Re: [iagi-net-l] Granit Bangka-Belitung dan Suture Terranes

2009-08-09 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Yatno, terima kasih atas usulannya.

Beberapa publikasi lama pernah memuat radiometric dating di Bangka dan Belitung 
ini. Dating dengan Rb-Sr (Priem et al., 1975, Isotope geochronology in the 
Indonesian tin belt : Geol. Mijnbouw, 54, p. 61-
70. dan Katili, 1980, Note on tin granite ages, p. 23-25 : 
Geotectonics of Indonesia, a Modern View, Direkt. Jend.
Pertamb. Umum, Jakarta.) di Bangka menunjukkan umur 217 +/- 5 Ma (dengan K-Ar 
213 +/- 6 Ma), sedangkan di Belitung 213 +/- 5 Ma. Tidak diketahui apakah 
sampling dilakukan pada mineral biotit atau K-felspar. Sementara itu menurut 
Pulunggono dan Cameron (1984) di Belitung ditemukan umur 198 Ma yang 
diperkirakan merupakan collisional granite.

Kelihatanya, berdasarkan konsep terrane amalgamation, apalagi kalau kita 
mencurigai bahwa Bangka dan Belitung duduk di terrane yang berlainan sebelum 
collided, memang sampling granit dan mineralisasinya harus lebih hati-hati dan 
dilakukan di beberapa tempat. Sampling dan analisisnya pun harus dilakukan di 
protolithnya (pre-granite emplacement) / pre-suturing succession.

Di Bangka tersingkap kompleks batuan yang mungkin mirip kepunyaan terrane East 
Malaya maupun Malacca (bagian timur Sibumasu). Apa yang pernah disebut 
Zwierzycki (1930) atau Katili (1967)sebagai Formasi Bangka adalah berkorelasi 
dengan Papan Formation di Pulau Kundur, Selat Malaka yang terdiri atas 
pre-granite shales, sandstones dan reddened conglomerates (Germeraad, 1941; 
Cameron el al., 1982). Kedua kompleks ini pun sebenarnya berkorelasi dengan 
pre-suture succession quartzites (meta-sandstones), slates dan phyllites di 
Sumatra Tengah yang disebut Eubank dan Makki (1981) sebagai ”Quartzite Terrain” 
atau dalam disertasi Pak Pulunggono (1983) sebagai ”Quartzite Phyllite 
Terrain”. Semua batuan di atas mewakili terrane Malacca yang mendominasi Pulau 
Bangka.

Meskipun demikian, bagian timurlaut Bangka (Belinyu dan Klabat) menunjukkan 
kompleksitas litologi yang luar biasa. Pulunggono dan Cameron (1984) melaporkan 
ditemukannya Permian funas di wilayah ini, juga litologinya sangat sesuai 
dengan suksesi litologi East Malaya Mircoplate atau bahkan terusan paling ujung 
Raub-Bentong line yang di wilayah ini ditandai oleh muscovite schist. Rupanya 
separuh timurlaut dan selatan-tenggara Bangka merupakan area yang kompleks, 
sebab di selatan masih ditemukan kembali litologi East Malaya di wilayah yang 
harusnya domain Malacca terrane (Cobbing, 1984). Ini tak mengherankan sebab 
suatu suturing pasti akan kompleks, bisa saja dari dua terranes yang beradu itu 
menyumbangkan sebagian massa-nya dalam proses amalgamasi - dan kini menjadi 
lensoid fragments dari dua terranes yang tersingkap di suatu wilayah.

Tanpa data dan analisis yang cukup, kita hanya bisa berspekulasi soal setting 
petro-tektonik Bangka-Belitung.

salam,
Awang


--- On Mon, 8/10/09, yuw...@gc.itb.ac.id  wrote:

> From: yuw...@gc.itb.ac.id 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Granit Bangka-Belitung dan Suture Terranes
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: "IAGI" , "Forum HAGI" , "Geo 
> Unpad" , "Eksplorasi BPMIGAS" 
> 
> Date: Monday, August 10, 2009, 4:38 PM
> Menambahkan sedikit anjuran Kang
> Awang.
> 
> Analisis radiometric dating akan sangat membantu pemecahan
> masalah ini
> disamping analisis lain yg diusulkan Kang Awang.
> Ada dua sampling yang sangat saya anjurkan untuk dating
> ini, I) sampling
> biotit di Bangka dan Belitung dan II) sampling K-Felspar
> untuk kedua
> lokasi tersebut. Sampling K-felspar utk umur magma,
> sampling biotit untuk
> umur mineralisasi. Dari dati dating ini dapat dibuat
> sintesa yang baik.
> Salam,
> Yatno(YSY)
> 
> > Seorang rekan milis menanyakan tentang granit2 di
> Bangka dan Belitung.
> > Saya jadi teringat bahwa ada sesuatu yang menarik
> tentang petro-tektonik
> > granit2 ini, saya tuliskan sedikit ringkasannya
> seperti di bawah ini.
> >
> > Publikasi lama dari Westerveld (1939) dan van Bemmelen
> (1949) menyatakan
> > bahwa granit Bangka dan Belitung termasuk ke dalam
> Jurassic intrusions of
> > the Malayan tin-belt (umur sebenarnya kemudian
> diketahui 198-217 Ma -
> > Trias berdasarkan absolute dating –Pulunggono dan
> Cameron, 1984).
> > Westerveld (1939) menyatakan bahwa “tin granites”
> ini merupakan
> > biotite granite porfiritik dengan fenokris ortoklas
> yang panjangnya bisa
> > sampai 8 cm, juga terdapat microcline, perthite, acid
> plagioclase,
> > biotite, quartz. Secara setempat, terdapat zirkon,
> apatit, titanit,
> > fluorit, black turmaline, kasiterit, amfibol. Granit
> Bangka dan Belitung
> > oleh Hutchison (1989) dimasukkan ke dalam Jalur Timah
> berumur Permo-Trias
> > sebagai hasil magmatisme yang berhubungan dengan
> subduksi dan
> > post-collision.
> >
> &

Re: [iagi-net-l] Granit Bangka-Belitung dan Suture Terranes

2009-08-09 Terurut Topik yuwono
Menambahkan sedikit anjuran Kang Awang.

Analisis radiometric dating akan sangat membantu pemecahan masalah ini
disamping analisis lain yg diusulkan Kang Awang.
Ada dua sampling yang sangat saya anjurkan untuk dating ini, I) sampling
biotit di Bangka dan Belitung dan II) sampling K-Felspar untuk kedua
lokasi tersebut. Sampling K-felspar utk umur magma, sampling biotit untuk
umur mineralisasi. Dari dati dating ini dapat dibuat sintesa yang baik.
Salam,
Yatno(YSY)

> Seorang rekan milis menanyakan tentang granit2 di Bangka dan Belitung.
> Saya jadi teringat bahwa ada sesuatu yang menarik tentang petro-tektonik
> granit2 ini, saya tuliskan sedikit ringkasannya seperti di bawah ini.
>
> Publikasi lama dari Westerveld (1939) dan van Bemmelen (1949) menyatakan
> bahwa granit Bangka dan Belitung termasuk ke dalam Jurassic intrusions of
> the Malayan tin-belt (umur sebenarnya kemudian diketahui 198-217 Ma -
> Trias berdasarkan absolute dating –Pulunggono dan Cameron, 1984).
> Westerveld (1939) menyatakan bahwa “tin granites” ini merupakan
> biotite granite porfiritik dengan fenokris ortoklas yang panjangnya bisa
> sampai 8 cm, juga terdapat microcline, perthite, acid plagioclase,
> biotite, quartz. Secara setempat, terdapat zirkon, apatit, titanit,
> fluorit, black turmaline, kasiterit, amfibol. Granit Bangka dan Belitung
> oleh Hutchison (1989) dimasukkan ke dalam Jalur Timah berumur Permo-Trias
> sebagai hasil magmatisme yang berhubungan dengan subduksi dan
> post-collision.
>
> Publikasi dari McCourt et al. (1996) menarik dicermati (“Mesozoic and
> Cenozoic plutonic evolution of SE Asia : evidence from Sumatra, Indonesia
> –Geol. Soc. London Spec Publ. 106, 321-335). Publikasi ini menaruh
> jalur-jalur granit di Sumatra berdasarkan tipe genesanya (“S” type dan
> “I” type) dan batas-batas jalur itu punya kemiripan yang besar dengan
> jalur2 batas terranes (misalnya peta terranes SE Asia dari Metcalfe,
> 1996).
>
> Suture line adalah sebuah batas geologi yang membatasi dua terrane.
> Terrane adalah suatu provinsi (mandala) geologi yang punya karakter
> tertentu secara regional dan bisa dibedakan dengan karakter terrane lain
> di sebelahnya. Bila dua terrane kontinen berbenturan, ia akan memusnahkan
> atau merusakkan kerak oseanik yang semula ada di antara kedua terrane itu
> melalui proses subduction lalu collision. Tentu tak semua kerak oseanik
> itu hilang, ada yang tersisa yang berasal dari keratannya yang lalu
> terangkat, dan kita mengenalnya sekarang sebagi jalur kerak oseanik atau
> jalur ofiolit di antara  dua kerak benua. Jalur benturan terrane inilah
> suture line.
>
> Di daratan Malaysia ada sebuah suture line yang terkenal bernama suture
> Raub-Bentong. Publikasi2 tektonik menyebutkan bahwa suture ini merupakan
> jalur benturan antara terrane kontinen East Malaya dengan Sibumasu (atau
> dengan bagian timur Sibumasu yang bernama Malacca). Suture Raub-Bentong
> yang menjulur dari utara-selatan dan membelok ke tenggara ke wilayah
> Indonesia telah lama menjadi bahan perdebatan. Yang diperdebatkan adalah
> ke arah mana suture Raub-Bentong menerus. Menurut Tjia (1989), garis ini
> berbelok agak ke selatan-baratdaya menuju Bengkalis, sehingga sambungannya
> di wilayah Indonesia disebutnya sebagai Bentong-Bengkalis suture. Hamilton
> (1979) membelokkannya lebih tajam lagi ke Sumatra Tengah daratan.
> Sementara itu, Pulunggono dan Cameron (1984) dan Hutchison (1989)
> meneruskan belokan ke tenggara itu melalui offshore sebelah timur Sumatra
> melalui wilayah Riau Kepulauan sampai akhirnya berhenti di ujung timurlaut
> Bangka.
>
> Setelah melihat kembali banyak publikasi dan analisis-analisis baru yang
> dilakukan, saya berpendapat bahwa terusan Indonesia untuk garis suture
> Raub-Bentong itu adalah seperti yang diusulkan oleh Pulunggono dan Cameron
> (1984) dan Hutchison (1989). Apa hubungan terranes dan sutures ini dengan
> pertanyaan adakah perbedaan granit antara Bangka dan Belitung ?
>
> Pemikiran yang sedang saya kembangkan adalah bahwa Bangka termasuk ke
> dalam  terrane bagian timur Sibumasu (Malacca), sedangkan Belitung masuk
> ke dalam terrane East Malaya. Dan karena kedua pulau berdekatan ini duduk
> di dua terrane yang berbeda, maka genesa granitnya mungkin berlainan.
> Pemikiran ini diinspirasi oleh van Bemmelen (1949) yang menyebutkan bahwa
> granit Bangka dan Belitung berbeda sedikit dalam dimensi dan cirinya.
> Hutchison (1989) sudah mengemukakan bahwa granit Bangka itu punya kesamaan
> dengan Main Range Granite di Malaysia peninsular bagian barat, sedangkan
> granit Belitung mirip dengan East Coast volcano-plutonic arc (Malaysia
> peninsular bagian timur); dan antara Malaysia barat dan Malaysia timur ini
> dipisahkan oleh jalur suture Raub-Bentong. Apakah Bangka dan Belitung juga
> lalu dipisahkan oleh sebuah suture karena granitnya berbeda seperti juga
> di Malaysia ?
>
> Tipe genesa granit dikenal ada dua : S-type (S=sedimentary) dan I-type
> (I=igneous). S-type granite ada