Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Sekedar nambahi mbak, Dept GL-ITB menawarkan kita kok unt ikut seminar itu termasuk unt membeli bukunya, dan kita membeli kok. Jadinya ada 4 dosen yg mau dibiayai departemen ke seminar itu, termasuk pak Bandono. Mungkin beliau lupa nyontreng pilihan unt beli buku, atau tdk tahu kalau ada di antara rombongan departemen yang beli buku juga untuk perpustakaan GL-ITB, he..he..he... Memang sih dana departemen terbatas unt pengadaan buku/jurnal, jadi monggo lho kalau mau melanggankan jurnal/buletin, amalannya insya-Allah termasuk amalan membagi ilmu yag bermanfaat..., dunia akherat lhoo Nuhun. bpriadi/pempem Pak Eddy, Terimakasih sudah membuka wawasan saya. Maaf kalau menyinggung perasaan Anda. Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus? Lepas dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan? Maaf ya, mungkin pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu. Kalau memang tidak ada budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya. Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan. Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu. Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk universitas2 karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi. Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku. Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy. Dosen saya di Amerika juga begitu kok dulu. Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan. Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA. Dan juga saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini. Mungkin ada buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur ini. salam damai, Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id b.ac.id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD 10/27/2005 09:02 AM Please respond to iagi-net Mbak Vita, Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta! Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman. Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995, demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau meminjam bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah pinjam buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat rusak, seperti diceritakan Pak Ukat. Semoga hal ini membuka wawasan Anda agar tidak terlalu miris. Wasalam, EAS Bacanya kok miris ya. Kesannya jurusan geologi ITB ndak punya budget untuk buku. Buat beli buku satu aja musti minta2. Mudah2an aja murid2nya kreatif ngutak ngatik website di warnet, atau kaya2, jadi bisa beli buku sendiri. Terus terang miris campur kesel, almamaterku kok ya kasihan banget. Maaf ya bapak2 dan ibu2 dosen, kalau nyinggung perasaan. Tapi kalau sebuah institusi tidak bisa beli
Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Selalu dibantu kok kalau dari universitas, Pak, dari jalur IPA maupun IAGI. Terimakasih penjelasannya. Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id b.ac.id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas 10/28/2005 07:32 AM Please respond to iagi-net Mbak Vita, Syukur Anda sudah mulai mengerti. Ada data yang perlu saya tambahkan yang tidak sempat saya tulis kemarin. Untuk acara di Bogor yang berkaitan dengan peluncuran buku IMDC itu, Departemen Teknik Geologi ITB telah membiayai (via kantong Departemen sendiri) 4 orang dosen, yaitu Pak Bambang Priadi, Pak Bandono, Pak Andri, dan Ibu Rina. Mereka juga dibiayai untuk membeli satu kopi buku IMDC. Jadi, sebenarnya buku tersebut sudah ada di Perpustakaan Dept. Teknik Geologi ITB (bukan Perpustakaan Pusat lho, jadi lebih dekat ke mahasiswa GL). Mengenai dana pembelian buku, ITB menganggarkan sampai ratusan juta rupiah per tahun tetapi melalui Perpustakaan Pusat (PP). Hanya saja PP harus memasok buku untuk seluruh prodi yang jumlahnya sekitar 30an di ITB. Jadi kalau hanya sekitar 2 atau 3 buku per tahun pasti ada, tetapi dikoleksi di PP. Nah ini yang kadang menjadi rebutan mahasiswa. Kalau jadi rebutan kami senang, tetapi kalau alasannya mahasiswa malas ke perpustakaan, itu yang agak menyesakkan dada pengajar. Terima kasih atas pengertian Anda dan jangan jera membantu kami yang di PT ya. Wasalam, Eddy Pak Eddy, Terimakasih sudah membuka wawasan saya. Maaf kalau menyinggung perasaan Anda. Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus? Lepas dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan? Maaf ya, mungkin pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu. Kalau memang tidak ada budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya. Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan. Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu. Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk universitas2 karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi. Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku. Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy. Dosen saya di Amerika juga begitu kok dulu. Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan. Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA. Dan juga saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini. Mungkin ada buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur ini. salam damai, Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id b.ac.id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD 10/27/2005 09:02 AM Please respond to iagi-net Mbak Vita, Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan tinggi
Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Pak Bambang saran yang satu ini sangat baik. Kalau setiap universitas yang punya geologi mendapatkan satu bapak angkat, wah asyik sekali. Tapi asyiknya dirasakan jurusan geologi saja, sedangkan untuk jurusan lain tidak kebagian jatah, karena tidak beruntung (tidak memiliki bapak angkat dari perusahaan). Kalau mau adil berarti nanti setiap jurusan kebagian jatah langganan, biaya langganan bertambah, jadinya mungkin kemahalan. Atau mungkin nanti cuma 1-2 universitas yang kebagian. Tapi memang sulit untuk menyenangkan semua pihak, jadi nanti paling-paling universitas terkemuka juga yang mendapatkan bantuan. Salam Minarwan On 10/31/05, Bambang P. Istadi [EMAIL PROTECTED] wrote: Pelajaran penting yang kami dapatkan ternyata bukan pengumpulan buku, melainkan akses terhadap 'ONLINE LIBRARY'. Beberapa organisasi memiliki perpustakaan digital yang bisa diakses oleh anggota yang membayar. Jika universitas2 di Indonesia memiliki BAPAK ANGKAT perusahaan yang bisa membayar iuran tahunan, maka mahasiswa dan dosen bisa membaca publikasi2 berbagai topik paling upto date. Iurannya tidak besar, malahan kami sempat mendiskusikan discount dengan AAPG untuk universitas2 di Indonesia. Jika perusahaan2 minyak yang sudah berproduksi bisa dihimbau untuk menjadi bapak angkat, akan sangat membantu, toh mungkin juga bisa di cost recovery, jumlahnya ngga sampai ribu2an dolar. Wass. Bambang - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) -
RE: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Karena sudah disinggung2 Vita, saya mau share lesson learnt dari program IATMI Houston dengan program Book Drive for Indonesian Universities yang mungkin saja bisa dipetik hikmahnya jika rekan2 akan melakukan hal serupa. Kerja sama. Menjalin kerja sama dengan beberapa organisasi sangat efektif karena masing2 punya network dan resources. IATMI menggandeng AAPG Publication Pipiline karena punya sumber2 buku sumbangan dari anggota yang sudah pensiun atau meninggal, juga dengan IPA karena punya uang untuk distribusi buku di Indonesia, sedangkan dengan KJRI untuk berbagai surat dan perizinan. Sumber buku. Pencarian dan pengumpulan buku didapatkan dari anggota, rekan2 perusahaan minyak, berbagai perpustakaan dan AAPG Pipeline Publication, dengan segala jerih payah, terkumpul 1 kontainer buku2 dan jurnal yang akhirnya didistribusikan ke 13 universitas. Storage. Perlu kerjasama dengan perusahaan2 sponsor yang memiliki gudang cukup luas dan fork lift untuk sortir, pengepakan dan pengapalan. Biaya. IATMI Houston melakukan berbagai fund raising, i.e. charity golf, bazaar, charity dinners (salah satunya dengan pak Koesoema sewaktu mengunjungi Adam) untuk membiayai sewa container dan ongkos pengiriman dll. Perizinan. Meskipun berbekal surat dari KJRI dengan tembusan ke Deplu, Dikti, Depkeu (cq. Dirjen Pajak), namun masalah perizinan di Indonesia sangat pelik, berbelit yang ujung2nya duit juga. Musti pakai koneksi2 dan uang untuk bisa import buku bebas pajak, meskipun dengan dalih sumbangan untuk membantu universitas. Pelajaran penting yang kami dapatkan ternyata bukan pengumpulan buku, melainkan akses terhadap 'ONLINE LIBRARY'. Beberapa organisasi memiliki perpustakaan digital yang bisa diakses oleh anggota yang membayar. Jika universitas2 di Indonesia memiliki BAPAK ANGKAT perusahaan yang bisa membayar iuran tahunan, maka mahasiswa dan dosen bisa membaca publikasi2 berbagai topik paling upto date. Iurannya tidak besar, malahan kami sempat mendiskusikan discount dengan AAPG untuk universitas2 di Indonesia. Jika perusahaan2 minyak yang sudah berproduksi bisa dihimbau untuk menjadi bapak angkat, akan sangat membantu, toh mungkin juga bisa di cost recovery, jumlahnya ngga sampai ribu2an dolar. Wass. Bambang -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 27, 2005 2:41 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas Pak Eddy, Terimakasih sudah membuka wawasan saya. Maaf kalau menyinggung perasaan Anda. Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus? Lepas dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan? Maaf ya, mungkin pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu. Kalau memang tidak ada budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya. Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan. Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu. Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk universitas2 karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi. Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku. Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy. Dosen saya di Amerika juga begitu kok dulu. Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan. Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA. Dan juga saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini. Mungkin ada buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur ini. salam damai, Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas
Mbak Vita, Syukur Anda sudah mulai mengerti. Ada data yang perlu saya tambahkan yang tidak sempat saya tulis kemarin. Untuk acara di Bogor yang berkaitan dengan peluncuran buku IMDC itu, Departemen Teknik Geologi ITB telah membiayai (via kantong Departemen sendiri) 4 orang dosen, yaitu Pak Bambang Priadi, Pak Bandono, Pak Andri, dan Ibu Rina. Mereka juga dibiayai untuk membeli satu kopi buku IMDC. Jadi, sebenarnya buku tersebut sudah ada di Perpustakaan Dept. Teknik Geologi ITB (bukan Perpustakaan Pusat lho, jadi lebih dekat ke mahasiswa GL). Mengenai dana pembelian buku, ITB menganggarkan sampai ratusan juta rupiah per tahun tetapi melalui Perpustakaan Pusat (PP). Hanya saja PP harus memasok buku untuk seluruh prodi yang jumlahnya sekitar 30an di ITB. Jadi kalau hanya sekitar 2 atau 3 buku per tahun pasti ada, tetapi dikoleksi di PP. Nah ini yang kadang menjadi rebutan mahasiswa. Kalau jadi rebutan kami senang, tetapi kalau alasannya mahasiswa malas ke perpustakaan, itu yang agak menyesakkan dada pengajar. Terima kasih atas pengertian Anda dan jangan jera membantu kami yang di PT ya. Wasalam, Eddy Pak Eddy, Terimakasih sudah membuka wawasan saya. Maaf kalau menyinggung perasaan Anda. Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus? Lepas dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan? Maaf ya, mungkin pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu. Kalau memang tidak ada budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya. Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan. Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu. Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk universitas2 karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi. Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku. Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy. Dosen saya di Amerika juga begitu kok dulu. Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama pencerdasan. Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA. Dan juga saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini. Mungkin ada buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan dari jalur ini. salam damai, Parvita H. Siregar Geologist-ENI Indonesia Atrium Mulia 3A floor Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200 Fax: (62-21) 3000-3230 mailto:[EMAIL PROTECTED] Eddy Subroto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id b.ac.id cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD 10/27/2005 09:02 AM Please respond to iagi-net Mbak Vita, Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta! Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman. Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995, demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau meminjam bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah pinjam buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat rusak, seperti