RE: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik Agus.Setiana
Mungkin dengan cara mendengarkan suara atau signal dari sumber lumpur dan juga 
rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa diketahui estimasi 
kedalaman sumbernya ataupun distribusi fracture yang ditimbulkan.
mungkin beberapa metoda geofisika seperti : passive seismic, Microseismic, 
dan cross-well seismic atau tomography bisa di modifikasi dan diaplikasikan 
untuk mendengarkan suara2 rekahan atau pergerakan lumpur tersebut. prinsipnya 
sama seperti gempa.
source nya sudah ada (tekanan lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa 
lubang sumur untuk memasang geophone (3 component) atau seismometer 
disekeliling semburan. yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini feasible 
atau tidak dengan keadaan yang ada.

salam
ags


-Original Message-
From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id]
Sent: 21 June 2010 12:22
To: iagi-net
Subject: Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo





 OOH , kalau beliau memang dapat berbicara begitu krn memang
wawasannya,
  akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
menuntun pemboran.
  Tantangan bagi ahli geologi untuk
menyediakan data tsb.
   Bagaimana ya ?

   Si Abah.

    Bah,,bukan kata saya
lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya beliau
 

2010/6/19 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 



  Rekan rekan

   Apa yang dikatakan  oleh
 rekan OK
Taufik banyak benarnya, apakah Pemerintah membiarkan ???

Saya tidak dapat menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
 apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin
sinyalemen
 ini benar mungkin  juga tidak.''

Khusus mengenai dynamic
 drilling dengan relief well ,
kebetulan saya  terlibat langsung,
 kerena pada saat  kedua
elief well akan menembus Puncak Formasi
 Parigi saya menjadi
gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
 Alm.
 Ada yang sangat membedakan antara sumur Pasir Jadi - 1
 dengan  sumur Lapindo .
 Perbedaan yang paling
mendasar adalah
 kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
kedalaman lapisan yang
 menyebabkan blow out , karena
dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
 kita sangat
akurat.
 SEBAGAI mana yang beberapa ali saya kemukakan
 dalam millis ini , bagaimana suatu operasi penanggulangan degan
tekini
 drilling dapat dilakukan kalau kondisi geologi
dibawah permukaan tidak
 diketahui.
 Semoga
dapat menjadi pertimbangan

 Si Abah

 Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 Senin, 31 Mei 2010 19:20 WIB

  Kebocoran dari pipa minyak bawah
 laut milik British
Petroleum (BP) telah
  memasuki minggu ketujuh.
 Meskipun sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup

 kebocoran sumur
 bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
ingin reputasinya
  merosot,
 BP mengerahkan
aneka upaya dan berbagai macam teknologi. Mereka
 
 optimistis kebocoran bisa dihentikan agar pesisir pantai
Amerika
 Serikat
  tidak tercemar berat oleh
tumpahan minyak.
 
  Semburan ini
menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan

migas.
  Maklum, dengan semburan 3.000-5.000 barrel
minyak per
 hari, insiden ini
  merupakan
pencemaran terburuk dalam sejarah
 AS, melampaui bencana
tumpahan
  minyak dari kapal tanker Exxon

Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
  laut lebih
dari
 245.000 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
  sampai
  40 juta galon minyak mentah
telah mencemari Teluk Meksiko.
 
 
Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan

tekanan berat
  dari
  oposisi, pencinta
lingkungan, dan
 warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
  agar
  terus
 berupaya
menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan

 tegas mengatakan penanganan kebocoran dan penanggulangan
 kerusakan
  lingkungan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab BP. Obama
 juga menebarkan
 
optimisme: rdquo;Kami tidak akan menyerah
 sampai
kebocoran bisa dihentikan,
  hingga air dan
pantai-pantai
 dibersihkan, hingga orang-orang yang jadi
  korban bencana buatan
 manusia mendapatkan
hidupnya kembali.rdquo;
  
 
Kondisi
 kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun
lalu, persisnya
 
 per
  29
Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan lumpur panas
 yang
terus
  terjadi
  di Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur.
 Sekitar 600 hektare kawasan terkena
  dampak
  semburan
 lumpur
panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa dipindahkan dari


 lokasi bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik,
seperti jalan
 dan
  rel
 
kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian
 sosial dan ekonomi
yang diderita
  oleh rakyat Jawa Timur akibat
 petaka lumpur panas itu.
 
 
Jika BP berjuang keras
 menghentikan kebocoran, sebaliknya
semburan lumpur
  panas di
 Sidoarjo
cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap
 
 sebagai
  fenomena alam, seperti putusan
Mahkamah Agung bahwa
 lumpur Lapindo adalah

 bencana alam. Bahkan, muncul ide dari
 Presiden
Yudhoyono untuk menjadikan
  pusat semburan lumpur
 sebagai kawasan wisata. Bencana lumpur dianggap

 sebagai sesuatu
 yang layak jadi tontonan.


  Untuk mematikan semburan
 membutuhkan
tekad dan kesungguhan dari pelaksana.
  Karena itu,
 kasus semacam ini sering

RE: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik yanto R.Sumantri


Pak Agus

Apa sudah ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
dilakukan siapa yang 
menanggung biaya - nya ? Lapindo atau
Pemerintah.

Si Abah


  Mungkin dengan cara
mendengarkan suara atau signal dari sumber lumpur dan
 juga
rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa diketahui
 estimasi kedalaman sumbernya ataupun distribusi
fracture yang
 ditimbulkan.
 mungkin
beberapa metoda geofisika seperti : passive seismic,

Microseismic, dan cross-well seismic atau
tomography bisa di
 modifikasi dan diaplikasikan untuk
mendengarkan suara2 rekahan atau
 pergerakan lumpur tersebut.
prinsipnya sama seperti gempa.
 source nya sudah ada (tekanan
lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
 lubang sumur untuk
memasang geophone (3 component) atau seismometer
 disekeliling
semburan. yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini

feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.
 
 salam
 ags
 
 
 -Original Message-

From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id]

Sent: 21 June 2010 12:22
 To: iagi-net
 Subject: Re:
[iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 
 
 
 
 OOH , kalau beliau memang
dapat berbicara begitu krn memang
 wawasannya,
  
akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
 menuntun
pemboran.
   Tantangan bagi ahli geologi untuk

menyediakan data tsb.
    Bagaimana ya ?
 
    Si Abah.
 
    
Bah,,bukan kata saya
 lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya
beliau


 2010/6/19 yanto R.Sumantri
yrs...@rad.net.id




  Rekan rekan

   Apa yang dikatakan  oleh
 rekan OK
 Taufik banyak benarnya, apakah
Pemerintah membiarkan ???

 Saya tidak dapat
menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan

apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin

sinyalemen
 ini benar mungkin  juga tidak.''

 Khusus mengenai dynamic

drilling dengan relief well ,
 kebetulan saya  terlibat
langsung,
 kerena pada saat  kedua
 elief well
akan menembus Puncak Formasi
 Parigi saya menjadi
 gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
 Alm.
 Ada yang sangat membedakan antara
sumur Pasir Jadi - 1
 dengan  sumur Lapindo .
 Perbedaan yang paling
 mendasar adalah
 kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,

kedalaman lapisan yang
 menyebabkan blow out , karena
 dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
 kita
sangat
 akurat.
 SEBAGAI mana yang beberapa ali
saya kemukakan
 dalam millis ini , bagaimana suatu
operasi penanggulangan degan
 tekini
 drilling
dapat dilakukan kalau kondisi geologi
 dibawah permukaan tidak
 diketahui.
 Semoga
 dapat menjadi
pertimbangan

 Si Abah

 Menghentikan Semburan Lumpur
Lapindo
 
 Senin, 31 Mei 2010 19:20
WIB

  Kebocoran dari pipa minyak bawah
 laut milik British
 Petroleum (BP) telah
  memasuki minggu ketujuh.
 Meskipun
sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup


kebocoran sumur
 bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
 ingin reputasinya
  merosot,

BP mengerahkan
 aneka upaya dan berbagai macam teknologi.
Mereka
 
 optimistis kebocoran bisa
dihentikan agar pesisir pantai
 Amerika

Serikat
  tidak tercemar berat oleh

tumpahan minyak.
 
  Semburan
ini
 menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan

 migas.
  Maklum, dengan
semburan 3.000-5.000 barrel
 minyak per
 hari,
insiden ini
  merupakan
 pencemaran terburuk
dalam sejarah
 AS, melampaui bencana

tumpahan
  minyak dari kapal tanker Exxon

 Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
  laut lebih
 dari
 245.000
barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
 
sampai
  40 juta galon minyak mentah
 telah
mencemari Teluk Meksiko.
 
 
 Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan

 tekanan berat
  dari
  oposisi, pencinta
 lingkungan, dan
 warga AS. Pemerintah Obama menekan BP

 agar
  terus
 berupaya
 menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan

 tegas mengatakan penanganan kebocoran dan
penanggulangan
 kerusakan
 
lingkungan sepenuhnya menjadi
 tanggung jawab BP. Obama
 juga menebarkan
 
 optimisme:
rdquo;Kami tidak akan menyerah
 sampai

kebocoran bisa dihentikan,
  hingga air dan

pantai-pantai
 dibersihkan, hingga orang-orang yang
jadi
  korban bencana buatan

manusia mendapatkan
 hidupnya kembali.rdquo;
  
 
 Kondisi
 kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun

lalu, persisnya
 
 per
  29
 Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan
lumpur panas
 yang
 terus
 
terjadi
  di Porong, Sidoarjo,
 Jawa
Timur.
 Sekitar 600 hektare kawasan terkena
  dampak
  semburan
 lumpur
 panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa
dipindahkan dari


 lokasi
bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik,
 seperti jalan
 dan
  rel
 
 kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian
 sosial
dan ekonomi
 yang diderita
  oleh rakyat
Jawa Timur akibat
 petaka lumpur panas itu.
 
 
 Jika BP berjuang
keras
 menghentikan kebocoran, sebaliknya

semburan lumpur
  panas di

Sidoarjo
 cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap
 
 sebagai
 
fenomena alam, seperti putusan
 Mahkamah Agung bahwa
 lumpur Lapindo adalah


bencana alam. Bahkan, muncul ide dari
 Presiden

Yudhoyono untuk menjadikan
  pusat

Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik nyoto - ke-el
Tetapi samapai sekarang koq tidak ada usaha sama sekali utk ngebor miring
utk mematikan semburan lumpur panas itu ya, seperti yg kejadian di Gulf
Coast itu akan dilakukan pemboran beberapa sumur miring utk menutup sumber
semburan minyak.


wass,
nyoto





2010/6/21 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id



 Pak Agus

 Apa sudah ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
 dilakukan siapa yang
 menanggung biaya - nya ? Lapindo atau
 Pemerintah.

 Si Abah


   Mungkin dengan cara
 mendengarkan suara atau signal dari sumber lumpur dan
  juga
 rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa diketahui
  estimasi kedalaman sumbernya ataupun distribusi
 fracture yang
  ditimbulkan.
  mungkin
 beberapa metoda geofisika seperti : passive seismic,
 
 Microseismic, dan cross-well seismic atau
 tomography bisa di
  modifikasi dan diaplikasikan untuk
 mendengarkan suara2 rekahan atau
  pergerakan lumpur tersebut.
 prinsipnya sama seperti gempa.
  source nya sudah ada (tekanan
 lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
  lubang sumur untuk
 memasang geophone (3 component) atau seismometer
  disekeliling
 semburan. yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini
 
 feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.
 
  salam
  ags
 
 
  -Original Message-
 
 From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id]
 
 Sent: 21 June 2010 12:22
  To: iagi-net
  Subject: Re:
 [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 
 
 
 
  OOH , kalau beliau memang
 dapat berbicara begitu krn memang
  wawasannya,
 
 akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
  menuntun
 pemboran.
Tantangan bagi ahli geologi untuk
 
 menyediakan data tsb.
 Bagaimana ya ?
 
 Si Abah.
 
 
 Bah,,bukan kata saya
  lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya
 beliau
 
 
  2010/6/19 yanto R.Sumantri
 yrs...@rad.net.id
 
 
 
 
   Rekan rekan
 
Apa yang dikatakan  oleh
  rekan OK
  Taufik banyak benarnya, apakah
 Pemerintah membiarkan ???
 
  Saya tidak dapat
 menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
 
 apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin
 
 sinyalemen
  ini benar mungkin  juga tidak.''
 
  Khusus mengenai dynamic
 
 drilling dengan relief well ,
  kebetulan saya  terlibat
 langsung,
  kerena pada saat  kedua
  elief well
 akan menembus Puncak Formasi
  Parigi saya menjadi
  gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
  Alm.
  Ada yang sangat membedakan antara
 sumur Pasir Jadi - 1
  dengan  sumur Lapindo .
  Perbedaan yang paling
  mendasar adalah
  kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
 
 kedalaman lapisan yang
  menyebabkan blow out , karena
  dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
  kita
 sangat
  akurat.
  SEBAGAI mana yang beberapa ali
 saya kemukakan
  dalam millis ini , bagaimana suatu
 operasi penanggulangan degan
  tekini
  drilling
 dapat dilakukan kalau kondisi geologi
  dibawah permukaan tidak
  diketahui.
  Semoga
  dapat menjadi
 pertimbangan
 
  Si Abah
 
  Menghentikan Semburan Lumpur
 Lapindo
  
  Senin, 31 Mei 2010 19:20
 WIB
 
   Kebocoran dari pipa minyak bawah
  laut milik British
  Petroleum (BP) telah
   memasuki minggu ketujuh.
  Meskipun
 sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup
 
 
 kebocoran sumur
  bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
  ingin reputasinya
   merosot,
 
 BP mengerahkan
  aneka upaya dan berbagai macam teknologi.
 Mereka
  
  optimistis kebocoran bisa
 dihentikan agar pesisir pantai
  Amerika
 
 Serikat
   tidak tercemar berat oleh
 
 tumpahan minyak.
  
   Semburan
 ini
  menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan
 
  migas.
   Maklum, dengan
 semburan 3.000-5.000 barrel
  minyak per
  hari,
 insiden ini
   merupakan
  pencemaran terburuk
 dalam sejarah
  AS, melampaui bencana
 
 tumpahan
   minyak dari kapal tanker Exxon
 
  Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
   laut lebih
  dari
  245.000
 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
  
 sampai
   40 juta galon minyak mentah
  telah
 mencemari Teluk Meksiko.
  
  
  Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan
 
  tekanan berat
   dari
   oposisi, pencinta
  lingkungan, dan
  warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
 
  agar
   terus
  berupaya
  menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan
 
  tegas mengatakan penanganan kebocoran dan
 penanggulangan
  kerusakan
  
 lingkungan sepenuhnya menjadi
  tanggung jawab BP. Obama
  juga menebarkan
  
  optimisme:
 rdquo;Kami tidak akan menyerah
  sampai
 
 kebocoran bisa dihentikan,
   hingga air dan
 
 pantai-pantai
  dibersihkan, hingga orang-orang yang
 jadi
   korban bencana buatan
 
 manusia mendapatkan
  hidupnya kembali.rdquo;
   
  
  Kondisi
  kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun
 
 lalu, persisnya
  
  per
   29
  Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan
 lumpur panas
  yang
  terus
  
 terjadi
   di Porong, Sidoarjo,
  Jawa
 Timur.
  Sekitar 600 hektare kawasan terkena
   dampak
   semburan
  lumpur
  panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa
 dipindahkan dari
 
 
  lokasi

RE: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik Agus.Setiana
Waduh...punten Abah. itu hanya terlintas saja di benak saya, setelah baca email 
dari Abah. 
saya tidak tau apakah sudah ada yang melakukan feasibility study, merencanakan 
atau mencoba metoda2 itu disekitar semburan tersebut.
mungkin bapak2 yang berwenang dan ahli metoda2 tersebut bisa sharing.
terima kasih.

salam
agus

-Original Message-
From: nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com]
Sent: 21 June 2010 14:56
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo


Tetapi samapai sekarang koq tidak ada usaha sama sekali utk ngebor miring
utk mematikan semburan lumpur panas itu ya, seperti yg kejadian di Gulf
Coast itu akan dilakukan pemboran beberapa sumur miring utk menutup sumber
semburan minyak.


wass,
nyoto





2010/6/21 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id



 Pak Agus

 Apa sudah ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
 dilakukan siapa yang
 menanggung biaya - nya ? Lapindo atau
 Pemerintah.

 Si Abah


   Mungkin dengan cara
 mendengarkan suara atau signal dari sumber lumpur dan
  juga
 rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa diketahui
  estimasi kedalaman sumbernya ataupun distribusi
 fracture yang
  ditimbulkan.
  mungkin
 beberapa metoda geofisika seperti : passive seismic,
 
 Microseismic, dan cross-well seismic atau
 tomography bisa di
  modifikasi dan diaplikasikan untuk
 mendengarkan suara2 rekahan atau
  pergerakan lumpur tersebut.
 prinsipnya sama seperti gempa.
  source nya sudah ada (tekanan
 lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
  lubang sumur untuk
 memasang geophone (3 component) atau seismometer
  disekeliling
 semburan. yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini
 
 feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.
 
  salam
  ags
 
 
  -Original Message-
 
 From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id]
 
 Sent: 21 June 2010 12:22
  To: iagi-net
  Subject: Re:
 [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 
 
 
 
  OOH , kalau beliau memang
 dapat berbicara begitu krn memang
  wawasannya,
 
 akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
  menuntun
 pemboran.
Tantangan bagi ahli geologi untuk
 
 menyediakan data tsb.
 Bagaimana ya ?
 
 Si Abah.
 
 
 Bah,,bukan kata saya
  lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya
 beliau
 
 
  2010/6/19 yanto R.Sumantri
 yrs...@rad.net.id
 
 
 
 
   Rekan rekan
 
Apa yang dikatakan  oleh
  rekan OK
  Taufik banyak benarnya, apakah
 Pemerintah membiarkan ???
 
  Saya tidak dapat
 menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
 
 apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin
 
 sinyalemen
  ini benar mungkin  juga tidak.''
 
  Khusus mengenai dynamic
 
 drilling dengan relief well ,
  kebetulan saya  terlibat
 langsung,
  kerena pada saat  kedua
  elief well
 akan menembus Puncak Formasi
  Parigi saya menjadi
  gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
  Alm.
  Ada yang sangat membedakan antara
 sumur Pasir Jadi - 1
  dengan  sumur Lapindo .
  Perbedaan yang paling
  mendasar adalah
  kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
 
 kedalaman lapisan yang
  menyebabkan blow out , karena
  dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
  kita
 sangat
  akurat.
  SEBAGAI mana yang beberapa ali
 saya kemukakan
  dalam millis ini , bagaimana suatu
 operasi penanggulangan degan
  tekini
  drilling
 dapat dilakukan kalau kondisi geologi
  dibawah permukaan tidak
  diketahui.
  Semoga
  dapat menjadi
 pertimbangan
 
  Si Abah
 
  Menghentikan Semburan Lumpur
 Lapindo
  
  Senin, 31 Mei 2010 19:20
 WIB
 
   Kebocoran dari pipa minyak bawah
  laut milik British
  Petroleum (BP) telah
   memasuki minggu ketujuh.
  Meskipun
 sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup
 
 
 kebocoran sumur
  bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
  ingin reputasinya
   merosot,
 
 BP mengerahkan
  aneka upaya dan berbagai macam teknologi.
 Mereka
  
  optimistis kebocoran bisa
 dihentikan agar pesisir pantai
  Amerika
 
 Serikat
   tidak tercemar berat oleh
 
 tumpahan minyak.
  
   Semburan
 ini
  menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan
 
  migas.
   Maklum, dengan
 semburan 3.000-5.000 barrel
  minyak per
  hari,
 insiden ini
   merupakan
  pencemaran terburuk
 dalam sejarah
  AS, melampaui bencana
 
 tumpahan
   minyak dari kapal tanker Exxon
 
  Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
   laut lebih
  dari
  245.000
 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
  
 sampai
   40 juta galon minyak mentah
  telah
 mencemari Teluk Meksiko.
  
  
  Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan
 
  tekanan berat
   dari
   oposisi, pencinta
  lingkungan, dan
  warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
 
  agar
   terus
  berupaya
  menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan
 
  tegas mengatakan penanganan kebocoran dan
 penanggulangan
  kerusakan
  
 lingkungan sepenuhnya menjadi
  tanggung jawab BP. Obama
  juga menebarkan
  
  optimisme:
 rdquo;Kami tidak akan menyerah
  sampai
 
 kebocoran bisa dihentikan,
   hingga air

RE: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik yanto R.Sumantri


   Agus

   Menurut pendapat saya apa yang
dinyatakan oleh Dr.Rubandini itu adalah tantangan 
  
terselubung kepada ahli kebumian (geologi dan geofisik) .
   Kalau kita dapat / tidak dapat memberikan gambaran detil
dari geologi bawah permukaan
   dari Sumur BP - 1 
SAAT ini maka olehlah kita menyerah dengan jalan , ya nunggu

   sampai terjadi keseimbangan secara natural.
   Tapi kan ini merugikan kehidupan masyarakat dan kerugian
selanjutnya adalah ketidak
    percayaan masyarakat
kepada para ahli ilmu kebumian kita.

    Apakah
ada program terslubung (dalam artian belum disampaikan kepada
masyarakat 
    karena alasan alasan tertentu baik
teknis maupun sosio - politis ??? , wallahu alam.

    Jadi konsep atau pemikiran para enjinir itu hanya
akan ada dalam angan angan saja tanpa pembuktian apakah BISA atau TIDAK
BISA,

    Apakah para ilmuwan dan enjinir kita
akan menjadi orang semacam masyarakat Eropa
    pada
Abad Pertengahan , saat Christoper Columbus menemukan Amerika , dan
dengan
    tersipu sipu akan berkata :  Okhh
begitu ya , saya juga bisa . Ingat Dongeng Telur 
    Columbus  Semoga saya salah.

    Semoga pak Awang (yang bayak dipergunjingka oleh
beberapa pihak ) , mebela theori
    bahwa salah satu
penyebab terjadinya Lumpur Lapindo adalah GEMPA , karena beliau
    membela salah satu kepentingan bersedia mengomentari
pendapat saya itu.

    Semoga Sang Pencipta
memberikan cahaya terang kepada ara ahli kebumian dalam
    memaknai dan mendalami serta mencari solusi
Lumpur Lapindo ini.

    Wassalam
.


    Si Abah

 
  
 Waduh...punten Abah.
itu hanya terlintas saja di benak saya, setelah baca
 email dari
Abah.
 saya tidak tau apakah sudah ada yang melakukan feasibility
study,
 merencanakan atau mencoba metoda2 itu disekitar semburan
tersebut.
 mungkin bapak2 yang berwenang dan ahli metoda2
tersebut bisa sharing.
 terima kasih.
 

salam
 agus
 
 -Original Message-

From: nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com]

Sent: 21 June 2010 14:56
 To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo


 
 Tetapi samapai sekarang koq tidak ada usaha sama
sekali utk ngebor miring
 utk mematikan semburan lumpur panas itu
ya, seperti yg kejadian di Gulf
 Coast itu akan dilakukan
pemboran beberapa sumur miring utk menutup sumber
 semburan
minyak.
 
 
 wass,
 nyoto


 
 
 
 
 2010/6/21 yanto
R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 


 Pak Agus

 Apa sudah
ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
 dilakukan siapa
yang
 menanggung biaya - nya ? Lapindo atau

Pemerintah.

 Si Abah


   Mungkin dengan cara
 mendengarkan
suara atau signal dari sumber lumpur dan
  juga
 rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa
diketahui
  estimasi kedalaman sumbernya ataupun
distribusi
 fracture yang
 
ditimbulkan.
  mungkin
 beberapa metoda
geofisika seperti : passive seismic,
 
 Microseismic, dan cross-well seismic
atau
 tomography bisa di
  modifikasi dan
diaplikasikan untuk
 mendengarkan suara2 rekahan atau
  pergerakan lumpur tersebut.
 prinsipnya sama
seperti gempa.
  source nya sudah ada (tekanan
 lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
 
lubang sumur untuk
 memasang geophone (3 component) atau
seismometer
  disekeliling
 semburan.
yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini
 
 feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.


  salam
  ags
 
 
  -Original Message-
 

From: yanto R.Sumantri
[mailto:yrs...@rad.net.id]
 
 Sent: 21 June
2010 12:22
  To: iagi-net
  Subject:
Re:
 [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 
 


 
  OOH , kalau beliau
memang
 dapat berbicara begitu krn memang
 
wawasannya,
 
 akan tetapi tetap HARUS ada
data geologi yang akan
  menuntun

pemboran.
Tantangan bagi ahli geologi untuk
 
 menyediakan data tsb.

Bagaimana ya ?
 
 Si Abah.
 
 
 Bah,,bukan kata saya
  lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya

beliau
 
 
 
2010/6/19 yanto R.Sumantri
 yrs...@rad.net.id
 
 


 
  
Rekan rekan
 
Apa
yang dikatakan  oleh
  rekan OK

 Taufik banyak benarnya, apakah
 Pemerintah membiarkan
???
 
  Saya tidak dapat
 menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
 
 apa yang selama ini dilakukan
oleh BPLS. Nungkin
 
 sinyalemen
  ini benar mungkin  juga tidak.''


  Khusus mengenai dynamic


 drilling dengan relief well ,

 kebetulan saya  terlibat
 langsung,

 kerena pada saat  kedua
  elief well
 akan menembus Puncak Formasi
  Parigi
saya menjadi
  gological witness bersma dengan Pak
Sungarna Suandar
  Alm.

 Ada yang sangat membedakan antara
 sumur Pasir
Jadi - 1
  dengan  sumur Lapindo .

 Perbedaan yang paling
  mendasar adalah
  kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
 
 kedalaman lapisan yang

 menyebabkan blow out , karena
  dikealaman
kl 500 meter itu , data seismik
  kita
 sangat
  akurat.
 
SEBAGAI mana yang beberapa ali
 saya kemukakan

 dalam millis ini , bagaimana suatu
 operasi
penanggulangan degan
  tekini
 
drilling
 dapat dilakukan kalau kondisi geologi

 dibawah permukaan tidak

Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-21 Terurut Topik nyoto - ke-el
Aameeen . sehingga penderitaan rakyat Sidoardjo korban Lusi bisa segera
teratasi  bisa segera kembali kedalam kehidupannya  yg normal lagi 
aameeen.



wass,
nyoto





2010/6/21 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id



Agus

Menurut pendapat saya apa yang
 dinyatakan oleh Dr.Rubandini itu adalah tantangan

 terselubung kepada ahli kebumian (geologi dan geofisik) .
Kalau kita dapat / tidak dapat memberikan gambaran detil
 dari geologi bawah permukaan
dari Sumur BP - 1
 SAAT ini maka olehlah kita menyerah dengan jalan , ya nunggu

sampai terjadi keseimbangan secara natural.
Tapi kan ini merugikan kehidupan masyarakat dan kerugian
 selanjutnya adalah ketidak
 percayaan masyarakat
 kepada para ahli ilmu kebumian kita.

 Apakah
 ada program terslubung (dalam artian belum disampaikan kepada
 masyarakat
 karena alasan alasan tertentu baik
 teknis maupun sosio - politis ??? , wallahu alam.

 Jadi konsep atau pemikiran para enjinir itu hanya
 akan ada dalam angan angan saja tanpa pembuktian apakah BISA atau TIDAK
 BISA,

 Apakah para ilmuwan dan enjinir kita
 akan menjadi orang semacam masyarakat Eropa
 pada
 Abad Pertengahan , saat Christoper Columbus menemukan Amerika , dan
 dengan
 tersipu sipu akan berkata :  Okhh
 begitu ya , saya juga bisa . Ingat Dongeng Telur
 Columbus  Semoga saya salah.

 Semoga pak Awang (yang bayak dipergunjingka oleh
 beberapa pihak ) , mebela theori
 bahwa salah satu
 penyebab terjadinya Lumpur Lapindo adalah GEMPA , karena beliau
 membela salah satu kepentingan bersedia mengomentari
 pendapat saya itu.

 Semoga Sang Pencipta
 memberikan cahaya terang kepada ara ahli kebumian dalam
 memaknai dan mendalami serta mencari solusi
 Lumpur Lapindo ini.

 Wassalam
 .


 Si Abah



   Waduh...punten Abah.
 itu hanya terlintas saja di benak saya, setelah baca
  email dari
 Abah.
  saya tidak tau apakah sudah ada yang melakukan feasibility
 study,
  merencanakan atau mencoba metoda2 itu disekitar semburan
 tersebut.
  mungkin bapak2 yang berwenang dan ahli metoda2
 tersebut bisa sharing.
  terima kasih.
 
 
 salam
  agus
 
  -Original Message-
 
 From: nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com]
 
 Sent: 21 June 2010 14:56
  To: iagi-net@iagi.or.id
 
 Subject: Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 

 
  Tetapi samapai sekarang koq tidak ada usaha sama
 sekali utk ngebor miring
  utk mematikan semburan lumpur panas itu
 ya, seperti yg kejadian di Gulf
  Coast itu akan dilakukan
 pemboran beberapa sumur miring utk menutup sumber
  semburan
 minyak.
 
 
  wass,
  nyoto
 

 
 
 
 
  2010/6/21 yanto
 R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 
 
 
  Pak Agus
 
  Apa sudah
 ada usaha kearah sana ? Kalau memang akan
  dilakukan siapa
 yang
  menanggung biaya - nya ? Lapindo atau
 
 Pemerintah.
 
  Si Abah
 
 
Mungkin dengan cara
  mendengarkan
 suara atau signal dari sumber lumpur dan
   juga
  rekahan yang terjadi akibat dorongan lumpur tersebut, bisa
 diketahui
   estimasi kedalaman sumbernya ataupun
 distribusi
  fracture yang
  
 ditimbulkan.
   mungkin
  beberapa metoda
 geofisika seperti : passive seismic,
  
  Microseismic, dan cross-well seismic
 atau
  tomography bisa di
   modifikasi dan
 diaplikasikan untuk
  mendengarkan suara2 rekahan atau
   pergerakan lumpur tersebut.
  prinsipnya sama
 seperti gempa.
   source nya sudah ada (tekanan
  lumpur dan rekahan), tinggal dibuat beberapa
  
 lubang sumur untuk
  memasang geophone (3 component) atau
 seismometer
   disekeliling
  semburan.
 yaaa...tentu perlu dievaluasi apakah metoda ini
  
  feasible atau tidak dengan keadaan yang ada.
 
 
   salam
   ags
  
  
   -Original Message-
  
 
 From: yanto R.Sumantri
 [mailto:yrs...@rad.net.id]
  
  Sent: 21 June
 2010 12:22
   To: iagi-net
   Subject:
 Re:
  [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
  
  
  
 
 
  
   OOH , kalau beliau
 memang
  dapat berbicara begitu krn memang
  
 wawasannya,
  
  akan tetapi tetap HARUS ada
 data geologi yang akan
   menuntun
 
 pemboran.
 Tantangan bagi ahli geologi untuk
  
  menyediakan data tsb.
  
 Bagaimana ya ?
  
  Si Abah.
  
  
  Bah,,bukan kata saya
   lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya
 
 beliau
  
  
  
 2010/6/19 yanto R.Sumantri
  yrs...@rad.net.id
  
  
 
 
  
   
 Rekan rekan
  
 Apa
 yang dikatakan  oleh
   rekan OK
 
  Taufik banyak benarnya, apakah
  Pemerintah membiarkan
 ???
  
   Saya tidak dapat
  menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
  
  apa yang selama ini dilakukan
 oleh BPLS. Nungkin
  
  sinyalemen
   ini benar mungkin  juga tidak.''
 
 
   Khusus mengenai dynamic
 
 
  drilling dengan relief well ,
 
  kebetulan saya  terlibat
  langsung,
 
  kerena pada saat  kedua
   elief well
  akan menembus Puncak Formasi
   Parigi
 saya menjadi
   gological witness bersma dengan Pak
 Sungarna Suandar
   Alm.
 
  Ada yang sangat membedakan antara
  sumur Pasir
 Jadi - 1
   dengan

Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-20 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 OOH , kalau beliau memang dapat berbicara begitu krn memang
wawasannya,
  akan tetapi tetap HARUS ada data geologi yang akan
menuntun pemboran.
  Tantangan bagi ahli geologi untuk
menyediakan data tsb.
   Bagaimana ya ?

   Si Abah.

    Bah,,bukan kata saya
lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya beliau
 

2010/6/19 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 



  Rekan rekan

   Apa yang dikatakan  oleh
 rekan OK
Taufik banyak benarnya, apakah Pemerintah membiarkan ???

Saya tidak dapat menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
 apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin
sinyalemen
 ini benar mungkin  juga tidak.''

Khusus mengenai dynamic
 drilling dengan relief well ,
kebetulan saya  terlibat langsung,
 kerena pada saat  kedua
elief well akan menembus Puncak Formasi
 Parigi saya menjadi
gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
 Alm.
 Ada yang sangat membedakan antara sumur Pasir Jadi - 1
 dengan  sumur Lapindo .
 Perbedaan yang paling
mendasar adalah
 kita aktu itu tahu persis kondisi gologi ,
kedalaman lapisan yang
 menyebabkan blow out , karena
dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
 kita sangat
akurat.
 SEBAGAI mana yang beberapa ali saya kemukakan
 dalam millis ini , bagaimana suatu operasi penanggulangan degan
tekini
 drilling dapat dilakukan kalau kondisi geologi
dibawah permukaan tidak
 diketahui.
 Semoga
dapat menjadi pertimbangan

 Si Abah

 Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo
 
 Senin, 31 Mei 2010 19:20 WIB

  Kebocoran dari pipa minyak bawah
 laut milik British
Petroleum (BP) telah
  memasuki minggu ketujuh.
 Meskipun sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup

 kebocoran sumur
 bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak
ingin reputasinya
  merosot,
 BP mengerahkan
aneka upaya dan berbagai macam teknologi. Mereka
 
 optimistis kebocoran bisa dihentikan agar pesisir pantai
Amerika
 Serikat
  tidak tercemar berat oleh
tumpahan minyak.
 
  Semburan ini
menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan

migas.
  Maklum, dengan semburan 3.000-5.000 barrel
minyak per
 hari, insiden ini
  merupakan
pencemaran terburuk dalam sejarah
 AS, melampaui bencana
tumpahan
  minyak dari kapal tanker Exxon

Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
  laut lebih
dari
 245.000 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
  sampai
  40 juta galon minyak mentah
telah mencemari Teluk Meksiko.
 
 
Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan

tekanan berat
  dari
  oposisi, pencinta
lingkungan, dan
 warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
  agar
  terus
 berupaya
menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan

 tegas mengatakan penanganan kebocoran dan penanggulangan
 kerusakan
  lingkungan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab BP. Obama
 juga menebarkan
 
optimisme: rdquo;Kami tidak akan menyerah
 sampai
kebocoran bisa dihentikan,
  hingga air dan
pantai-pantai
 dibersihkan, hingga orang-orang yang jadi
  korban bencana buatan
 manusia mendapatkan
hidupnya kembali.rdquo;
  
 
Kondisi
 kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun
lalu, persisnya
 
 per
  29
Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan lumpur panas
 yang
terus
  terjadi
  di Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur.
 Sekitar 600 hektare kawasan terkena
  dampak
  semburan
 lumpur
panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa dipindahkan dari


 lokasi bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik,
seperti jalan
 dan
  rel
 
kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian
 sosial dan ekonomi
yang diderita
  oleh rakyat Jawa Timur akibat
 petaka lumpur panas itu.
 
 
Jika BP berjuang keras
 menghentikan kebocoran, sebaliknya
semburan lumpur
  panas di
 Sidoarjo
cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap
 
 sebagai
  fenomena alam, seperti putusan
Mahkamah Agung bahwa
 lumpur Lapindo adalah

 bencana alam. Bahkan, muncul ide dari
 Presiden
Yudhoyono untuk menjadikan
  pusat semburan lumpur
 sebagai kawasan wisata. Bencana lumpur dianggap

 sebagai sesuatu
 yang layak jadi tontonan.


  Untuk mematikan semburan
 membutuhkan
tekad dan kesungguhan dari pelaksana.
  Karena itu,
 kasus semacam ini sering melahirkan pahlawan
sejati,
 seperti
  yang dilakukan Wang Jin
Xi tahun 1960 saat menanggulangi
 semburan di

 lapangan Daqing, China utara. Karena spirit dan

inisiatifnya yang sangat
  kuat itu Jin Xi diberi
gelar
 *Iron Man*. Berkat
ldquo;pahlawan-pahlawanrdquo; itu
   pula
kecelakaan serupa di Selat Timor, Utara Australia, September

2009,
  berhasil dihentikan. Hampir semua negara di dunia
yang
 memiliki lapangan
  migas, puluhan
kali terjadi kasus serupa, baik
 di Indonesia, di AS,
  Afrika,
  Eropa, maupun Asia. Semua
 semburan tersebut berhasil dijinakkan.
 
  Semburan migas
 yang tidak terkontrol dikenal
dengan istilah *blow out*.
  Di

 Indonesia, ini pernah terjadi di kawasan laut, seperti

di pantai Kalimatan
  Timur, pesisir Sumatra, dan pesisir
Jawa.
 Semburan migas di Indonesia dan
 
Selat Timor terjadi pada
 kedalaman laut hanya beberapa puluh
meter air
  laut.
 

Sebaliknya, semburan di Teluk Meksiko 

Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-19 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Rekan rekan

  Apa yang dikatakan  oleh
rekan OK Taufik banyak benarnya, apakah Pemerintah membiarkan ???
Saya tidak dapat menilai ,karena ini harus dijawab dengan mengemukakan
apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin sinyalemen
ini benar mungkin  juga tidak.''
Khusus mengenai dynamic
drilling dengan relief well , kebetulan saya  terlibat langsung,
kerena pada saat  kedua elief well akan menembus Puncak Formasi
Parigi saya menjadi gological witness bersma dengan Pak Sungarna Suandar
Alm.
Ada yang sangat membedakan antara sumur Pasir Jadi - 1
dengan  sumur Lapindo .
Perbedaan yang paling mendasar adalah
kita aktu itu tahu persis kondisi gologi , kedalaman lapisan yang
menyebabkan blow out , karena dikealaman kl 500 meter itu , data seismik
kita sangat akurat.
SEBAGAI mana yang beberapa ali saya kemukakan
dalam millis ini , bagaimana suatu operasi penanggulangan degan tekini
drilling dapat dilakukan kalau kondisi geologi dibawah permukaan tidak
diketahui.
Semoga dapat menjadi pertimbangan

Si Abah

    Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

Senin, 31 Mei 2010 19:20 WIB
  Kebocoran dari pipa minyak bawah
laut milik British Petroleum (BP) telah
 memasuki minggu ketujuh.
Meskipun sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup
 kebocoran sumur
bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak ingin reputasinya
 merosot,
BP mengerahkan aneka upaya dan berbagai macam teknologi. Mereka

optimistis kebocoran bisa dihentikan agar pesisir pantai Amerika
Serikat
 tidak tercemar berat oleh tumpahan minyak.
 
 Semburan ini menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan
migas.
 Maklum, dengan semburan 3.000-5.000 barrel minyak per
hari, insiden ini
 merupakan pencemaran terburuk dalam sejarah
AS, melampaui bencana tumpahan
 minyak dari kapal tanker Exxon
Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di
 laut lebih dari
245.000 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta
 sampai
 40 juta galon minyak mentah telah mencemari Teluk Meksiko.
 
 Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan
tekanan berat
 dari
 oposisi, pencinta lingkungan, dan
warga AS. Pemerintah Obama menekan BP
 agar
 terus
berupaya menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan
 tegas mengatakan penanganan kebocoran dan penanggulangan
kerusakan
 lingkungan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BP. Obama
juga menebarkan
 optimisme: rdquo;Kami tidak akan menyerah
sampai kebocoran bisa dihentikan,
 hingga air dan pantai-pantai
dibersihkan, hingga orang-orang yang jadi
 korban bencana buatan
manusia mendapatkan hidupnya kembali.rdquo;
 
 Kondisi
kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun lalu, persisnya

per
 29 Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan lumpur panas
yang terus
 terjadi
 di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Sekitar 600 hektare kawasan terkena
 dampak
 semburan
lumpur panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa dipindahkan dari

lokasi bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik, seperti jalan
dan
 rel
 kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian
sosial dan ekonomi yang diderita
 oleh rakyat Jawa Timur akibat
petaka lumpur panas itu.
 
 Jika BP berjuang keras
menghentikan kebocoran, sebaliknya semburan lumpur
 panas di
Sidoarjo cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap

sebagai
 fenomena alam, seperti putusan Mahkamah Agung bahwa
lumpur Lapindo adalah
 bencana alam. Bahkan, muncul ide dari
Presiden Yudhoyono untuk menjadikan
 pusat semburan lumpur
sebagai kawasan wisata. Bencana lumpur dianggap
 sebagai sesuatu
yang layak jadi tontonan.
 
 Untuk mematikan semburan
membutuhkan tekad dan kesungguhan dari pelaksana.
 Karena itu,
kasus semacam ini sering melahirkan pahlawan sejati,
seperti
 yang dilakukan Wang Jin Xi tahun 1960 saat menanggulangi
semburan di
 lapangan Daqing, China utara. Karena spirit dan
inisiatifnya yang sangat
 kuat itu Jin Xi diberi gelar
*Iron Man*. Berkat ldquo;pahlawan-pahlawanrdquo; itu
 pula kecelakaan serupa di Selat Timor, Utara Australia, September
2009,
 berhasil dihentikan. Hampir semua negara di dunia yang
memiliki lapangan
 migas, puluhan kali terjadi kasus serupa, baik
di Indonesia, di AS,
 Afrika,
 Eropa, maupun Asia. Semua
semburan tersebut berhasil dijinakkan.
 
 Semburan migas
yang tidak terkontrol dikenal dengan istilah *blow out*.
 Di
 Indonesia, ini pernah terjadi di kawasan laut, seperti
di pantai Kalimatan
 Timur, pesisir Sumatra, dan pesisir Jawa.
Semburan migas di Indonesia dan
 Selat Timor terjadi pada
kedalaman laut hanya beberapa puluh meter air
 laut.

Sebaliknya, semburan di Teluk Meksiko berada pada kedalaman sekitar
1500
 meter. Jadi, penangannya lebih sulit dan lebih mahal.
 
 Karena air laut yang harus ditembus begitu dalam, maka
teknologi selubung
 menggunakan Riser, yaitu pipa
yang menghubungkan dasar laut dengan
 permukaan yang memisahkan
tercampurnya lumpur pemboran dari air laut.
 BOP (*blow

out preventer*) atau alat pencegah semburan ditempatkan di dasar laut
yang
 pengontrolannya dilakukan dari permukaan. Semburan dalam
kasus di Teluk
 Meksiko ini sampai membuat Riser 

Re: [iagi-net-l] Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo

2010-06-19 Terurut Topik Nyoto
Betul, saya juga membacanya  sempat melihat ke bagian pojok bawah bhw  
itu adalah tulisan pak Rudi Rubiandini pakar drilling, tapi saya  
berfikir bhw krn pak Rudi bukan member milis ini, maka pak Taufik  
sebagai penyambung lidah, which is sah2 saja menurut saya.




Wass,
Nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by Maxis



On Jun 19, 2010, at 20:24, OK Taufik ok.tau...@gmail.com wrote:


Bah,,bukan kata saya lho...kata Dr.Rudi..itukan tulisannya beliau

2010/6/19 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id






Rekan rekan


 Apa yang dikatakan  oleh
rekan OK Taufik banyak benarnya, apakah Pemerintah membiarkan ???
Saya tidak dapat menilai ,karena ini harus dijawab dengan  
mengemukakan

apa yang selama ini dilakukan oleh BPLS. Nungkin sinyalemen
ini benar mungkin  juga tidak.''
Khusus mengenai dynamic
drilling dengan relief well , kebetulan saya  terlibat langsung,
kerena pada saat  kedua elief well akan menembus Puncak Formasi
Parigi saya menjadi gological witness bersma dengan Pak Sungarna  
Suandar

Alm.
Ada yang sangat membedakan antara sumur Pasir Jadi - 1
dengan  sumur Lapindo .
Perbedaan yang paling mendasar adalah
kita aktu itu tahu persis kondisi gologi , kedalaman lapisan yang
menyebabkan blow out , karena dikealaman kl 500 meter itu , data  
seismik

kita sangat akurat.
SEBAGAI mana yang beberapa ali saya kemukakan
dalam millis ini , bagaimana suatu operasi penanggulangan degan  
tekini
drilling dapat dilakukan kalau kondisi geologi dibawah permukaan  
tidak

diketahui.
Semoga dapat menjadi pertimbangan

Si Abah

   Menghentikan Semburan Lumpur Lapindo



Senin, 31 Mei 2010 19:20 WIB

Kebocoran dari pipa minyak bawah

laut milik British Petroleum (BP) telah

memasuki minggu ketujuh.

Meskipun sulit, ahli-ahli di BP berjuang menutup

kebocoran sumur

bawah laut di Teluk Meksiko itu. Tak ingin reputasinya

merosot,

BP mengerahkan aneka upaya dan berbagai macam teknologi. Mereka



optimistis kebocoran bisa dihentikan agar pesisir pantai Amerika
Serikat

tidak tercemar berat oleh tumpahan minyak.

Semburan ini menjadi sorotan dunia, terutama terkait keselamatan

migas.

Maklum, dengan semburan 3.000-5.000 barrel minyak per

hari, insiden ini

merupakan pencemaran terburuk dalam sejarah

AS, melampaui bencana tumpahan

minyak dari kapal tanker Exxon

Valdez pada 1989 yang menebarkan minyak di

laut lebih dari

245.000 barrel. Pemerintah AS memperkirakan, 18 juta

sampai
40 juta galon minyak mentah telah mencemari Teluk Meksiko.

Akibat kejadian ini, Pemerintah Barack Obama mendapatkan

tekanan berat

dari
oposisi, pencinta lingkungan, dan

warga AS. Pemerintah Obama menekan BP

agar
terus

berupaya menghentikan kebocoran. Obama tidak mau tahu, bahkan dengan

tegas mengatakan penanganan kebocoran dan penanggulangan

kerusakan

lingkungan sepenuhnya menjadi tanggung jawab BP. Obama

juga menebarkan

optimisme: rdquo;Kami tidak akan menyerah

sampai kebocoran bisa dihentikan,

hingga air dan pantai-pantai

dibersihkan, hingga orang-orang yang jadi

korban bencana buatan

manusia mendapatkan hidupnya kembali.rdquo;


Kondisi

kontras terjadi di Indonesia. Sejak empat tahun lalu, persisnya



per

29 Mei 2006, kita dihadapkan kepada semburan lumpur panas

yang terus

terjadi
di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

Sekitar 600 hektare kawasan terkena

dampak
semburan

lumpur panas tersebut. Ribuan keluarga terpaksa dipindahkan dari



lokasi bencana, termasuk pabrik. Infrastruktur publik, seperti jalan
dan

rel
kereta api, rusak. Tak terhitung kerugian

sosial dan ekonomi yang diderita

oleh rakyat Jawa Timur akibat

petaka lumpur panas itu.


Jika BP berjuang keras

menghentikan kebocoran, sebaliknya semburan lumpur

panas di

Sidoarjo cenderung dibiarkan. Kita menyerah dan menganggap



sebagai

fenomena alam, seperti putusan Mahkamah Agung bahwa

lumpur Lapindo adalah

bencana alam. Bahkan, muncul ide dari

Presiden Yudhoyono untuk menjadikan

pusat semburan lumpur

sebagai kawasan wisata. Bencana lumpur dianggap

sebagai sesuatu

yang layak jadi tontonan.


Untuk mematikan semburan

membutuhkan tekad dan kesungguhan dari pelaksana.

Karena itu,

kasus semacam ini sering melahirkan pahlawan sejati,
seperti

yang dilakukan Wang Jin Xi tahun 1960 saat menanggulangi

semburan di

lapangan Daqing, China utara. Karena spirit dan

inisiatifnya yang sangat

kuat itu Jin Xi diberi gelar

*Iron Man*. Berkat ldquo;pahlawan-pahlawanrdquo; itu

pula kecelakaan serupa di Selat Timor, Utara Australia, September

2009,

berhasil dihentikan. Hampir semua negara di dunia yang

memiliki lapangan

migas, puluhan kali terjadi kasus serupa, baik

di Indonesia, di AS,

Afrika,
Eropa, maupun Asia. Semua

semburan tersebut berhasil dijinakkan.


Semburan migas

yang tidak terkontrol dikenal dengan istilah *blow out*.

Di
Indonesia, ini pernah terjadi di kawasan laut, seperti

di pantai Kalimatan

Timur, pesisir Sumatra, dan pesisir Jawa.

Semburan migas di Indonesia dan

Selat Timor terjadi pada

kedalaman laut hanya beberapa puluh