Re: [iagi-net-l] CCS - Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Rekan Ada juga yang bernama "Carbon Capture Sequestatrion , kelihatannya ini lebih "canggih" dan menyeluruh. Bisa dilihat di http://www.netl.doe.gov/technologies/carbon_seq//faqs_html si Abah On Fri, September 16, 2011 2:17 pm, Oman Abdurahman wrote: > CCS = Carbon Capture Storage; formasi batuan untuk menyimpan gas emisi > karbon (CO2). tks > > Sent from my iPhone > Oman Abdurahman > > On 16 Sep 2011, at 13:48, Paulus Tangke Allo wrote: > >> CCS=Carbon Capture Sequestration? >> >> >> --paulus >> >> >> 2011/9/16 : >>> Maaf, CCS itu apa yha? >>> >>> Herman >> >> >> PP-IAGI 2008-2011: >> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id >> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com >> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... >> >> Ayo siapkan diri! >> Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 >> September 2011 >> - >> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id >> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id >> >> For topics not directly related to Geology, users are advised to post >> the email to: o...@iagi.or.id >> >> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id >> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: >> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta >> No. Rek: 123 0085005314 >> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) >> Bank BCA KCP. Manara Mulia >> No. Rekening: 255-1088580 >> A/n: Shinta Damayanti >> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ >> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi >> - >> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information >> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no >> event shall IAGI or its members be liable for any, including but not >> limited to direct or indirect damages, or damages of any kind >> whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of >> or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing >> list. >> - >> > > > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > Ayo siapkan diri! > Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 > September 2011 > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > For topics not directly related to Geology, users are advised to post the > email to: o...@iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > - > > -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Herman, Iya, setuju sekali; itulah yang bisa dan harus kita lakukan sambil menjaga diri kita sendiri agar tidak ikut2-an mencederai Negeri ini. Salam, Awang From: herman.dar...@shell.com [mailto:herman.dar...@shell.com] Sent: 16 September 2011 3:42 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Awang and Abah, Melalui dunia geologi yang kita tekuni, semoga kita bisa mengimbangi 'image' korupsi dengan keunikan alam budaya Indonesia yang luhur. Saya rasa ini tanggung jawab kita sebagai geologiwan Indonesia. Salam, Herman From: Awang Harun Satyana [mailto:aha...@bpmigas.go.id] Sent: Friday, September 16, 2011 9:48 AM To: 'iagi-net@iagi.or.id' Subject: RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Sayang Abah, korupsinya mencederai keunikan geologi, alam dan budaya Indonesia yang luhur, sehingga barangkali di luar Indonesia lebih dikenal karena korupsinya dibandingkan karena keunikan alam dan budayanya. Selamat berakhir pekan juga. Awang From: Yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id] Sent: 16 September 2011 2:46 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Awang Memang NKRI ini unik yh , unik juga dengan kasus KORUPSI - nya yang aduhai. Semoga ndak ada anggota IAGI/HAGI yantg terlibat Akh just a joke . Selamat berakhir pekan . si Abah. On Fri, September 16, 2011 8:52 am, Awang Satyana wrote: > Abah, > > Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul > karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan > menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya > akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, > jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. > > Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya > belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka > laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau > dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah > Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. > > Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); > bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya > jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut > pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan > daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa > Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada > Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara > bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated > fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. > > Salam, > Awang > > > --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > >> Dari: Yanto R.Sumantri >> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM >> >> >> Awang >> >> "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? >> >> si Abah ? >> >> >> On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina >> wrote: >> > Pak Awang >> > >> > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah >> lihat tayangan di >> > National >> > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih >> besar dari ukuran nya >> > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup >> maka para komodo >> > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan >> kuantitas (jumlah dan >> > ukuran >> > binatang buruan) makanan sehingga mereka >> berbadan kecil (Dwarfism) >> > seperti >> > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga >> bila ditemukan fosil >> > - >> > fosil komodo purba. >> > >> > salam >> > Rimbawan >> > >> > 2011/9/15 Awang Satyana >> > >> >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak >> dikunjungi para >> >> geoscientists >> >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara >> HAGI dan IAGI (JCM- >> >> Joint >> >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), >> merupakan wilayah yang >> >> sangat >> >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun >> biologi. Sulawesi adalah >> >> wilayah benturan antara berbagai terrane >> (mintakat) geologi, sekaligus >> >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. >> Kedua benturan geologi >> >> dan >> &
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
2011/9/16 Awang Satyana > Pak Rimbawan, > > Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa > komodo mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar, > sehingga di tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti > yang saya tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar > komodo ini. > Dua proses menarik buat saya adalah *dwarfism *dan *gigantism* pengkerdilan dan peraksasaan (apa ya alihbahasanya?). Karena makanannya sedikit tetapi predatornya tetap banyak, maka sebuah spesies memang mungkin mengalami pengkerdilan (dwafism). Dan tentusaja predator tidak melulu mencari yg gemuk (besar) malah kadangkala yg kecil mudah ditangkap dan terseleksi. Kalau proses ini berlangsung terus tetapi dan terjadi ketidak stabilan ketersediaan "makanan", maka si predatorpun bisa-bisa ikutan kerdil. Atau si predator beradaptasi dengan berganti mangsa dan makanannya. Gigantism juga bisa terjadi akibat berlimpahnya makanan dan predatornya berkurang. Dan sepertinya kawan-kawan Dino Saurus menjadi semakin besar saja karena predatornya menjadi takut karena makanannya sekarang besar-besar. Proses spesiasi yg pernah saya baca juga bermacam-macam mekanismenya, saya menuliskan sederhana disini : - http://rovicky.wordpress.com/2007/02/15/evolusi-4-mekanisme-evolusi-1/ - http://rovicky.wordpress.com/2007/02/24/evolusi-4-mekanisme-evolusi-2/ Smoga menambah info ttg spesiasi RDP
RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Awang and Abah, Melalui dunia geologi yang kita tekuni, semoga kita bisa mengimbangi 'image' korupsi dengan keunikan alam budaya Indonesia yang luhur. Saya rasa ini tanggung jawab kita sebagai geologiwan Indonesia. Salam, Herman From: Awang Harun Satyana [mailto:aha...@bpmigas.go.id] Sent: Friday, September 16, 2011 9:48 AM To: 'iagi-net@iagi.or.id' Subject: RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Sayang Abah, korupsinya mencederai keunikan geologi, alam dan budaya Indonesia yang luhur, sehingga barangkali di luar Indonesia lebih dikenal karena korupsinya dibandingkan karena keunikan alam dan budayanya. Selamat berakhir pekan juga. Awang From: Yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id] Sent: 16 September 2011 2:46 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Awang Memang NKRI ini unik yh , unik juga dengan kasus KORUPSI - nya yang aduhai. Semoga ndak ada anggota IAGI/HAGI yantg terlibat Akh just a joke . Selamat berakhir pekan . si Abah. On Fri, September 16, 2011 8:52 am, Awang Satyana wrote: > Abah, > > Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul > karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan > menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya > akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, > jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. > > Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya > belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka > laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau > dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah > Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. > > Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); > bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya > jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut > pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan > daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa > Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada > Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara > bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated > fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. > > Salam, > Awang > > > --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > >> Dari: Yanto R.Sumantri >> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM >> >> >> Awang >> >> "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? >> >> si Abah ? >> >> >> On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina >> wrote: >> > Pak Awang >> > >> > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah >> lihat tayangan di >> > National >> > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih >> besar dari ukuran nya >> > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup >> maka para komodo >> > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan >> kuantitas (jumlah dan >> > ukuran >> > binatang buruan) makanan sehingga mereka >> berbadan kecil (Dwarfism) >> > seperti >> > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga >> bila ditemukan fosil >> > - >> > fosil komodo purba. >> > >> > salam >> > Rimbawan >> > >> > 2011/9/15 Awang Satyana >> > >> >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak >> dikunjungi para >> >> geoscientists >> >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara >> HAGI dan IAGI (JCM- >> >> Joint >> >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), >> merupakan wilayah yang >> >> sangat >> >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun >> biologi. Sulawesi adalah >> >> wilayah benturan antara berbagai terrane >> (mintakat) geologi, sekaligus >> >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. >> Kedua benturan geologi >> >> dan >> >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan >> saling berhubungan >> >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang >> baru, tetapi saya ingin >> >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan >> sintesis baru dalam rangka >> >> menghargai sebuah pul
Re: [iagi-net-l] CCS - Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Pak Paulus Apa fungsi CCS itu dalam eksplorasi/produksimigas ?? si Abah On Fri, September 16, 2011 1:48 pm, Paulus Tangke Allo wrote: > CCS=Carbon Capture Sequestration? > > > --paulus > > > 2011/9/16 : >> Maaf, CCS itu apa yha? >> >> Herman > > > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > Ayo siapkan diri! > Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 > September 2011 > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > For topics not directly related to Geology, users are advised to post the > email to: o...@iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with > the use of any information posted on IAGI mailing list. > - > > -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Awang Memang NKRI ini unik yh , unik juga dengan kasus KORUPSI - nya yang aduhai. Semoga ndak ada anggota IAGI/HAGI yantg terlibat Akh just a joke . Selamat berakhir pekan . si Abah. On Fri, September 16, 2011 8:52 am, Awang Satyana wrote: > Abah, > > Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul > karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan > menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya > akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, > jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. > > Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya > belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka > laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau > dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah > Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. > > Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); > bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya > jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut > pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan > daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa > Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada > Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara > bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated > fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. > > Salam, > Awang > > > --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > >> Dari: Yanto R.Sumantri >> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM >> >> >> Awang >> >> "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? >> >> si Abah ? >> >> >> On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina >> wrote: >> > Pak Awang >> > >> > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah >> lihat tayangan di >> > National >> > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih >> besar dari ukuran nya >> > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup >> maka para komodo >> > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan >> kuantitas (jumlah dan >> > ukuran >> > binatang buruan) makanan sehingga mereka >> berbadan kecil (Dwarfism) >> > seperti >> > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga >> bila ditemukan fosil >> > - >> > fosil komodo purba. >> > >> > salam >> > Rimbawan >> > >> > 2011/9/15 Awang Satyana >> > >> >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak >> dikunjungi para >> >> geoscientists >> >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara >> HAGI dan IAGI (JCM- >> >> Joint >> >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), >> merupakan wilayah yang >> >> sangat >> >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun >> biologi. Sulawesi adalah >> >> wilayah benturan antara berbagai terrane >> (mintakat) geologi, sekaligus >> >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. >> Kedua benturan geologi >> >> dan >> >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan >> saling berhubungan >> >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang >> baru, tetapi saya ingin >> >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan >> sintesis baru dalam rangka >> >> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam >> sebuah makalah yang akan >> >> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where >> Two Worlds Collided - >> >> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's >> Line." Tujuannya adalah >> >> semoga >> >> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang >> unik-menarik-walaupun >> >> rumit >> >> ini. Abstrak makalahnya ada di >> >> bawah tulisan ini. >> >> >> >> Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. >> Wallacea adalah suatu >> >> nama >> >> wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan >> Dickerson (1928) yang di >> >> sebelah >> >> barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di >> sebelah timur dibatasi >> >> Garis >> >> Lydekk
RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Sayang Abah, korupsinya mencederai keunikan geologi, alam dan budaya Indonesia yang luhur, sehingga barangkali di luar Indonesia lebih dikenal karena korupsinya dibandingkan karena keunikan alam dan budayanya. Selamat berakhir pekan juga. Awang From: Yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id] Sent: 16 September 2011 2:46 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Awang Memang NKRI ini unik yh , unik juga dengan kasus KORUPSI - nya yang aduhai. Semoga ndak ada anggota IAGI/HAGI yantg terlibat Akh just a joke . Selamat berakhir pekan . si Abah. On Fri, September 16, 2011 8:52 am, Awang Satyana wrote: > Abah, > > Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul > karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan > menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya > akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, > jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. > > Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya > belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka > laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau > dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah > Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. > > Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); > bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya > jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut > pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan > daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa > Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada > Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara > bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated > fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. > > Salam, > Awang > > > --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > >> Dari: Yanto R.Sumantri >> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM >> >> >> Awang >> >> "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? >> >> si Abah ? >> >> >> On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina >> wrote: >> > Pak Awang >> > >> > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah >> lihat tayangan di >> > National >> > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih >> besar dari ukuran nya >> > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup >> maka para komodo >> > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan >> kuantitas (jumlah dan >> > ukuran >> > binatang buruan) makanan sehingga mereka >> berbadan kecil (Dwarfism) >> > seperti >> > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga >> bila ditemukan fosil >> > - >> > fosil komodo purba. >> > >> > salam >> > Rimbawan >> > >> > 2011/9/15 Awang Satyana >> > >> >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak >> dikunjungi para >> >> geoscientists >> >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara >> HAGI dan IAGI (JCM- >> >> Joint >> >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), >> merupakan wilayah yang >> >> sangat >> >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun >> biologi. Sulawesi adalah >> >> wilayah benturan antara berbagai terrane >> (mintakat) geologi, sekaligus >> >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. >> Kedua benturan geologi >> >> dan >> >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan >> saling berhubungan >> >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang >> baru, tetapi saya ingin >> >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan >> sintesis baru dalam rangka >> >> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam >> sebuah makalah yang akan >> >> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where >> Two Worlds Collided - >> >> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's >> Line." Tujuannya adalah >> >> semoga >> >> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang >> unik-menarik-walaupun >> >> rumit >> >> ini. Abstrak makalahnya ada di >> >> bawah tulis
Re: [iagi-net-l] CCS - Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
CCS = Carbon Capture Storage; formasi batuan untuk menyimpan gas emisi karbon (CO2). tks Sent from my iPhone Oman Abdurahman On 16 Sep 2011, at 13:48, Paulus Tangke Allo wrote: > CCS=Carbon Capture Sequestration? > > > --paulus > > > 2011/9/16 : >> Maaf, CCS itu apa yha? >> >> Herman > > > PP-IAGI 2008-2011: > ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id > sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com > * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... > > Ayo siapkan diri! > Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 > September 2011 > - > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > For topics not directly related to Geology, users are advised to post the > email to: o...@iagi.or.id > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted > on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall > IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or > indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of > use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any > information posted on IAGI mailing list. > - > PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] CCS - Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
CCS=Carbon Capture Sequestration? --paulus 2011/9/16 : > Maaf, CCS itu apa yha? > > Herman PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah Joint Convention Makassar (JCM), HAGI-IAGI, Sulawesi, 26-29 September 2011 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Maaf, CCS itu apa yha? Herman -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Friday, September 16, 2011 3:47 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Pak Rimbawan, Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa komodo mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar, sehingga di tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti yang saya tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar komodo ini. Komodo (Varanus komodoensis) baru terbuka kepada dunia ilmu pengetahuan pada tahun 1912 ditandai dengan munculnya deskripsi fauna ini dalam sebuah jurnal ilmu pengetahuan oleh Ouwens seorang penelitti di Kebun Raya Bogor. Deskripsinya itu didasarkan atas penemuan komodo untuk pertama kalinya (bagi dunia barat mestinya) oleh seorang tentara Belanda yang ditugaskan di Flores pada tahun 1910. Kini komodo hidup di beberapa pulau kecil yang terletak antara Sumbawa dan Flores, yaitu: Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang dan Flores bagian barat dan utara. Seekor komodo dewasa yang tumbuh maksimum dapat mencapai panjang hampir 3 meter dan berat 70-90 kg. Komodo adalah kadal/biawak terbesar di dunia. Bahwa komodo berasal dari fauna yang lebih besar lagi, pernah diduga, yaitu berasal dari kadal/biawak raksasa berukuran 7 meter, berat 650 kg, yang pada 30.000 tahun lalu berkeliaran di Australia bagian timur, yaitu Megalania prisca. Tetapi, para peneliti menganggap komodo-komodo yang ditemukan di pulau2 sebelah barat Flores, adalah berasal dari Flores. Apakah komodo produk gigantisme dari biawak atau produk dwarfism dari Megalania Australia belum diketahui dengan jelas. MacKinnon (1986) mengatakan komodo2 di pulau2 kecil di sebelah barat Flores berasal dari Flores pada waktu Plistosen, atau produk gigantisme dari biawak2 yang banyak ditemukan di kawasan Australasia atau Oriental (Asiatik), di luar wilayah Wallacea, biawak ini mengalami gigantisme di wilayah Wallacea. Pendapat lain yang mungkin juga, adalah justru komodo produk dwarfism dari Megalania prisca yang hidup di Australia bagian timur (Ciofi, 1997). Langkanya fosil2 Megalania dalam jalur migrasi dari Australia ke Flores merupakan faktor yang menyulitkan pendapat ini, di samping genus yang berbeda antara Varanus (komodo) dan Megalania. Apa pun itu, daerah Wallacea di Indonesia bagian tengah mengakomodasi baik dwarfism maupun gigantism, berlaku bagi spesies fauna maupun hominid. salam, Awang --- Pada Kam, 15/9/11, rimbawan prathidina menulis: Dari: rimbawan prathidina Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: "Forum HAGI" , "Geo Unpad" , "Eksplorasi BPMIGAS" Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 1:30 PM Pak Awang Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di National Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran nya sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran binatang buruan) makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil - fosil komodo purba. salam Rimbawan 2011/9/15 Awang Satyana Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit ini. Abstrak makalahnya ada di bawah tulisan ini. Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Terima Kasih Pak Awang atas penjelasan nya, kita tunggu data-data terbaru untuk mengungkapkan keunikan di daerah garis Wallace ini salam Rimbawan 2011/9/16 Awang Satyana > Pak Rimbawan, > > Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa > komodo mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar, > sehingga di tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti > yang saya tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar > komodo ini. > > Komodo (Varanus komodoensis) baru terbuka kepada dunia ilmu pengetahuan > pada tahun 1912 ditandai dengan munculnya deskripsi fauna ini dalam sebuah > jurnal ilmu pengetahuan oleh Ouwens seorang penelitti di Kebun Raya Bogor. > Deskripsinya itu didasarkan atas penemuan komodo untuk pertama kalinya (bagi > dunia barat mestinya) oleh seorang tentara Belanda yang ditugaskan di Flores > pada tahun 1910. Kini komodo hidup di beberapa pulau kecil yang terletak > antara Sumbawa dan Flores, yaitu: Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang > dan Flores bagian barat dan utara. > > Seekor komodo dewasa yang tumbuh maksimum dapat mencapai panjang hampir 3 > meter dan berat 70-90 kg. Komodo adalah kadal/biawak terbesar di dunia. > Bahwa komodo berasal dari fauna yang lebih besar lagi, pernah diduga, yaitu > berasal dari kadal/biawak raksasa berukuran 7 meter, berat 650 kg, yang pada > 30.000 tahun lalu berkeliaran di Australia bagian timur, yaitu Megalania > prisca. Tetapi, para peneliti menganggap komodo-komodo yang ditemukan di > pulau2 sebelah barat Flores, adalah berasal dari Flores. > > Apakah komodo produk gigantisme dari biawak atau produk dwarfism dari > Megalania Australia belum diketahui dengan jelas. MacKinnon (1986) > mengatakan komodo2 di pulau2 kecil di sebelah barat Flores berasal dari > Flores pada waktu Plistosen, atau produk gigantisme dari biawak2 yang banyak > ditemukan di kawasan Australasia atau Oriental (Asiatik), di luar wilayah > Wallacea, biawak ini mengalami gigantisme di wilayah Wallacea. Pendapat lain > yang mungkin juga, adalah justru komodo produk dwarfism dari Megalania > prisca yang hidup di Australia bagian timur (Ciofi, 1997). Langkanya fosil2 > Megalania dalam jalur migrasi dari Australia ke Flores merupakan faktor yang > menyulitkan pendapat ini, di samping genus yang berbeda antara Varanus > (komodo) dan Megalania. > > Apa pun itu, daerah Wallacea di Indonesia bagian tengah mengakomodasi baik > dwarfism maupun gigantism, berlaku bagi spesies fauna maupun hominid. > > salam, > Awang > > --- Pada Kam, 15/9/11, rimbawan prathidina > menulis: > > > Dari: rimbawan prathidina > Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Cc: "Forum HAGI" , "Geo Unpad" < > geo_un...@yahoogroups.com>, "Eksplorasi BPMIGAS" < > eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> > Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 1:30 PM > > > Pak Awang > > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di > National Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran > nya sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran > binatang buruan) makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil - > fosil komodo purba. > > salam > Rimbawan > > > 2011/9/15 Awang Satyana > > Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists > yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint > Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat > unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah > wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus > merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan > biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan > sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin > mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka > menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan > dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - > Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga > kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit > ini. Abstrak makalahnya ada > di > bawah tulisan ini. > > Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama > wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di seb
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Awang Terima kasih atas penjelasannya.. Mebgenai binatang besar seperti kijang , atau kerbau memang pernah saya dengar. Bahkan sewaktu di pulau Sumbawa , ada rakyat yang berceritera bahwa kijang kijang dapat berenanag dari panta i ke daerah Gn. (lupa namanya). si Abah On Fri, September 16, 2011 8:52 am, Awang Satyana wrote: > Abah, > > Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul > karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan > menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya > akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, > jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. > > Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya > belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka > laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau > dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah > Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. > > Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); > bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya > jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut > pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan > daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa > Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada > Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara > bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated > fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. > > Salam, > Awang > > > --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > >> Dari: Yanto R.Sumantri >> Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM >> >> >> Awang >> >> "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? >> >> si Abah ? >> >> >> On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina >> wrote: >> > Pak Awang >> > >> > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah >> lihat tayangan di >> > National >> > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih >> besar dari ukuran nya >> > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup >> maka para komodo >> > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan >> kuantitas (jumlah dan >> > ukuran >> > binatang buruan) makanan sehingga mereka >> berbadan kecil (Dwarfism) >> > seperti >> > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga >> bila ditemukan fosil >> > - >> > fosil komodo purba. >> > >> > salam >> > Rimbawan >> > >> > 2011/9/15 Awang Satyana >> > >> >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak >> dikunjungi para >> >> geoscientists >> >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara >> HAGI dan IAGI (JCM- >> >> Joint >> >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), >> merupakan wilayah yang >> >> sangat >> >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun >> biologi. Sulawesi adalah >> >> wilayah benturan antara berbagai terrane >> (mintakat) geologi, sekaligus >> >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. >> Kedua benturan geologi >> >> dan >> >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan >> saling berhubungan >> >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang >> baru, tetapi saya ingin >> >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan >> sintesis baru dalam rangka >> >> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam >> sebuah makalah yang akan >> >> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where >> Two Worlds Collided - >> >> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's >> Line." Tujuannya adalah >> >> semoga >> >> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang >> unik-menarik-walaupun >> >> rumit >> >> ini. Abstrak makalahnya ada di >> >> bawah tulisan ini. >> >> >> >> Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. >> Wallacea adalah suatu >> >> nama >> >> wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan >> Dickerson (1928) yang di >> >> sebelah >> >> barat dibatasi oleh Garis Walla
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Abah, Land bridges atau jembatan daratan adalah pulau-pulau kontinen yang muncul karena fluktuasi muka laut saat susut. Area ini muncul di atas laut dan menjadi jembatan daratan yang digunakan fauna bermigrasi. Indonesia kaya akan land bridges, disertai sejarah fluktuasi muka laut yang kompleks, jadilah jembatan daratan ini muncul atau juga tenggelam. Lombok dan Sumbawa pernah bersatu (bukan karena Selat Alas di antaranya belum ada, selat itu ada, tetapi tersingkap dasarnya akibat susut muka laut). Komodo dan Lomblen pernah bersatu, Roti menjadi satu dengan Semau dan Timor. Sula dan Banggai, Bacan dan Halmahera, Tanah Jampea-Salayar-Doang-Kangean-Madura adalah contoh-contoh jembatan daratan. Stegodon bisa berenang, tetapi tak lebih dari 30 km (Monk et al.1997); bila sekarang ada fosil Stegodon ditemukan dan pulau-pulau di sekitarnya jauhnya misalnya 50 km, maka bisa diduga bahwa dulu Stegodon tersebut pindah pulau melalui jembatan daratan. Sulawesi dihubungkan oleh jembatan daratan sekitar Doang-Tanah Jampea-Salayar dengan Sundaland atau Nusa Tenggara, ke arah Sulawesi Selatan itulah, tepatnya Lembah Walanae, pada Pliosen-Pleistosen, beberapa fauna dari Sundaland dan Nusa Tenggara bermigrasi, dan kini di dunia paleontologi vertebrata kumpulan migrated fauna itu disebut Kelompok Cabenge, Sulawesi Selatan. Salam, Awang --- Pada Kam, 15/9/11, Yanto R.Sumantri menulis: > Dari: Yanto R.Sumantri > Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 2:21 PM > > > Awang > > "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? > > si Abah ? > > > On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina > wrote: > > Pak Awang > > > > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah > lihat tayangan di > > National > > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih > besar dari ukuran nya > > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup > maka para komodo > > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan > kuantitas (jumlah dan > > ukuran > > binatang buruan) makanan sehingga mereka > berbadan kecil (Dwarfism) > > seperti > > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga > bila ditemukan fosil > > - > > fosil komodo purba. > > > > salam > > Rimbawan > > > > 2011/9/15 Awang Satyana > > > >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak > dikunjungi para > >> geoscientists > >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara > HAGI dan IAGI (JCM- > >> Joint > >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), > merupakan wilayah yang > >> sangat > >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun > biologi. Sulawesi adalah > >> wilayah benturan antara berbagai terrane > (mintakat) geologi, sekaligus > >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. > Kedua benturan geologi > >> dan > >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan > saling berhubungan > >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang > baru, tetapi saya ingin > >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan > sintesis baru dalam rangka > >> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam > sebuah makalah yang akan > >> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where > Two Worlds Collided - > >> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's > Line." Tujuannya adalah > >> semoga > >> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang > unik-menarik-walaupun > >> rumit > >> ini. Abstrak makalahnya ada di > >> bawah tulisan ini. > >> > >> Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. > Wallacea adalah suatu > >> nama > >> wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan > Dickerson (1928) yang di > >> sebelah > >> barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di > sebelah timur dibatasi > >> Garis > >> Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi > timur penyebaran fauna > >> Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi > barat fauna Australis. > >> Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing > berhubungan dengan tepi Sunda > >> Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah > terjadi percampuran dua > >> dunia > >> fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu > kita bisa duga, yaitu > >> berasal dari Alfred Russel Wallace, > naturalist Inggris yang menjelajah > >> alam > >> Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah > Wallacea adalah > >> daerah > >> yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, ba
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Pak Rimbawan, Saya tak pernah menyaksikan tayangan NG channel tersebut, tetapi bahwa komodo mungkin berasal dari spesies yang justru berukuran lebih besar, sehingga di tempatnya sekarang ia mengalami dwarfism bukan gigantism seperti yang saya tulis, adalah memang merupakan sedikit perdebatan di seputar komodo ini. Komodo (Varanus komodoensis) baru terbuka kepada dunia ilmu pengetahuan pada tahun 1912 ditandai dengan munculnya deskripsi fauna ini dalam sebuah jurnal ilmu pengetahuan oleh Ouwens seorang penelitti di Kebun Raya Bogor. Deskripsinya itu didasarkan atas penemuan komodo untuk pertama kalinya (bagi dunia barat mestinya) oleh seorang tentara Belanda yang ditugaskan di Flores pada tahun 1910. Kini komodo hidup di beberapa pulau kecil yang terletak antara Sumbawa dan Flores, yaitu: Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gili Motang dan Flores bagian barat dan utara. Seekor komodo dewasa yang tumbuh maksimum dapat mencapai panjang hampir 3 meter dan berat 70-90 kg. Komodo adalah kadal/biawak terbesar di dunia. Bahwa komodo berasal dari fauna yang lebih besar lagi, pernah diduga, yaitu berasal dari kadal/biawak raksasa berukuran 7 meter, berat 650 kg, yang pada 30.000 tahun lalu berkeliaran di Australia bagian timur, yaitu Megalania prisca. Tetapi, para peneliti menganggap komodo-komodo yang ditemukan di pulau2 sebelah barat Flores, adalah berasal dari Flores. Apakah komodo produk gigantisme dari biawak atau produk dwarfism dari Megalania Australia belum diketahui dengan jelas. MacKinnon (1986) mengatakan komodo2 di pulau2 kecil di sebelah barat Flores berasal dari Flores pada waktu Plistosen, atau produk gigantisme dari biawak2 yang banyak ditemukan di kawasan Australasia atau Oriental (Asiatik), di luar wilayah Wallacea, biawak ini mengalami gigantisme di wilayah Wallacea. Pendapat lain yang mungkin juga, adalah justru komodo produk dwarfism dari Megalania prisca yang hidup di Australia bagian timur (Ciofi, 1997). Langkanya fosil2 Megalania dalam jalur migrasi dari Australia ke Flores merupakan faktor yang menyulitkan pendapat ini, di samping genus yang berbeda antara Varanus (komodo) dan Megalania. Apa pun itu, daerah Wallacea di Indonesia bagian tengah mengakomodasi baik dwarfism maupun gigantism, berlaku bagi spesies fauna maupun hominid. salam, Awang --- Pada Kam, 15/9/11, rimbawan prathidina menulis: Dari: rimbawan prathidina Judul: Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: "Forum HAGI" , "Geo Unpad" , "Eksplorasi BPMIGAS" Tanggal: Kamis, 15 September, 2011, 1:30 PM Pak Awang Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di National Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran nya sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran binatang buruan) makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil - fosil komodo purba. salam Rimbawan 2011/9/15 Awang Satyana Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit ini. Abstrak makalahnya ada di bawah tulisan ini. Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua dunia fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu berasal dari Alfred Russel Wallace, naturalist Inggris yang menjelajah alam Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah daerah yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, b
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Awang "jembatan itu posisinya secara geologi apa ya ? si Abah ? On Thu, September 15, 2011 1:30 pm, rimbawan prathidina wrote: > Pak Awang > > Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di > National > Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran nya > sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo > tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan > ukuran > binatang buruan) makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) > seperti > saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil > - > fosil komodo purba. > > salam > Rimbawan > > 2011/9/15 Awang Satyana > >> Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para >> geoscientists >> yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- >> Joint >> Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang >> sangat >> unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah >> wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus >> merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi >> dan >> biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan >> sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin >> mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka >> menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan >> dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - >> Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah >> semoga >> kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun >> rumit >> ini. Abstrak makalahnya ada di >> bawah tulisan ini. >> >> Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu >> nama >> wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di >> sebelah >> barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi >> Garis >> Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna >> Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. >> Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda >> Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua >> dunia >> fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu >> berasal dari Alfred Russel Wallace, naturalist Inggris yang menjelajah >> alam >> Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah >> daerah >> yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, banyak mikrokontinen, sliver, >> oceanic plateaux, ofiolit, baik secara in-situ maupun ex-situ yang >> berasal >> dari berbagai area asal dipindahkan ke sini. Laut-laut paling dalam >> Indonesia dan >> pembusuran (arching) Banda terjadi di sini juga. Endemisme fauna >> Indonesia paling tinggi berasal dari daerah Wallacea, sebut saja >> misalnya >> keberadaan komodo, babirusa, anoa, dan maleo; yang berasal dan hidup >> hanya >> di daerah Wallacea, tidak ada di bagian dunia yang lain. >> >> Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang gagasan >> terkenal dalam dunia paleontologi vertebrata/mamalia Indonesia berasal >> dari >> D.A. Hooijer (1957, 1967), ahli paleontologi vertebrata berkebangsaan >> Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, yang konsepnya bernama >> "Stegoland". Hooijer menemukan fosil-fosil gajah kerdil Stegodon di >> berbagai >> pulau di Indonesia (Sangihe, Sulawesi, Jawa, Flores, Sumba, Timor). >> Bagaimana Stegodon yang berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal ini >> (1,2-1,0 >> Ma) ditemukan di berbagai pulau tersebut yang sekarang terpisah cukup >> jauh >> satu sama lain? Hooijer berpendapat bahwa dahulu Nusa >> Tenggara-Jawa-Sulawesi >> dihubungkan oleh suatu jembatan daratan yang disebutnya "Stegoland", di >> sepanjang jembatan daratan itulah Stegodon berjalan. Lalu karena >> aktivitas >> tektonik dan fluktuasi muka laut pada Plistosen, jembatan ini tenggelam. >> Konsep Hooijer ini mendapat tantangan dari beberapa ahli paleontologi >> yang >> datang lebih kemudian, >> misalnya Gert van den Bergh (yang juga beberapa kali berkarya di >> Indonesia). Gert yang belum lama ini (2009) membantu Tim Paleontologi >> Vertebrata Badan Geologi dalam penelitian penemuan gajah purba di Blora >> menyebutkan bahwa konsep Hooijer tak bisa diterima, gajah-gajah itu >> berenang, bukan berjalan melalui jembatan daratan. Begitulah Stegoland, >> setiap konsep yang diajukan, ada yang mendukungnya (pro) tetapi selalu >> ada >> juga yang menentangnya (kontra). >> >> Dalam makalah saya, saya memuat model paleogeografi Sulawesi dan >> sekitarnya >> yang dibuat oleh Moss dan Wilson (1998) serta fluktuasi muka laut di >> pulau-pulau Indonesia Timur dari Tjia (1996) pada Pliosen-Holosen, lalu >> menggunakannya untuk meneliti konsep Hooijer (1957) tentang Stegoland. >> Beberapa citra satelit yang dalam zaman Hooijer (1957) belum ada, saya >> lihat >> juga untuk memeriksa adaka
Re: [iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Pak Awang Hanya mau Cross Check saja pak Awang, saya pernah lihat tayangan di National Geographic Channel bahwa Komodo itu dulunya lebih besar dari ukuran nya sekarang dan dikarenakan jembatan darat tadi tertutup maka para komodo tersebut terisolasi sehingga terjadi penurunan kuantitas (jumlah dan ukuran binatang buruan) makanan sehingga mereka berbadan kecil (Dwarfism) seperti saat ini. Tapi tentu saja ini perlu di cross cek juga bila ditemukan fosil - fosil komodo purba. salam Rimbawan 2011/9/15 Awang Satyana > Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists > yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint > Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat > unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah > wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus > merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan > biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan > sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin > mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka > menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan > dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - > Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga > kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit > ini. Abstrak makalahnya ada di > bawah tulisan ini. > > Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama > wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah > barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis > Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna > Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. > Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda > Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua dunia > fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu > berasal dari Alfred Russel Wallace, naturalist Inggris yang menjelajah alam > Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah daerah > yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, banyak mikrokontinen, sliver, > oceanic plateaux, ofiolit, baik secara in-situ maupun ex-situ yang berasal > dari berbagai area asal dipindahkan ke sini. Laut-laut paling dalam > Indonesia dan > pembusuran (arching) Banda terjadi di sini juga. Endemisme fauna > Indonesia paling tinggi berasal dari daerah Wallacea, sebut saja misalnya > keberadaan komodo, babirusa, anoa, dan maleo; yang berasal dan hidup hanya > di daerah Wallacea, tidak ada di bagian dunia yang lain. > > Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang gagasan > terkenal dalam dunia paleontologi vertebrata/mamalia Indonesia berasal dari > D.A. Hooijer (1957, 1967), ahli paleontologi vertebrata berkebangsaan > Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, yang konsepnya bernama > "Stegoland". Hooijer menemukan fosil-fosil gajah kerdil Stegodon di berbagai > pulau di Indonesia (Sangihe, Sulawesi, Jawa, Flores, Sumba, Timor). > Bagaimana Stegodon yang berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal ini (1,2-1,0 > Ma) ditemukan di berbagai pulau tersebut yang sekarang terpisah cukup jauh > satu sama lain? Hooijer berpendapat bahwa dahulu Nusa Tenggara-Jawa-Sulawesi > dihubungkan oleh suatu jembatan daratan yang disebutnya "Stegoland", di > sepanjang jembatan daratan itulah Stegodon berjalan. Lalu karena aktivitas > tektonik dan fluktuasi muka laut pada Plistosen, jembatan ini tenggelam. > Konsep Hooijer ini mendapat tantangan dari beberapa ahli paleontologi yang > datang lebih kemudian, > misalnya Gert van den Bergh (yang juga beberapa kali berkarya di > Indonesia). Gert yang belum lama ini (2009) membantu Tim Paleontologi > Vertebrata Badan Geologi dalam penelitian penemuan gajah purba di Blora > menyebutkan bahwa konsep Hooijer tak bisa diterima, gajah-gajah itu > berenang, bukan berjalan melalui jembatan daratan. Begitulah Stegoland, > setiap konsep yang diajukan, ada yang mendukungnya (pro) tetapi selalu ada > juga yang menentangnya (kontra). > > Dalam makalah saya, saya memuat model paleogeografi Sulawesi dan sekitarnya > yang dibuat oleh Moss dan Wilson (1998) serta fluktuasi muka laut di > pulau-pulau Indonesia Timur dari Tjia (1996) pada Pliosen-Holosen, lalu > menggunakannya untuk meneliti konsep Hooijer (1957) tentang Stegoland. > Beberapa citra satelit yang dalam zaman Hooijer (1957) belum ada, saya lihat > juga untuk memeriksa adakah jembatan daratan antara > Timor-Sumba-Flores-Jawa-Sulawesi-Sangihe pada sekitar Pliosen-Plistosen - > Holosen. Dari model-model dan data satelit itu dapat diketahui bahwa > kemungkinan jembatan seperti yang dimaksud Hooijer (1957) kelihatannya ada > walaupun memang sekarang sudah tenggelam. Dari model i
[iagi-net-l] Sulawesi: "Stegoland" & Island Dwarfism
Sulawesi, yang sepuluh hari lagi akan banyak dikunjungi para geoscientists yang mengikuti pertemuan ilmiah gabungan antara HAGI dan IAGI (JCM- Joint Convention Makassar, 26-29 September 2011), merupakan wilayah yang sangat unik-menarik-namun rumit secara geologi maupun biologi. Sulawesi adalah wilayah benturan antara berbagai terrane (mintakat) geologi, sekaligus merupakan wilayah benturan antara dunia fauna. Kedua benturan geologi dan biologi ini 'klop' alias saling mendukung dan saling berhubungan sebab-akibat. Fenomena ini bukan barang baru, tetapi saya ingin mengangkatnya lagi menggunakan analisis dan sintesis baru dalam rangka menghargai sebuah pulau unik di Indonesia dalam sebuah makalah yang akan dipresentasikan di JCM berjudul,"Sulawesi: Where Two Worlds Collided - Geologic Controls on Biogeographic Wallace's Line." Tujuannya adalah semoga kita makin menghargai bagian Tanah Air kita yang unik-menarik-walaupun rumit ini. Abstrak makalahnya ada di bawah tulisan ini. Sulawesi menduduki daerah Wallacea paling barat. Wallacea adalah suatu nama wilayah di bagian tengah Indonesia gagasan Dickerson (1928) yang di sebelah barat dibatasi oleh Garis Wallace (1863), di sebelah timur dibatasi Garis Lydekker (1896). Garis Wallace membatasi tepi timur penyebaran fauna Asiatik, sedangkan Garis Lydekker membatasi tepi barat fauna Australis. Secara geologi tepi-tepi ini masing-masing berhubungan dengan tepi Sunda Land dan Sahul Land. Di daerah Wallacea-lah terjadi percampuran dua dunia fauna Asiatik dan Australis. Nama Wallacea tentu kita bisa duga, yaitu berasal dari Alfred Russel Wallace, naturalist Inggris yang menjelajah alam Indonesia selama delapan tahun (1854-1862). Daerah Wallacea adalah daerah yang sangat rumit dalam geologi Indonesia, banyak mikrokontinen, sliver, oceanic plateaux, ofiolit, baik secara in-situ maupun ex-situ yang berasal dari berbagai area asal dipindahkan ke sini. Laut-laut paling dalam Indonesia dan pembusuran (arching) Banda terjadi di sini juga. Endemisme fauna Indonesia paling tinggi berasal dari daerah Wallacea, sebut saja misalnya keberadaan komodo, babirusa, anoa, dan maleo; yang berasal dan hidup hanya di daerah Wallacea, tidak ada di bagian dunia yang lain. Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengulas sedikit tentang gagasan terkenal dalam dunia paleontologi vertebrata/mamalia Indonesia berasal dari D.A. Hooijer (1957, 1967), ahli paleontologi vertebrata berkebangsaan Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, yang konsepnya bernama "Stegoland". Hooijer menemukan fosil-fosil gajah kerdil Stegodon di berbagai pulau di Indonesia (Sangihe, Sulawesi, Jawa, Flores, Sumba, Timor). Bagaimana Stegodon yang berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal ini (1,2-1,0 Ma) ditemukan di berbagai pulau tersebut yang sekarang terpisah cukup jauh satu sama lain? Hooijer berpendapat bahwa dahulu Nusa Tenggara-Jawa-Sulawesi dihubungkan oleh suatu jembatan daratan yang disebutnya "Stegoland", di sepanjang jembatan daratan itulah Stegodon berjalan. Lalu karena aktivitas tektonik dan fluktuasi muka laut pada Plistosen, jembatan ini tenggelam. Konsep Hooijer ini mendapat tantangan dari beberapa ahli paleontologi yang datang lebih kemudian, misalnya Gert van den Bergh (yang juga beberapa kali berkarya di Indonesia). Gert yang belum lama ini (2009) membantu Tim Paleontologi Vertebrata Badan Geologi dalam penelitian penemuan gajah purba di Blora menyebutkan bahwa konsep Hooijer tak bisa diterima, gajah-gajah itu berenang, bukan berjalan melalui jembatan daratan. Begitulah Stegoland, setiap konsep yang diajukan, ada yang mendukungnya (pro) tetapi selalu ada juga yang menentangnya (kontra). Dalam makalah saya, saya memuat model paleogeografi Sulawesi dan sekitarnya yang dibuat oleh Moss dan Wilson (1998) serta fluktuasi muka laut di pulau-pulau Indonesia Timur dari Tjia (1996) pada Pliosen-Holosen, lalu menggunakannya untuk meneliti konsep Hooijer (1957) tentang Stegoland. Beberapa citra satelit yang dalam zaman Hooijer (1957) belum ada, saya lihat juga untuk memeriksa adakah jembatan daratan antara Timor-Sumba-Flores-Jawa-Sulawesi-Sangihe pada sekitar Pliosen-Plistosen - Holosen. Dari model-model dan data satelit itu dapat diketahui bahwa kemungkinan jembatan seperti yang dimaksud Hooijer (1957) kelihatannya ada walaupun memang sekarang sudah tenggelam. Dari model ini, bisa diduga pola migrasi Stegodon di sepanjang Stegoland, kalau kita meyakininya ada. Wilayah penemuan fosil-fosil Stegodon atau spesies sejenisnya (Stegoloxodon celebensis, Fachroel Aziz dkk, 2009) di Sulawesi terjadi di Lembah Walanae, Sulawesi Selatan. Dan, ini bisa dipahami kalau melihat peta paleogeografi dari Tjia (1996) atau Moss dan Wilson (1998). Ada jembatan daratan pada Plistosen Awal dari Jawa timurlaut ke Sulawesi Selatan. Jawa sendiri saat itu bergabung menjadi satu dengan Kalimantan dan Sumatra sebagai Sunda Land. Dari Jawa ada jembatan daratan ke timur ke sepanjang