RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik Awang Harun Satyana


Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta skala 
besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan Ciputat-Kota, 
mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita 
sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan geologi sejak Tsunami 
Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan Jakarta benar2 
akan diserang gempa besar. Kata seorang teman, dua DI di Indonesia sudah 
diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal DKI-nya nih (!)

Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi kita 
belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo, berita2 
sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi itu akan 
menimbulkan keresahan kepada masyarakat.

Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan 
Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar. 
Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita lihat, 
andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk 
Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi, Tomang, Grogol, Kota 
yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan kalau 
saja gempa datang, kerusakannya akan seperti di Jetis - Klaten yang duduk di 
atas Sesar Opak.

Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir sih 
kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di Samudra 
Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa dangkal 60 km 
karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya. Banyak konfigurasi 
batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng 
Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di bawah Jakarta, ia akan 
dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam makin 
ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar 
Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya pengalaman pernah digiatkan 
kembali oleh gempa (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar 
Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab 
ia juga di ujung baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan 
Sunda. 

Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang begitu 
via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi 
asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri tersambung ke 
Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke Citanduy-Kroya di 
Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke 
utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough). Kalau saya, tak melihat 
Cimandiri-Baribis melintasi Jakarta via splay faults-nya. Artinya, kecil 
kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa dari Cimandiri dan Baribis. Andai 
dirambati pun energinya akan jauh melemah karena selama perambatan itu melalui 
kerak2 masif yang bisa meredam propagasi energi.

Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak sekarang, ia adalah pasangan 
sesar Opak di batas barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak overriding 
plate di selatan Nusa Kambangan yang sedang dalam stress tinggi dan siap pecah, 
gayanya bisa terpropagasi ke baratlaut via Citanduy-Kroya Fault yang dextral.

Patahan Ciputat-Kota memang perlu diindahkan, tetapi jangan berlebihan. Kita 
lihat dulu dengan benar peta seismotektonik dan geologi Kuarter wilayah 
Jakarta, dan kumpulkan data histori gempa di Jakarta.

Salam,
awang


-Original Message-
From: Bowo Pangarso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, June 09, 2006 8:10 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

Rekans,
Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam.
Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke
misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa
merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada
air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya
pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada?

Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan
perasaan saya kok mengatakan ini salah satu bentuk bakti geologist ke
masyarakat ya?), dan kelihatannya geologist kecepatan mengedukasinya kalah
sama media massa...

soalnya berita di media itu selalu bad news is good news

lam salam,
Bowo

Pada tanggal 6/9/06, Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] menulis:

 Ass.W.W.,
 Pak Aziz Rifai (AR) dan Rekans Yth.,
 Sebenarnya dalam Newsticker Metro TV nama Geologist-nya disebutkan, yaitu
 Prof. Dr. SUPARKAH, mestinya yang benar adalah Prof.Dr. SUPARKA (tanpa
 huruf
 akhir H), suami ibu yang juga geologist, Prof.Dr. Emmy SUPARKA, Guru Besar
 dan Dosen di Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB, yang juga menjabat
 sebagai Wakil Rektor Kemitraan dan Ketua Lembaga

RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik wahyu budi
Benar, lebih baik lagi kalau sebelum memberikan
komentar, kita periksa dahulu kondisi sebenarnya di
lokasi mata air.

Saya punya pengalaman dengan kejadian seperti ini.
Ketika itu di Ambon, di rawa-rawa sagu di dalam Kampus
Universitas Pattimura, tahun 1993 (?). Saya diberitahu
bahwa ada mata air panas di dalam kampus. Pengamatan
sekilas memang tampak ada uap putih yang keluar dari
rawa . Setelah saya periksa bersama pegawai PLN,
ternyata sumber panasnya adalah dari kabel PLN yang
tertanam di dalam rawa yang rusak pembungkusnya.

Salam,
WBS



--- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 
 Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan
 seismotektonik DKI Jakarta skala besar yang
 diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada
 patahan Ciputat-Kota, mengapa mesti segera
 menyebutnya sebagai patahan gempa ? Masyarakat kita
 sekarang ini sedang traumatik dengan masalah
 kebencanaan geologi sejak Tsunami Aceh Desember
 2004. Dan mereka pun akan berpikir, jangan-jangan
 Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata
 seorang teman, dua DI di Indonesia sudah
 diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal
 DKI-nya nih (!)
 
 Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat,
 jangan sensasional selagi kita belum tau duduk
 perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo,
 berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai
 media (good news), tetapi itu akan menimbulkan
 keresahan kepada masyarakat.
 
 Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang
 keluar dari patahan Ciputat-Kota. Kita tahu memang
 mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar.
 Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan
 gempa ? Coba kita lihat, andai patahan ini benar ada
 dan disebutkan sebagai patahan gempa, maka penduduk
 Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan,
 Slipi, Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas
 patahan SBD-UTL ini bisa saja resah dan membayangkan
 kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti
 di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak.
 
 Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang
 diaktifkan gempa ? Saya pikir sih kecil sekali.
 Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng
 di Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak
 akan menimbulkan gempa dangkal 60 km karena
 kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya.
 Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di
 selatan Jakarta sebelum ia meretakkan lempeng
 Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa
 di bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300
 km, sebab kemiringan Wadati-Benioff makin dalam
 makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan
 menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar
 Ciputat-Kota tersambung ke sesar lain yang punya
 pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa
 (seperti sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar
 Cimandiri memang punya pengalaman digiatkan gempa2
 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung baratnya
 bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan
 Sunda. 
 
 Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada
 beberapa yang bilang begitu via batas antara Teluk
 Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block, tetapi
 asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah
 menyebutkan Cimandiri tersambung ke Baribis di
 timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke
 Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat
 Jakarta, ia masuk ke Pamanukan, dari Pamanukan ke
 utara Kep Seribu via NST (North Seribu Trough).
 Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi
 Jakarta via splay faults-nya. Artinya, kecil
 kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa dari
 Cimandiri dan Baribis. Andai dirambati pun energinya
 akan jauh melemah karena selama perambatan itu
 melalui kerak2 masif yang bisa meredam propagasi
 energi.
 
 Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak
 sekarang, ia adalah pasangan sesar Opak di batas
 barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak
 overriding plate di selatan Nusa Kambangan yang
 sedang dalam stress tinggi dan siap pecah, gayanya
 bisa terpropagasi ke baratlaut via Citanduy-Kroya
 Fault yang dextral.
 
 Patahan Ciputat-Kota memang perlu diindahkan, tetapi
 jangan berlebihan. Kita lihat dulu dengan benar peta
 seismotektonik dan geologi Kuarter wilayah Jakarta,
 dan kumpulkan data histori gempa di Jakarta.
 
 Salam,
 awang
 
 
 -Original Message-
 From: Bowo Pangarso [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Friday, June 09, 2006 8:10 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung
 arsip nasional Jakarta
 
 Rekans,
 Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam.
 Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid
 yang bisa diberikan ke
 misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang
 bertanya bakalan ada gempa
 merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya
 saya liat diberita ada
 air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya
 mirip kayak pertanyaannya
 pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada?
 
 Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar
 perlu diedukasi (dan
 perasaan saya kok mengatakan ini salah satu

RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik edisonsirodj

Pak Awang,

Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita
mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian
recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk
masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo
ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media.

MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih
wass,
edisonsirodj


|-+---
| |   Awang Harun|
| |   Satyana|
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   com|
| |   |
| |   09/06/2006 02:34|
| |   PM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+---
  
---|
  | 
  |
  |To:  iagi-net@iagi.or.id   
  |
  |cc:  
  |
  |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional 
Jakarta  |
  
---|





Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta
skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan
Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ?
Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan
geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir,
jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman,
dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal
DKI-nya nih (!)

Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi
kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo,
berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi
itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat.

Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan
Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar.
Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita
lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa,
maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi,
Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja
resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti
di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak.

Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir
sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di
Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa
dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya.
Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia
meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di
bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan
Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan
menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar
lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti
sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya
pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung
baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda.

Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang
begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block,
tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri
tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke
Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke
Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu
Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi Jakarta via
splay faults-nya. Artinya, kecil kemungkinan Ciputat-Kota dirambati gempa
dari Cimandiri dan Baribis. Andai dirambati pun energinya akan jauh melemah
karena selama perambatan itu melalui kerak2 masif yang bisa meredam
propagasi energi.

Justru Citanduy-Kroya yang harus diwaspadai sejak sekarang, ia adalah
pasangan sesar Opak di batas barat indentasi Jawa Tengah. Kalau ada kerak
overriding plate di selatan Nusa Kambangan yang sedang dalam stress tinggi
dan siap pecah, gayanya bisa terpropagasi

RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Edison,

Kalau secara pribadi, saya mengizinkan, sebatas bahwa itu pendapat pribadi. 
Saya hanya ingin menghimbau kepada para ahli, berhati-hatilah berpendapat 
tentang sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Terima kasih.

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, June 09, 2006 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


Pak Awang,

Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita
mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian
recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk
masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo
ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media.

MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih
wass,
edisonsirodj


|-+---
| |   Awang Harun|
| |   Satyana|
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   com|
| |   |
| |   09/06/2006 02:34|
| |   PM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+---
  
---|
  | 
  |
  |To:  iagi-net@iagi.or.id   
  |
  |cc:  
  |
  |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional 
Jakarta  |
  
---|





Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta
skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan
Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ?
Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan
geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir,
jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman,
dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal
DKI-nya nih (!)

Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi
kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo,
berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi
itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat.

Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan
Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar.
Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita
lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa,
maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi,
Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja
resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti
di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak.

Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir
sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di
Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa
dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya.
Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia
meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di
bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan
Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan
menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar
lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti
sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya
pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung
baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda.

Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang
begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block,
tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir malah menyebutkan Cimandiri
tersambung ke Baribis di timur-timurlaut, dan Baribis tersambung ke
Citanduy-Kroya di Banyumas. Baribis tidak lewat Jakarta, ia masuk ke
Pamanukan, dari Pamanukan ke utara Kep Seribu via NST (North Seribu
Trough). Kalau saya, tak melihat Cimandiri-Baribis melintasi

Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Lho kan memang jakarta sering gempa..? sebelum gempa jogya kan didahului
oleh gempa jakarta..kalau gampangnya berarti memang ada resiko.
masalah kuantifikasi resiko...?  Kan jogya juga  tidak ada yang tahu akan
terjadi gempa...
yang sempat terlintas..kan jakarta itu sebagian besar berada di atas tanah
yang lunak (bukan batuan masif)...apa kerusakan bangunannya makin besar apa
makin kecil ya kalau terjadi gempa..?

Kalau data harusnya untuk jakarta cukup lengkap karena jakarta kan sudah
dari zaman voc terkenal, jadi kalau kejadian luar biasa pasti tercatat..

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| |   Bowo Pangarso  |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   |
| ||
| |   09/06/2006 09:09 |
| |   AM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+
  
-|
  | 
|
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id 
|
  |   cc:   
|
  |   Subject:  Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional 
Jakarta|
  
-|




Rekans,
Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam.
Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke
misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa
merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada
air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya
pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada?

Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan
perasaan saya kok mengatakan ini salah satu bentuk bakti geologist ke
masyarakat ya?), dan kelihatannya geologist kecepatan mengedukasinya kalah
sama media massa...

soalnya berita di media itu selalu bad news is good news

lam salam,
Bowo

Pada tanggal 6/9/06, Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] menulis:

 Ass.W.W.,
 Pak Aziz Rifai (AR) dan Rekans Yth.,
 Sebenarnya dalam Newsticker Metro TV nama Geologist-nya disebutkan, yaitu
 Prof. Dr. SUPARKAH, mestinya yang benar adalah Prof.Dr. SUPARKA (tanpa
 huruf
 akhir H), suami ibu yang juga geologist, Prof.Dr. Emmy SUPARKA, Guru
Besar
 dan Dosen di Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB, yang juga menjabat
 sebagai Wakil Rektor Kemitraan dan Ketua Lembaga Penelitian dan
 Pemberdayaan
 Masyarakat (LPPM) - ITB.
 Tentang mataair panas di Gedung Arsip Nasional Jakarta, rasanya saya juga
 baru dengar. Bagaimana nih, Pak Lambok M. Hutasoit (GL-ITB)dan Pak
 Abdurrahman Assegaf (GL-USAKTI) yang sering ngubek2 masalah air DKI ?.

 Wassalam,

 Yahdi Zaim,
 Anggota KK Geologi dan Paleontologi
 Program Studi Teknik Geologi
 FIKTM - ITB


 - Original Message -
 From: Aziz Rifai [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Friday, June 09, 2006 6:49 AM
 Subject: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


 Semalam baca newsticker di metrotv,
 Menurut Geolog LIPI (tidak disebutkan namanya), mata air panas tersebut
 berasosiasi dengan patahan gempa,
 Mungkin ada diantara iagi-netters yang tahu lebih banyak tentang mata
 air panas tsb, mohon pencerahannya,
 Apabila benar berhubungan dengan patahan gempa, sebesar apakah potensi
 gempa yang ada?

 Terima kasih sebelumnya dan have a nice weekend

 Regards,


 Aziz Rifai










-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik Fajar Lubis
Mata air panas.. ada yang mendefinisikan sebagai mata air dengan temperatur 
minimal 15 derajat lebih tinggi dari rata-rata temperatur udara di sekitarnya 
dan banyak lagi. Tapi saya lebih senang untuk mendefinisikannya dengan 
menyimpan data temperatur mata air tersebut pada kurva hubungan temperatur 
udara dengan ketinggian, ketika dia diatas rata-rata maka pastilah mata air ini 
mendapat pengaruh panas yang bukan hanya dari permukaan saja.
   
  Kemunculan `air panas` di Jakarta ini cukup banyak. Yang paling populer 
mungkin mataair Ciseeng- Parung (selatan Jakarta). Kemunculan yang lain adalah 
di sumur bor sedalam 250 meter di daerah Tongkol dan Marunda, Jakarta 
Utara..dan hingga saat ini masih dalam kondisi artesis positif (flowing). Ke 
arah  Selatan..sumur produksi kota Wisata Cibubur pada kisaran kedalaman yang 
sama mendapatkan airtanah yang sejenis...dan juga masih dalam kondisi artesis 
positif hingga saat ini.
   
  Apakah ini berhubungan dengan mataair panas gedung arsip nasional Jakarta? 
Hanya data kimia dan pengamatan yang `kontinyu` yang bisa menjawabnya :p
   
  Jakarta zona patahan? kalau kita gali archive dari millis ini..sudah banyak 
bukti mengenai hal ini (bahkan salahsatu anggota millis pernah `memprediksikan` 
sebagai suatu `oil trap`). Peta publikasi sebaran patahan inipun sudah pernah 
dipublikasikan oleh Dr. Agus Handoyo dari ITB.
   
  Pertanyaannya...seberapa `dekatkah` patahan-patahan ini dari sumber potensial 
gempa?
   
  Mohon pencerahannya...
   
   
  Salam,
  Fajar (1841)
Sedang main-main dengan temperatur bawah permukaan Jakarta



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik edisonsirodj

Maaf mungkin saya tertinggal, sejauh ini yang mengkoordinir berita -berita
penyebab bencana geologi siapa ya?
Biar jelas sumber alurnya.


|-+---
| |   OK Taufik |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   .com   |
| |   |
| |   09/06/2006 04:16|
| |   PM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+---
  
---|
  | 
  |
  |To:  iagi-net@iagi.or.id 
  |
  |cc:  
  |
  |Subject: Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional 
Jakarta  |
  
---|



dalam situasi begini, sebaiknya biar saja yg berwenang memberikan
klarifikasi..iagi ataupun pribadi bisa memberikan masukan kepada badan
geologi setempat, supaya ada koordinasi

On 6/9/06, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Pak Awang,

 Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita
 mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian
 recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI
untuk
 masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo
 ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media.

 MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih
 wass,
 edisonsirodj


 |-+---
 | |   Awang Harun|
 | |   Satyana|
 | |   [EMAIL PROTECTED]|
 | |   com|
 | |   |
 | |   09/06/2006 02:34|
 | |   PM  |
 | |   Please respond  |
 | |   to iagi-net |
 | |   |
 |-+---
   
---|

   |
|
   |To:  iagi-net@iagi.or.id
|
   |cc:
|
   |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip
nasional Jakarta  |
   
---|






 Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta
 skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan
 Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ?
 Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan
 geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir,
 jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang
teman,
 dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya),
tinggal
 DKI-nya nih (!)

 Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi
 kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo,
 berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news),
tetapi
 itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat.

 Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan
 Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda
sesar.
 Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita
 lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa,
 maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi,
 Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja
 resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti
 di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak.

 Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir
 sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di
 Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa
 dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya.
 Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia
 meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di
 bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan
 Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan
 menimbulkan

Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-09 Terurut Topik Noor Syarifuddin
Setuju pak Awang...
Kita itu selagi belum ada kejadian tidak ada satupun yang omong tapi
begitu ada kejadian kesannya kok terus jadi banyak ahli

Membaca artikel air panas di gedung arsip itu saya juga ikut menyayangkan
kalau memang benar ybs memberikan penjelasan seperti itu. Lho wong bentuk
awan saja sekarang bisa bikin panik orang he  he  he sampai Ferdi yang
di Balikpapan juga ikut takut.

salam,

- Original Message -
From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, June 09, 2006 9:22 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


Pak Edison,

Kalau secara pribadi, saya mengizinkan, sebatas bahwa itu pendapat pribadi.
Saya hanya ingin menghimbau kepada para ahli, berhati-hatilah berpendapat
tentang sesuatu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Terima kasih.

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, June 09, 2006 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


Pak Awang,

Mohon izinnya untuk meng forward pembahasan ini ke metrotvnews. Kita
mencoba untuk masuk ke dalam metrotv (walau email saya ke bagian
recruitment-mudah2an sampe nih), saya melihat belum adanya usaha IAGI untuk
masuk kedalam media (mungkin saya salah). IAGI harus masuk kedalam kalo
ngak ya ketinggalan terus dengan issue2 yang dikeluarkan mass media.

MOHON DITERUSKAN KE MEJA RADAKSI METROTVNEWSTerimakasih
wass,
edisonsirodj


|-+---
| |   Awang Harun|
| |   Satyana|
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   com|
| |   |
| |   09/06/2006 02:34|
| |   PM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+---

---
|
  |
|
  |To:  iagi-net@iagi.or.id
|
  |cc:
|
  |Subject: RE: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional
Jakarta  |

---
|





Sebaiknya, dicek dulu peta geologi Kuarter dan seismotektonik DKI Jakarta
skala besar yang diterbitkan P3G Bandung. Dan, kalau memang ada patahan
Ciputat-Kota, mengapa mesti segera menyebutnya sebagai patahan gempa ?
Masyarakat kita sekarang ini sedang traumatik dengan masalah kebencanaan
geologi sejak Tsunami Aceh Desember 2004. Dan mereka pun akan berpikir,
jangan-jangan Jakarta benar2 akan diserang gempa besar. Kata seorang teman,
dua DI di Indonesia sudah diporakporandakan gempa (Aceh dan Yogya), tinggal
DKI-nya nih (!)

Sebaiknya, bijaklah kita mengeluarkan pendapat, jangan sensasional selagi
kita belum tau duduk perkaranya dengan benar sebab seperti kata Bowo,
berita2 sensasional (bad news)itu sangat disukai media (good news), tetapi
itu akan menimbulkan keresahan kepada masyarakat.

Coba diteliti dulu, apakah mata air panas itu memang keluar dari patahan
Ciputat-Kota. Kita tahu memang mata air (panas) bisa sebagai penanda sesar.
Bagaimana bisa langsung menghubungkannya ke patahan gempa ? Coba kita
lihat, andai patahan ini benar ada dan disebutkan sebagai patahan gempa,
maka penduduk Ciputat, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Senayan, Slipi,
Tomang, Grogol, Kota yang berada di atas patahan SBD-UTL ini bisa saja
resah dan membayangkan kalau saja gempa datang, kerusakannya akan seperti
di Jetis - Klaten yang duduk di atas Sesar Opak.

Sejauh apa kemungkinannya ini patahan yang diaktifkan gempa ? Saya pikir
sih kecil sekali. Pertama, Jakarta jauh dari pusat konvergensi lempeng di
Samudra Hindia, 375 km jauhnya. Kejauhan ini tak akan menimbulkan gempa
dangkal 60 km karena kompresi lempeng seperti terjadi kemarin di Yogya.
Banyak konfigurasi batuan masif yang berada di selatan Jakarta sebelum ia
meretakkan lempeng Eurasia di bawah Jakarta. Kalaupun ada pusat gempa di
bawah Jakarta, ia akan dalam, paling tidak 300 km, sebab kemiringan
Wadati-Benioff makin dalam makin ke utara Jawa. Gempa dalam tak akan
menimbulkan goncangan besar. Apakah sesar Ciputat-Kota tersambung ke sesar
lain yang punya pengalaman pernah digiatkan kembali oleh gempa (seperti
sesar Cimandiri dan Baribis ?). Kalau sesar Cimandiri memang punya
pengalaman digiatkan gempa2 di sekitar Sukabumi, sebab ia juga di ujung
baratnya bisa berhubungan dengan pusat2 gempa di selatan Sunda.

Apakah Ciputat-Kota menyambung ke Cimandiri ? Ada beberapa yang bilang
begitu via batas antara Teluk Jakarta-Teluk Pelabuhanratu dan Banten Block,
tetapi asumsinya lemah. Penelitian terakhir

[iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-08 Terurut Topik Aziz Rifai
Semalam baca newsticker di metrotv,
Menurut Geolog LIPI (tidak disebutkan namanya), mata air panas tersebut
berasosiasi dengan patahan gempa,
Mungkin ada diantara iagi-netters yang tahu lebih banyak tentang mata
air panas tsb, mohon pencerahannya,
Apabila benar berhubungan dengan patahan gempa, sebesar apakah potensi
gempa yang ada?
 
Terima kasih sebelumnya dan have a nice weekend
 
Regards,
 
 
Aziz Rifai
 
 


Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-08 Terurut Topik Joni Erwoko
Mungkin berita ini yg di maksud Pak Aziz. Ada yg bisa memberikan pencerahan
kebenaran berita ini ?


Salam,
JE


Jakarta Rawan Gempa, Patahannya Sepanjang Ciputat-Kota
Ken Yunita - detikcom



Jakarta, Apa jadinya jika Jakarta diguncang gempa hebat. Apalagi Jakarta
juga rawan gempa tektonik. Ada patahan yang memanjang dari Ciputat, Banten
hingga Kota, Jakarta Pusat. Nah lho!

Hal ini disampaikan oleh Bagian Riset Bidang Geologi Struktur LIPI Prof Dr
Suparkah kepada wartawan di Gedung LIPI, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Kamis
(8/6/2006).

Suparkah juga menuturkan, patahan itu hanyalah salah satu faktor yang
mungkin berpotensi menyebabkan gempa di Jakarta. Selain itu, ahli bidang
Geologi Struktur ini menjelaskan, sebenarnya seluruh wilayah Indonesia rawan
bencana, baik itu gempa, longsor atau yang lainnya.

Seluruh Indonesia kecuali Kalimantan rawan bencana, karena itu yang
terpenting adalah membuat masyarakat aware, jelasnya.

Suparkah juga mengatakan, di Jakarta pernah terjadi gempa yang cukup besar.
Tapi ketika ditanyakan kapan gempa tersebut berlangsung, Suparkah mengaku
tidak mengingatnya. Tapi histori itu penting. Karena sejarah itu bisa
berulang, tutur Suparkah mengingatkan.



Patahan Jakarta di Sumber Air Panas Gedung Arsip Nasional
Ken Yunita - detikcom



Jakarta, Jakarta rawan gempa tektonik dengan patahan sepanjang Ciputat,
Banten hingga Kota, Jakarta Pusat. Patahan itu persisnya ada di sumber air
panas Gedung Arsip Nasional.

Lokasi gedung yang dipenuhi lembar negara itu ada di Jl Ampera Raya, Jakarta
Selatan.

Ada patahan di sumber air panas Jakarta, yaitu di Gedung Arsip Nasional,
memanjang mulai dari Ciputat, kata Prof Dr Suparkah dari Bagian Riset
Bidang Geologi Struktur LIPI kepada wartawan di Gedung LIPI, Jl Gatot
Subroto, Jakarta, Kamis (8/6/2006).

Menurut Suparkah, patahan tersebut belum diteliti secara mendalam. Namun
jika dilihat bisa mengeluarkan air panas, maka patahan tersebut bisa saja
aktif.

Dalam kantornya (Gedung Arsip Nasional) itu ada air panas, kita pernah
lihat itu, tandas Suparkah.




- Original Message - 
From: Aziz Rifai [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, June 09, 2006 6:49 AM
Subject: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


Semalam baca newsticker di metrotv,
Menurut Geolog LIPI (tidak disebutkan namanya), mata air panas tersebut
berasosiasi dengan patahan gempa,
Mungkin ada diantara iagi-netters yang tahu lebih banyak tentang mata
air panas tsb, mohon pencerahannya,
Apabila benar berhubungan dengan patahan gempa, sebesar apakah potensi
gempa yang ada?

Terima kasih sebelumnya dan have a nice weekend

Regards,


Aziz Rifai




-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006 
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta

2006-06-08 Terurut Topik Bowo Pangarso

Rekans,
Sebelum memulai pembicaraan saintifik yang mendalam.
Apa ya kira-kira jawaban praktis tetapi tetap valid yang bisa diberikan ke
misalnya tetangga sebelah rumah kalau ada yang bertanya bakalan ada gempa
merusak kayak di yogya ngga ya di jakarta?, soalnya saya liat diberita ada
air panas keluar pak di gd. Arsip Nasional, ya mirip kayak pertanyaannya
pak Aziz, sebesar apa potensi gempa yang ada?

Karena saya pikir saat ini masyarakat benar-benar perlu diedukasi (dan
perasaan saya kok mengatakan ini salah satu bentuk bakti geologist ke
masyarakat ya?), dan kelihatannya geologist kecepatan mengedukasinya kalah
sama media massa...

soalnya berita di media itu selalu bad news is good news

lam salam,
Bowo

Pada tanggal 6/9/06, Yahdi Zaim [EMAIL PROTECTED] menulis:


Ass.W.W.,
Pak Aziz Rifai (AR) dan Rekans Yth.,
Sebenarnya dalam Newsticker Metro TV nama Geologist-nya disebutkan, yaitu
Prof. Dr. SUPARKAH, mestinya yang benar adalah Prof.Dr. SUPARKA (tanpa
huruf
akhir H), suami ibu yang juga geologist, Prof.Dr. Emmy SUPARKA, Guru Besar
dan Dosen di Program Studi Teknik Geologi FIKTM - ITB, yang juga menjabat
sebagai Wakil Rektor Kemitraan dan Ketua Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan
Masyarakat (LPPM) - ITB.
Tentang mataair panas di Gedung Arsip Nasional Jakarta, rasanya saya juga
baru dengar. Bagaimana nih, Pak Lambok M. Hutasoit (GL-ITB)dan Pak
Abdurrahman Assegaf (GL-USAKTI) yang sering ngubek2 masalah air DKI ?.

Wassalam,

Yahdi Zaim,
Anggota KK Geologi dan Paleontologi
Program Studi Teknik Geologi
FIKTM - ITB


- Original Message -
From: Aziz Rifai [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, June 09, 2006 6:49 AM
Subject: [iagi-net-l] mata air panas di gedung arsip nasional Jakarta


Semalam baca newsticker di metrotv,
Menurut Geolog LIPI (tidak disebutkan namanya), mata air panas tersebut
berasosiasi dengan patahan gempa,
Mungkin ada diantara iagi-netters yang tahu lebih banyak tentang mata
air panas tsb, mohon pencerahannya,
Apabila benar berhubungan dengan patahan gempa, sebesar apakah potensi
gempa yang ada?

Terima kasih sebelumnya dan have a nice weekend

Regards,


Aziz Rifai