RE: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Saya cukup tergelitik juga berkomentar topic yang cukup provokatif ini, seakan kita semua ikut berdosa terhadap kondisi saat ini,.. apa iyaa kita berdosa dan tidak berbuat apa2 dan punya kontribusi terhadap naiknya harga BBM ? Bukan mencoba untuk defensive tapi saya malah berfikir sebaiknya, ini suatu keputusan tidak poluler, berani tapi musti diambil. Kalau kita lihat tren konsumsi, jelas ada peningkatan yang cukup pesat, apalagi setelah tahun 1998, padahal kita mengalami krismon dan banyak pabrik2 yang tutup, jadi kemana larinya BBM? Disinyalir banyaknya penyelundupan dan pengoplosan karena disparitas harga yang begitu tinggi dengan negara2 tetangga dan diantara jenis BBM itu sendiri sehingga bayak oknum yang tergiur untuk bermain. Banyak rekan yang berargumen, itu urusan polisi untuk mencegah dan penangkap penjahat dan rakyat patut disubsidi. Saya pikir kalau kita pusing justru cari dan obati sumber penyakitnya, bukan efek dari penyakit. Disisi lain berbagai energi alternatif tidak akan berkembang jika energi dari minyak masih murah, apalagi disubsidi,.. seharusnya energi alternatif yang musti disubsidi, karena tidak bakal kompetitif dengan BBM yang disubsidi karena economic of scale-nya masih sangat kecil. IAGI berdiam diri? Saya malah melihat pemerintah dalam state of denial, tidak mengakui atau menutupi bahwa kita belum menjadi net importir minyak, padahal issue ini sudah berkembang dimasyarakat sudah lama. Dibeberapa kesempatan IAGI meperlihatkan data/slides bahwa setelah dipotong cost recovery dan porsi KPS, produksi minyak bagian pemerintah sudah kecil, sehingga kita sudah jadi net importer sudah lama. Dari sisi supply, kalau kita mau berexplorasi, akan makan waktu lama dari block offer, explorasi, discovery, POD sampai ke produksi. Selain itu dibeberapa kesempatan IAGI juga memperlihatkan bahwa jumlah basin yang berproduksi itu2 saja, tidak bertambah, dan tergolong mature, success rate tidak tinggi (kecuali beberapa basin), mean field size distribution tidak terlalu besar, sehingga risk reward tidak terlalu menarik bagi investor besar, apalagi fiscal regime kita termaksud yang kurang menguntungkan. Jadi investor banyak yang berpaling ke West Africa, Rusia dan South America dengan potensi penemuan cadangan/resources yang jauh lebih besar. Penambahan resources dan reserves replacement penting bagi perusahaan2 public yang sudah listed di bursa2 dunia. Justru sebaliknya kita musti berkaca diri, apa yang bisa kita offer? Kalau memang kita menggantungkan diri pada investor asing? Kalau investor lokal, kita tahu kebanyakan hanya broker. Salah satu cara untuk menambah produksi adalah dengan mempercepat produksi dari lapangan2 marginal, tapi meskipun ada insentif, tapi kayaknya gaungnya belum terdengar,... Apa ini semua bergantung pada IAGI ?? Salam, Bambang Istadi -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 20, 2005 4:17 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Setuju usulan Pak Mino, tapi tunggu dulu. Esplorasi dan segala tetek bengeknya itu kan butuh uang buaanyak, dari mana? Pemerintah pasti sudah gak punya uang sampai tega menjual mahal BBM ke rakyatnya sendiri, investor mikir-mikir kondisi hukum di Indonesia yang penuh mafia dan tidak jelas juntrungnya, semua lapisan korup semua, plus adanya kondisi keamanan dengan teror bom segala, jadi..? Salam, Yatno Ya, kembali kalau kebutuhan naik suplai harus lebih banyak...telepas dari berbagai operasi pendistribusian yang kacau.. Jelasnya penambahan reserve tidak ada..eksplorasi macet..prospect/lead banyak tapi pemboran eksplorasi tidak banyak...ya buntut-2nya kekurangan.IAGI jelas bisa dan harus berkontribusi terutama dalam masalah reserve certifikasi dan eksplorasi secara umum. Kita semua (IAGI) harus bisa menjawab pertanyaan dibawah ini sehingga bisa bantu pemerintah... Berapa candagan minyak kita sebenarnya? Apakah kita masih akan mendapatkan/menemukan cadangan baru yg signifikan? Apakah kita sudah mengeksplorasi semua potensi basin kita? .mungkin masih banyak lagi . Ini seharusnya peran utama IAGI saya kira... Salam, Ben Sapiie Gara-gara pertanyaan meditatif dari Abah, 2 minggu lalu saya bertanya kepada seorang ekonom ttg apa sebabnya harga BBM di republik ini naik. Minggu lalu saya masih meneruskan memikirkan pertanyaan tsb, sekali ini melalui diskusi dengan seorang pengusaha Pakistan yang saya jumpai di kereta Argo sepulang dari kuliah di Bdg. Sang ekonom bilang: 1. Dari sisi kebutuhan, jumlah penduduk kita naik, sehingga kebutuhan energy (termasuk bbm) naik. 2. Kita mengusahakan industri semakin maju, maka kebutuhan energy (termasuk bbm) melonjak lebih lagi. 3. Kedua hal kebutuhan diatas adalah terukur dan dapat di prediksi. Jadi mestinya tingkat kebutuhan tinggi tsb sudah dapat diantisipasi. 4. Tapi nyatanya tidak ada peningkatan supply yang menonjol dalam 5
RE: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
saya setuju dengan pendapat mas bambang. Perkembangan investasi orang lokal(pemain baru) tidak berkembang dengan baik dikarenakan adanya suatu kultur ketakutan yang dihembuskan oleh para regulator terkait, bahwa Oil and Gas itu High Risk,cost and tech(mana ada untuk dapat hiu, umpannya pake cacing), dan itu sering menjadi semacam pembuka bagi pembicaraan2,rapat2,seminar2 dan lain sebagainya, sehingga pemain lokal dan BUMD yang notabene dapat membantu juga dalam mengelola lapangan-lapangan yang dianggap kurang ekonomis oleh Organisasi besar,tapi dapat Ekonomis oleh organisasi kecil, kurang didukung dgn baik oleh Pembuat Keputusan Negeri IniDalam hal ini saya melihat IAGI baik secara organisasi maupun individu Ketum sudah memberikan masukan dengan optimal kepada REGULATOR MIGAS, walaupun hasilnya belum maksimal, krn tetap harus dibukakan pikiran temen2 pembuat keputusan negeri ini seperti apa sich Eksplorasi Berkelanjutan itu, apakah mesti diajari..he...he...he ODEN --- Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya cukup tergelitik juga berkomentar topic yang cukup provokatif ini, seakan kita semua ikut berdosa terhadap kondisi saat ini,.. apa iyaa kita berdosa dan tidak berbuat apa2 dan punya kontribusi terhadap naiknya harga BBM ? Bukan mencoba untuk defensive tapi saya malah berfikir sebaiknya, ini suatu keputusan tidak poluler, berani tapi musti diambil. Kalau kita lihat tren konsumsi, jelas ada peningkatan yang cukup pesat, apalagi setelah tahun 1998, padahal kita mengalami krismon dan banyak pabrik2 yang tutup, jadi kemana larinya BBM? Disinyalir banyaknya penyelundupan dan pengoplosan karena disparitas harga yang begitu tinggi dengan negara2 tetangga dan diantara jenis BBM itu sendiri sehingga bayak oknum yang tergiur untuk bermain. Banyak rekan yang berargumen, itu urusan polisi untuk mencegah dan penangkap penjahat dan rakyat patut disubsidi. Saya pikir kalau kita pusing justru cari dan obati sumber penyakitnya, bukan efek dari penyakit. Disisi lain berbagai energi alternatif tidak akan berkembang jika energi dari minyak masih murah, apalagi disubsidi,.. seharusnya energi alternatif yang musti disubsidi, karena tidak bakal kompetitif dengan BBM yang disubsidi karena economic of scale-nya masih sangat kecil. IAGI berdiam diri? Saya malah melihat pemerintah dalam state of denial, tidak mengakui atau menutupi bahwa kita belum menjadi net importir minyak, padahal issue ini sudah berkembang dimasyarakat sudah lama. Dibeberapa kesempatan IAGI meperlihatkan data/slides bahwa setelah dipotong cost recovery dan porsi KPS, produksi minyak bagian pemerintah sudah kecil, sehingga kita sudah jadi net importer sudah lama. Dari sisi supply, kalau kita mau berexplorasi, akan makan waktu lama dari block offer, explorasi, discovery, POD sampai ke produksi. Selain itu dibeberapa kesempatan IAGI juga memperlihatkan bahwa jumlah basin yang berproduksi itu2 saja, tidak bertambah, dan tergolong mature, success rate tidak tinggi (kecuali beberapa basin), mean field size distribution tidak terlalu besar, sehingga risk reward tidak terlalu menarik bagi investor besar, apalagi fiscal regime kita termaksud yang kurang menguntungkan. Jadi investor banyak yang berpaling ke West Africa, Rusia dan South America dengan potensi penemuan cadangan/resources yang jauh lebih besar. Penambahan resources dan reserves replacement penting bagi perusahaan2 public yang sudah listed di bursa2 dunia. Justru sebaliknya kita musti berkaca diri, apa yang bisa kita offer? Kalau memang kita menggantungkan diri pada investor asing? Kalau investor lokal, kita tahu kebanyakan hanya broker. Salah satu cara untuk menambah produksi adalah dengan mempercepat produksi dari lapangan2 marginal, tapi meskipun ada insentif, tapi kayaknya gaungnya belum terdengar,... Apa ini semua bergantung pada IAGI ?? Salam, Bambang Istadi -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 20, 2005 4:17 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Setuju usulan Pak Mino, tapi tunggu dulu. Esplorasi dan segala tetek bengeknya itu kan butuh uang buaanyak, dari mana? Pemerintah pasti sudah gak punya uang sampai tega menjual mahal BBM ke rakyatnya sendiri, investor mikir-mikir kondisi hukum di Indonesia yang penuh mafia dan tidak jelas juntrungnya, semua lapisan korup semua, plus adanya kondisi keamanan dengan teror bom segala, jadi..? Salam, Yatno Ya, kembali kalau kebutuhan naik suplai harus lebih banyak...telepas dari berbagai operasi pendistribusian yang kacau.. Jelasnya penambahan reserve tidak ada..eksplorasi macet..prospect/lead banyak tapi pemboran eksplorasi tidak banyak...ya buntut-2nya kekurangan.IAGI jelas bisa dan harus berkontribusi terutama dalam masalah reserve certifikasi dan
[iagi-net-l] ENERGI /Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
pemanfaatan geothermal (total potensi RI = 20.000MW ~ 40% potensi dunia, tetapi kapasitas terpasang baru sekitar 5% ~ 800MW - sumber Kompas/2004) seharusnya menjadi fokus kebijakan energi. Pemain di RI masih sangat terbatas dan iklim investasi masih belum kondusif, apakah karena government takes terlalu besar ? === Bisnis geothermal ini meskipun mirip dg migas ( ada WKP, ada eksplorasi eksploitasi ) tidak mengenal Cost Recovery di bisnis geothermal, Bagian pemerintah yg harus disetor oleh si Investor diatur oleh Keppres ( saya kagak tahu kalau di migas aturan main dalam berinvestasi ada aturan Keppresnya nggak ya ) sebelum adanya UU Geothermal 2003, dimana bagian pemerintah / setoran ke pemerintah sebesar 34 % dari Net Operating Income (NOI), dimana ini sudah termasuk pajak pajak ( pph.ppn,pbb,bea masuk,bea materei,dan pungutan lain sesuai dg aturan perundang undangan).Dengan adanya UU Geothermal maka bagian yang hrs didetor ke negara/pemerintah meliputi pajak,iuran,restribusi daerah,bonus diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP ), jadi lebih kuat lagi dibandingkan Keppres. Sebetulnya dg aturan yang lama tadi cukup kondosif untuk iklim investasi ( terbukti banyak masuk investasi di sektor ini) , namun karena bisnis ini tidak lepas dari industri hilirnya ( listrik) maka aturan / permasalahan di sektor hilir ini yang menjadikan kendalanya, terutama dg nilai tukar dollar yang tinggi, karena ujung ujungnya harga produk akhirnya ( listrik) dibayar oleh konsumen dg harga Rupiah dan tidak bisa sembarangan mematok harga, karena sudah ada aturannya dalam TDL nya ( Tarif Dasar Listrik), ini berbeda dg Migas dimana produknya di beli dg dollar dan bisa langsung dijual setelah dieksploitasi tanpa harus mengkonversikan kebentuk energi lain.( dijual sebagai minyak mentah). Dengan adanya era otonomi ini ada semacam euforia didaerah dimana disitu ada investasi geothermal untuk segera menerima bagian dari bisnis tsb, padahal semua setoran tadi dimasukan ke rekening Dept Keu pusat, dan selama ini tidak di kucurkan ke daerah, akibatnya yang jadi sasaran didaerah siapa lagi kalau bukan si Investornya, Nah hal semacam in i salah satu sebab keengganan para investor, belum lagi dg masalah masalah reimburs untuk pajak pajak yang telah dibayarkan kedepan sebelum memperoleh NOI tsb.Serta permasalahan adanya tumpang tindih peruntukan lahan dg Kehutanan. Kalau kita bicara masalah energi, ujung ujungnya kita bicara masalah komoditi, kalau kita bicara komoditi kita bicara cost produksi, Jadi meskipun Potensi berbagai sumber energi berlimpah, namun untuk menjadi bentuk energi yang dapat dimanfaatkan harus di proses / dikonversikan kedalam bentuk lain ( Listrik , Bahan Bakar, Mekanik ) . Nah dalam pemrosesan / pengkonversian ini timbul cost produksi. Karena selama ini kita ternina bubukan dg energi BBM , maka semua harga energi di konvert ke harga minyak, begitu harga minyak tinggi dan sudah mulai berkurang produksinya maka barulah sumber sumber energi yg lain ditengok. Sumber sumber energi ini (energi alternatif) mempunyai kendala masing masing, oleh karena itu penganannya dalam segi bisnis / investasi harus sendiri sendri, dimana insentif insentif dalam bidang fiscal mutlak diperlukan, bila ingin dapat dikembangkan.karena itu tadi ujung ujungnya energi ini merupakan suatu komoditi. Ism [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, October 19, 2005 7:46 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Di GATRA edisi terakhir dicantumkan data perputaran supply dan demand BBM di RI : - Produksi minyak sekitar 1000 MBO per day - dari volume tersebut diekspor (sebagai minyak mentah - bagian KPS ??) sekitar 400 MBO, dan sebagai supply ke kilang Pertamina sekitar 600 MBO. - Kapasitas total kilang Pertamina 900 MBO, jadi perlu impor minyak mentah sekitar 400 MBO. - Kebutuhan BBM dalam negeri 1300 MBO, jadi perlu impor BBM lagi sekitar 300 MBO Supplay BBM sendiri sekitar 20% diserap oleh PLN (kemungkinan akan meningkat sesuai peningkatan kebutuhan listrik). Bagian terbesar untuk sektor transportasi (?%) dan industri (?%); dan sedikit rumah tangga. Opini yang dibangun sejak ORBA adalah lebih bernilai ekonomis (katanya minyak mentah Indonesia harganya tinggi di pasaran), sekaligus politis (sebagai anggota OPEC), apabila 400 MBO minyak mentah tersebut tetap diekspor, daripada diserap semua oleh kilang Pertamina. Apakah nilai ekspor tersebut lebih tinggi dari nilai impor ? Mungkin status quo sebagai anggota OPEC lebih penting. Celah terbesar untuk meredam laju penggunaan BBM saya pikir adalah sektor PLN. Diversifikasi sumber daya energi listrik, misalnya pemanfaatan geothermal (total potensi RI = 20.000MW ~ 40% potensi dunia, tetapi kapasitas terpasang baru sekitar 5% ~ 800MW - sumber Kompas/2004) seharusnya menjadi fokus kebijakan energi. Pemain di RI masih sangat terbatas dan iklim investasi masih belum kondusif, apakah karena government takes
Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Ya, kembali kalau kebutuhan naik suplai harus lebih banyak...telepas dari berbagai operasi pendistribusian yang kacau.. Jelasnya penambahan reserve tidak ada..eksplorasi macet..prospect/lead banyak tapi pemboran eksplorasi tidak banyak...ya buntut-2nya kekurangan.IAGI jelas bisa dan harus berkontribusi terutama dalam masalah reserve certifikasi dan eksplorasi secara umum. Kita semua (IAGI) harus bisa menjawab pertanyaan dibawah ini sehingga bisa bantu pemerintah... Berapa candagan minyak kita sebenarnya? Apakah kita masih akan mendapatkan/menemukan cadangan baru yg signifikan? Apakah kita sudah mengeksplorasi semua potensi basin kita? .mungkin masih banyak lagi . Ini seharusnya peran utama IAGI saya kira... Salam, Ben Sapiie Gara-gara pertanyaan meditatif dari Abah, 2 minggu lalu saya bertanya kepada seorang ekonom ttg apa sebabnya harga BBM di republik ini naik. Minggu lalu saya masih meneruskan memikirkan pertanyaan tsb, sekali ini melalui diskusi dengan seorang pengusaha Pakistan yang saya jumpai di kereta Argo sepulang dari kuliah di Bdg. Sang ekonom bilang: 1. Dari sisi kebutuhan, jumlah penduduk kita naik, sehingga kebutuhan energy (termasuk bbm) naik. 2. Kita mengusahakan industri semakin maju, maka kebutuhan energy (termasuk bbm) melonjak lebih lagi. 3. Kedua hal kebutuhan diatas adalah terukur dan dapat di prediksi. Jadi mestinya tingkat kebutuhan tinggi tsb sudah dapat diantisipasi. 4. Tapi nyatanya tidak ada peningkatan supply yang menonjol dalam 5 thn terakhir; ia berjalan apa adanya saja, seperti tanpa perencanaan. 5. Jadi, kita pandai membincangkan sesuatu hal atau membuat rencana besar ini itu, tetapi tidak mau bersusah payah mempersiapkan segala penunjang dst. Ini mirip dengan pembagian uang utk rakyat sekarang. Uang diguyur, tetapi pendataan belum beres, jadinya orang berkelahi rebutan hak atau menguntit hak orang lain. Si Pengusaha Pakistan bilang: 1. Saya heran betul melihat orang di Indonesia (dia banyak travel keberbagai tempat di Indo), kog pada tidur semua, padahal keadaan sudah tak betul-betul tak beres. 2. Negeri ini kaya minyak, tetapi orang mesti antri beli bensin minyak tanah. Bodoh sekali penduduk negeri ini, minyak mentah disedot orang / perusahaan asing, dijual. Lalu kita membeli hasil olahan minyak mentah utk kebutuhan dalam negeri...aneh..aneh.. 3. Bagaimana mungkin negeri ini tidak punya kilang yang besar-besar 4. Orang demo soal BBM naik, tapi tak ada yang bicara menuntut pembangunan kilang ?. Omongan si ekonom, sang pengusaha Pakistan, dan tulisan Abah dibawah adalah sambung menyambung. Lain waktu kita tengok benang merahnya...siapa tahu nanti nampak apa yang mesti dilakukan IAGI, supaya jangan ikut menanggung dosa terus menerus...Bukankah malu rasanya jika berdosa tak putus-putus ?. Tak terasa diskusi kita akan masuk dalam ruang etik tentang peran si ahli geol di negeri tercinta. Semoga gayung bersambut terus. bat -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 18 Oct 2005 15:24:06 +0700 (WIT) Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Batara Dosa IAGI ? Secara profesional paling tidak ada dua yaitu : 1. Tidak berhasil mengubah sumberdaya migas menjadi cadangan terbukti pada waktu yang tepat , dan mengakibatkan apa yang terjadi saat ini. 2. Tidak berhasil meyakinkan seluruh komponen bangsa mengenai devirsi- fikasi energi. Padahal issu net oil importir sudah bergulir sejak akhir thn 1980-an. Memang bukan kesalahan IAGI sendiri , tapi kalau mau jujur yang tahu isi perut bumi Nusantara tercinta itu memangnya bukan ahli geologi. Yaaach paling tidak , kalau si Abah suka sedih , sekarang saja energi sudah begitu sulit , bagaimana incu si Abah ? Nah , masa kalau memikirkan itu dan berkaca kemasa lalu , kita tidak merasa berdosa , walaupun tidak kita sendiri yang bersalah. Yaaach Dosa berjamaah lah. Si Abah. ___ Sejauh ini simaju tak gentar belum terlibat dalam kasus bbm naik kelas... Baru kang Kurtubi yang nulis pembelaannya di kompas tadi pagi. Aku masih terus terganggu dengan pertanyaan Abah tempo hari... apa dosanya IAGI dalam kasus BBM naik ini ? Tarikgan. bat -Original Message- From: Rudhy Tarigan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 1:24 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Pak Yatnomasa sampe segitu parah sihsehingga semua Marga Marga orang batak jadi terlibat di dalamnya ?? Hehepak Lambok sudah baca belum ?? apa komentar nya beliau ?? Kalo Batara si Calon Ketum IAGI itu harus nya sudah tahu duluan??? Hua ha...ha... Rudhy -Original Message- From: Y S Yuwono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 7:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id
Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Silahkan untuk sama2 kita ketahui Benyamin Sapiie [EMAIL PROTECTED] wrote: Kita semua (IAGI) harus bisa menjawab pertanyaan dibawah ini sehingga bisa bantu pemerintah... Berapa candagan minyak kita sebenarnya? - as per January 2005, tabelnya seperti di bawah ini: (sumber WoodMac Upstream) Liquid Reserves (Remaining)5.08 billion barrels (1/1/2005)Liquid Production1,111 thousand b/d (2005)Liquid Reserves/Production12.5 yearsGas Reserves (Remaining)64.21 tcf (1/1/2005)Gas Production6.72 bcf/d (2005)Gas Reserves/Production26.2 years Apakah kita masih akan mendapatkan/menemukan cadangan baru yg signifikan? - Untuk gas, mungkin yg potensial adalah di Bintuni Basin. (With the prospect of further reserves to be discovered, in particular in the Bintuni Basin in Irian Jaya, the long-term future prospects for the Indonesian gas industry look bright. source: WoodMac Upstream) Apakah kita sudah mengeksplorasi semua potensi basin kita? - belum ... .mungkin masih banyak lagi . Ini seharusnya peran utama IAGI saya kira... Salam, Ben Sapiie - Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.
[iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Gara-gara pertanyaan meditatif dari Abah, 2 minggu lalu saya bertanya kepada seorang ekonom ttg apa sebabnya harga BBM di republik ini naik. Minggu lalu saya masih meneruskan memikirkan pertanyaan tsb, sekali ini melalui diskusi dengan seorang pengusaha Pakistan yang saya jumpai di kereta Argo sepulang dari kuliah di Bdg. Sang ekonom bilang: 1. Dari sisi kebutuhan, jumlah penduduk kita naik, sehingga kebutuhan energy (termasuk bbm) naik. 2. Kita mengusahakan industri semakin maju, maka kebutuhan energy (termasuk bbm) melonjak lebih lagi. 3. Kedua hal kebutuhan diatas adalah terukur dan dapat di prediksi. Jadi mestinya tingkat kebutuhan tinggi tsb sudah dapat diantisipasi. 4. Tapi nyatanya tidak ada peningkatan supply yang menonjol dalam 5 thn terakhir; ia berjalan apa adanya saja, seperti tanpa perencanaan. 5. Jadi, kita pandai membincangkan sesuatu hal atau membuat rencana besar ini itu, tetapi tidak mau bersusah payah mempersiapkan segala penunjang dst. Ini mirip dengan pembagian uang utk rakyat sekarang. Uang diguyur, tetapi pendataan belum beres, jadinya orang berkelahi rebutan hak atau menguntit hak orang lain. Si Pengusaha Pakistan bilang: 1. Saya heran betul melihat orang di Indonesia (dia banyak travel keberbagai tempat di Indo), kog pada tidur semua, padahal keadaan sudah tak betul-betul tak beres. 2. Negeri ini kaya minyak, tetapi orang mesti antri beli bensin minyak tanah. Bodoh sekali penduduk negeri ini, minyak mentah disedot orang / perusahaan asing, dijual. Lalu kita membeli hasil olahan minyak mentah utk kebutuhan dalam negeri...aneh..aneh.. 3. Bagaimana mungkin negeri ini tidak punya kilang yang besar-besar 4. Orang demo soal BBM naik, tapi tak ada yang bicara menuntut pembangunan kilang ?. Omongan si ekonom, sang pengusaha Pakistan, dan tulisan Abah dibawah adalah sambung menyambung. Lain waktu kita tengok benang merahnya...siapa tahu nanti nampak apa yang mesti dilakukan IAGI, supaya jangan ikut menanggung dosa terus menerus...Bukankah malu rasanya jika berdosa tak putus-putus ?. Tak terasa diskusi kita akan masuk dalam ruang etik tentang peran si ahli geol di negeri tercinta. Semoga gayung bersambut terus. bat -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 18 Oct 2005 15:24:06 +0700 (WIT) Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Batara Dosa IAGI ? Secara profesional paling tidak ada dua yaitu : 1. Tidak berhasil mengubah sumberdaya migas menjadi cadangan terbukti pada waktu yang tepat , dan mengakibatkan apa yang terjadi saat ini. 2. Tidak berhasil meyakinkan seluruh komponen bangsa mengenai devirsi- fikasi energi. Padahal issu net oil importir sudah bergulir sejak akhir thn 1980-an. Memang bukan kesalahan IAGI sendiri , tapi kalau mau jujur yang tahu isi perut bumi Nusantara tercinta itu memangnya bukan ahli geologi. Yaaach paling tidak , kalau si Abah suka sedih , sekarang saja energi sudah begitu sulit , bagaimana incu si Abah ? Nah , masa kalau memikirkan itu dan berkaca kemasa lalu , kita tidak merasa berdosa , walaupun tidak kita sendiri yang bersalah. Yaaach Dosa berjamaah lah. Si Abah. ___ Sejauh ini simaju tak gentar belum terlibat dalam kasus bbm naik kelas... Baru kang Kurtubi yang nulis pembelaannya di kompas tadi pagi. Aku masih terus terganggu dengan pertanyaan Abah tempo hari... apa dosanya IAGI dalam kasus BBM naik ini ? Tarikgan. bat -Original Message- From: Rudhy Tarigan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 1:24 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Pak Yatnomasa sampe segitu parah sihsehingga semua Marga Marga orang batak jadi terlibat di dalamnya ?? Hehepak Lambok sudah baca belum ?? apa komentar nya beliau ?? Kalo Batara si Calon Ketum IAGI itu harus nya sudah tahu duluan??? Hua ha...ha... Rudhy -Original Message- From: Y S Yuwono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 7:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Horas Bah! Sekedar menghibur diri karena harga-2 naik seiring naiknya harga BBM Saya dengar (mudah-2an gak betul), ada ibu pensionan Gurubesar ITB yang ikut ngantri beli minyak tanah.? Horas Bah ! BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT Harga2 NAEK, SAGALA PANDAPOTAN MANURUNG, Banyak SIHOTANG Hidup bagaikan mendaki TOBING Tak ada lagi HARAHAP Kepala pusing sampai SIBUTAR BUTAR Rambut rontok dan nyaris POLTAK Jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN Anak-anak menangis MARPAUNG-PAUNG Otak sudah SITOMPUL Tapi kita masih diminta sabar SITORUS Jangan putus HARAHAP katanya Mintalah PARLINDUNGAN,
Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Untuk mengurangi dosa , apa isu ini dijadikan isu dalam pembentukan program kabinet iagi kedepan, jadi ada komisi Energi ( Sumberdaya Energi khususnya SDE yang berhubungan /bersinggungan dg Kegeologian seperti hidro , migas, batubara dan geothermal). bagaimana iagi memberikan kontribusi ( masukan ) thd pengelolaan sumber sumber energi tsb, dimana kelihatannya permasalahan energi akan merupakan isu nasional kedepan. Ism - Original Message - From: Batara Sakti Simanjuntak [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 4:02 PM Subject: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Gara-gara pertanyaan meditatif dari Abah, 2 minggu lalu saya bertanya kepada seorang ekonom ttg apa sebabnya harga BBM di republik ini naik. Minggu lalu saya masih meneruskan memikirkan pertanyaan tsb, sekali ini melalui diskusi dengan seorang pengusaha Pakistan yang saya jumpai di kereta Argo sepulang dari kuliah di Bdg. Sang ekonom bilang: 1. Dari sisi kebutuhan, jumlah penduduk kita naik, sehingga kebutuhan energy (termasuk bbm) naik. 2. Kita mengusahakan industri semakin maju, maka kebutuhan energy (termasuk bbm) melonjak lebih lagi. 3. Kedua hal kebutuhan diatas adalah terukur dan dapat di prediksi. Jadi mestinya tingkat kebutuhan tinggi tsb sudah dapat diantisipasi. 4. Tapi nyatanya tidak ada peningkatan supply yang menonjol dalam 5 thn terakhir; ia berjalan apa adanya saja, seperti tanpa perencanaan. 5. Jadi, kita pandai membincangkan sesuatu hal atau membuat rencana besar ini itu, tetapi tidak mau bersusah payah mempersiapkan segala penunjang dst. Ini mirip dengan pembagian uang utk rakyat sekarang. Uang diguyur, tetapi pendataan belum beres, jadinya orang berkelahi rebutan hak atau menguntit hak orang lain. Si Pengusaha Pakistan bilang: 1. Saya heran betul melihat orang di Indonesia (dia banyak travel keberbagai tempat di Indo), kog pada tidur semua, padahal keadaan sudah tak betul-betul tak beres. 2. Negeri ini kaya minyak, tetapi orang mesti antri beli bensin minyak tanah. Bodoh sekali penduduk negeri ini, minyak mentah disedot orang / perusahaan asing, dijual. Lalu kita membeli hasil olahan minyak mentah utk kebutuhan dalam negeri...aneh..aneh.. 3. Bagaimana mungkin negeri ini tidak punya kilang yang besar-besar 4. Orang demo soal BBM naik, tapi tak ada yang bicara menuntut pembangunan kilang ?. Omongan si ekonom, sang pengusaha Pakistan, dan tulisan Abah dibawah adalah sambung menyambung. Lain waktu kita tengok benang merahnya...siapa tahu nanti nampak apa yang mesti dilakukan IAGI, supaya jangan ikut menanggung dosa terus menerus...Bukankah malu rasanya jika berdosa tak putus-putus ?. Tak terasa diskusi kita akan masuk dalam ruang etik tentang peran si ahli geol di negeri tercinta. Semoga gayung bersambut terus. bat -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 18 Oct 2005 15:24:06 +0700 (WIT) Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Batara Dosa IAGI ? Secara profesional paling tidak ada dua yaitu : 1. Tidak berhasil mengubah sumberdaya migas menjadi cadangan terbukti pada waktu yang tepat , dan mengakibatkan apa yang terjadi saat ini. 2. Tidak berhasil meyakinkan seluruh komponen bangsa mengenai devirsi- fikasi energi. Padahal issu net oil importir sudah bergulir sejak akhir thn 1980-an. Memang bukan kesalahan IAGI sendiri , tapi kalau mau jujur yang tahu isi perut bumi Nusantara tercinta itu memangnya bukan ahli geologi. Yaaach paling tidak , kalau si Abah suka sedih , sekarang saja energi sudah begitu sulit , bagaimana incu si Abah ? Nah , masa kalau memikirkan itu dan berkaca kemasa lalu , kita tidak merasa berdosa , walaupun tidak kita sendiri yang bersalah. Yaaach Dosa berjamaah lah. Si Abah. ___ Sejauh ini simaju tak gentar belum terlibat dalam kasus bbm naik kelas... Baru kang Kurtubi yang nulis pembelaannya di kompas tadi pagi. Aku masih terus terganggu dengan pertanyaan Abah tempo hari... apa dosanya IAGI dalam kasus BBM naik ini ? Tarikgan. bat -Original Message- From: Rudhy Tarigan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 1:24 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Pak Yatnomasa sampe segitu parah sihsehingga semua Marga Marga orang batak jadi terlibat di dalamnya ?? Hehepak Lambok sudah baca belum ?? apa komentar nya beliau ?? Kalo Batara si Calon Ketum IAGI itu harus nya sudah tahu duluan??? Hua ha...ha... Rudhy -Original Message- From: Y S Yuwono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 7:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Horas Bah! Sekedar menghibur diri karena harga-2 naik seiring naiknya harga BBM Saya dengar (mudah-2an gak betul), ada ibu pensionan Gurubesar ITB yang ikut ngantri beli
RE: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI
Di GATRA edisi terakhir dicantumkan data perputaran supply dan demand BBM di RI : - Produksi minyak sekitar 1000 MBO per day - dari volume tersebut diekspor (sebagai minyak mentah - bagian KPS ??) sekitar 400 MBO, dan sebagai supply ke kilang Pertamina sekitar 600 MBO. - Kapasitas total kilang Pertamina 900 MBO, jadi perlu impor minyak mentah sekitar 400 MBO. - Kebutuhan BBM dalam negeri 1300 MBO, jadi perlu impor BBM lagi sekitar 300 MBO Supplay BBM sendiri sekitar 20% diserap oleh PLN (kemungkinan akan meningkat sesuai peningkatan kebutuhan listrik). Bagian terbesar untuk sektor transportasi (?%) dan industri (?%); dan sedikit rumah tangga. Opini yang dibangun sejak ORBA adalah lebih bernilai ekonomis (katanya minyak mentah Indonesia harganya tinggi di pasaran), sekaligus politis (sebagai anggota OPEC), apabila 400 MBO minyak mentah tersebut tetap diekspor, daripada diserap semua oleh kilang Pertamina. Apakah nilai ekspor tersebut lebih tinggi dari nilai impor ? Mungkin status quo sebagai anggota OPEC lebih penting. Celah terbesar untuk meredam laju penggunaan BBM saya pikir adalah sektor PLN. Diversifikasi sumber daya energi listrik, misalnya pemanfaatan geothermal (total potensi RI = 20.000MW ~ 40% potensi dunia, tetapi kapasitas terpasang baru sekitar 5% ~ 800MW - sumber Kompas/2004) seharusnya menjadi fokus kebijakan energi. Pemain di RI masih sangat terbatas dan iklim investasi masih belum kondusif, apakah karena government takes terlalu besar ? Untuk sektor industri mungkin lebih sulit, tetapi penggunaan batubara sebagai alternatif bahan bakar mungkin bisa menjadi solusi. Sedangkan sektor transportasi, alternatif terbaik tentunya penggunaan gas. Wikan -Original Message- From: ismail [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 18 Oktober 2005 21:40 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Untuk mengurangi dosa , apa isu ini dijadikan isu dalam pembentukan program kabinet iagi kedepan, jadi ada komisi Energi ( Sumberdaya Energi khususnya SDE yang berhubungan /bersinggungan dg Kegeologian seperti hidro , migas, batubara dan geothermal). bagaimana iagi memberikan kontribusi ( masukan ) thd pengelolaan sumber sumber energi tsb, dimana kelihatannya permasalahan energi akan merupakan isu nasional kedepan. Ism - Original Message - From: Batara Sakti Simanjuntak [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 18, 2005 4:02 PM Subject: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI Gara-gara pertanyaan meditatif dari Abah, 2 minggu lalu saya bertanya kepada seorang ekonom ttg apa sebabnya harga BBM di republik ini naik. Minggu lalu saya masih meneruskan memikirkan pertanyaan tsb, sekali ini melalui diskusi dengan seorang pengusaha Pakistan yang saya jumpai di kereta Argo sepulang dari kuliah di Bdg. Sang ekonom bilang: 1. Dari sisi kebutuhan, jumlah penduduk kita naik, sehingga kebutuhan energy (termasuk bbm) naik. 2. Kita mengusahakan industri semakin maju, maka kebutuhan energy (termasuk bbm) melonjak lebih lagi. 3. Kedua hal kebutuhan diatas adalah terukur dan dapat di prediksi. Jadi mestinya tingkat kebutuhan tinggi tsb sudah dapat diantisipasi. 4. Tapi nyatanya tidak ada peningkatan supply yang menonjol dalam 5 thn terakhir; ia berjalan apa adanya saja, seperti tanpa perencanaan. 5. Jadi, kita pandai membincangkan sesuatu hal atau membuat rencana besar ini itu, tetapi tidak mau bersusah payah mempersiapkan segala penunjang dst. Ini mirip dengan pembagian uang utk rakyat sekarang. Uang diguyur, tetapi pendataan belum beres, jadinya orang berkelahi rebutan hak atau menguntit hak orang lain. Si Pengusaha Pakistan bilang: 1. Saya heran betul melihat orang di Indonesia (dia banyak travel keberbagai tempat di Indo), kog pada tidur semua, padahal keadaan sudah tak betul-betul tak beres. 2. Negeri ini kaya minyak, tetapi orang mesti antri beli bensin minyak tanah. Bodoh sekali penduduk negeri ini, minyak mentah disedot orang / perusahaan asing, dijual. Lalu kita membeli hasil olahan minyak mentah utk kebutuhan dalam negeri...aneh..aneh.. 3. Bagaimana mungkin negeri ini tidak punya kilang yang besar-besar 4. Orang demo soal BBM naik, tapi tak ada yang bicara menuntut pembangunan kilang ?. Omongan si ekonom, sang pengusaha Pakistan, dan tulisan Abah dibawah adalah sambung menyambung. Lain waktu kita tengok benang merahnya...siapa tahu nanti nampak apa yang mesti dilakukan IAGI, supaya jangan ikut menanggung dosa terus menerus...Bukankah malu rasanya jika berdosa tak putus-putus ?. Tak terasa diskusi kita akan masuk dalam ruang etik tentang peran si ahli geol di negeri tercinta. Semoga gayung bersambut terus. bat -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 18 Oct 2005 15:24:06 +0700 (WIT) Subject: RE: [iagi-net-l] Horas Bah! Batara Dosa IAGI ? Secara profesional paling tidak ada dua yaitu : 1. Tidak
Re: [iagi-net-l] Dosa Berjamaahnya IAGI --- Diversifikasi Energi
Di majalah *ELEKTRO INDONESIA, *Edisi ke Sebelas, Januari 1998, dibahas masalah Diversifikasi Energi ini: ...awal kutipan. Usaha diversifikasi energi ditempuh antara lain dengan menginventarisasi jenis energi yang dapat diperoleh selain dari pemanfaatan bahan bakar fosil. Diversifikasi energi terdiri dari pemanfaatan 2 macam kelompok energi, yaitu : (2,4,5) a Energi terbarukan b Energi maju. Energi terbarukan Adalah energi yang berasal dari energi non fosil yang diperoleh dari alam yang setelah digunakan awal akan dapat digunakan kembali, meliputi : 1. *Gas bio (biogas)* yang dihasilkan dari proses anaerobik biomasa yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan. Potensi energi dari gas bio ini relatif kecil hanya untuk keperluan penerangan dan memasak setempat, tidak bisa digunakan untuk kegiatan industri. 2. *Energi angin,* potensinya relatif juga masih kecil karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3-5 m/detik. bila tenaga angin dimanfaatkan dapat digunakan untuk penerangan listrik perdesaan, penggerak pompa air dan pengisian baterai untuk cadangan manakala kecepatan angin kecil. Diperkirakan pada saat ini energi angin sudah dimanfaatkan untuk listrik perdesaan sebesar 220 KW. 3. *Energi surya*, sebagai negara tropis Indonesia memang sangat potensial untuk dapat memanfaatkan energi surya ini. Energi surya dapat digunakan secara langsung (energi thermal) maupun secara tak langsung (energi fotovoltaik). Energi surya thermal dimanfaatkan secara konvensional untuk pengeringan hasil pertanian, perikanan dan memanaskan air serta memasak dengan kompor matahari. Sedangkan energi surya fotovoltaik sudah digunakan untuk listrik perdesaan daerah terpencil, pompa air, televisi, radio dan komunikasi, kapasitas energi surya yang sudah dimanfaatkan kurang lebih sebesar 3 MW. Energi surya sementara ini belum dapat digunakan untuk kegiatan industri besar. 4. *Energi air*, potensinya cukup besar untuk pembangkit tenaga listrik. Energi air sudah dimanfaatkan baru sekitar 2.178 MW, sedangkan daya yang bisa dibangkitkan dari energi air di Indonesia sekitar 75.625 MW. Kendala pemanfaatan energi air adalah masalah pembebasan/harga tanah untuk daerah yang akan ditenggelamkan menjadi waduk, harga pembangunan waduk itu sendiri dan masalah sosial ekonomi lainnya sebagai ikutan dari proyek tenaga air. Bila semua kendala tersebut diperhitungkan, maka harga energi menjadi mahal. 5. *Energi panas bumi*, adalah energi yang cukup banyak tersedia di Indonesia mengingat bahwa Indonesia termasuk negeri vulkanik. Di seluruh Indonesia terdapat sekitar 217 daerah yang dapat dibangun Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi dengan kapasitas total kurang lebih 16.658 MW. Tenaga panas bumi yang bisa dimanfaatkan baru 305 MW. Kekurangan pemanfaatan energi panas bumi untuk sementara ini adalah letaknya yang jauh dari kegiatan industri, sehingga baru dapat dimanfaatkan untuk penerangan rumah tangga saja 6. *Energi laut*, pada saat ini masih dalam taraf penelitian dan pengembangan. Percobaan energi laut untuk pembangkit tenaga listrik sedang dilakukan di pantai Baron Yogyakarta dengan kapasitas 1,1 MW. Bila percobaan ini berhasil akan dapat digunakan untuk penerangan listrik perdesaan sepanjang pantai Indonesia. Energi maju Adalah energi yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi nuklir melalui Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Energi nuklir (PLTN) mempunyai potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia, walaupun merupakan energi alternatif urutan terakhir. Pada dasarnya pemanfaatan energi nuklir dapat melalui dua cara, yaitu : (8) a. Melalui reaksi pembelahan inti (reaksi fisi) b. Melalui reaksi penggabungan inti (reaksi fusi). Reaksi fisi pada saat ini teknologinya sudah dikuasai dengan baik, sehingga semua PLTN di dunia menggunakan reaksi fisi. Sedangkan untuk reaksi fusi pada saat ini masih dalam penelitian, namun bila berhasil maka energi yang dihasilkan jauh lebih besar dari pada energi melalui reaksi fisi. Berdasarkan perhitungan termodinamika, energi reaksi fisi dapat disetarakan dengan hasil pembakaran energi fosil sebagai berikut : (8) *1 gram Uranium = 2,5 ton batubara = 17.500 liter minyak.* Mengingat akan besarnya panas yang dihasilkan oleh energi nuklir, maka pemanfaatannya untuk sumber pembangkit tenaga listrik sangat menguntungkan, sehingga pembangunan PLTN pada saat ini berkembang pesat. Keadaan ini juga didukung oleh teknologi nuklir keselamatan reaktor nuklir yang telah dikuasai dengan baik dan terus dikembangkan ke arah yang jauh lebih baik lagi, sehingga aspek keselamatan terhadap manusia dan lingkungan selalu dinomor-satukan. Walapun pernah terjadi kecelakaan PLTN Chernobyl, ternyata minat dunia untuk membangun dan memanfaatkan