RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
Bagus2 fotonya. Anak2 Afsel itu nampaknya mirip Pak Obama semua ya? Saya kira Table Mountain itu merupakan Mesa yang terbentuk oleh Lava Flow seperti Table Mountain yang di Golden Colorado itu? Rupanya Sandstone ya Pak? Habash From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net untuk melampirkan foto-foto. salam, awang --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: "IAGI" , "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas, tetapi raja Portugal menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika. Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. "Ke Afrika ? Jauh sekali.", seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja. Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri. Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya. Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt. Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh k
RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
Pak Kuntadi, Nampaknya setiap bangsa punya ceritanya sendiri untuk menceritakan apa yang dilihatnya, begitu juga untuk Table Mountain, yang merupakan landmark Capetown. Gunung ini punya tempat tersendiri di hati para Capetonians, mereka suka menyebutnya ‘the Stone Man’ atau ‘Grandfather’ - suatu bentuk personifikasi benda mati. Menurut legenda Afrika, daratan Afrika diciptakan oleh Qamata, anak dewa matahari, Tixo, dan dewi bumi, Djobela. Qamata berusaha membuat banyak daratan di antara lautan. Pekerjaannya ini mendapat tantangan yang berat dari naga laut yang menakutkan : Nganyaba. Ibu Qamata melihat bahwa usaha anaknya itu begitu berat, sehingga ia menciptakan empat raksasa untuk menolongnya. Keempat raksasa ini ditempatkan di empat penjuru angin : utara-selatan-barat-timur. Setelah banyak pertempuran, Qamata berhasil membuat daratan, lalu keempat raksasa yang membantunya tiba-tiba berubah menjadi empat gunung yang terus menjaga daratan yang telah dibuat Qamata. Gunung paling selatan, Umlindi Wemingizimu – Penjaga Selatan – tak lain adalah Table Mountain. Table Mountain memang bagian pegunungan paling selatan Afrika. Karena gunung inilah maka Capetown yang bersimpuh di kakinya aman dari serangan naga laut. Begitu ceritanya. Legenda the Devil’s Peak lain lagi. Ini saya dengar saat naik bus wisata keliling Capetown. Kata yang empunya cerita, pada abad ke-18 ada seorang bajak laut Belanda bernama Jan van Hunks. Bosan merompak di laut, ia menyepi seorang diri di lereng Table Mountain. Kegemaran van Hunks adalah mengisap cangklong dan tembakau. Malam hari, ia biasanya mengisap cangklongnya sambil menerawang ke Table Mountain. Asapnya pekat sekali. Suatu malam, tiba-tiba datanglah seseorang menghampiri van Hunks dan meminta tembakaunya. Tamu ini juga penghisap cangklong. Sebagai sesama penggemar tembakau, mereka lalu bertanding mengisap cangklong. Pertandingan berlangsung seru dan akhirnya berjalan selama empat hari. Pekatlah asap tembakau mereka berdua menutupi Table Mountain, orang-orang menyebutnya Table Cloth. Pertandingan dimenangkan van Hunks, serta merta lenyaplah si tamu, rupanya ia jelmaan setan, namun ia juga membawa van Hunks yang juga lenyap dalam pekatnya asap. Maka orang-orang Capetown kalau melihat awan putih menutupi Table Mountain, seperti terekam di foto yang saya kirimkan juga, mereka akan menngingat asap van Hunks dan tamu setannya. Tempat mereka berdua mengisap cangklong kemudian disebutnya : the Devil’s Peak. salam, awang --- On Sun, 11/16/08, Kuntadi, Nugrahanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Kuntadi, Nugrahanto <[EMAIL PROTECTED]> Subject: RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: iagi-net@iagi.or.id Date: Sunday, November 16, 2008, 6:33 AM waaahhh...seru dan indah nian ya Cape Town. Pak Awang, by the way apakah ada dongeng dibalik kejadian Table Mountain Water Front itu? kok spt Gunung Tangkuban Perahu ya? Salam, kuntadi From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net untuk melampirkan foto-foto. salam, awang --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: "IAGI" , "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas, tetapi raja Portugal menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika. Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura
RE: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
waaahhh...seru dan indah nian ya Cape Town. Pak Awang, by the way apakah ada dongeng dibalik kejadian Table Mountain Water Front itu? kok spt Gunung Tangkuban Perahu ya? Salam, kuntadi From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, November 15, 2008 11:59 AM To: IAGI Subject: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net untuk melampirkan foto-foto. salam, awang --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua To: "IAGI" , "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas, tetapi raja Portugal menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) -Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika. Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. "Ke Afrika ? Jauh sekali.", seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja. Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri. Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan terbang dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah utaranya. Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt. Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu
Re: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
Trims Pak Awang Ada bahan artikel baru untuk GeoBlogi :) Ayooo silahkan siapa lagi yang punya kisah-kisah geologi yang menarik ? http://geoblogi.wordpress.com RDP 2008/11/15 Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]>: > Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak > Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net > untuk melampirkan foto-foto. > > salam, > awang > > --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua > To: "IAGI" , "Forum HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>, "Geo > Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>, "Eksplorasi BPMIGAS" > <[EMAIL PROTECTED]> > Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM > > Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga > bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's > Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan > Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, > salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan > Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu > tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu > kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) > Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung > selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai > akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas, tetapi raja Portugal > menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) –Cape of Good Hope sebab justru > penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika. > > > > Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika > Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih > melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los > Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. "Ke Afrika ? Jauh sekali.", > seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke > Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi > ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar > terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra > Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada > Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak > yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja. > > > > Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. > Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di > Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika > Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini > untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat > mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua > Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri. > > > > Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan terbang > dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu > tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : > pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan > Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo > Plato/Basin di sebelah utaranya. Jalur pegunungan lipatan ini dalam > peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt. > > > > Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan > antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat > spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di > Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan > menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table > Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG > sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown > seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung > Prakambrium-Paleozoikum ini. > > > > Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur > pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang > ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai > puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan > pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti > Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India > dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun > yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta > tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh kelompok > batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok batuan sedimen > (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, b