RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik Agus Sutoto (BWM)
Setahu saya, Kartomarmo bukan nama kota, tetapi nama tokoh pewayangan,
Tokoh terakhir yang masih hidup dari dinasti Kurawa Hastinapore,
sepeninggal
Tokoh2 utama pada perang Mahabarath, di Kurusetra. 
BTW, Marmo itu apa artinya pak, apa Marmer ya? Tempat di buatnya Marmer
?
Barangkali kuburan tokoh ini di Padalarang gitu?

AS

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian "kerto" menurut kamusku.


Kata "kerto", yang juga "karto, karta", berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud "membuat/dibuat", lebih cocok dengan kata "karyo, karya".
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata "kerto" nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
"Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres") bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata "saka kala"
(tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
kalimat, gambar, a

RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik yrsnki


> 
> 
Good discussion 

Si-Abah

___> 

Mas Awang. 
> 
> Memang Kerta = di buat ? Kok beda
ya pengertian "kerto" menurut kamusku. 
> 
> 
> Kata "kerto", yang juga "karto, karta", berarti
tenteram, aman. Untuk 
> arti/maksud "membuat/dibuat",
lebih cocok dengan kata "karyo, karya". 
> Ini menurut
kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang 
>
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak 
> barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah. 
> 
> Kemudian Yogyakarta, dari kata: 
> Ayodya (nama negara
terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo). 
> Mungkin di
ambil dari nama tempat di India. 
> Karta = aman 
> Adi =
bagus 
> Ningrat = darah-biru, priyayi. 
> 
>
Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha. 
> Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan
Ngayojokarto 
> Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya. 
> 
> Kata "kerto" nempel pada, misal: 
>
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta, 
> Kartomarmo. 
> 
> 
> Salam, 
>
Maryanto. 
> Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007. 
> 
> -Original Message- 
> 
From: Awang Harun
Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Thursday, August 16,
2007 9:46 AM 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Cc:
[EMAIL PROTECTED] 
> Subject: [iagi-net-l]
"Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 
> Masehi

> 
> Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan
terdahulu tentang 
> Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah
dan geologi. 
> 
> 
> 
> Sepeninggal
Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk 
> (1389
M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah 
>
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang 
> saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi. 
>
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan, 
> bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan
dan 
> saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh
wilayah 
> Majapahit, negeri tak terurus. 
> 
>

> 
> Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah, perang antar
keturunan Hayam 
> Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara
Wikramawardhana (menantu 
> Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra
Hayam wuruk dari seorang selir) 
> menyulut sebuah perang besar
yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit : 
> Perang Paregreg
(1401-1406 M). 
> 
> 
> 
> Apa hasil
perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak 
>
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji 
> mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi.
Bertahun-tahun 
> kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan
terjadi. Lalu, beberapa dekade 
> menjelang tahun 1500 M,
Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara, runtuh 
> setelah berada
di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi 
> mencatat
tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna Ilang 
> Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M. 
> 
> 
> 
> Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang
pernah dilakukan di wilayah 
> Majapahit, delta Brantas,
menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain 
> disebabkan
perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya 
>
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis

> yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton :
bencana 1296 
> Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang
pernah saya tafsirkan sebagai erupsi 
> gunung lumpur (argumennya
pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan 
> yang lalu,
silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir 
>
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa 
> kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli

> geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash
-1932 , 
> "Enige voorlopige opmerkingen omtrent de
hydrogeologie der Brantas 
> vlakte - Handelingen van 6de Ned.
Indische Natuur Wetenschappelijke 
> Congres") bisa menjadi
acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah 
> Majapahit itu.
Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus 
> karena
pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh. 
> 
> 
> 
> Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal
suryasengkala "Sirna Ilang 
> Kertaning Bumi" yang dalam
penafsiran saya bisa menunjukkan dan 
> menguatkan cerita bencana
seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di 
> atas. 
>

> 
> 
> Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala
berasal dari kata "saka kala" 
> (tahun saka) yang
diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan. 
> Sengkalan
didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan 
>
kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai

> kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat
? Sebab, 
> para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi
penerus mudah 
> mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun
yang dimaksud. Jadi, 
> sengkalan punya dua maksud : angka tahun,
dan peristiwa apa yang terjadi 
> ta

RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-16 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Terima kasih Mas Maryanto atas info-nya, nanti saya cek lagi ke kamus2
Sanskerta Haryati Soebadio dan Kawi Wojowasito dan Purwadi. Ada sih yang
menafsirkannya "dibuat". Tetapi, dalam Surya Sengkala, "kertaning" punya
watak bilangan 4 yang digolongkan sebagai kata-kata bermakna "membuat
atau dibuat". Jadi, apa dong yang dibuat Bumi sampai Majapahit sirna dan
hilang begitu...(kalau mengartikannya secara gampang).

salam Merah Putih,
awang

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 1:50 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian "kerto" menurut kamusku.


Kata "kerto", yang juga "karto, karta", berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud "membuat/dibuat", lebih cocok dengan kata "karyo, karya".
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata "kerto" nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
"Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres") bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata "saka kala"
(tahun saka)

RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-15 Terurut Topik Maryanto (Maryant)
 

Mas Awang.

Memang Kerta = di buat ? Kok beda ya pengertian "kerto" menurut kamusku.


Kata "kerto", yang juga "karto, karta", berarti tenteram, aman. Untuk
arti/maksud "membuat/dibuat", lebih cocok dengan kata "karyo, karya".
Ini menurut kamusku, karya Ronggowarsito (1870'an), yang di cetak ulang
mungkin th 1990'an atau 2000'an. Kapan-kapan saya tuliskan tahun cetak
barunya, wong database (eh buku)-nya di rumah.

Kemudian Yogyakarta, dari kata:
Ayodya (nama negara terbagus di epos Ramayana, nama rajanya Sri Romo).
Mungkin di ambil dari nama tempat di India.
Karta = aman
Adi = bagus
Ningrat = darah-biru, priyayi.

Huruf Jawa Ha na ca ra ka, tak kenal A, kecualai harus di tulis Ha.
Jadilah Ayodyakarta Adi ningrat, di tulis dan dilapalkan Ngayojokarto
Hadiningra. Ini menjadi Yoja, juga Jogya.

Kata "kerto" nempel pada, misal:
Surakarto, Kartosuro, Purwokerto, Purwakarta, Mojokerto, Jayakarta,
Kartomarmo.


Salam,
Maryanto.
Salam Merdeka, 17 Agustus 1945-2007.

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 9:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.

 

Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
(1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
Majapahit, negeri tak terurus.

 

Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
Perang Paregreg (1401-1406 M).

 

Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M.

 

Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
"Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
Congres") bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

 

Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala "Sirna Ilang
Kertaning Bumi" yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
atas.

 

Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata "saka kala"
(tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ? Sebab,
para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi penerus mudah
mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun yang dimaksud. Jadi,
sengkalan punya dua maksud : angka tahun, dan peristiwa apa yang terjadi
tahun itu. Saya pikir ini suatu cara yang sangat cerdas warisan leluhur.
Karena tahun Caka/Syaka/Saka menggunakan garis edar Matahari sebagai
refererensi, maka suka disebut surya sengkala. Kalau tahun Jawa atau
tahun Hijriyah, maka suka disebut candrasengkala karena menggunakan
garis edar Bulan sebagai referensi (candra = Bulan). 

 

Para leluhur sudah menyusun aturan2 sedemikian rupa 

RE: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-15 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Silakan dimasukkan ke dongeng geologi-nya Pak Rovicky. Dari Suwito
(2006) tak ada satu pun gambar hanya penuh angka, tetapi nanti saya coba
cari dari sumber lain.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, August 16, 2007 10:36 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478
Masehi

Dalam diskusi di Blog Dongeng-Geologi saya juga menerjemahkan yang
sama dengan Pak Awang. Tulisan pang Awang yang dulu ada disini
http://rovicky.wordpress.com/2007/03/20/bencana-lusi-di-jaman-majapahit-
1297-caka/
Disitu sudah dilengkapi dengan gambar peta2nya oleh Pak Awang.

Karena saya yakin pemilihan sengkolo ini tidak sekedar untuk angka
tahun tetapi juga memiliki makna. Seperti ayat suci menggunakan
kata-kata yang bisa multiinterpretasi. Hanya saja seorang arkeolog yg
ikut berkomentar di Blog ini malah terheran dengan mode interpretasi
saya. Karena selama ini dalam mengartikan Suryasengkala,
condrosengkolo = sistem penanggalan (penahunan?).

Lesson learnt-nya adalah :
Bahwa dulu pernah terjadi juga, seperti yang aku tulis juga sebagai
daerah berpotensi terjadi bencana MV. Sehingga, harus berhati-hati
dalam melakukan uji tapak (site survey) di daerah Jawa Timur ini.
Jangan sampai potensi bencana yang ada terusik.
Ada kemungkinan bencana semburan ini berlangsung lama, dan berpotensi
merusak tatanan poleksosbud.

skalian ijin dimasukkan di Dongeng ya Pak Awang ...
sukur2 ada gambar tentang suryosengkolo ini ... Setahuku masing2
kata-kata ini ada gambar yg melambangkannya juga ... :)

RDP

On 8/16/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
> Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.
>
>
>
> Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
> (1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
> menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
> saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
> Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
> bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
> saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
> Majapahit, negeri tak terurus.
>
>
>
> Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
> Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
> Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
> menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit
:
> Perang Paregreg (1401-1406 M).
>
>
>
> Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
> peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
> mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi.
Bertahun-tahun
> kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa
dekade
> menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,
runtuh
> setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
> mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna
Ilang
> Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M.
>
>
>
> Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
> Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit
selain
> disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan
mundurnya
> fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana
geomorfologis
> yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana
1296
> Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang pernah saya tafsirkan sebagai
erupsi
> gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa
bulan
> yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun
terakhir
> pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
> kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
> geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
> "Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
> vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
> Congres") bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di
bawah
> Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
> karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.
>
>
>
> Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala "Sirna Ilang
> Kertaning Bumi" yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
> menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton
di
> atas.
>
>
>
> Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata "saka kala"
> (tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menj

Re: [iagi-net-l] "Sirna Ilang Kertaning Bumi" - 1400 Caka/1478 Masehi

2007-08-15 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Dalam diskusi di Blog Dongeng-Geologi saya juga menerjemahkan yang
sama dengan Pak Awang. Tulisan pang Awang yang dulu ada disini
http://rovicky.wordpress.com/2007/03/20/bencana-lusi-di-jaman-majapahit-1297-caka/
Disitu sudah dilengkapi dengan gambar peta2nya oleh Pak Awang.

Karena saya yakin pemilihan sengkolo ini tidak sekedar untuk angka
tahun tetapi juga memiliki makna. Seperti ayat suci menggunakan
kata-kata yang bisa multiinterpretasi. Hanya saja seorang arkeolog yg
ikut berkomentar di Blog ini malah terheran dengan mode interpretasi
saya. Karena selama ini dalam mengartikan Suryasengkala,
condrosengkolo = sistem penanggalan (penahunan?).

Lesson learnt-nya adalah :
Bahwa dulu pernah terjadi juga, seperti yang aku tulis juga sebagai
daerah berpotensi terjadi bencana MV. Sehingga, harus berhati-hati
dalam melakukan uji tapak (site survey) di daerah Jawa Timur ini.
Jangan sampai potensi bencana yang ada terusik.
Ada kemungkinan bencana semburan ini berlangsung lama, dan berpotensi
merusak tatanan poleksosbud.

skalian ijin dimasukkan di Dongeng ya Pak Awang ...
sukur2 ada gambar tentang suryosengkolo ini ... Setahuku masing2
kata-kata ini ada gambar yg melambangkannya juga ... :)

RDP

On 8/16/07, Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Berikut adalah ulasan saya menyambung tulisan terdahulu tentang
> Sandhyakala ning Majapahit, meramu sejarah dan geologi.
>
>
>
> Sepeninggal Mahapatih Gajah Mada (1364 Masehi/M) dan Raja Hayam Wuruk
> (1389 M), kerajaan pemersatu Nusantara, Kerajaan Majapahit, pecah
> menjadi Kedaton Wetan dan Kedaton Kulon akibat sengketa keluarga yang
> saling berebut kekuasaan. Pertengkaran keluarga terjadi.
> Kelompok-kelompok pendukung dibentuk untuk saling menggalang kekuatan,
> bersengketa untuk merebut posisi2 kunci kekuasaan. Bau permusuhan dan
> saling curiga-mencurigai menebar di mana-mana di seluruh wilayah
> Majapahit, negeri tak terurus.
>
>
>
> Akhirnya, bisul ketegangan itu pecah,  perang antar keturunan Hayam
> Wuruk tak terhindarkan. Perseteruan antara Wikramawardhana (menantu
> Hayam Wuruk) dan Wirabbhumi (putra Hayam wuruk dari seorang selir)
> menyulut sebuah perang besar yang sangat merusak sendi-sendi Majapahit :
> Perang Paregreg (1401-1406 M).
>
>
>
> Apa hasil perang ? Majapahit kian melemah. Para pejabat kerajaan tak
> peduli lagi nasib negerinya. Alih-alih, mereka berlomba-lomba ber-aji
> mumpung. Korupsi merajalela, krisis multidimensi terjadi. Bertahun-tahun
> kondisi semacam itu terjadi dan dibiarkan terjadi. Lalu, beberapa dekade
> menjelang tahun 1500 M, Majapahit, kerajaan pemersatu Nusantara,  runtuh
> setelah berada di bumi Jawa Timur hampir 200 tahun. Babad Tanah Jawi
> mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala "Sirna Ilang
> Kertaning Bumi" yaitu 1400 caka atau 1478 M.
>
>
>
> Penelitian2 kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah
> Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain
> disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya
> fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis
> yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296
> Caka (1374 M) "pagunung anyar" yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi
> gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan
> yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir
> pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa
> kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli
> geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 ,
> "Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas
> vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke
> Congres") bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah
> Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus
> karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.
>
>
>
> Yang ingin saya ulas kali ini adalah soal suryasengkala "Sirna Ilang
> Kertaning Bumi" yang dalam penafsiran saya bisa menunjukkan dan
> menguatkan cerita bencana seperti yang tercatat pada Babad Pararaton di
> atas.
>
>
>
> Menurut ahlinya (Suwito, 2006), sengkala berasal dari kata "saka kala"
> (tahun saka) yang diberi imbuhan - an kemudian menjadi sengkalan.
> Sengkalan didefinisikan sebagai angka tahun yang dilambangkan dengan
> kalimat, gambar, atau ornamen tertentu. Bangsa barat menyebutnya sebagai
> kronogram. Mengapa untuk menyebut angka tahun digunakan kalimat ? Sebab,
> para leluhur kita memaksudkannya agar para generasi penerus mudah
> mengingat peristiwa yang telah terjadi pada tahun yang dimaksud. Jadi,
> sengkalan punya dua maksud : angka tahun, dan peristiwa apa yang terjadi
> tahun itu. Saya pikir ini suatu cara yang sangat cerdas warisan leluhur.
> Karena tahun Caka/Syaka/Saka menggunakan garis edar Matahari sebagai
> refererensi, maka suka disebut surya sengkala. Kalau tahun Jawa atau
> tahun