk berproduksi ( main reservoirnya sudah habis )  atau melalui 
deepening , yang tentu bisa menghemat biaya sumur untuk pilot project.

Semoga saja bisa menarik dari sisi  reservoir dan ekonomisnya(kalau 
geologinya kurang menarik kali ya ? explo shale sih...) 

Salam

Kartiko
_


Dari sisi geologi, apabila dapat dibuktikan formasi dangkal seperti Telisa 
dan Gumai merupakan shale gas yang produktif tentunya akan menjadi resource 
yang menarik. Tetapi kalau saya belum yakin keduanya memenuhi kriteria 
sebagai self sourced shale gas. Sebagai jenis unconventional HC mungkin iya, 
seperti tight rock (shaly sand) oil.

Dikaitkan dengan producing analog (Haynesville atau Marcellus shale gas), 
maka potensi basin center deep shale gas bisa jadi menarik, sebagai contoh 
Grup Pematang. Seperti producing analog tersebut, tipe overpressured clayly 
shale gas menjanjikan produksi yang cukup bagus. 

Salam,

WW

Powered by Telkomsel BlackBerry®

 
From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com 
Date: Fri, 22 Jul 2011 20:39:15 +0800
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] EIA: Potensi Shale Gas di Dunia 6.622 Tcf


Mas Wikan dan Mbak Ratna, 


Kriteria yang saya sampaikan lebih kepada kalau hendak memproduksi gas shale 
di Indonesia seperti yang disampaikan sebelumnya oleh Mas Vicky


Apakah memang kita bisa menemukan shale source

FW: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-18 Terurut Topik Radig Wisnu Yuwono
Dear All,

Sehubungan dengan diskusi mengenai Passive Seismic ini. Ada tambahan dari 
senior saya Pak Benny Sjafwan. Berhubung beliau belum tergabung dalam milis 
IAGI maka saya forward email beliau. Terima kasih.


-Radig Wisnu Y-


From: Benny Sjafwan
Sent: Tuesday, November 18, 2008 1:04 PM
To: Radig Wisnu Yuwono
Subject: RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?


Bapak-bapak, saya ingin menambahkan apa yang telah diterangkan oleh Pak Radig 
Wisnu. (sebetulnya sama saja)

Alangkah baiknya menyimak prinsip sederhana yang mendasari technology ini:



Pada prinsipnya technology ini merekam secara pasif gelombang alami, yang 
datang dari bawah permukaan, di suatu titk lokasi dengan sebuah sensor yang 
sangat sensitif. Kemudian data hasil rekaman tersebut diproses/analisa secara 
spectroscopy (proses/analisa dalam frequency domain). Dari hasil proses/analisa 
menunjukkan bahwa apabila gelombang alami tersebut merambat/propagade melalui 
hydrocarbon reservoir, ada gambaran amplitudo terhadap distribusi frequency 
(10Hz) yang khas, hal ini disebut juga fenomena alam, specific signature of 
Hydrocarbon occurance.



Perlu dipahami / percaya terlebih dahulu bahwa bumi ini berosilasi atau 
bergetar non stop (memang teramati dilapangan), walaupun hanya dengan 
intensitas yang sangat kecil. Getaran mekanik ini kemudian dikonversikan 
menjadi gelombang bunyi (sound wave), yang ditangkap oleh sensor yang sangat 
sensitif. Gelombang ini bisa diamati di seluruh permukaan bumi.  Namun yang 
menarik perhatian kita berdasarkan pengamatan, fenomena alam tersebut berada 
pada low frequency dibawah 10 Hz.



Ada beberapa sifat fisik gelombang low frequency yang perlu kita ketahui antara 
lain: No Absorption, No Refraction, No Dispersion.  No Absorption artinya decay 
atau atenuasi amplitude gelombang dapat diabaikan walaupun melalui media yang 
sangat tebal. Artinya amplitudo gelombang low freq pada kedalaman  100m sama 
saja dengan  amplitudo gelombang low freq pada 1000m. No Refraction  No 
Dispersion dapat dikatakan gelombang yang diamati di suatu titik koordinat di 
permukaan berasal dari bawah dengan koordinat yang sama secara vertikal.



Dalam prinsip technology ini juga yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik 
fluida, baik air, minyak atau gas dalam reservoir.  Air mempunyai sifat 
incompresible, minyak mempunyai sifat compressible dan gas tentunya more 
compressible.  Sifat fluida ini sangat pahami ada hubungannya dengan gejala 
fisika yang namanya precursor. Precursor kurang lebih artinya begini apabila 
suatu gelombang merambat dalam suatu media berisi cairan, maka akan timbul 
noise atau gelombang secunder akibat deformasi cairan tersebut. Gelombang 
mekanik di-convert ke gelombang suara, seperti contoh kita mukul sesuatu, 
tadinya bersifat mekanik kemudian diubah menjadi suara pukulan.  Water 
reservoir  non reservoir tidak menunjukkan adanya precursor apabila ada 
gelombang yang lewat, karena incompressible, no space for deformation (koclak 
kalau kata basa Sunda mah). Tapi kalau reservoir berisi minyak atau gas akan 
memperlihatkan adanya precursor. Ada gelombang baru yang bersuperposisi dg 
natural wave yang menjadi ciri khas dari Hydrocarbon (hydrocarbon signature).



Saat ini, fenomena alam tersebut baru bisa digunakan pada tahap mengetahui 
keberadaan Hydrocarbon, ada atau tidak ada.  Mungkin net pay.  Confident level 
cukup tinggi bisa lebih dari 90%. Tentunya in the near future, banyak 
hipotesa-hipotesa dalam hal ini yang perlu dibuktikan. Dan bukan tidak mungkin 
technology ini berkembang pesat dan menjadi geophysical tool masa depan.

Kebetulan saya ketemu dengan inventornya, DR Ermst T Rode, di Research  
Development nya di Rovereto, Italy. Ternyata processingnya nothing special, 
lebih sulit lagi process seismic conventional. Tapi...tergantung the man behind 
the gun.



Saya coba jawab beberapa pertanyaan sebelumnya:

Pertanyaan: Dalam praktek, sinyal gempa mungkin hanya berlangsung sesaat, tetapi

jejak-nya dalam domain frekuensi bisa dominan.



Jawab : Jangan khawatir kita mengamati dalam time domain sekitar 40 menit - 
1 jam. Kita mengamati data dalam Time Domain dan Frequency  Domain. 
 YANG KITA AMATI ADALAH GELOMBANG DG FREKUENSI TERTENTU MUNCUL SECARA KONTINU / 
KONSISTEN.  Jadi mudah saja meng-eliminir gelombang sesaat yang tidak 
diinginkan.  Seperti Jejak sinyal gempa memang ada tapi mengalami atenuasi 
dalam perioda tertentu dan mudah diamati.



Pertanyaan: Setahu saya, seismometer gempa seperti ini bukan merekam getaran 
dari bawah (vertical), tapi dia merekam komponen vertikal dari gelombang gempa. 
Jadi gempa mungkin saja datang tidak dari bawah, tapi komponen vertikalnya 
tetap direkam cmiiww.



Jawab :Alat yang digunakan  hanya mempunyai komponen vertikal saja. (3 
komponen sedang dikembangkan).  Artinya Gempa yang datang secara lateral adalah 
Shear wave (yang Vertical component)yang terekam.  Itupun hanya

RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-17 Terurut Topik Radig Wisnu Yuwono
Gelombang sekunder di sini bukan merupakan shear wave. Akan tetapi gelombang 
baru akibat adanya deformasi pada saat gelombang dari source (gelombang primer) 
melewati reservoir yang berisi HC (bersifat compressible).


Best regards,

Radig Wisnu Yuwono

-Original Message-
From: Paulus Tangke Allo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, November 17, 2008 10:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

gelombang sekunder?
bagaimana sifat2 fisis dari gelombang sekunder ini?
bagaimana proses terjadinya gelombang sekunder ini?


--pta


2008/11/16 Radig Wisnu Yuwono [EMAIL PROTECTED]:
 Saya ingin sedikit sharing mengenai metoda Passive Seismic ini. Karena 
 menurut saya metoda ini sangat bagus untuk mengidentifikasi ada nya HC dengan 
 biaya yang lebih murah di bandingkan dengan seismic 2D.

 Ada dua point penting untuk memahami metoda ini, yaitu :

 1. Bumi itu ber-osilasi sepanjang waktu. Dan membentuk gelombang suara yang 
 dapat diamati di seluruh permukaan bumi. Gelombang ini lah yang teramati 
 sebagai background noise. Sumber dari getaran ini bisa berasal dari 
 aktifitas magma atau pergerakan lempeng dll.

 2. Air itu bersifat incompressible dan HC itu bersifat compressible. Mengapa 
 hal ini penting karena jika background noise tadi melewati reservoir yang 
 berisi air saja tentu akan berbeda jika melewati reservoir yang ada HC nya. 
 Apabila gelombang suara melewati hydrocarbon reservoir maka akan timbul 
 gejala geofisika yaitu precursor (perilaku gelombang sekunder dalam 
 reservoir). Gelombang yang teramati ini mempunyai ciri khas dan merupakan 
 fenomena alam untuk mengetahui keberadaan HC di dalam bumi.

 Jadi dalam metoda Passive Seismic ini tidak menggunakan source lain selain 
 dari natural source yang telah saya sebutkan di atas. Untuk mengamati gejala 
 ini tidak perlu akuisisi selama 24 jam seperti yang di katakan oleh Pak Agus 
 Latief sebelum nya. Cukup 40 menit - 1 jam saja. Dengan rentang waktu 
 tersebut kita bisa mendapatkan perbedaan background noise dengan gelombang 
 dari sumber lainnya (contoh: aktifitas di permukaan).

 Selama akuisisi 40 menit - 1 jam tersebut semua frekuensi di ambil namun 
 hanya gelombang dengan frekuensi 0-10 Hz yang diolah. Seperti pada point ke-2 
 di atas. Jika ada HC dalam reservoir maka dia akan menimbulkan gejala 
 geofisika berupa gelombang sekunder. Hal ini bisa di analogikan dengan botol 
 yg berisi air namun tidak penuh. Jika ada getaran dari dalam bumi maka akan 
 menimbulkan gelombang sekunder. Karena sifat HC yang compressible. Berbeda 
 jika reservoir tersebut hanya berisi air saja. Jika reservoir tersebut hanya 
 mengandung air saja maka bisa di analogikan botol yang berisi air penuh. 
 Sehingga jika ada getaran maka tidak akan menimbulkan gelombang sekunder. Hal 
 ini terjadi karena air bersifat incompressible. Hal ini lah yang digunakan 
 sebagai dasar membedakan reservoir yang mengandung HC atau tidak. Dari 
 frekuensi yang diolah antara 0-10 Hz akan timbul anomali pada frek 2-3 Hz 
 jika ada kandungan HC dalam reservoir.

 Kelemahan dari metoda ini adalah BELUM bisa mengetahui dari kedalaman berapa 
 kandungan HC yang terdeteksi di permukaan. Jadi metoda ini hanya bisa 
 mengetahui ADA atau TIDAK nya HC di bawah permukaan.

 Sekian sharing dari saya. Mungkin ada yang bisa menambahkan jika ada yang 
 kurang dari penjelasan saya di atas.


 Best Regards,

 Radig Wisnu Y


serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...

ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list

RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-17 Terurut Topik Radig Wisnu Yuwono
Pak Agus/Pak Leonard Lisapaly,

Dalam mengolah data metoda Passive Seismic ini yang perlu kita perhatikan 
adalah 2 hal, yaitu :

1. Frekuensi
2. Time

Jadi selama proses perekaman data ini. Jika terekam surface noise yang memiliki 
frekuensi di atas 10 Hz data tersebut akan langsung dibuang pada saat 
pengolahan data. Bagaimana jika ada gempa yang memiliki frekuensi rendah. Kita 
tinggal liat dari segi waktu nya saja. Apakah ada gempa yang terjadi continuous 
selama 40 menit? Bagaimana jika ada frekuensi rendah yang berasal dari 
permukaan kemudian berlangsung lama?  Mungkin tambahan dari saya. Sensor yang 
digunakan dalam metoda ini hanya menangkap gelombang P yang berasal dari bawah 
permukaan.

Dalam praktek nya alat sensor ini akan dimasukkan kedalam lubang sedalam kurang 
lebih 0.5 - 1 meter. Kemudian akan ditutup. Hal ini dilakukan untuk mengurangi 
terekamnya surface noise tadi. Jadi hasil akhir nya nanti diharapakan adalah 
benar-benar frekuensi rendah yang berasal dari natural source.



Best Regards,

Radig Wisnu Y

-Original Message-
From: agus latief [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, November 17, 2008 2:10 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?


Pak Radig,

Kalau akusisi hanya 40 menit - 1 jam, bagaimana kita membedakan antara real 
signal dgn surface noise? Mgkn klo 1 jam akusisi dilakukan siang dan malam 
hari, dr 2 record tsb kt bisa tahu mana yg surface noise..

Atau mgkn ada metode tertentu yg bisa dijelaskan lebih lanjut?

Agus.

 From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 17 Nov 2008 
 10:36:05 +0700 Subject: RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?  Saya 
 ingin sedikit sharing mengenai metoda Passive Seismic ini. Karena menurut 
 saya metoda ini sangat bagus untuk mengidentifikasi ada nya HC dengan biaya 
 yang lebih murah di bandingkan dengan seismic 2D.  Ada dua point penting 
 untuk memahami metoda ini, yaitu :  1. Bumi itu ber-osilasi sepanjang 
 waktu. Dan membentuk gelombang suara yang dapat diamati di seluruh permukaan 
 bumi. Gelombang ini lah yang teramati sebagai background noise. Sumber dari 
 getaran ini bisa berasal dari aktifitas magma atau pergerakan lempeng dll.  
 2. Air itu bersifat incompressible dan HC itu bersifat compressible. Mengapa 
 hal ini penting karena jika background noise tadi melewati reservoir yang 
 berisi air saja tentu akan berbeda jika melewati reservoir yang ada HC nya. 
 Apabila gelombang suara melewati hydrocarbon reservoir maka akan timbul 
 gejala geofisika yaitu precursor (perilaku gelombang sekunder dalam 
 reservoir). Gelombang yang teramati ini mempunyai ciri khas dan merupakan 
 fenomena alam untuk mengetahui keberadaan HC di dalam bumi.  Jadi dalam 
 metoda Passive Seismic ini tidak menggunakan source lain selain dari natural 
 source yang telah saya sebutkan di atas. Untuk mengamati gejala ini tidak 
 perlu akuisisi selama 24 jam seperti yang di katakan oleh Pak Agus Latief 
 sebelum nya. Cukup 40 menit - 1 jam saja. Dengan rentang waktu tersebut kita 
 bisa mendapatkan perbedaan background noise dengan gelombang dari sumber 
 lainnya (contoh: aktifitas di permukaan).  Selama akuisisi 40 menit - 1 jam 
 tersebut semua frekuensi di ambil namun hanya gelombang dengan frekuensi 0-10 
 Hz yang diolah. Seperti pada point ke-2 di atas. Jika ada HC dalam reservoir 
 maka dia akan menimbulkan gejala geofisika berupa gelombang sekunder. Hal ini 
 bisa di analogikan dengan botol yg berisi air namun tidak penuh. Jika ada 
 getaran dari dalam bumi maka akan menimbulkan gelombang sekunder. Karena 
 sifat HC yang compressible. Berbeda jika reservoir tersebut hanya berisi air 
 saja. Jika reservoir tersebut hanya mengandung air saja maka bisa di 
 analogikan botol yang berisi air penuh. Sehingga jika ada getaran maka tidak 
 akan menimbulkan gelombang sekunder. Hal ini terjadi karena air bersifat 
 incompressible. Hal ini lah yang digunakan sebagai dasar membedakan reservoir 
 yang mengandung HC atau tidak. Dari frekuensi yang diolah antara 0-10 Hz akan 
 timbul anomali pada frek 2-3 Hz jika ada kandungan HC dalam reservoir.  
 Kelemahan dari metoda ini adalah BELUM bisa mengetahui dari kedalaman berapa 
 kandungan HC yang terdeteksi di permukaan. Jadi metoda ini hanya bisa 
 mengetahui ADA atau TIDAK nya HC di bawah permukaan.  Sekian sharing dari 
 saya. Mungkin ada yang bisa menambahkan jika ada yang kurang dari penjelasan 
 saya di atas.   Best Regards,  Radig Wisnu Y   -Original 
 Message- From: agus latief [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, 
 November 15, 2008 9:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] 
 Metode Passive Seismic ?   Sepanjang yg saya tahu, metode passive 
 seismic ini memanfaatkan background gelombang yg memang secara natural 
 dimiliki oleh bumi.. sou rce sendiri blum jelas, ada yg bilang dihasilkan 
 gelombang laut. Karena presence dr gelombang ini adl sesuatu yg natural dan 
 bukan trigger dr manusia, makanya disebut passive

RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-16 Terurut Topik Radig Wisnu Yuwono
Saya ingin sedikit sharing mengenai metoda Passive Seismic ini. Karena menurut 
saya metoda ini sangat bagus untuk mengidentifikasi ada nya HC dengan biaya 
yang lebih murah di bandingkan dengan seismic 2D.

Ada dua point penting untuk memahami metoda ini, yaitu :

1. Bumi itu ber-osilasi sepanjang waktu. Dan membentuk gelombang suara yang 
dapat diamati di seluruh permukaan bumi. Gelombang ini lah yang teramati 
sebagai background noise. Sumber dari getaran ini bisa berasal dari aktifitas 
magma atau pergerakan lempeng dll.

2. Air itu bersifat incompressible dan HC itu bersifat compressible. Mengapa 
hal ini penting karena jika background noise tadi melewati reservoir yang 
berisi air saja tentu akan berbeda jika melewati reservoir yang ada HC nya. 
Apabila gelombang suara melewati hydrocarbon reservoir maka akan timbul gejala 
geofisika yaitu precursor (perilaku gelombang sekunder dalam reservoir). 
Gelombang yang teramati ini mempunyai ciri khas dan merupakan fenomena alam 
untuk mengetahui keberadaan HC di dalam bumi.

Jadi dalam metoda Passive Seismic ini tidak menggunakan source lain selain dari 
natural source yang telah saya sebutkan di atas. Untuk mengamati gejala ini 
tidak perlu akuisisi selama 24 jam seperti yang di katakan oleh Pak Agus Latief 
sebelum nya. Cukup 40 menit - 1 jam saja. Dengan rentang waktu tersebut kita 
bisa mendapatkan perbedaan background noise dengan gelombang dari sumber 
lainnya (contoh: aktifitas di permukaan).

Selama akuisisi 40 menit - 1 jam tersebut semua frekuensi di ambil namun hanya 
gelombang dengan frekuensi 0-10 Hz yang diolah. Seperti pada point ke-2 di 
atas. Jika ada HC dalam reservoir maka dia akan menimbulkan gejala geofisika 
berupa gelombang sekunder. Hal ini bisa di analogikan dengan botol yg berisi 
air namun tidak penuh. Jika ada getaran dari dalam bumi maka akan menimbulkan 
gelombang sekunder. Karena sifat HC yang compressible. Berbeda jika reservoir 
tersebut hanya berisi air saja. Jika reservoir tersebut hanya mengandung air 
saja maka bisa di analogikan botol yang berisi air penuh. Sehingga jika ada 
getaran maka tidak akan menimbulkan gelombang sekunder. Hal ini terjadi karena 
air bersifat incompressible. Hal ini lah yang digunakan sebagai dasar 
membedakan reservoir yang mengandung HC atau tidak. Dari frekuensi yang diolah 
antara 0-10 Hz akan timbul anomali pada frek 2-3 Hz jika ada kandungan HC dalam 
reservoir.

Kelemahan dari metoda ini adalah BELUM bisa mengetahui dari kedalaman berapa 
kandungan HC yang terdeteksi di permukaan. Jadi metoda ini hanya bisa 
mengetahui ADA atau TIDAK nya HC di bawah permukaan.

Sekian sharing dari saya. Mungkin ada yang bisa menambahkan jika ada yang 
kurang dari penjelasan saya di atas.


Best Regards,

Radig Wisnu Y


-Original Message-
From: agus latief [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, November 15, 2008 9:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?


Sepanjang yg saya tahu, metode passive seismic ini memanfaatkan background 
gelombang yg memang secara natural dimiliki oleh bumi.. sou
rce sendiri blum jelas, ada yg bilang dihasilkan gelombang laut. Karena 
presence dr gelombang ini adl sesuatu yg natural dan bukan trigger dr manusia, 
makanya disebut passive seismic.

Dalam perjalanan gelombang tsb menuju surface, ada bbrp hal yg bisa memicu 
disturbance dan menimbulkan anomaly. Salah satu yg paling besar effectnya adl 
vibrant dr different fluid system di HC bearing reservoir. Gas atau oil yg 
berada pada tempat yg sama dengan irreducible water, akan menyebabkan gelombang 
tersebut memiliki anomali yg berbeda dgn background-nya dan jg specific range 
value dr frekuensi-nya. Ini yg memungkinkan metode ini berguna untuk HC 
finding. Untuk meminimalisir noise dr surface, biasanya receiver me-record 
lateral ama vertical signal. Selain itu, akusisi dilakukan 24 jam untuk 
mendapatkan real background, biasanya didapet malem hari soalnya surface 
activity minimal. Receiver sangat sensitive dan harus mendekati datar 
(toleransi angle less than 1 degree) selama proses akuisisi.

Silahkan dibenarkan klo ada yg salah..

Agus Latief. Date: Sat, 15 Nov 2008 14:52:53 +0800 From: [EMAIL PROTECTED] 
To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ? 
 Sudah baca artikel AAPG explorer tahun lalu : Seeking the Universal 
Hydrocarbon Indicator: Low Frequency, But High Hopes 
http://www.aapg.org/explorer/2007/06jun/passive_seismic.cfm Sebenernya tahun 
2001 wektu kerja di BPS pernah ada presentasi seismic ini di Shell, dengan 
memanfaatkan getaran submersible pump sebagai sumber getar. Kalau ini sih 
masih tergolong aktive. tetapi getarannya kontinous dan relatif konstant. 
Kalau ga salah wektu itu untuk melihat continuitas reservoir dengan cara 
tomography. Menraik sih, wong tinggal memasukkan geophone di lubang dari 
sumur2 sebelahnya saja.  RDP  2008/11/15 Muhammad Taufik [EMAIL 
PROTECTED]:  Rekan2 IAGI net,  Passive seismic, atau seismic

RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Reminder: TODAY, Luncheon Talk HAGI - Potensi Giant Field di Pantai Barat Sumatra - Aceh?

2008-02-22 Terurut Topik Radig Wisnu Yuwono
Pak Awang dan Pak Amin,

Sekedar menambahkan. Di Blok Korinci Baru (Baru, West Baru dan Korinci
Field) sekarang sudah di produksikan biogenic gas untuk keperluan PLN
dan RAPP. 

Regards,
Radig Wisnu Y
 
 

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, February 22, 2008 4:17 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Reminder: TODAY, Luncheon
Talk HAGI - Potensi Giant Field di Pantai Barat Sumatra - Aceh?

Pak Amin,

Terima kasih atas ulasan ringkasan acara luncheon talk kemarin, maaf
kemarin saya tak sempat memperhatikan Pak Amin karena banyak sekali yang
hadir; kalau Pak Amin bertanya di forum itu tentu saya jadi tahu ..oh
ini yang namanya Pak Amir Al Amin, selama ini hanya tahu via milis saja.

Bila build ups yang ada di dalaman Sibolga itu adalah reefs dan
mengandung gas biogenik, tentu bisa dikomersialkan, bergantung kepada
berapa volumenya dan berapa besar biaya eksplorasi-produksinya,
pengangkutannya, lalu pasarnya di mana. Bila ekonomis, tentu berharga
untuk dikembangkan.

BPMIGAS juga mengawasi kontrak-kontrak unconventional gas termasuk
biogenic gas dan CBM (yang CBM belum ada yang jadi kontrak). Di beberapa
lapangan gas di Indonesia terdapat biogenic gas yang diproduksikan
meskipun dalam bentuk mixing dengan thermogenic gas, misalnya gas dari
Lapangan Wunut Lapindo di Jawa Timur dan gas dari Lapangan Kampung Baru
Energy Equity di Sengkang, Sulawesi Selatan.

Di dunia, banyak gas biogenik sudah diproduksikan, misalnya di Cook
Inlet Alaska (nanti saya ulas lebih detail karena ini forearc basin), Po
Valley di Italia Utara, Powder River Basin di Wyoming dan Montana, USA,
atau di West Siberia, Rusia. Khusus yang di Siberia begitu besarnya
cadangan gas biogeniknya, sampai ada satu lapangan dengan cadangan gas
biogenik terbesar di dunia : Urengoy Field (218 TCFG) - volumenya kalau
dikonversikan sama saja dengan 36 bilyun barrel oil.

Di Cekungan Sibolga sebelah timur banyak reef Miosen yang telah ditembus
sumur oleh Union Oil dan Caltex; beberapa mengandung gas biogenik dengan
metana 99 % (sayang saya tak punya data isotop karbon-13 dan isotop
deuteriumnya; kalau ada kita bisa tahu lebih jauh kejadian gas ini dan
penting buat melakukan evaluasi petroleum system-nya sampai ke seluruh
Cekungan Sibolga). Saat itu gasnya disebut tak ekonomis, sebagian bocor
karena tipisnya sealing beds akibat dangkal. Nah, reef2 dalam di
depocenter Sibolga kalau ada reefs di situ punya peluang bisa menahan
volume yang lebih besar tentunya sebab seal capacity di situ jelas akan
lebih baik daripada yang dangkal.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, February 22, 2008 10:25 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Reminder: TODAY, Luncheon
Talk HAGI - Potensi Giant Field di Pantai Barat Sumatra - Aceh?

Sebagai peserta pasif, dan sedikit awam , summarynya +/- sbb.

Pak Yusuf menemukan di seismic datanya, carbonate build up dan bright
spots.
Lokasinya di kedalaman laut 700m.
Beliau menyampaikan adanya potensi HC dari data ini.
Itu-itungan dari volume batuan x porosity dapatlah ruang sekian barrel.
Yang dikutip media sekian barrelnya tuh adalah HC/ Oil yang jelas 
dari
Arab.
Beliau juga menemukan kemenerusan fracture berarah SW-NE, yang mungkin
bisa
menjadi heat conduit (??).
untuk mematangkan HC.


Pak Andang menyampaikan, potensi fore arc basin di Indonesia, dan negara
tetangga.
Intinya, masih ada peluang di area itu. Bisa jadi yang sekarang fore
arc,
dulunya back arc.
Atau fore arc nya masih punya basement continental.
Data pemboran th 70 an, dari sumur terdekat , yang berada di kedalaman
dangkal 100m.
mengindikasikan gas.

Pak Awang, di bagian muka mengulas berita 2 di media yang menggunakan
istilah-istilah,
yang bisa menyesatkan. Misal 'Discovery, Field, Lebih besar dari Arab
Saudi
Beliau menegaskan kalau data pengeboran di sumur terdekat hanya
mengindikasikan
Biogenic Gas. Dan gradient geothermal di daerah tersebut secara
regional,
rendah,alias
terlalu dingin untuk HC generation.
Pelajaran dari Fore arc basin di lapangan yang berproduksi di dunia,
menunjukan
tidak ada lapangan yang pure fore arc basin, tetapi dulunya back arc,
atau
campuran.

Demikian sedikit yang nyantol di kepala saya, mungkin saja salah dan
kurang,
mohon peserta yang lebih kompeten menanggapi.

Sedikit pertanyaan dari saya untuk Pak Awang:
.
Jika yang ada di Limestone Bulid Up itu 'cuma' Biogenic gas.
Apakah tidak bisa di komersilkan?
Apakah BP Migas juga mengatur potensi Unconventional Gas, seperti CBM,
dan
Biogenic Gas?
Adakah ada  Biogenic gas yang diproduksi di dunia?

Salam,




2008/2/21 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]:

 Bagaimana kelanjutan hikayat penemuan lapangan raksasa di Aceh ini ?
 Bisakah memperoleh bahan presentasinya ?

 Terimakasih

 Wassalam
 RDP

 2008/2/21 Muharram Jaya Panguriseng
[EMAIL PROTECTED]:
 
   Dear all,
 
   JUST A REMINDER !!!
 
   TODAY