Re: [iagi-net] “Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua PERHAPI

2013-11-30 Terurut Topik bandono salim
dampaknya untuk kemajuan NKRI secara utuh apa ada ?


2013/11/29 Rovicky Dwi Putrohari 

> “Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua 
> PERHAPI
> Posted on 29 November 2013 by Rovicky
>
> [image: 
> InPengKon]Ketika
> sedang rapat bersama awal pekan, antara IAGI (Ikatan Ahli Geologi
> Indonesia) dengan PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) ada
> satu topik bahasan menarik tentang *Mining Policy*,
>
> * [image: :(] “looh emang kita sudah punya ?”*
> * [image: :D] “ya justru itu yang mau kita usulkan dibuat. Salah satu
> amanah UU no.4 tahun 2009 pasal 6 Butir 1.a adalah dibuat “mining policy”
> (kebijakan minerba)”.*
>
> Perhapi dan IAGI harus dapat memberi hal positip ketimbang sekedar ngeluh
> dan mengkritik.
>
> Mas Disan, “Sang Provokator”, nyeletuk dengan memberikan tiga pokok
> bahasan yang mesti didiskusikan dalam Mining Policy, yaitu Inventory,
> Pengusahaan dan Konservasi.
> Inventory
> [image: Klasifikasi 
> Sumberdaya]
>
> Klasifikasi Sumberdaya
>
> Apa iya kita saat ini memiliki inventory yang bener tentang bahan material
> yang terkandung ditanah air NKRI ? Kita kaya iya, tapi kaya apa saja, dapat
> dipakai untuk apa dan untuk siapa ?
>
> Inventory kita masih terlalu mentah kalau hanya mengatakan karena kita
> berada dalam *Ring of Fire* dan *Ring of Resources*. Semestinya sudah
> jauh meningkat informasi yang dihimpun, kalau memungkinkan semestinya juga
> diketahui berapa banyak mineral-meral ikutan ketika menambang emas. Berapa
> jumlah grafit, berapa jumlah serpih yang terangkat ketiuka membuka tambang
> batubara.
>
> Teori geologi sudah suangat banyak, tetapi sering tidak “*menyentuh*”
> berapa besar cadangan atau *reserves*nya, Lah wong kebanyakan masih
> sebagai “speculative resource”, Contoh, kita selalu terpesona dengan jumlah
> energi geothermal yg “mengaku” 40% dari potensi dunia. Tetapi kita tidak
> tahu persis dimana saja yang dapat diproduksikan, dan berapa cadangan yang
> ekonomisnya. Kita juga terpesona dengan angka potensi gas serpih (shale
> gas) yang keluar dari ESDM sebesar 600Tcf, padahal itu angka “*speculative
> resource*“.
>
> Pemerintah semestinya tidak mendasarkan kebijakan pada tataran ini.
> Pemerintah paling tidak mendasarkan policy pengembangan wilayah dengan
> jumlah Sumberdaya yg *BUKAN SPECULATIVE*. Kalau dalam Migas Pemerintah
> semestinya mendasarkan perencanaan pengembangan nya pada inventory
> “Lead-Prospect” yang sudah diidentifikasi. Bukan hanya dimana cekungan
> migasnya.
>
> Didik (Ardianto) Ketua Perhapi sangat konsen dengan informasi tentang
> pemanfaatan dan daya serap serta kebutuhan ini yang perlu diketahui dan
> disebarkan ke para pebisnis lokal supaya mampu menciptakan pasar bagi bahan
> mineral serta metal yang ada ini. Karena disinilah “*penggerak*”
> roda-roda pengusahaan nantinya.
>
> Bagaimana mungkin memiliki keinginan mencari gadolinite kalau tidak tahu
> manfaat gadolinium, ketika tidak tahu manfaatnya bagaimana menentukan
> harganya ? Berapa royaltinya ? Tentunya Kementrian Perindustrian harus
> terlibat juga, kan ?
> Pengusahaan
>
> Nah ini mestinya mendiskusikan bagaimana mengambil bahan-bahan mineral
> tambang dll. bagaimana cara yang paling efisien, ekonomis dan
> menguntungkan. Sepertinya ini masalah paling seksi yang telah dibicarakan
> selama ini. Yang ikut diskusi sepakat bahwa saat ini urusan pengusahaan ini
> “terlalu” banyak dibahas didiskusikan, diatur regulasinya, dibuat tata
> aturan yang sering kali malah mempersulit untuk dilakukan.
>
> Migas walau sering tidak didiskusikan dalam urusan “mining plicy”,
> sejatinya mirip dengan minerba, mereka mengekstrasi sumberdaya alam. Migas
> sudah sangat rumit aturannya, bahkan ada yang menganggap “*over regulated*”
> dibandingkan pengusahaan mineral dan batubara.
>
> Urusan bagihasil, urusan ijin, urusan metode penambangan yg sesuai kaidah 
> “*good
> mining practice*“, sudah sangat lanyah dan lancar keluar dalam seminar,
> obrolan dan *eyel-eyelan rebutan kapling*.
>
> Dalam urusan pengusahaan ini masih hanya pengusahaan mineral yang paling
> sering dan secara volume banyak dijumpai. Mineral jarang atau rare-earth
> tidak atau belum banyak diatur. Padahal kebutuhan di dunia sudah cukup
> banyak. Termasuk didalam rare earth ini ya gadolinite itu.
> Konservasi,
>
> Untuk pembicaraan konservasi, Mas Disan langsung bilang, jangan hanya
> sekedar mikir konservasi keberlangsungan bahwa beproduksi harus terus
> mengalir lancar dengan eksplorasi. Itu hanya satu siklus pengusahaan.
> Tetapi konservasi ini harus diambil manfaat terbesar dalam *HUMAN CAPCITY
> !*
>
> Semestinya, bukan hanya sekedar melakukan perhitungan potensi dan cadangan
> dan meningkatkan produksi karena ingin memenuhi kebutuhan pasar dan yang
> notabene hanya pasar di luar al

[iagi-net] “Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua PERHAPI

2013-11-28 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
“Mining Policy” : Obrolan santai Ketua IAGI dan Ketua
PERHAPI
Posted on 29 November 2013 by Rovicky

[image: 
InPengKon]Ketika
sedang rapat bersama awal pekan, antara IAGI (Ikatan Ahli Geologi
Indonesia) dengan PERHAPI (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) ada
satu topik bahasan menarik tentang *Mining Policy*,

* [image: :(] “looh emang kita sudah punya ?”*
* [image: :D] “ya justru itu yang mau kita usulkan dibuat. Salah satu
amanah UU no.4 tahun 2009 pasal 6 Butir 1.a adalah dibuat “mining policy”
(kebijakan minerba)”.*

Perhapi dan IAGI harus dapat memberi hal positip ketimbang sekedar ngeluh
dan mengkritik.

Mas Disan, “Sang Provokator”, nyeletuk dengan memberikan tiga pokok bahasan
yang mesti didiskusikan dalam Mining Policy, yaitu Inventory, Pengusahaan
dan Konservasi.
Inventory
[image: Klasifikasi
Sumberdaya]

Klasifikasi Sumberdaya

Apa iya kita saat ini memiliki inventory yang bener tentang bahan material
yang terkandung ditanah air NKRI ? Kita kaya iya, tapi kaya apa saja, dapat
dipakai untuk apa dan untuk siapa ?

Inventory kita masih terlalu mentah kalau hanya mengatakan karena kita
berada dalam *Ring of Fire* dan *Ring of Resources*. Semestinya sudah jauh
meningkat informasi yang dihimpun, kalau memungkinkan semestinya juga
diketahui berapa banyak mineral-meral ikutan ketika menambang emas. Berapa
jumlah grafit, berapa jumlah serpih yang terangkat ketiuka membuka tambang
batubara.

Teori geologi sudah suangat banyak, tetapi sering tidak “*menyentuh*”
berapa besar cadangan atau *reserves*nya, Lah wong kebanyakan masih sebagai
“speculative resource”, Contoh, kita selalu terpesona dengan jumlah energi
geothermal yg “mengaku” 40% dari potensi dunia. Tetapi kita tidak tahu
persis dimana saja yang dapat diproduksikan, dan berapa cadangan yang
ekonomisnya. Kita juga terpesona dengan angka potensi gas serpih (shale
gas) yang keluar dari ESDM sebesar 600Tcf, padahal itu angka “*speculative
resource*“.

Pemerintah semestinya tidak mendasarkan kebijakan pada tataran ini.
Pemerintah paling tidak mendasarkan policy pengembangan wilayah dengan
jumlah Sumberdaya yg *BUKAN SPECULATIVE*. Kalau dalam Migas Pemerintah
semestinya mendasarkan perencanaan pengembangan nya pada inventory
“Lead-Prospect” yang sudah diidentifikasi. Bukan hanya dimana cekungan
migasnya.

Didik (Ardianto) Ketua Perhapi sangat konsen dengan informasi tentang
pemanfaatan dan daya serap serta kebutuhan ini yang perlu diketahui dan
disebarkan ke para pebisnis lokal supaya mampu menciptakan pasar bagi bahan
mineral serta metal yang ada ini. Karena disinilah “*penggerak*” roda-roda
pengusahaan nantinya.

Bagaimana mungkin memiliki keinginan mencari gadolinite kalau tidak tahu
manfaat gadolinium, ketika tidak tahu manfaatnya bagaimana menentukan
harganya ? Berapa royaltinya ? Tentunya Kementrian Perindustrian harus
terlibat juga, kan ?
Pengusahaan

Nah ini mestinya mendiskusikan bagaimana mengambil bahan-bahan mineral
tambang dll. bagaimana cara yang paling efisien, ekonomis dan
menguntungkan. Sepertinya ini masalah paling seksi yang telah dibicarakan
selama ini. Yang ikut diskusi sepakat bahwa saat ini urusan pengusahaan ini
“terlalu” banyak dibahas didiskusikan, diatur regulasinya, dibuat tata
aturan yang sering kali malah mempersulit untuk dilakukan.

Migas walau sering tidak didiskusikan dalam urusan “mining plicy”,
sejatinya mirip dengan minerba, mereka mengekstrasi sumberdaya alam. Migas
sudah sangat rumit aturannya, bahkan ada yang menganggap “*over regulated*”
dibandingkan pengusahaan mineral dan batubara.

Urusan bagihasil, urusan ijin, urusan metode penambangan yg sesuai
kaidah “*good
mining practice*“, sudah sangat lanyah dan lancar keluar dalam seminar,
obrolan dan *eyel-eyelan rebutan kapling*.

Dalam urusan pengusahaan ini masih hanya pengusahaan mineral yang paling
sering dan secara volume banyak dijumpai. Mineral jarang atau rare-earth
tidak atau belum banyak diatur. Padahal kebutuhan di dunia sudah cukup
banyak. Termasuk didalam rare earth ini ya gadolinite itu.
Konservasi,

Untuk pembicaraan konservasi, Mas Disan langsung bilang, jangan hanya
sekedar mikir konservasi keberlangsungan bahwa beproduksi harus terus
mengalir lancar dengan eksplorasi. Itu hanya satu siklus pengusahaan.
Tetapi konservasi ini harus diambil manfaat terbesar dalam *HUMAN CAPCITY !*

Semestinya, bukan hanya sekedar melakukan perhitungan potensi dan cadangan
dan meningkatkan produksi karena ingin memenuhi kebutuhan pasar dan yang
notabene hanya pasar di luar alias *export*. Kita menanam, menuai tapi
orang lain yang memanfaatkan. Jangan lagi ada penjualan mentah-mentahan.
Dan ditipu mentah-mentah. Jual matengnya. dan diinvestasikan balik ke
manusianya.

Jadi kalau keuntungan migas ditanam untuk migas, itu hanya siklus lokal
Kal