[iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-18 Thread Tonny P. Sastramihardja
Etah Abah Yanto jangan gegabah dan under estimate...
Abah Anom dari dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil, sekarang 
berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung, laut (pantai selatan Jawa), 
arung jeram (Citarik, Ayung). Nginepnya lebih sering bukan di Hotel/Losmen 
(bilangnya sih biar lebih natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di tenda 
atau di rumah penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan Taman Nasional 
Gn. Pangrango juga TN Gede PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN Ujung Kulon. 
Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak waktu dan gampang minta 
ijin (sesuai dengan pengahasilannya).  

Salam
Abah Anom

-Original Message-
From: yanto R.Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 18, 2008 1:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri




Awang dan Rekan rekan

Membaca Junghuhn di Bukit Jayagiri
, saya teringat masa kecil dlu (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
ibu untuk melihat jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada masa
anak anak) masih terpatri sampai saat ini.
Saya jadi ingin bertanya
apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya  melihat
seperti ini (Teropong Boscha , Jayagiri , musium geologi , gedung gajah
dsb).
Rasa2nya ndak ya , kalau membawa anak-nya kesitu kayanya
"kampungan", lebih gaya kalau jalan jalan ke mall  (untuk
mendidik konsumtif) , akh moga moga si Abah salah.

Si Abah

___

Pak Sugeng,
> 
> Terima kasih atas respon dan
beberapa ceritanya yang menarik.
> 
> Kalau kita membaca
puluhan buku tipis untuk anak-anak serial "Alam
>
Terbuka" yang pernah diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
awal
> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit ini
sangat terkenal
> pada masanya, tetapi sejak akhir 1970-an tidak
ada lagi), kita akan takjub
> dengan perkembangan2 ilmu
pengetahuan dan teknik yang terjadi di
> Indonesia.
> 
> Buku2 ini ditulis langsung oleh ahli2 Belanda yang bekerja di
Indonesia
> sebelum Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
Ganaco. Ada hampir
> 60-an buku yang meliputi berbagai aspek ilmu
pengetahuan, teknik, dan
> kehidupan (termasuk beberapa tentang
geologi Indonesia, yang ditulis oleh
> ahli2 geologi Belanda yang
bekerja di Indonesia). Saya dapat mengumpulkan
> sekitar 40 judul,
hasil berburu di tukang loak Bandung, terkumpul satu
> demi satu
di beberapa tukang loak selama bertahun-tahun (bisa dibayangkan
>
betapa senangnya perasaan saya kala satu demi satu buku2 itu terkumpul,
> rasanya barangkali lebih puas daripada bisa merekonstruksi sebuah
lanskap
> geologi !)
> 
> Nah, di salah satu seri
buku ini ada yang berjudul "Kina", di situ
> diceritakan
tentang sejarah sulitnya mendatangkan kina ke Indonesia dari
>
Amerika Selatan, dari hutan-hutan Peru. Pencariannya penuh dengan
> liku-liku, penuh dengan petualangan ala Indiana Jones, penuh
dengan
> diplomasi, dll. Bagaimana mengapalkannya ke Indonesia
agar tetap utuh pun
> menjadi masalah besar sebab saat itu tahun
1850-1860-an. Setelah sampai di
> Indonesia pun menjadi masalah
besar bagaimana membudidayakannya. Menarik
> sekali ceritanya
sampai perkebunan kina itu akhirnya subur di
>
perkebunan-perkebunan di Jawa Barat, termasuk Pangalengan, dan daerah2
> lain di Indonesia - sampai "Pil Bandung" nan pahit itu
menyuplai kebutuhan
> 97 % dunia (!).
> 
> Saat di
Balikpapan 1990-1995, saya biasa mengonsumsi daun pepaya dalam
>
menu makanan, katanya papaverine-nya punya khasiat mirip-mirip kinine
di
> pil kina, resep ini saya peroleh dari seorang kerabat yang
tinggal di
> teluk Sangatta sejak 1980-an, wilayah di Kalimantan
Timur yang saat itu
> kerap jadi wilayah endemik malaria.
> 
> Cerita-cerita tentang minyak yang ditambang puluhan
orang di lapangan2
> kecil penemuan tahun 1890-an mungkin sudah
berlalu Pak Sugeng, saya masih
> melihatnya pada tahun 1990
ditarik puluhan orang yang berlari-lari sekitar
> lapangan sejauh
kedalaman reservoir itu; sekarang sudah menggunakan mesin
> hasil
modifikasi dari mesin mobil.
> 
> Salam,
>
awang
> 
> -Original Message-
>
From:
Sugeng Hartono [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent:
Friday, April 18, 2008 12:08 C++
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
> 
> 
> 
> Pak Awang,
> 
>
Trimakasih, ulasan mengenai tokoh yang legendaris ini sungguh memikat.
Pak
> Awang sangat beruntung masih sempat "nyekar" ke
makam beliau di Lembang.
> Tulisan ini akan menambah wawasan kami
semua. Nama Junghuhn saya kenal
> sejak 50 th yll ketika saya suka
membuka-buka buku tebal kakak-2 saya yang
> sekolah SGB dan SGA:
Kementerian P dan K, Balai Kursus Tertulis Pendidikan
> Guru
Bandung Dilarang Mengutip". Dalam salah satu mata pelajaran,
> dikisahkan sbb.: Di sebuah desa di  negara Amerika Selatan, ada
seorang
> kakek yang sakit demam berat (malarira). Karena
kehausan, Kakek ini sampai
> merangkak ke kolam di dekat desanya
hanya sekedar un

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-18 Thread yanto R.Sumantri



>Alhamdulillah 
Tapi Anda teh minoritas  , itu pasti

Da lebih pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh

Si Abah


 

  Etah Abah Yanto jangan gegabah dan under estimate...
> Abah Anom dari dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
sekarang
> berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung, laut
(pantai selatan Jawa),
> arung jeram (Citarik, Ayung). Nginepnya
lebih sering bukan di Hotel/Losmen
> (bilangnya sih biar lebih
natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di
> tenda atau di rumah
penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan Taman
> Nasional
Gn. Pangrango juga TN Gede PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN
>
Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak
waktu
> dan gampang minta ijin (sesuai dengan pengahasilannya).
> 
> Salam
> Abah Anom
> 
>
-Original Message-
>
From: yanto R.Sumantri
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Spam:RE: FW:
[iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
> 
> 
> 
> 
> Awang dan Rekan rekan
> 
>
Membaca Junghuhn di Bukit Jayagiri
> , saya teringat masa kecil
dlu (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
> ibu untuk melihat
jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada masa
> anak
anak) masih terpatri sampai saat ini.
> Saya jadi ingin
bertanya
> apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya 
melihat
> seperti ini (Teropong Boscha , Jayagiri , musium geologi
, gedung gajah
> dsb).
> Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
anak-nya kesitu kayanya
> "kampungan", lebih gaya kalau
jalan jalan ke mall  (untuk
> mendidik konsumtif) , akh moga moga
si Abah salah.
> 
> Si Abah
> 
>
___
> 
> Pak Sugeng,
>>
>> Terima kasih
atas respon dan
> beberapa ceritanya yang menarik.
>>
>> Kalau kita membaca
> puluhan buku tipis
untuk anak-anak serial "Alam
>>
> Terbuka"
yang pernah diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
> awal
>> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit ini
> sangat terkenal
>> pada masanya, tetapi sejak akhir
1970-an tidak
> ada lagi), kita akan takjub
>> dengan
perkembangan2 ilmu
> pengetahuan dan teknik yang terjadi di
>> Indonesia.
>>
>> Buku2 ini ditulis
langsung oleh ahli2 Belanda yang bekerja di
> Indonesia
>> sebelum Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
> Ganaco. Ada hampir
>> 60-an buku yang meliputi berbagai
aspek ilmu
> pengetahuan, teknik, dan
>> kehidupan
(termasuk beberapa tentang
> geologi Indonesia, yang ditulis
oleh
>> ahli2 geologi Belanda yang
> bekerja di
Indonesia). Saya dapat mengumpulkan
>> sekitar 40 judul,
> hasil berburu di tukang loak Bandung, terkumpul satu
>>
demi satu
> di beberapa tukang loak selama bertahun-tahun (bisa
dibayangkan
>>
> betapa senangnya perasaan saya kala
satu demi satu buku2 itu terkumpul,
>> rasanya barangkali lebih
puas daripada bisa merekonstruksi sebuah
> lanskap
>>
geologi !)
>>
>> Nah, di salah satu seri
>
buku ini ada yang berjudul "Kina", di situ
>>
diceritakan
> tentang sejarah sulitnya mendatangkan kina ke
Indonesia dari
>>
> Amerika Selatan, dari hutan-hutan
Peru. Pencariannya penuh dengan
>> liku-liku, penuh dengan
petualangan ala Indiana Jones, penuh
> dengan
>>
diplomasi, dll. Bagaimana mengapalkannya ke Indonesia
> agar tetap
utuh pun
>> menjadi masalah besar sebab saat itu tahun
> 1850-1860-an. Setelah sampai di
>> Indonesia pun menjadi
masalah
> besar bagaimana membudidayakannya. Menarik
>>
sekali ceritanya
> sampai perkebunan kina itu akhirnya subur di
>>
> perkebunan-perkebunan di Jawa Barat, termasuk
Pangalengan, dan daerah2
>> lain di Indonesia - sampai
"Pil Bandung" nan pahit itu
> menyuplai kebutuhan
>> 97 % dunia (!).
>>
>> Saat di
>
Balikpapan 1990-1995, saya biasa mengonsumsi daun pepaya dalam
>>
> menu makanan, katanya papaverine-nya punya khasiat
mirip-mirip kinine
> di
>> pil kina, resep ini saya
peroleh dari seorang kerabat yang
> tinggal di
>> teluk
Sangatta sejak 1980-an, wilayah di Kalimantan
> Timur yang saat
itu
>> kerap jadi wilayah endemik malaria.
>>
>> Cerita-cerita tentang minyak yang ditambang puluhan
>
orang di lapangan2
>> kecil penemuan tahun 1890-an mungkin
sudah
> berlalu Pak Sugeng, saya masih
>> melihatnya
pada tahun 1990
> ditarik puluhan orang yang berlari-lari
sekitar
>> lapangan sejauh
> kedalaman reservoir itu;
sekarang sudah menggunakan mesin
>> hasil
> modifikasi
dari mesin mobil.
>>
>> Salam,
>>
> awang
>>
>> -Original Message-
>>
>
From:
> Sugeng Hartono
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
>> Sent:
>
Friday, April 18, 2008 12:08 C++
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
>>
>>
>>
>> Pak Awang,
>>
>>
> Trimakasih, ulasan mengenai tokoh yang
legendaris ini sungguh memikat.
> Pak
>> Awang sangat
beruntung masih sempat "nyekar" ke
> makam beliau di
Lembang.
>> Tulisan ini akan menambah wawasan kami
>
semua. Nama Junghuhn saya kenal
>> sejak 50 th yll ketik

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-20 Thread mohammad syaiful
abah yanto,

saya kira abah anom juga cukup banyak kok punya kawan2 yg senang pula
mengajak keluarga (anak2) ke tempat2 yg disebutkan. musium geologi,
musium migas (tmii), dll, sering kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
kita sekian bulan atau tahun lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
ini.

semoga kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak anak2
ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam usaha agar mereka mau
berkunjung ke tempat2 tsb.

salam,
syaiful

On Fri, Apr 18, 2008 at 3:48 PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> >Alhamdulillah
> Tapi Anda teh minoritas  , itu pasti
> 
> Da lebih pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
>
> Si Abah
>
> 
>
>
>
>   Etah Abah Yanto jangan gegabah dan under estimate...
> > Abah Anom dari dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
> sekarang
> > berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung, laut
> (pantai selatan Jawa),
> > arung jeram (Citarik, Ayung). Nginepnya
> lebih sering bukan di Hotel/Losmen
> > (bilangnya sih biar lebih
> natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di
> > tenda atau di rumah
> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan Taman
> > Nasional
> Gn. Pangrango juga TN Gede PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN
> >
> Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak
> waktu
> > dan gampang minta ijin (sesuai dengan pengahasilannya).
> >
> > Salam
> > Abah Anom
> >
> >
> -Original Message-
> >
> From: yanto R.Sumantri
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
> PM
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: Spam:RE: FW:
> [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri
> >
> >
> >
> >
> > Awang dan Rekan rekan
> >
> >
> Membaca Junghuhn di Bukit Jayagiri
> > , saya teringat masa kecil
> dlu (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
> > ibu untuk melihat
> jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada masa
> > anak
> anak) masih terpatri sampai saat ini.
> > Saya jadi ingin
> bertanya
> > apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya
> melihat
> > seperti ini (Teropong Boscha , Jayagiri , musium geologi
> , gedung gajah
> > dsb).
> > Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
> anak-nya kesitu kayanya
> > "kampungan", lebih gaya kalau
> jalan jalan ke mall  (untuk
> > mendidik konsumtif) , akh moga moga
> si Abah salah.
> >
> > Si Abah
> >
> >
> ___
> >
> > Pak Sugeng,
> >>
> >> Terima kasih
> atas respon dan
> > beberapa ceritanya yang menarik.
> >>
> >> Kalau kita membaca
> > puluhan buku tipis
> untuk anak-anak serial "Alam
> >>
> > Terbuka"
> yang pernah diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
> > awal
> >> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit ini
> > sangat terkenal
> >> pada masanya, tetapi sejak akhir
> 1970-an tidak
> > ada lagi), kita akan takjub
> >> dengan
> perkembangan2 ilmu
> > pengetahuan dan teknik yang terjadi di
> >> Indonesia.
> >>
> >> Buku2 ini ditulis
> langsung oleh ahli2 Belanda yang bekerja di
> > Indonesia
> >> sebelum Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
> > Ganaco. Ada hampir
> >> 60-an buku yang meliputi berbagai
> aspek ilmu
> > pengetahuan, teknik, dan
> >> kehidupan
> (termasuk beberapa tentang
> > geologi Indonesia, yang ditulis
> oleh
> >> ahli2 geologi Belanda yang
> > bekerja di
> Indonesia). Saya dapat mengumpulkan
> >> sekitar 40 judul,
> > hasil berburu di tukang loak Bandung, terkumpul satu
> >>
> demi satu
> > di beberapa tukang loak selama bertahun-tahun (bisa
> dibayangkan
> >>
> > betapa senangnya perasaan saya kala
> satu demi satu buku2 itu terkumpul,
> >> rasanya barangkali lebih
> puas daripada bisa merekonstruksi sebuah
> > lanskap
> >>
> geologi !)
> >>
> >> Nah, di salah satu seri
> >
> buku ini ada yang berjudul "Kina", di situ
> >>
> diceritakan
> > tentang sejarah sulitnya mendatangkan kina ke
> Indonesia dari
> >>
> > Amerika Selatan, dari hutan-hutan
> Peru. Pencariannya penuh dengan
> >> liku-liku, penuh dengan
> petualangan ala Indiana Jones, penuh
> > dengan
> >>
> diplomasi, dll. Bagaimana mengapalkannya ke Indonesia
> > agar tetap
> utuh pun
> >> menjadi masalah besar sebab saat itu tahun
> > 1850-1860-an. Setelah sampai di
> >> Indonesia pun menjadi
> masalah
> > besar bagaimana membudidayakannya. Menarik
> >>
> sekali ceritanya
> > sampai perkebunan kina itu akhirnya subur di
> >>
> > perkebunan-perkebunan di Jawa Barat, termasuk
> Pangalengan, dan daerah2
> >> lain di Indonesia - sampai
> "Pil Bandung" nan pahit itu
> > menyuplai kebutuhan
> >> 97 % dunia (!).
> >>
> >> Saat di
> >
> Balikpapan 1990-1995, saya biasa mengonsumsi daun pepaya dalam
> >>
> > menu makanan, katanya papaverine-nya punya khasiat
> mirip-mirip kinine
> > di
> >> pil kina, resep ini saya
> peroleh dari seorang kerabat yang
> > tinggal di
> >> teluk
> Sangatta sejak 1980-an, wilayah di Kalimantan
> > Timur yang saat
> itu
> >> kerap jadi wilayah endemik ma

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-20 Thread yanto R.Sumantri



> Mas Ipul

Memang saya melihatnya begitu , jadi kalau
lebih banyak ya lebih baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
nasionalisme" ,.
Nah kecintaan kepada hal hal yang bersifat
"mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai alam dan segala
keindahan dan dnamikanya " , mencintai sastra baik prosa maupun puisi
akan meningkatkan kecintaa kepada Alam dan Penciptanya serta menumbuhkan
kecntaan kepada Indonesia.
Saya kadang kadang berfikir betapa
jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!! Apakah mereka tidak
sadar bahwa mereka  tanpa sadar mendidik anak anak mereka /putra
bangsa menjadi sangat konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
"materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
aku anti mall lho).
Akh mungkin ini hanya kehawatiran-ku saja ya
??

Si Abah




   abah
yanto,
> 
> saya kira abah anom juga cukup banyak kok
punya kawan2 yg senang pula
> mengajak keluarga (anak2) ke tempat2
yg disebutkan. musium geologi,
> musium migas (tmii), dll, sering
kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
> kita sekian bulan atau tahun
lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
> ini.
> 
> semoga kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
anak2
> ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam usaha agar
mereka mau
> berkunjung ke tempat2 tsb.
> 
>
salam,
> syaiful
> 
> On Fri, Apr 18, 2008 at 3:48
PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>
>>
>> >Alhamdulillah
>> Tapi Anda teh minoritas  , itu pasti
>> 
>> Da lebih pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
>>
>> Si Abah
>>
>>

>>
>>
>>
>>   Etah Abah Yanto
jangan gegabah dan under estimate...
>> > Abah Anom dari
dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
>>
sekarang
>> > berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung,
laut
>> (pantai selatan Jawa),
>> > arung jeram
(Citarik, Ayung). Nginepnya
>> lebih sering bukan di
Hotel/Losmen
>> > (bilangnya sih biar lebih
>>
natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di
>> > tenda atau
di rumah
>> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan
Taman
>> > Nasional
>> Gn. Pangrango juga TN Gede
PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN
>> >
>>
Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak
>> waktu
>> > dan gampang minta ijin (sesuai dengan
pengahasilannya).
>> >
>> > Salam
>> > Abah Anom
>> >
>> >
>> -Original Message-
>> >
>>
From: yanto R.Sumantri
>> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
>> PM
>> > To: iagi-net@iagi.or.id
>> > Subject:
Spam:RE: FW:
>> [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit
Jayagiri
>> >
>> >
>> >
>> >
>> > Awang dan Rekan rekan
>>
>
>> >
>> Membaca Junghuhn di Bukit
Jayagiri
>> > , saya teringat masa kecil
>> dlu
(umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
>> > ibu untuk
melihat
>> jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada
masa
>> > anak
>> anak) masih terpatri sampai
saat ini.
>> > Saya jadi ingin
>> bertanya
>> > apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya
>> melihat
>> > seperti ini (Teropong Boscha ,
Jayagiri , musium geologi
>> , gedung gajah
>> >
dsb).
>> > Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
>>
anak-nya kesitu kayanya
>> > "kampungan", lebih
gaya kalau
>> jalan jalan ke mall  (untuk
>> >
mendidik konsumtif) , akh moga moga
>> si Abah salah.
>> >
>> > Si Abah
>> >
>> >
>>
___
>> >
>> > Pak Sugeng,
>> >>
>> >> Terima kasih
>> atas respon dan
>> > beberapa ceritanya yang menarik.
>> >>
>> >> Kalau kita membaca
>> > puluhan buku
tipis
>> untuk anak-anak serial "Alam
>>
>>
>> > Terbuka"
>> yang pernah
diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
>> > awal
>> >> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit
ini
>> > sangat terkenal
>> >> pada
masanya, tetapi sejak akhir
>> 1970-an tidak
>> >
ada lagi), kita akan takjub
>> >> dengan
>>
perkembangan2 ilmu
>> > pengetahuan dan teknik yang terjadi
di
>> >> Indonesia.
>> >>
>>
>> Buku2 ini ditulis
>> langsung oleh ahli2 Belanda yang
bekerja di
>> > Indonesia
>> >> sebelum
Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
>> > Ganaco.
Ada hampir
>> >> 60-an buku yang meliputi berbagai
>> aspek ilmu
>> > pengetahuan, teknik, dan
>> >> kehidupan
>> (termasuk beberapa tentang
>> > geologi Indonesia, yang ditulis
>> oleh
>> >> ahli2 geologi Belanda yang
>> > bekerja
di
>> Indonesia). Saya dapat mengumpulkan
>>
>> sekitar 40 judul,
>> > hasil berburu di tukang loak
Bandung, terkumpul satu
>> >>
>> demi satu
>> > di beberapa tukang loak selama bertahun-tahun (bisa
>> dibayangkan
>> >>
>> > betapa
senangnya perasaan saya kala
>> satu demi satu buku2 itu
terkumpul,
>> >> rasanya barangkali lebih
>>
puas daripada bisa merekonstruksi sebuah
>> > lanskap
>> >>
>> geologi !)
>> >>
>> >> Nah, di salah satu seri
>> >
>> buku ini ada yang berjudul "Kina", di situ
>> >>
>> diceritakan
>> > tentang
sejarah sulitnya mendatangkan kina ke
>> Indonesia dari
>> >>
>> > Amerika Selatan, dari
hutan-hutan
>> Peru. Pencariannya penuh den

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-21 Thread mohammad syaiful
wah, abah. kalo soal mall dan nasionalisme, ada kok makalah tentang
hal tsb. kira2 judulnya seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
mall-mall dengan ketahanan nasional.

salam,
syaiful

On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> > Mas Ipul
>
> Memang saya melihatnya begitu , jadi kalau
> lebih banyak ya lebih baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
> nasionalisme" ,.
> Nah kecintaan kepada hal hal yang bersifat
> "mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai alam dan segala
> keindahan dan dnamikanya " , mencintai sastra baik prosa maupun puisi
> akan meningkatkan kecintaa kepada Alam dan Penciptanya serta menumbuhkan
> kecntaan kepada Indonesia.
> Saya kadang kadang berfikir betapa
> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!! Apakah mereka tidak
> sadar bahwa mereka  tanpa sadar mendidik anak anak mereka /putra
> bangsa menjadi sangat konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
> "materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
> aku anti mall lho).
> Akh mungkin ini hanya kehawatiran-ku saja ya
> ??
>
> Si Abah
>
>
>
>
>
>abah
> yanto,
> >
> > saya kira abah anom juga cukup banyak kok
> punya kawan2 yg senang pula
> > mengajak keluarga (anak2) ke tempat2
> yg disebutkan. musium geologi,
> > musium migas (tmii), dll, sering
> kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
> > kita sekian bulan atau tahun
> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
> > ini.
> >
> > semoga kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
> anak2
> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam usaha agar
> mereka mau
> > berkunjung ke tempat2 tsb.
> >
> >
> salam,
> > syaiful
> >
> > On Fri, Apr 18, 2008 at 3:48
> PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> >>
> >>
> >>
> >> >Alhamdulillah
> >> Tapi Anda teh minoritas  , itu pasti
> >> 
> >> Da lebih pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
> >>
> >> Si Abah
> >>
> >>
> 
> >>
> >>
> >>
> >>   Etah Abah Yanto
> jangan gegabah dan under estimate...
> >> > Abah Anom dari
> dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
> >>
> sekarang
> >> > berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung,
> laut
> >> (pantai selatan Jawa),
> >> > arung jeram
> (Citarik, Ayung). Nginepnya
> >> lebih sering bukan di
> Hotel/Losmen
> >> > (bilangnya sih biar lebih
> >>
> natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di
> >> > tenda atau
> di rumah
> >> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan
> Taman
> >> > Nasional
> >> Gn. Pangrango juga TN Gede
> PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN
> >> >
> >>
> Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak
> >> waktu
> >> > dan gampang minta ijin (sesuai dengan
> pengahasilannya).
> >> >
> >> > Salam
> >> > Abah Anom
> >> >
> >> >
> >> -Original Message-
> >> >
> >>
> From: yanto R.Sumantri
> >> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> >> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
> >> PM
> >> > To: iagi-net@iagi.or.id
> >> > Subject:
> Spam:RE: FW:
> >> [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit
> Jayagiri
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> > Awang dan Rekan rekan
> >>
> >
> >> >
> >> Membaca Junghuhn di Bukit
> Jayagiri
> >> > , saya teringat masa kecil
> >> dlu
> (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah dan
> >> > ibu untuk
> melihat
> >> jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada
> masa
> >> > anak
> >> anak) masih terpatri sampai
> saat ini.
> >> > Saya jadi ingin
> >> bertanya
> >> > apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya
> >> melihat
> >> > seperti ini (Teropong Boscha ,
> Jayagiri , musium geologi
> >> , gedung gajah
> >> >
> dsb).
> >> > Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
> >>
> anak-nya kesitu kayanya
> >> > "kampungan", lebih
> gaya kalau
> >> jalan jalan ke mall  (untuk
> >> >
> mendidik konsumtif) , akh moga moga
> >> si Abah salah.
> >> >
> >> > Si Abah
> >> >
> >> >
> >>
> ___
> >> >
> >> > Pak Sugeng,
> >> >>
> >> >> Terima kasih
> >> atas respon dan
> >> > beberapa ceritanya yang menarik.
> >> >>
> >> >> Kalau kita membaca
> >> > puluhan buku
> tipis
> >> untuk anak-anak serial "Alam
> >>
> >>
> >> > Terbuka"
> >> yang pernah
> diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
> >> > awal
> >> >> 1970-an, oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit
> ini
> >> > sangat terkenal
> >> >> pada
> masanya, tetapi sejak akhir
> >> 1970-an tidak
> >> >
> ada lagi), kita akan takjub
> >> >> dengan
> >>
> perkembangan2 ilmu
> >> > pengetahuan dan teknik yang terjadi
> di
> >> >> Indonesia.
> >> >>
> >>
> >> Buku2 ini ditulis
> >> langsung oleh ahli2 Belanda yang
> bekerja di
> >> > Indonesia
> >> >> sebelum
> Indonesia merdeka, kemudian diterjemahkan oleh
> >> > Ganaco.
> Ada hampir
> >> >> 60-an buku yang meliputi berbagai
> >> aspek ilmu
> >> > pengetahuan, teknik, dan
> >> >> kehidupan
> >> (termasuk beberapa tentang
> >> > geologi Indonesia, yang ditulis
> >> oleh
> >> >> ahli2 geologi Belanda yang
> >> 

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-21 Thread yanto R.Sumantri



>Mas Ipul 
Tolong kalau ada soft fle-nya.

Si
Abah


 
  wah, abah. kalo soal mall dan
nasionalisme, ada kok makalah tentang
> hal tsb. kira2 judulnya
seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
> mall-mall dengan
ketahanan nasional.
> 
> salam,
> syaiful
> 
> On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>
>>
>> > Mas Ipul
>>
>> Memang
saya melihatnya begitu , jadi kalau
>> lebih banyak ya lebih
baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
>>
nasionalisme" ,.
>> Nah kecintaan kepada hal hal yang
bersifat
>> "mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai
alam dan segala
>> keindahan dan dnamikanya " , mencintai
sastra baik prosa maupun puisi
>> akan meningkatkan kecintaa
kepada Alam dan Penciptanya serta menumbuhkan
>> kecntaan
kepada Indonesia.
>> Saya kadang kadang berfikir betapa
>> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!! Apakah
mereka
>> tidak
>> sadar bahwa mereka  tanpa sadar
mendidik anak anak mereka /putra
>> bangsa menjadi sangat
konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
>>
"materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
>> aku anti mall lho).
>> Akh mungkin ini hanya
kehawatiran-ku saja ya
>> ??
>>
>> Si
Abah
>>
>>
>>
>>
>>
>>abah
>> yanto,
>>
>
>> > saya kira abah anom juga cukup banyak kok
>> punya kawan2 yg senang pula
>> > mengajak
keluarga (anak2) ke tempat2
>> yg disebutkan. musium
geologi,
>> > musium migas (tmii), dll, sering
>>
kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
>> > kita sekian bulan
atau tahun
>> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
>> > ini.
>> >
>> > semoga
kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
>>
anak2
>> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam
usaha agar
>> mereka mau
>> > berkunjung ke
tempat2 tsb.
>> >
>> >
>> salam,
>> > syaiful
>> >
>> > On Fri, Apr
18, 2008 at 3:48
>> PM, yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
>> > wrote:
>>
>>
>> >>
>> >>
>>
>> >Alhamdulillah
>> >> Tapi Anda teh minoritas 
, itu pasti
>> >> 
>> >> Da lebih
pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
>>
>>
>> >> Si Abah
>> >>
>> >>
>>

>>
>>
>> >>
>> >>
>>
>>   Etah Abah Yanto
>> jangan gegabah dan under
estimate...
>> >> > Abah Anom dari
>> dulu 
sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
>> >>
>> sekarang
>> >> > berumur 22 dan 16
tahun)jalan-jalan ka gunung,
>> laut
>> >>
(pantai selatan Jawa),
>> >> > arung jeram
>> (Citarik, Ayung). Nginepnya
>> >> lebih sering
bukan di
>> Hotel/Losmen
>> >> > (bilangnya
sih biar lebih
>> >>
>> natural/alami, padahal
sih 'ngirit') tapi di
>> >> > tenda atau
>>
di rumah
>> >> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar
dengan
>> Taman
>> >> > Nasional
>> >> Gn. Pangrango juga TN Gede
>> PAHALA
(Pangrango Halimun Salak), TN
>> >> >
>>
>>
>> Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS
Peneliti, banyak
>> >> waktu
>> >> >
dan gampang minta ijin (sesuai dengan
>> pengahasilannya).
>> >> >
>> >> > Salam
>>
>> > Abah Anom
>> >> >
>> >>
>
>> >> -Original Message-
>>
>> >
>> >>
>>
From: yanto
R.Sumantri
>> >> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
>>
>> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
>> >>
PM
>> >> > To: iagi-net@iagi.or.id
>>
>> > Subject:
>> Spam:RE: FW:
>> >>
[iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit
>> Jayagiri
>>
>> >
>> >> >
>> >> >
>> >> >
>> >> > Awang dan Rekan
rekan
>> >>
>> >
>> >>
>
>> >> Membaca Junghuhn di Bukit
>>
Jayagiri
>> >> > , saya teringat masa kecil
>> >> dlu
>> (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah
dan
>> >> > ibu untuk
>> melihat
>> >> jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada
>> masa
>> >> > anak
>> >>
anak) masih terpatri sampai
>> saat ini.
>> >>
> Saya jadi ingin
>> >> bertanya
>>
>> > apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya
>> >> melihat
>> >> > seperti ini
(Teropong Boscha ,
>> Jayagiri , musium geologi
>>
>> , gedung gajah
>> >> >
>> dsb).
>> >> > Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
>>
>>
>> anak-nya kesitu kayanya
>> >> >
"kampungan", lebih
>> gaya kalau
>>
>> jalan jalan ke mall  (untuk
>> >> >
>> mendidik konsumtif) , akh moga moga
>> >> si
Abah salah.
>> >> >
>> >> > Si
Abah
>> >> >
>> >> >
>>
>>
>>
___
>> >> >
>> >> > Pak Sugeng,
>> >> >>
>> >> >> Terima
kasih
>> >> atas respon dan
>> >> >
beberapa ceritanya yang menarik.
>> >> >>
>> >> >> Kalau kita membaca
>> >>
> puluhan buku
>> tipis
>> >> untuk
anak-anak serial "Alam
>> >>
>>
>>
>> >> > Terbuka"
>> >>
yang pernah
>> diterbitkan di Indonesia pada tahun 1950 -
>> >> > awal
>> >> >> 1970-an,
oleh Penerbit Ganaco N.V., Bandung (penerbit
>> ini
>> >> > sangat terkenal
>> >> >>
pada
>> masanya, tetapi sejak akhir
>> >>
1970-an tidak
>> >> >
>> ada lagi), kita
akan takjub
>> >> >> dengan
>>
>>
>> perkembangan2 ilmu
>> >> >
pengetahuan dan teknik yang terjadi
>> di
>>
>> >> Indonesia.
>> >> >>
>>
>>
>> >> Buku2 ini ditulis
>> >>
langsung oleh ahli2 Belanda yang
>> bekerja di
>>
>> > Indonesia
>> >> >> sebelum
>> Indonesia merdeka, kemudian

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-22 Thread mohammad syaiful
ok, abah. coba kalo ada nanti saya mintakan kepada orang dephan, anak
buah jendral frans yg dulu sempat berseminar bersama iagi di bidakara
dan kebetulan teman serumah saya di mbogor.

salam,
syaiful

On Tue, Apr 22, 2008 at 1:14 PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> >Mas Ipul
> Tolong kalau ada soft fle-nya.
>
> Si
> Abah
>
>
>
>
>   wah, abah. kalo soal mall dan
> nasionalisme, ada kok makalah tentang
> > hal tsb. kira2 judulnya
> seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
> > mall-mall dengan
> ketahanan nasional.
> >
> > salam,
> > syaiful
> >
> > On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> >>
> >>
> >>
> >> > Mas Ipul
> >>
> >> Memang
> saya melihatnya begitu , jadi kalau
> >> lebih banyak ya lebih
> baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
> >>
> nasionalisme" ,.
> >> Nah kecintaan kepada hal hal yang
> bersifat
> >> "mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai
> alam dan segala
> >> keindahan dan dnamikanya " , mencintai
> sastra baik prosa maupun puisi
> >> akan meningkatkan kecintaa
> kepada Alam dan Penciptanya serta menumbuhkan
> >> kecntaan
> kepada Indonesia.
> >> Saya kadang kadang berfikir betapa
> >> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!! Apakah
> mereka
> >> tidak
> >> sadar bahwa mereka  tanpa sadar
> mendidik anak anak mereka /putra
> >> bangsa menjadi sangat
> konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
> >>
> "materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
> >> aku anti mall lho).
> >> Akh mungkin ini hanya
> kehawatiran-ku saja ya
> >> ??
> >>
> >> Si
> Abah
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>
> >>abah
> >> yanto,
> >>
> >
> >> > saya kira abah anom juga cukup banyak kok
> >> punya kawan2 yg senang pula
> >> > mengajak
> keluarga (anak2) ke tempat2
> >> yg disebutkan. musium
> geologi,
> >> > musium migas (tmii), dll, sering
> >>
> kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
> >> > kita sekian bulan
> atau tahun
> >> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
> >> > ini.
> >> >
> >> > semoga
> kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
> >>
> anak2
> >> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam
> usaha agar
> >> mereka mau
> >> > berkunjung ke
> tempat2 tsb.
> >> >
> >> >
> >> salam,
> >> > syaiful
> >> >
> >> > On Fri, Apr
> 18, 2008 at 3:48
> >> PM, yanto R.Sumantri
> <[EMAIL PROTECTED]>
> >> > wrote:
> >>
> >>
> >> >>
> >> >>
> >>
> >> >Alhamdulillah
> >> >> Tapi Anda teh minoritas
> , itu pasti
> >> >> 
> >> >> Da lebih
> pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
> >>
> >>
> >> >> Si Abah
> >> >>
> >> >>
> >>
> 
> >>
> >>
> >> >>
> >> >>
> >>
> >>   Etah Abah Yanto
> >> jangan gegabah dan under
> estimate...
> >> >> > Abah Anom dari
> >> dulu
> sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
> >> >>
> >> sekarang
> >> >> > berumur 22 dan 16
> tahun)jalan-jalan ka gunung,
> >> laut
> >> >>
> (pantai selatan Jawa),
> >> >> > arung jeram
> >> (Citarik, Ayung). Nginepnya
> >> >> lebih sering
> bukan di
> >> Hotel/Losmen
> >> >> > (bilangnya
> sih biar lebih
> >> >>
> >> natural/alami, padahal
> sih 'ngirit') tapi di
> >> >> > tenda atau
> >>
> di rumah
> >> >> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar
> dengan
> >> Taman
> >> >> > Nasional
> >> >> Gn. Pangrango juga TN Gede
> >> PAHALA
> (Pangrango Halimun Salak), TN
> >> >> >
> >>
> >>
> >> Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS
> Peneliti, banyak
> >> >> waktu
> >> >> >
> dan gampang minta ijin (sesuai dengan
> >> pengahasilannya).
> >> >> >
> >> >> > Salam
> >>
> >> > Abah Anom
> >> >> >
> >> >>
> >
> >> >> -Original Message-
> >>
> >> >
> >> >>
> >>
> From: yanto
> R.Sumantri
> >> >> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> >>
> >> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
> >> >>
> PM
> >> >> > To: iagi-net@iagi.or.id
> >>
> >> > Subject:
> >> Spam:RE: FW:
> >> >>
> [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit
> >> Jayagiri
> >>
> >> >
> >> >> >
> >> >> >
> >> >> >
> >> >> > Awang dan Rekan
> rekan
> >> >>
> >> >
> >> >>
> >
> >> >> Membaca Junghuhn di Bukit
> >>
> Jayagiri
> >> >> > , saya teringat masa kecil
> >> >> dlu
> >> (umur - ku enam tahun) , dibawa ayah
> dan
> >> >> > ibu untuk
> >> melihat
> >> >> jayagiri. Dan pengalaman itu (karena terjadi pada
> >> masa
> >> >> > anak
> >> >>
> anak) masih terpatri sampai
> >> saat ini.
> >> >>
> > Saya jadi ingin
> >> >> bertanya
> >>
> >> > apakah orang tua sekarang biasa membawa anak  anak-nya
> >> >> melihat
> >> >> > seperti ini
> (Teropong Boscha ,
> >> Jayagiri , musium geologi
> >>
> >> , gedung gajah
> >> >> >
> >> dsb).
> >> >> > Rasa2nya ndak ya , kalau membawa
> >>
> >>
> >> anak-nya kesitu kayanya
> >> >> >
> "kampungan", lebih
> >> gaya kalau
> >>
> >> jalan jalan ke mall  (untuk
> >> >> >
> >> mendidik konsumtif) , akh moga moga
> >> >> si
> Abah salah.
> >> >> >
> >> >> > Si
> Abah
> >> >> >
> >> >> >
> >>
> >>
> >>
> ___
> >> >> >
> >> >> > 

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-25 Thread Agus Irianto
Makanya kang ..kalau ada acara2 iagi, iatmi, hagi atau acara 
apapun.diawali dgn lagu "Indonesia Raya"  dan "Tanah Pusaka" dimulai dari 
kita2 dulu aja...gitu tak ye.!? ditambah pembacaan Sapta Marga nya 
IAGIwong yg terus2an dibaca saja masih sering menyimpang 
apalagi gak pernah sama sekali...!?

Salam, 
Agus Irianto


--- On Tue, 4/22/08, mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> From: mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di 
> Bukit Jayagiri
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Tuesday, April 22, 2008, 5:37 PM
> ok, abah. coba kalo ada nanti saya mintakan kepada orang
> dephan, anak
> buah jendral frans yg dulu sempat berseminar bersama iagi
> di bidakara
> dan kebetulan teman serumah saya di mbogor.
> 
> salam,
> syaiful
> 
> On Tue, Apr 22, 2008 at 1:14 PM, yanto R.Sumantri
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> > >Mas Ipul
> > Tolong kalau ada soft fle-nya.
> >
> > Si
> > Abah
> >
> >
> >
> >
> >   wah, abah. kalo soal mall dan
> > nasionalisme, ada kok makalah tentang
> > > hal tsb. kira2 judulnya
> > seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
> > > mall-mall dengan
> > ketahanan nasional.
> > >
> > > salam,
> > > syaiful
> > >
> > > On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri
> > <[EMAIL PROTECTED]>
> > > wrote:
> > >>
> > >>
> > >>
> > >> > Mas Ipul
> > >>
> > >> Memang
> > saya melihatnya begitu , jadi kalau
> > >> lebih banyak ya lebih
> > baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
> > >>
> > nasionalisme" ,.
> > >> Nah kecintaan kepada hal hal yang
> > bersifat
> > >> "mengisi ruang jiwa" , seperti
> mencintai
> > alam dan segala
> > >> keindahan dan dnamikanya " , mencintai
> > sastra baik prosa maupun puisi
> > >> akan meningkatkan kecintaa
> > kepada Alam dan Penciptanya serta menumbuhkan
> > >> kecntaan
> > kepada Indonesia.
> > >> Saya kadang kadang berfikir betapa
> > >> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke
> Mall!!! Apakah
> > mereka
> > >> tidak
> > >> sadar bahwa mereka  tanpa sadar
> > mendidik anak anak mereka /putra
> > >> bangsa menjadi sangat
> > konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
> > >>
> > "materialistis "  pada saat mereka dewasa
>  (Bukannya
> > >> aku anti mall lho).
> > >> Akh mungkin ini hanya
> > kehawatiran-ku saja ya
> > >> ??
> > >>
> > >> Si
> > Abah
> > >>
> > >>
> > >>
> > >>
> > >>
> > >>abah
> > >> yanto,
> > >>
> > >
> > >> > saya kira abah anom juga cukup banyak
> kok
> > >> punya kawan2 yg senang pula
> > >> > mengajak
> > keluarga (anak2) ke tempat2
> > >> yg disebutkan. musium
> > geologi,
> > >> > musium migas (tmii), dll, sering
> > >>
> > kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
> > >> > kita sekian bulan
> > atau tahun
> > >> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
> > >> > ini.
> > >> >
> > >> > semoga
> > kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau
> mengajak
> > >>
> > anak2
> > >> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih'
> tsb adalah dalam
> > usaha agar
> > >> mereka mau
> > >> > berkunjung ke
> > tempat2 tsb.
> > >> >
> > >> >
> > >> salam,
> > >> > syaiful
> > >> >
> > >> > On Fri, Apr
> > 18, 2008 at 3:48
> > >> PM, yanto R.Sumantri
> > <[EMAIL PROTECTED]>
> > >> > wrote:
> > >>
> > >>
> > >> >>
> > >> >>
> > >>
> > >> >Alhamdulillah
> > >> >> Tapi Anda teh minoritas
> > , itu pasti
> > >> >> 
> > >> >> Da lebih
> > pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
> > >>
> > >>
> > >> >> Si Abah
> > >> >>
> > >> >>
> > >>
> >
> _

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri

2008-04-28 Thread yanto R.Sumantri


Mulai suatu acara dengan menyanyikan "Indonesia Raya" , saya
kira idee yang bak dan benar.

Si Abah

___

   Makanya kang ..kalau ada acara2 iagi, iatmi, hagi
atau acara
> apapun.diawali dgn lagu "Indonesia
Raya"  dan "Tanah Pusaka" dimulai
> dari kita2 dulu
aja...gitu tak ye.!? ditambah pembacaan Sapta Marga
> nya
IAGIwong yg terus2an dibaca saja masih sering
> menyimpang apalagi gak pernah sama sekali...!?
> 
> Salam,
> Agus Irianto
> 
> 
> --- On Tue, 4/22/08, mohammad syaiful
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
>>
From: mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]>
>>
Subject: Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn
>> di Bukit Jayagiri
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Date: Tuesday, April 22, 2008, 5:37 PM
>> ok, abah.
coba kalo ada nanti saya mintakan kepada orang
>> dephan,
anak
>> buah jendral frans yg dulu sempat berseminar bersama
iagi
>> di bidakara
>> dan kebetulan teman serumah
saya di mbogor.
>>
>> salam,
>>
syaiful
>>
>> On Tue, Apr 22, 2008 at 1:14 PM, yanto
R.Sumantri
>> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>
>> >
>> >
>> > >Mas
Ipul
>> > Tolong kalau ada soft fle-nya.
>>
>
>> > Si
>> > Abah
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >  
wah, abah. kalo soal mall dan
>> > nasionalisme, ada kok
makalah tentang
>> > > hal tsb. kira2 judulnya
>> > seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
>>
> > mall-mall dengan
>> > ketahanan nasional.
>> > >
>> > > salam,
>> >
> syaiful
>> > >
>> > > On Mon, Apr
21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri
>> >
<[EMAIL PROTECTED]>
>> > > wrote:
>>
> >>
>> > >>
>> > >>
>> > >> > Mas Ipul
>> > >>
>> > >> Memang
>> > saya melihatnya begitu
, jadi kalau
>> > >> lebih banyak ya lebih
>> > baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
>> > >>
>> > nasionalisme" ,.
>> > >> Nah kecintaan kepada hal hal yang
>>
> bersifat
>> > >> "mengisi ruang jiwa" ,
seperti
>> mencintai
>> > alam dan segala
>> > >> keindahan dan dnamikanya " , mencintai
>> > sastra baik prosa maupun puisi
>> > >>
akan meningkatkan kecintaa
>> > kepada Alam dan Penciptanya
serta menumbuhkan
>> > >> kecntaan
>> >
kepada Indonesia.
>> > >> Saya kadang kadang berfikir
betapa
>> > >> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak
anak2nya ke
>> Mall!!! Apakah
>> > mereka
>> > >> tidak
>> > >> sadar bahwa
mereka  tanpa sadar
>> > mendidik anak anak mereka /putra
>> > >> bangsa menjadi sangat
>> >
konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang sangat
>> >
>>
>> > "materialistis "  pada saat mereka
dewasa
>>  (Bukannya
>> > >> aku anti
mall lho).
>> > >> Akh mungkin ini hanya
>>
> kehawatiran-ku saja ya
>> > >> ??
>>
> >>
>> > >> Si
>> > Abah
>> > >>
>> > >>
>> >
>>
>> > >>
>> > >>
>> > >>abah
>> > >> yanto,
>> > >>
>> > >
>> >
>> > saya kira abah anom juga cukup banyak
>> kok
>> > >> punya kawan2 yg senang pula
>> >
>> > mengajak
>> > keluarga (anak2) ke tempat2
>> > >> yg disebutkan. musium
>> >
geologi,
>> > >> > musium migas (tmii), dll,
sering
>> > >>
>> > kok dikunjungi. coba
ingat2 diskusi
>> > >> > kita sekian bulan
>> > atau tahun
>> > >> lalu, waktu
membahas ttg topik yg mirip
>> > >> > ini.
>> > >> >
>> > >> > semoga
>> > kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau
>> mengajak
>> > >>
>> >
anak2
>> > >> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih'
>> tsb adalah dalam
>> > usaha agar
>>
> >> mereka mau
>> > >> > berkunjung ke
>> > tempat2 tsb.
>> > >> >
>> > >> >
>> > >> salam,
>> > >> > syaiful
>> >

[iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri-> OOT

2008-04-21 Thread Tonny P. Sastramihardja
Gelo Mang Ipul mah
Yang harus kita sadari dan renungkan: Tampaknya tengah terjadi
transformasi wawasan kebangsaan, khususnya pada generasi anak-anak kita
(sekarang berumur 5-17 tahun). Kata 'Socrates' kita 'tidak bisa
menghindar' karena ANAK PANAH MELESAT KEDEPAN (pan mun katukang mah =
'bunuh diri'). Anak anak seiring dengan perkembangan zaman dan
keterbukaan informasi, sedang menuju kearah society yang 'cosmopolit'
atau Warga Negara Dunia yang borderless. Kaitannya dengan 'Mall'?...pan
sebagai 'simbol kemajuan zaman'. Kalau anak anak kita tidak bisa 'naik
Escalator' atau 'Lift' yacilaka juga...Barangkali yg hrs ditanamkan
adalah bahwa perkembangan dan penggunaan teknologi tinggi harus bisa
juga 'disikapi dengan bijak'Gimana caranya yah?

Abah ANOM

-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, April 21, 2008 11:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi :
Junghuhn di Bukit Jayagiri

wah, abah. kalo soal mall dan nasionalisme, ada kok makalah tentang
hal tsb. kira2 judulnya seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
mall-mall dengan ketahanan nasional.

salam,
syaiful

On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
>
>
> > Mas Ipul
>
> Memang saya melihatnya begitu , jadi kalau
> lebih banyak ya lebih baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
> nasionalisme" ,.
> Nah kecintaan kepada hal hal yang bersifat
> "mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai alam dan segala
> keindahan dan dnamikanya " , mencintai sastra baik prosa maupun puisi
> akan meningkatkan kecintaa kepada Alam dan Penciptanya serta
menumbuhkan
> kecntaan kepada Indonesia.
> Saya kadang kadang berfikir betapa
> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!! Apakah mereka
tidak
> sadar bahwa mereka  tanpa sadar mendidik anak anak mereka /putra
> bangsa menjadi sangat konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang
sangat
> "materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
> aku anti mall lho).
> Akh mungkin ini hanya kehawatiran-ku saja ya
> ??
>
> Si Abah
>
>
>
>
>
>abah
> yanto,
> >
> > saya kira abah anom juga cukup banyak kok
> punya kawan2 yg senang pula
> > mengajak keluarga (anak2) ke tempat2
> yg disebutkan. musium geologi,
> > musium migas (tmii), dll, sering
> kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
> > kita sekian bulan atau tahun
> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
> > ini.
> >
> > semoga kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
> anak2
> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam usaha agar
> mereka mau
> > berkunjung ke tempat2 tsb.
> >
> >
> salam,
> > syaiful
> >
> > On Fri, Apr 18, 2008 at 3:48
> PM, yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> >>
> >>
> >>
> >> >Alhamdulillah
> >> Tapi Anda teh minoritas  , itu pasti
> >> 
> >> Da lebih pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
> >>
> >> Si Abah
> >>
> >>
> 
> >>
> >>
> >>
> >>   Etah Abah Yanto
> jangan gegabah dan under estimate...
> >> > Abah Anom dari
> dulu  sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
> >>
> sekarang
> >> > berumur 22 dan 16 tahun)jalan-jalan ka gunung,
> laut
> >> (pantai selatan Jawa),
> >> > arung jeram
> (Citarik, Ayung). Nginepnya
> >> lebih sering bukan di
> Hotel/Losmen
> >> > (bilangnya sih biar lebih
> >>
> natural/alami, padahal sih 'ngirit') tapi di
> >> > tenda atau
> di rumah
> >> penduduk. Kedua anak saya cukup familiar dengan
> Taman
> >> > Nasional
> >> Gn. Pangrango juga TN Gede
> PAHALA (Pangrango Halimun Salak), TN
> >> >
> >>
> Ujung Kulon. Itulah buah nikmatnya semasa jadi PNS Peneliti, banyak
> >> waktu
> >> > dan gampang minta ijin (sesuai dengan
> pengahasilannya).
> >> >
> >> > Salam
> >> > Abah Anom
> >> >
> >> >
> >> -Original Message-
> >> >
> >>
> From: yanto R.Sumantri
> >> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> >> > Sent: Friday, April 18, 2008 1:54
> >> PM
> >> > To: iagi-net@iagi.or.id
> >> > Subject:
> Spam:RE: FW:
> >> [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit
> Jayagiri
> >> >
> >&g

Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi : Junghuhn di Bukit Jayagiri-> OOT

2008-04-21 Thread yanto R.Sumantri



> Ya , salah satu caranya adalah dengan mendekatkan mereka dengan
sesuatu yang bersifat "mengisi jiwa".
aranya dengan
memberikan mereka informasi mengenai kecinta kepada alam dan lingkungan ,
buat mereka sensitif terhadap kondisi lingkungan sosial  , arahkan
mereka untuk mencntai seni budaya Indonesia 
dst..
Pssst kaya physcholoog aja
yaaa.

Si Abah

___

   Gelo Mang Ipul mah
> Yang harus kita
sadari dan renungkan: Tampaknya tengah terjadi
> transformasi
wawasan kebangsaan, khususnya pada generasi anak-anak kita
>
(sekarang berumur 5-17 tahun). Kata 'Socrates' kita 'tidak bisa
>
menghindar' karena ANAK PANAH MELESAT KEDEPAN (pan mun katukang mah =
> 'bunuh diri'). Anak anak seiring dengan perkembangan zaman dan
> keterbukaan informasi, sedang menuju kearah society yang
'cosmopolit'
> atau Warga Negara Dunia yang borderless. Kaitannya
dengan 'Mall'?...pan
> sebagai 'simbol kemajuan zaman'. Kalau anak
anak kita tidak bisa 'naik
> Escalator' atau 'Lift' yacilaka
juga...Barangkali yg hrs ditanamkan
> adalah bahwa perkembangan
dan penggunaan teknologi tinggi harus bisa
> juga 'disikapi dengan
bijak'Gimana caranya yah?
> 
> Abah ANOM
> 
> -Original Message-----
>
From: mohammad syaiful
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Monday, April 21, 2008
11:44 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Spam:Re:
[iagi-net-l] RE: Spam:RE: FW: [iagi-net-l] Lagi :
> Junghuhn di
Bukit Jayagiri
> 
> wah, abah. kalo soal mall dan
nasionalisme, ada kok makalah tentang
> hal tsb. kira2 judulnya
seperti ini: dampak pertumbuhan/pembangunan
> mall-mall dengan
ketahanan nasional.
> 
> salam,
> syaiful
> 
> On Mon, Apr 21, 2008 at 9:17 AM, yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>>
>>
>> > Mas Ipul
>>
>> Memang
saya melihatnya begitu , jadi kalau
>> lebih banyak ya lebih
baik, kita sepakat bahwa memang terdapat "erosi
>>
nasionalisme" ,.
>> Nah kecintaan kepada hal hal yang
bersifat
>> "mengisi ruang jiwa" , seperti mencintai
alam dan segala
>> keindahan dan dnamikanya " , mencintai
sastra baik prosa maupun puisi
>> akan meningkatkan kecintaa
kepada Alam dan Penciptanya serta
> menumbuhkan
>>
kecntaan kepada Indonesia.
>> Saya kadang kadang berfikir
betapa
>> jahatnya ORTU yang HANYA mengajak anak2nya ke Mall!!!
Apakah mereka
> tidak
>> sadar bahwa mereka  tanpa
sadar mendidik anak anak mereka /putra
>> bangsa menjadi sangat
konsumtif Dan akan mempunyai jiwa yang
> sangat
>>
"materialistis "  pada saat mereka dewasa  (Bukannya
>> aku anti mall lho).
>> Akh mungkin ini hanya
kehawatiran-ku saja ya
>> ??
>>
>> Si
Abah
>>
>>
>>
>>
>>
>>abah
>> yanto,
>>
>
>> > saya kira abah anom juga cukup banyak kok
>> punya kawan2 yg senang pula
>> > mengajak
keluarga (anak2) ke tempat2
>> yg disebutkan. musium
geologi,
>> > musium migas (tmii), dll, sering
>>
kok dikunjungi. coba ingat2 diskusi
>> > kita sekian bulan
atau tahun
>> lalu, waktu membahas ttg topik yg mirip
>> > ini.
>> >
>> > semoga
kepesimisan abah bahwa banyak ortu yg enggak mau mengajak
>>
anak2
>> > ke tempat2 yg 'bernilai lebih' tsb adalah dalam
usaha agar
>> mereka mau
>> > berkunjung ke
tempat2 tsb.
>> >
>> >
>> salam,
>> > syaiful
>> >
>> > On Fri, Apr
18, 2008 at 3:48
>> PM, yanto R.Sumantri
<[EMAIL PROTECTED]>
>> > wrote:
>>
>>
>> >>
>> >>
>>
>> >Alhamdulillah
>> >> Tapi Anda teh minoritas 
, itu pasti
>> >> 
>> >> Da lebih
pinuh anak anak di - mall batan di Boscha . hayoh
>>
>>
>> >> Si Abah
>> >>
>> >>
>>

>>
>>
>> >>
>> >>
>>
>>   Etah Abah Yanto
>> jangan gegabah dan under
estimate...
>> >> > Abah Anom dari
>> dulu 
sering ngajak anak-anak (sejak mereka kecil,
>> >>
>> sekarang
>> >> > berumur 22 dan 16
tahun)jalan-jalan ka gunung,
>> laut
>> >>
(pantai selatan Jawa),
>> >> > arung jeram
>> (Citarik, Ayung). Nginepnya
>> >> lebih sering
bukan di
>> Hotel/Losmen
>> >> > (bilangnya
sih biar lebih
>> >>
>> natural/alami,