RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia
Lambok, Secara umum, helium jarang ditemui dalam non-HC gas karena jumlahnya yang sangat kecil, sehingga sulit dideteksi. Dari segi instrumen, pada umumnya di laboratorium2 atau lapangan pun tidak disiapkan peralatan yang bisa mendeteksi kehadiran helium sebab helium bukan non-HC gas yang umum seperti CO2, H2S, dan N2. Betul, CO2 yang berkaitan asalnya dengan mantle atau volcanic degassing punya kandungan helium yang relatif lebih tinggi dibandingkan CO2 yang berasal dari destruksi termal karbonat atau pematangan kerogen. Ini berhubungan dengan sejarah diferensiasi Bumi sendiri yang dulu saat terbentuknya didominasi dua unsur : He dan H. Unsur2 ini kita tahu yang paling banyak di Alam Semesta termasuk Matahari (helios-helium). Bila isotop karbon-13 dari CO2 menunjukkan nilai bacaan sumber an-organik, maka kemungkinan itu ada dua : dari destruksi termal karbonat atau dari mantle/volcanic degassing. Bagaimana memutuskan kemungkinan yang paling tepat tentang asalnya dari kedua kemungkinan ini ? Satu-satunya jalan adalah menggunakan rasio isotop 3He/4He. Rasio yang besar (>1.0) menunjukkan mantle origin. Data isotop helium untuk mengetahui asal CO2 sangat jarang dilakukan, tetapi saya punya data yang bagus untuk menunjukkan kegunaannya di cekungan2 dengan CO2 tinggi seperti Jawa Barat Laut onshore dan Sumatera Utara. Isotop helium telah sangat membantu analisis asal CO2 di kedua cekungan ini. Sekali lagi, tanpa isotope, gas geochemistry tak bisa bercerita banyak, atau bisa banyak tetapi ngawur. Salam, awang -Original Message- From: Lambok Parulian [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 14, 2008 4:39 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia Pa Awang, Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak terdeteksi atau memang tidak ada? Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?), masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. Lpm -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2. Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil). Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini. Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico, USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal yang pentingnya di bawah ini. Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak 10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico, Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan radioaktif uranium. Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau teknologi bernama "pressure-swing adsor
Re: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia
Sebagai informasi, Saya pernah field trip ke daerah Padang dan mampir ke danau Singkarak. Pemandu yang saat itu dari Corelab menyatakan bahwa danau Singkarak terbentuk karena half graben (?) dimana bidang sesarnya sangat dalam dan dicirikan oleh adanya kandungan gas Helium di beberapa sampel yang diambil di sekitar danau. On 2/14/08, Lambok Parulian <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Pa Awang, > > Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas > dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang > disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak > terdeteksi atau memang tidak ada? > > Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik > dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari > keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing > (bukan > dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?), > masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada > helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. > > Lpm > > -Original Message- > From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia > > Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan > natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas > bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2. > Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif > seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai > pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah > melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat > dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, > keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat > kecil). > Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina > Jawa > Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium > yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini. > > Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang > eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico, > USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan > hal-hal > yang pentingnya di bawah ini. > > Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya > sangat > jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). > Harga > mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi > pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui > pada > tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan > dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas > dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa > sampai > mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai > sebanyak > 10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico, > Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium > terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung > uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan > radioaktif uranium. > > Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan > secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi > lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau > teknologi bernama "pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok > terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan > 134 > juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia > (masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3). > > Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling > dalam > kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance > imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan > dalam > pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai > gas > pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float > balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika > disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk > pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada > temperatur > -459.67 F. > > Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer). > > Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini > bisa > dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop : > 3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He > merupakan > produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di > milis > ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He p
RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia
Pa Awang, Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak terdeteksi atau memang tidak ada? Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?), masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. Lpm -Original Message- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2. Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil). Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini. Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico, USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal yang pentingnya di bawah ini. Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak 10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico, Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan radioaktif uranium. Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau teknologi bernama "pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan 134 juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia (masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3). Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling dalam kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan dalam pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai gas pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada temperatur -459.67 F. Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer). Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini bisa dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop : 3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He merupakan produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di milis ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He punya mantle origin. Maka, perbandingan 3He/4He yang rendah menunjukkan sedimentary origin, dan rasio 3He/4He yang tinggi menunjukkan mantle origin. Ini bisa didekati juga dengan menggunakan isotop argon radiogenic (40Ar). Rasio 4He/40Ar yang tinggi menunjukkan sedimentary origin, sedangakan kalau rasio itu rendah menunjukkan mantle origin. Kata Krouse (1979 : Stable isotope geochemistry for non-hydrocarbon constituents of natural gas, 10th World Petroleum Congress, Bucharest), rasio associated helium pada natural gases umumnya 12-170, menunjukkan sediment