RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian kerto menurut kamusku.


Kata kerto, yang juga karto, karta, berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud membuat/dibuat, lebih cocok dengan kata karyo, karya.
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata kerto nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) pagunung anyar yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata saka kala
(tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ? Sebab,
para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi penerus mudah
mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun yang dimaksud. Jadi,
sengkalan punya dua maksud : angka tahun, dan peristiwa apa yang terjadi
tahun itu. Saya pikir ini suatu cara yang sangat cerdas warisan leluhur.
Karena tahun Caka/Syaka/Saka menggunakan garis edar Matahari sebagai
refererensi, maka suka disebut surya sengkala. Kalau tahun Jawa atau
tahun Hijriyah, maka suka disebut candrasengkala karena menggunakan
garis edar Bulan sebagai referensi (candra = Bulan). 

 

Para leluhur sudah menyusun aturan2 sedemikian rupa untuk menjadi
pedoman 

RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Terima kasih Mas Maryanto atas info-nya, nanti saya cek lagi ke kamus2
Sanskerta Haryati Soebadio dan Kawi Wojowasito dan Purwadi. Ada sih yang
menafsirkannya dibuat. Tetapi, dalam Surya Sengkala, kertaning punya
watak bilangan 4 yang digolongkan sebagai kata-kata bermakna membuat
atau dibuat. Jadi, apa dong yang dibuat Bumi sampai Majapahit sirna dan
hilang begitu...(kalau mengartikannya secara gampang).

salam Merah Putih,
awang

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 1:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian kerto menurut kamusku.


Kata kerto, yang juga karto, karta, berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud membuat/dibuat, lebih cocok dengan kata karyo, karya.
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata kerto nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) pagunung anyar yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata saka kala
(tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
kronogram

RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik yrsnki


 
 
Good discussion 

Si-Abah

___ 

Mas Awang. 
 
 Memang Kerta = di buat ? Kok beda
ya pengertian kerto menurut kamusku. 
 
 
 Kata kerto, yang juga karto, karta, berarti
tenteram, aman. Untuk 
 arti/maksud membuat/dibuat,
lebih cocok dengan kata karyo, karya. 
 Ini menurut
kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang 

mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak 
 barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah. 
 
 Kemudian Yogyakarta, dari kata: 
 Ayodya (nama negara
terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo). 
 Mungkin di
ambil dari nama tempat di India. 
 Karta = aman 
 Adi =
bagus 
 Ningrat = darah-biru, priyayi. 
 

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha. 
 Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan
Ngayojokarto 
 Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya. 
 
 Kata kerto nempel pada, misal: 

Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta, 
 Kartomarmo. 
 
 
 Salam, 

Maryanto. 
 Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007. 
 
 -Original Message- 
 
From: Awang Harun
Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Thursday, August 16,
2007 9:46 AM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Cc:
[EMAIL PROTECTED] 
 Subject: [iagi-net-l]
Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 
 Masehi

 
 Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan
terdahulu tentang 
 Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah
dan geologi. 
 
 
 
 Sepeninggal
Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk 
 (1389
M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah 

menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang 
 saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi. 

Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan, 
 bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan
dan 
 saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh
wilayah 
 Majapahit, negeri tak terurus. 
 


 
 Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah, perang antar
keturunan Hayam 
 Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara
Wikramawardhana (menantu 
 Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra
Hayam wuruk dari seorang selir) 
 menyulut sebuah perang besar
yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit : 
 Perang Paregreg
(1401-1406 M). 
 
 
 
 Apa hasil
perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak 

peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji 
 mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi.
Bertahun-tahun 
 kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan
terjadi. Lalu, beberapa dekade 
 menjelang tahun 1500 M,
Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara, runtuh 
 setelah berada
di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi 
 mencatat
tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang 
 Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M. 
 
 
 
 Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang
pernah dilakukan di wilayah 
 Majapahit, delta Brantas,
menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain 
 disebabkan
perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya 

fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis

 yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton :
bencana 1296 
 Caka (1374 M) pagunung anyar yang
pernah saya tafsirkan sebagai erupsi 
 gunung lumpur (argumennya
pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan 
 yang lalu,
silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir 

pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa 
 kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli

 geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash
-1932 , 
 Enige voorlopige opmerkingen omtrent de
hydrogeologie der Brantas 
 vlakte - Handelingen van 6de Ned.
Indische Natuur Wetenschappelijke 
 Congres) bisa menjadi
acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah 
 Majapahit itu.
Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus 
 karena
pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh. 
 
 
 
 Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal
suryasengkala Sirna Ilang 
 Kertaning Bumi yang dalam
penafsiran saya bisa menunjukkan dan 
 menguatkan cerita bencana
seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di 
 atas. 


 
 
 Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala
berasal dari kata saka kala 
 (tahun saka) yang
diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan. 
 Sengkalan
didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan 

kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai

 kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat
? Sebab, 
 para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi
penerus mudah 
 mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun
yang dimaksud. Jadi, 
 sengkalan punya dua maksud : angka tahun,
dan peristiwa apa yang terjadi 
 tahun itu. Saya pikir ini suatu
cara yang sangat cerdas warisan leluhur. 
 Karena tahun
Caka/Syaka/Saka menggunakan garis edar Matahari 

RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik Agus Sutoto (BWM)
Setahu saya, Kartomarmo bukan nama kota, tetapi nama tokoh pewayangan,
Tokoh terakhir yang masih hidup dari dinasti Kurawa Hastinapore,
sepeninggal
Tokoh2 utama pada perang Mahabarath, di Kurusetra. 
BTW, Marmo itu apa artinya pak, apa Marmer ya? Tempat di buatnya Marmer
?
Barangkali kuburan tokoh ini di Padalarang gitu?

AS

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian kerto menurut kamusku.


Kata kerto, yang juga karto, karta, berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud membuat/dibuat, lebih cocok dengan kata karyo, karya.
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata kerto nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) pagunung anyar yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala Sirna Ilang
Kertaning Bumi yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata saka kala
(tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ? Sebab,
para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi

Re: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-15 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Dalam diskusi di Blog Dongeng-Geologi saya juga menerjemahkan yang
sama dengan Pak Awang. Tulisan pang Awang yang dulu ada disini
http://rovicky.wordpress.com/2007/03/20/bencana-lusi-di-jaman-majapahit-1297-caka/
Disitu sudah dilengkapi dengan gambar peta2nya oleh Pak Awang.

Karena saya yakin pemilihan sengkolo ini tidak sekedar untuk angka
tahun tetapi juga memiliki makna. Seperti ayat suci menggunakan
kata-kata yang bisa multiinterpretasi. Hanya saja seorang arkeolog yg
ikut berkomentar di Blog ini malah terheran dengan mode interpretasi
saya. Karena selama ini dalam mengartikan Suryasengkala,
condrosengkolo = sistem penanggalan (penahunan?).

Lesson learnt-nya adalah :
Bahwa dulu pernah terjadi juga, seperti yang aku tulis juga sebagai
daerah berpotensi terjadi bencana MV. Sehingga, harus berhati-hati
dalam melakukan uji tapak (site survey) di daerah Jawa Timur ini.
Jangan sampai potensi bencana yang ada terusik.
Ada kemungkinan bencana semburan ini berlangsung lama, dan berpotensi
merusak tatanan poleksosbud.

skalian ijin dimasukkan di Dongeng ya Pak Awang ...
sukur2 ada gambar tentang suryosengkolo ini ... Setahuku masing2
kata-kata ini ada gambar yg melambangkannya juga ... :)

RDP

On 8/16/07, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
 Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.



 Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
 (1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
 menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
 saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
 Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
 bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
 saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
 Majapahit, negeri tak terurus.



 Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
 Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
 Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
 menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
 Perang Paregreg (1401-1406 M).



 Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
 peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
 mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
 kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
 menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
 setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
 mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang
 Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.



 Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
 Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
 disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
 fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
 yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
 Caka (1374 M) pagunung anyar yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
 gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
 yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
 pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
 kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
 geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
 Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
 vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
 Congres) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
 Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
 karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.



 Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala Sirna Ilang
 Kertaning Bumi yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
 menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
 atas.



 Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata saka kala
 (tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
 Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
 kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
 kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ? Sebab,
 para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi penerus mudah
 mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun yang dimaksud. Jadi,
 sengkalan punya dua maksud : angka tahun, dan peristiwa apa yang terjadi
 tahun itu. Saya pikir ini suatu cara yang sangat cerdas warisan leluhur.
 Karena tahun Caka/Syaka/Saka menggunakan garis edar Matahari sebagai
 refererensi, maka suka disebut surya sengkala. Kalau tahun Jawa atau
 tahun Hijriyah, maka suka disebut candrasengkala karena menggunakan
 garis edar Bulan 

RE: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-15 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Silakan dimasukkan ke dongeng geologi-nya Pak Rovicky. Dari Suwito
(2006) tak ada satu pun gambar hanya penuh angka, tetapi nanti saya coba
cari dari sumber lain.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 10:36 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Sirna Ilang Kertaning Bumi - 1400 Caka/1478
Masehi

Dalam diskusi di Blog Dongeng-Geologi saya juga menerjemahkan yang
sama dengan Pak Awang. Tulisan pang Awang yang dulu ada disini
http://rovicky.wordpress.com/2007/03/20/bencana-lusi-di-jaman-majapahit-
1297-caka/
Disitu sudah dilengkapi dengan gambar peta2nya oleh Pak Awang.

Karena saya yakin pemilihan sengkolo ini tidak sekedar untuk angka
tahun tetapi juga memiliki makna. Seperti ayat suci menggunakan
kata-kata yang bisa multiinterpretasi. Hanya saja seorang arkeolog yg
ikut berkomentar di Blog ini malah terheran dengan mode interpretasi
saya. Karena selama ini dalam mengartikan Suryasengkala,
condrosengkolo = sistem penanggalan (penahunan?).

Lesson learnt-nya adalah :
Bahwa dulu pernah terjadi juga, seperti yang aku tulis juga sebagai
daerah berpotensi terjadi bencana MV. Sehingga, harus berhati-hati
dalam melakukan uji tapak (site survey) di daerah Jawa Timur ini.
Jangan sampai potensi bencana yang ada terusik.
Ada kemungkinan bencana semburan ini berlangsung lama, dan berpotensi
merusak tatanan poleksosbud.

skalian ijin dimasukkan di Dongeng ya Pak Awang ...
sukur2 ada gambar tentang suryosengkolo ini ... Setahuku masing2
kata-kata ini ada gambar yg melambangkannya juga ... :)

RDP

On 8/16/07, Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
 Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.



 Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
 (1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
 menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
 saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
 Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
 bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
 saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
 Majapahit, negeri tak terurus.



 Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
 Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
 Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
 menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit
:
 Perang Paregreg (1401-1406 M).



 Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
 peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
 mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi.
Bertahun-tahun
 kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa
dekade
 menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,
runtuh
 setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
 mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna
Ilang
 Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.



 Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
 Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit
selain
 disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan
mundurnya
 fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana
geomorfologis
 yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana
1296
 Caka (1374 M) pagunung anyar yang pernah saya tafsirkan sebagai
erupsi
 gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa
bulan
 yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun
terakhir
 pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
 kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
 geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
 Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
 vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
 Congres) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di
bawah
 Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
 karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.



 Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala Sirna Ilang
 Kertaning Bumi yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
 menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton
di
 atas.



 Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata saka kala
 (tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
 Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
 kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya
sebagai
 kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ?
Sebab,
 para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi penerus mudah
 mengingat peristiwa yang telah terjadi pada