RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

2008-02-20 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Lambok,

Secara umum, helium jarang ditemui dalam non-HC gas karena jumlahnya yang 
sangat kecil, sehingga sulit dideteksi. Dari segi instrumen, pada umumnya di 
laboratorium2 atau lapangan pun tidak disiapkan peralatan yang bisa mendeteksi 
kehadiran helium sebab helium bukan non-HC gas yang umum seperti CO2, H2S, dan 
N2.

Betul, CO2 yang berkaitan asalnya dengan mantle atau volcanic degassing punya 
kandungan helium yang relatif lebih tinggi dibandingkan CO2 yang berasal dari 
destruksi termal karbonat atau pematangan kerogen. Ini berhubungan dengan 
sejarah diferensiasi Bumi sendiri yang dulu saat terbentuknya didominasi dua 
unsur : He dan H. Unsur2 ini kita tahu yang paling banyak di Alam Semesta 
termasuk Matahari (helios-helium).

Bila isotop karbon-13 dari CO2 menunjukkan nilai bacaan sumber an-organik, maka 
kemungkinan itu ada dua : dari destruksi termal karbonat atau dari 
mantle/volcanic degassing. Bagaimana memutuskan kemungkinan yang paling tepat 
tentang asalnya dari kedua kemungkinan ini ? Satu-satunya jalan adalah 
menggunakan rasio isotop 3He/4He. Rasio yang besar (>1.0) menunjukkan mantle 
origin. Data isotop helium untuk mengetahui asal CO2 sangat jarang dilakukan, 
tetapi saya punya data yang bagus untuk menunjukkan kegunaannya di cekungan2 
dengan CO2 tinggi seperti Jawa Barat Laut onshore dan Sumatera Utara. Isotop 
helium telah sangat membantu analisis asal CO2 di kedua cekungan ini.

Sekali lagi, tanpa isotope, gas geochemistry tak bisa bercerita banyak, atau 
bisa banyak tetapi ngawur.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Lambok Parulian [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 14, 2008 4:39 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia


Pa Awang,

Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas
dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang
disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak
terdeteksi atau memang tidak ada?

Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik
dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari
keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan
dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?),
masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada
helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut.

Lpm

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan
natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas
bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2.
Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif
seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai
pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah
melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat
dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar,
keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil).
Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa
Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium
yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini.

Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang
eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico,
USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal
yang pentingnya di bawah ini.

Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat
jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga
mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi
pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada
tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan
dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas
dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai
mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak
10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico,
Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium
terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung
uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan
radioaktif uranium.

Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan
secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi
lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau
teknologi bernama "pressure-swing adsor

Re: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

2008-02-20 Terurut Topik Shofiyuddin
Sebagai informasi,
Saya pernah field trip ke daerah Padang dan mampir ke danau Singkarak.
Pemandu yang saat itu dari Corelab menyatakan bahwa danau Singkarak
terbentuk karena half graben (?) dimana bidang sesarnya sangat dalam dan
dicirikan oleh adanya kandungan gas Helium di beberapa sampel yang diambil
di sekitar danau.


On 2/14/08, Lambok Parulian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> Pa Awang,
>
> Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas
> dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang
> disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak
> terdeteksi atau memang tidak ada?
>
> Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik
> dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari
> keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing
> (bukan
> dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?),
> masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada
> helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut.
>
> Lpm
>
> -Original Message-
> From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia
>
> Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan
> natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas
> bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2.
> Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif
> seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai
> pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah
> melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat
> dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar,
> keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat
> kecil).
> Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina
> Jawa
> Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium
> yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini.
>
> Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang
> eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico,
> USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan
> hal-hal
> yang pentingnya di bawah ini.
>
> Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya
> sangat
> jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU).
> Harga
> mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi
> pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui
> pada
> tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan
> dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas
> dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa
> sampai
> mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai
> sebanyak
> 10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico,
> Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium
> terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung
> uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan
> radioaktif uranium.
>
> Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan
> secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi
> lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau
> teknologi bernama "pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok
> terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan
> 134
> juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia
> (masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3).
>
> Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling
> dalam
> kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance
> imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan
> dalam
> pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai
> gas
> pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float
> balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika
> disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk
> pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada
> temperatur
> -459.67 F.
>
> Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer).
>
> Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini
> bisa
> dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop :
> 3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He
> merupakan
> produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di
> milis
> ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He p

RE: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

2008-02-14 Terurut Topik Lambok Parulian

Pa Awang,

Selama ini umumnya kita mengenal hydrocarbon gas dan non-hydrocarbon gas
dalam komposisi gas, apakah metana, etana, C02 dll. Tapi memang jarang
disampaikan adanya Helium dalam non-hydrocarbon gas, apa memang tidak
terdeteksi atau memang tidak ada? 

Contoh sederhana kalau memang Gas Helium berasosiasi dengan jalur volkanik
dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar, ini bisa di trace dari
keberadaan CO2, kalau kita dapatkan source CO2 dari mantle degassing (bukan
dari karbonat atau material organik) kemungkinan terdapat Helium (?),
masalahnya kita jarang melakukan isotop 3He dan 4He jd tdk pernah tahu ada
helium atau tidak dalam komposisi gas tersebut. 

Lpm
 
-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, February 14, 2008 11:48 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Helium Gas : A New Target - Peluangnya di Indonesia

Dalam gas geochemistry, helium yang kadang2 ditemukan bercampur dengan
natural gas (hydrocarbon gas), disebut sebagai non-hydrocarbon gas
bersama-sama dengan "polutant" gas yang lain seperti CO2, H2S, atau N2.
Tetapi karena helium ini jumlahnya sangat kecil dan efeknya tidak negatif
seperti CO2 dan H2S, maka jarang sekali dilaporkan keberadaannya sebagai
pencampur di dalam HC gas. Analisis komposisi gas hampir tidak pernah
melaporkan keberadaan helium ini. Padahal, di lapangan2 gas yang dekat
dengan jalur volkanik dan punya sesar2 dalam sampai ke batuandasar,
keberadaan helium cukup signifikan (meskipun jumlahnya tetap sangat kecil).
Beberapa lapangan gas di sebelah selatan Cekungan Jawa Barat (Pertamina Jawa
Barat) seperti Haurgeulis, Sukatani, dan Cikarang punya kandungan helium
yang lumayan sebagai petunjuk asal CO2 di lapangan2 gas ini.

Majalah AAPG "Explorer" edisi Februari 2008 menurunkan artikel tentang
eksplorasi dan produksi gas helium yang menjadi target baru di New Mexico,
USA (ditulis oleh koresponden Explorer David Brown). Saya cantumkan hal-hal
yang pentingnya di bawah ini.

Harga crude helium saat ini adalah US $ 60/Mcf (bukan main, harganya sangat
jauh melebihi harga HC gas yang saat ini sekitar 3 atau 4 US $/MMBTU). Harga
mahal ini karena ia gas mulia dan langka. Helium ditemukan di planet Bumi
pada tahun 1905. Keberadaan helium di dalam natural gas baru diketahui pada
tahun 1905, kemudian dalam tiga puluh tahun berikutnya banyak ditemukan
dalam lapangan2 kecil - raksasa di wilayah Kansas, Oklahoma, dan Texas
dengan kandungan helium dalam natural gas antara 0,5 - 2 %, beberapa sampai
mengandung 7 % helium. Kemudian, gas helium banyak ditemukan sampai sebanyak
10 % dari natural gas pada lapangan-lapangan gas di Colorado, New Mexico,
Arizona, dan Wyoming. New Mexico diperkirakan akan menjadi pemasok helium
terbesar di dunia karena sedimen2 reservoir natural gas di sini mengandung
uranium yang begitu tingginya sebab helium merupakan produk peluruhan
radioaktif uranium.

Bila helium ditemukan dalam jumlah yang "besar" dan dapat diproduksikan
secara ekonomis, maka separation plant-nya akan dibangun di dekat produksi
lapangan gas itu. Helium dapat dipisahkan melalui pemisahan cryogenic atau
teknologi bernama "pressure-swing adsorption. Amerika adalah pemasok
terbesar kebutuhan helium dunia. Pada tahun 2006 negara ini menghasilkan 134
juta meter kubik helium, diikuti Aljazair (22 juta m3), Qatar dan Rusia
(masing-masing 7 juta m3) dan Polandia (3 juta m3).

Untuk apa helium ? Untuk bahan bakar roket, sebagai bahan supercooling dalam
kedokteran untuk mendinginkan elektromagnet dalam MRI (magnetic resonance
imaging), digunakan dalam produksi material computer chips, digunakan dalam
pembuatan serat optik, sebagai shielding gas dalam arc welding, sebagai gas
pengisi/gas tracer/pendingin dalam aplikasi2 riset, gas pengisi float
balloon, gas yang bisa mengubah suara bila dihisap, dll. Helium di Amerika
disebut sebagai gas strategik, sebagai gas mulia ia bisa dipakai untuk
pendinginan sampai temperatur sangat rendah. Ia akan membeku pada temperatur
-459.67 F.

Demikian ringkasan dari Brown (2008, AAPG Explorer).

Bagaimana peluang akumulasi helium di lapangan2 gas di Indonesia ? Ini bisa
dikaji dengan mengacu kepada sifat kimianya. Helium memiliki dua isotop :
3He dan 4He, kelimpahan relatifnya menunjukkan sumber helium. 4He merupakan
produk peluruhan radioaktif dari batuan sedimen (lihat ulasan saya di milis
ini tentang deposit uranium dua minggu yang lalu). 3He punya mantle origin.
Maka, perbandingan 3He/4He yang rendah menunjukkan sedimentary origin, dan
rasio 3He/4He yang tinggi menunjukkan mantle origin. Ini bisa didekati juga
dengan menggunakan isotop argon radiogenic (40Ar). Rasio 4He/40Ar yang
tinggi menunjukkan sedimentary origin, sedangakan kalau rasio itu rendah
menunjukkan mantle origin. Kata Krouse (1979 : Stable isotope geochemistry
for non-hydrocarbon constituents of natural gas, 10th World Petroleum
Congress, Bucharest), rasio associated helium pada natural gases umumnya
12-170, menunjukkan sediment