Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-11-09 Terurut Topik bpriadi
Sekedar nambahi mbak,
Dept GL-ITB menawarkan kita kok unt ikut seminar itu termasuk unt membeli
bukunya, dan kita membeli kok. Jadinya ada 4 dosen yg mau dibiayai
departemen ke seminar itu, termasuk pak Bandono. Mungkin beliau lupa
nyontreng pilihan unt beli buku, atau tdk tahu kalau ada di antara
rombongan departemen yang beli buku juga untuk perpustakaan GL-ITB,
he..he..he...
Memang sih dana departemen terbatas unt pengadaan buku/jurnal, jadi monggo
lho kalau mau melanggankan jurnal/buletin, amalannya insya-Allah termasuk
amalan membagi ilmu yag bermanfaat..., dunia akherat lhoo

Nuhun.
bpriadi/pempem


 Pak Eddy,

 Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
 Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang
 saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas
 dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2
 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
 pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
 budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.
 Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam
 prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.
 Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu.

 Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
 universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.
 Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak
 Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

 Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan
 ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga
 begitu kok dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama
 pencerdasan.

 Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
 saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2
 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada
 buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan
 dari jalur ini.

 salam damai,

 Parvita H. Siregar
 Geologist-ENI Indonesia
 Atrium Mulia 3A floor
 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
 Jakarta 12910 Indonesia
 Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
 Fax: (62-21) 3000-3230
 mailto:[EMAIL PROTECTED]






 Eddy Subroto
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
b.ac.id cc:

  Subject: Re: [iagi-net-l]
 Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD

 10/27/2005
 09:02 AM

Please respond
to
 iagi-net







 Mbak Vita,

 Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan
 saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya
 yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan
 tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters
 baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu
 yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di
 Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu
 mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta!

 Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa
 tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku
 atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman.
 Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi
 jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995,
 demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga
 ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau
 meminjam
 bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI
 (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu
 halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk
 pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya
 jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena
 seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di
 negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah
 pinjam
 buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan
 master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat
 rusak, seperti diceritakan Pak Ukat.

 Semoga hal ini membuka wawasan Anda agar tidak terlalu miris.

 Wasalam,
 EAS



 Bacanya kok miris ya.  Kesannya jurusan geologi ITB ndak punya budget
 untuk buku.  Buat beli buku satu aja musti minta2.  Mudah2an aja
 murid2nya kreatif ngutak ngatik website di warnet, atau kaya2, jadi
 bisa beli buku sendiri.

 Terus terang miris campur kesel, almamaterku kok ya kasihan banget.
 Maaf ya bapak2 dan ibu2 dosen, kalau nyinggung perasaan.  Tapi kalau
 sebuah institusi tidak bisa beli 

Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-10-31 Terurut Topik parvita . siregar

Selalu dibantu kok kalau dari universitas, Pak, dari jalur IPA maupun IAGI.

Terimakasih penjelasannya.


Parvita H. Siregar
Geologist-ENI Indonesia
Atrium Mulia 3A floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
Jakarta 12910 Indonesia
Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
Fax: (62-21) 3000-3230
mailto:[EMAIL PROTECTED]







Eddy Subroto  

[EMAIL PROTECTED]   To: iagi-net@iagi.or.id  

b.ac.id cc:

 Subject: Re: [iagi-net-l] Buku 
untuk Universitas   
10/28/2005  

07:32 AM

Please respond  

to iagi-net 









Mbak Vita,

Syukur Anda sudah mulai mengerti. Ada data yang perlu saya tambahkan yang
tidak sempat saya tulis kemarin. Untuk acara di Bogor yang berkaitan
dengan peluncuran buku IMDC itu, Departemen Teknik Geologi ITB telah
membiayai (via kantong Departemen sendiri) 4 orang dosen, yaitu Pak
Bambang Priadi, Pak Bandono, Pak Andri, dan Ibu Rina. Mereka juga dibiayai
untuk membeli satu kopi buku IMDC. Jadi, sebenarnya buku tersebut sudah
ada di Perpustakaan Dept. Teknik Geologi ITB (bukan Perpustakaan Pusat
lho, jadi lebih dekat ke mahasiswa GL).

Mengenai dana pembelian buku, ITB menganggarkan sampai ratusan juta rupiah
per tahun tetapi melalui Perpustakaan Pusat (PP). Hanya saja PP harus
memasok buku untuk seluruh prodi yang jumlahnya sekitar 30an di ITB. Jadi
kalau hanya sekitar 2 atau 3 buku per tahun pasti ada, tetapi dikoleksi di
PP. Nah ini yang kadang menjadi rebutan mahasiswa. Kalau jadi rebutan
kami senang, tetapi kalau alasannya mahasiswa malas ke perpustakaan, itu
yang agak menyesakkan dada pengajar.

Terima kasih atas pengertian Anda dan jangan jera membantu kami yang di PT
ya.

Wasalam,
Eddy


 Pak Eddy,

 Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
 Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang
 saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas
 dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2
 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
 pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
 budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.
 Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam
 prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.
 Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu.

 Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
 universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.
 Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak
 Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

 Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan
 ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga
 begitu kok dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama
 pencerdasan.

 Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
 saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2
 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada
 buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan
 dari jalur ini.

 salam damai,

 Parvita H. Siregar
 Geologist-ENI Indonesia
 Atrium Mulia 3A floor
 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
 Jakarta 12910 Indonesia
 Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
 Fax: (62-21) 3000-3230
 mailto:[EMAIL PROTECTED]






 Eddy Subroto
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
b.ac.id cc:

  Subject: Re: [iagi-net-l]
 Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD

 10/27/2005
 09:02 AM

Please respond
to
 iagi-net







 Mbak Vita,

 Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan
 saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya
 yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan
 tinggi

Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-10-31 Terurut Topik Minarwan
Pak Bambang saran yang satu ini sangat baik. Kalau setiap universitas
yang punya geologi mendapatkan satu bapak angkat, wah asyik sekali.
Tapi asyiknya dirasakan jurusan geologi saja, sedangkan untuk jurusan
lain tidak kebagian jatah, karena tidak beruntung (tidak memiliki
bapak angkat dari perusahaan). Kalau mau adil berarti nanti setiap
jurusan kebagian jatah langganan, biaya langganan bertambah, jadinya
mungkin kemahalan. Atau mungkin nanti cuma 1-2 universitas yang
kebagian. Tapi memang sulit untuk menyenangkan semua pihak, jadi nanti
paling-paling universitas terkemuka juga yang mendapatkan bantuan.

Salam
Minarwan

On 10/31/05, Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pelajaran penting yang kami dapatkan ternyata bukan pengumpulan buku,
 melainkan akses terhadap 'ONLINE LIBRARY'. Beberapa organisasi memiliki
 perpustakaan digital yang bisa diakses oleh anggota yang membayar.  Jika
 universitas2 di Indonesia memiliki BAPAK ANGKAT perusahaan yang bisa
 membayar iuran tahunan, maka mahasiswa dan dosen bisa membaca publikasi2
 berbagai topik paling upto date.  Iurannya tidak besar, malahan kami
 sempat mendiskusikan discount dengan AAPG untuk universitas2 di
 Indonesia.  Jika perusahaan2 minyak yang sudah berproduksi bisa
 dihimbau untuk menjadi bapak angkat, akan sangat membantu, toh mungkin
 juga bisa di cost recovery, jumlahnya ngga sampai ribu2an dolar.

 Wass.
 Bambang

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



RE: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-10-30 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Karena sudah disinggung2 Vita, saya mau share lesson learnt dari
program IATMI Houston dengan program Book Drive for Indonesian
Universities yang mungkin saja bisa dipetik hikmahnya jika rekan2 akan
melakukan hal serupa.

Kerja sama.  Menjalin kerja sama dengan beberapa organisasi sangat
efektif karena masing2 punya network dan resources.  IATMI menggandeng
AAPG Publication Pipiline karena punya sumber2 buku sumbangan dari
anggota yang sudah pensiun atau meninggal, juga dengan IPA karena punya
uang untuk distribusi buku di Indonesia, sedangkan dengan KJRI untuk
berbagai surat dan perizinan.

Sumber buku. Pencarian dan pengumpulan buku didapatkan dari anggota,
rekan2 perusahaan minyak, berbagai perpustakaan dan AAPG Pipeline
Publication, dengan segala jerih payah, terkumpul 1 kontainer buku2 dan
jurnal yang akhirnya didistribusikan ke 13 universitas.

Storage. Perlu kerjasama dengan perusahaan2 sponsor yang memiliki gudang
cukup luas dan fork lift untuk sortir, pengepakan dan pengapalan.

Biaya. IATMI Houston melakukan berbagai fund raising, i.e. charity golf,
bazaar, charity dinners (salah satunya dengan pak Koesoema sewaktu
mengunjungi Adam) untuk membiayai sewa container dan ongkos pengiriman
dll.

Perizinan. Meskipun berbekal surat dari KJRI dengan tembusan ke Deplu,
Dikti, Depkeu (cq. Dirjen Pajak), namun masalah perizinan di Indonesia
sangat pelik, berbelit yang ujung2nya duit juga. Musti pakai koneksi2
dan uang untuk bisa import buku bebas pajak, meskipun dengan dalih
sumbangan untuk membantu universitas.

Pelajaran penting yang kami dapatkan ternyata bukan pengumpulan buku,
melainkan akses terhadap 'ONLINE LIBRARY'. Beberapa organisasi memiliki
perpustakaan digital yang bisa diakses oleh anggota yang membayar.  Jika
universitas2 di Indonesia memiliki BAPAK ANGKAT perusahaan yang bisa
membayar iuran tahunan, maka mahasiswa dan dosen bisa membaca publikasi2
berbagai topik paling upto date.  Iurannya tidak besar, malahan kami
sempat mendiskusikan discount dengan AAPG untuk universitas2 di
Indonesia.  Jika perusahaan2 minyak yang sudah berproduksi bisa
dihimbau untuk menjadi bapak angkat, akan sangat membantu, toh mungkin
juga bisa di cost recovery, jumlahnya ngga sampai ribu2an dolar.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, October 27, 2005 2:41 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas


Pak Eddy,

Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang
saya
baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas dari
UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text
booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.
Artinya
dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas
utama.
Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.  Sedih campur kaget
(campur lapar) aja gitu.

Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.
Tetapi
dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono,
sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan
ke
mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga begitu
kok
dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan.

Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2
buku2
waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada buku2
yang
penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur
ini.

salam damai,

Parvita H. Siregar
Geologist-ENI Indonesia
Atrium Mulia 3A floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
Jakarta 12910 Indonesia
Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
Fax: (62-21) 3000-3230
mailto:[EMAIL PROTECTED]




-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



[iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-10-27 Terurut Topik parvita . siregar

Pak Eddy,

Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya
baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas dari
UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text
booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.  Artinya
dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama.
Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.  Sedih campur kaget
(campur lapar) aja gitu.

Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.  Tetapi
dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono,
sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke
mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga begitu kok
dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan.

Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2
waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada buku2 yang
penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur
ini.

salam damai,

Parvita H. Siregar
Geologist-ENI Indonesia
Atrium Mulia 3A floor
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
Jakarta 12910 Indonesia
Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
Fax: (62-21) 3000-3230
mailto:[EMAIL PROTECTED]







Eddy Subroto  

[EMAIL PROTECTED]   To: iagi-net@iagi.or.id  

b.ac.id cc:

 Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: 
Coalbed methan : Buku IMCD  
10/27/2005  

09:02 AM

Please respond  

to iagi-net 









Mbak Vita,

Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan
saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya
yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan
tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters
baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu
yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di
Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu
mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta!

Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa
tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku
atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman.
Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi
jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995,
demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga
ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau
meminjam
bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI
(Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu
halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk
pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya jalankan
saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena seharusnya
buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di negara maju.
Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah pinjam
buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan
master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat
rusak, seperti diceritakan Pak Ukat.

Semoga hal ini membuka wawasan Anda agar tidak terlalu miris.

Wasalam,
EAS



 Bacanya kok miris ya.  Kesannya jurusan geologi ITB ndak punya budget
 untuk buku.  Buat beli buku satu aja musti minta2.  Mudah2an aja
 murid2nya kreatif ngutak ngatik website di warnet, atau kaya2, jadi
 bisa beli buku sendiri.

 Terus terang miris campur kesel, almamaterku kok ya kasihan banget.
 Maaf ya bapak2 dan ibu2 dosen, kalau 

Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-10-27 Terurut Topik Eddy Subroto
Mbak Vita,

Syukur Anda sudah mulai mengerti. Ada data yang perlu saya tambahkan yang
tidak sempat saya tulis kemarin. Untuk acara di Bogor yang berkaitan
dengan peluncuran buku IMDC itu, Departemen Teknik Geologi ITB telah
membiayai (via kantong Departemen sendiri) 4 orang dosen, yaitu Pak
Bambang Priadi, Pak Bandono, Pak Andri, dan Ibu Rina. Mereka juga dibiayai
untuk membeli satu kopi buku IMDC. Jadi, sebenarnya buku tersebut sudah
ada di Perpustakaan Dept. Teknik Geologi ITB (bukan Perpustakaan Pusat
lho, jadi lebih dekat ke mahasiswa GL).

Mengenai dana pembelian buku, ITB menganggarkan sampai ratusan juta rupiah
per tahun tetapi melalui Perpustakaan Pusat (PP). Hanya saja PP harus
memasok buku untuk seluruh prodi yang jumlahnya sekitar 30an di ITB. Jadi
kalau hanya sekitar 2 atau 3 buku per tahun pasti ada, tetapi dikoleksi di
PP. Nah ini yang kadang menjadi rebutan mahasiswa. Kalau jadi rebutan
kami senang, tetapi kalau alasannya mahasiswa malas ke perpustakaan, itu
yang agak menyesakkan dada pengajar.

Terima kasih atas pengertian Anda dan jangan jera membantu kami yang di PT
ya.

Wasalam,
Eddy


 Pak Eddy,

 Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
 Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang
 saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas
 dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2
 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
 pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
 budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.
 Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam
 prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.
 Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu.

 Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
 universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.
 Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak
 Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

 Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan
 ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga
 begitu kok dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama
 pencerdasan.

 Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
 saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2
 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada
 buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan
 dari jalur ini.

 salam damai,

 Parvita H. Siregar
 Geologist-ENI Indonesia
 Atrium Mulia 3A floor
 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
 Jakarta 12910 Indonesia
 Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
 Fax: (62-21) 3000-3230
 mailto:[EMAIL PROTECTED]






 Eddy Subroto
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
b.ac.id cc:

  Subject: Re: [iagi-net-l]
 Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD

 10/27/2005
 09:02 AM

Please respond
to
 iagi-net







 Mbak Vita,

 Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan
 saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya
 yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan
 tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters
 baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu
 yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di
 Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu
 mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta!

 Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa
 tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku
 atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman.
 Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi
 jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995,
 demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga
 ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau
 meminjam
 bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI
 (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu
 halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk
 pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya
 jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena
 seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di
 negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah
 pinjam
 buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan
 master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat
 rusak, seperti