Re: [iagi-net-l] Mohon Data Keterserapan lulusan teknik geologi di Pasar Kerja - Kewirausahawan dibidang geologi

2010-05-10 Terurut Topik OK Taufik
Pak Sigit ini musti dipanggil ke Indonesia untuk kasi luncheon talk dan
sejenisnya, mungkin halaman di email tak cukup detail untuk sharing kiat
entrepreneurshipnya.


OK Taufik
2010/5/11 Sigit 

>
> Rekan2,
>
> Justru karena kewirausahawan (entrepreneurship) bidang geologi tidak mudah,
> makanya perlu kita cari peluangnya untuk memudahkan. Tapi tidak mudah bukan
> berarti Not Doable.
>
> Seperti kita ketahui kewirausahawan bidang G&G biasanya padat modal,
> knowledge dan teknologi (tool) terutama di bidang minyak. Kalau kita gak
> punya modal dan teknologi (tool). Kalau kita tidak punya modal (read:
> minimum), maka untuk itu yang kita jual knowledge dan information (knowledge
> based entrepreneurship). Jadi yang menjadi tantangan berikutnya adalah
> bagaimana mendapatkan info dan knowledge yang bisa dijual, segment market
> yang mana yang mau membeli, bagaimana cara menjualnya dan berapa harganya.
>
> Tingkatan/qualitas knowledge dan info yang bisa dijual memang lain2 antara
> yang baru lulus dan yang sudah berpengalaman, tapi bukan berarti mereka
> tidak punya segment market. Seperti halnya mobil, ada berbagai jenis mobil
> dengan qualitas dan harga mereka masing2 dari yang produksi
> China-Korea-Malaysia-Itali-Jepang-Amerika-German dll. Ternyata kriteria
> customer membeli mobil berbeda-beda: ada yang membeli karena murah, karena
> irit, karena muatannya banyak, karena merk tersebut sudah banyak dipakai
> orang (popularitas), karena harganya mahal (untuk tujuan prestis), karena
> boleh ngangsur, dan ada satu lagi karena 'belief' (kepercayaan). Pada level
> 'belief' ini, orang tetap akan membeli mobil tersebut walaupun orang bilang
> jelek, harganya kemahalan, bensinya boros, pajaknya mahal, walaupun harga
> jualnya nanti murah, dll. Karena disitu sudah terjadi apa yang disebut
> "trust connection".
>
>
> Hal ini sama juga dengan pola client kita. Tidak semua client punya duit,
> tidak semua client mencari 100% solution (banyak dari mereka yang puas
> dengan 60% of solution), tidak semua client mencari perfect quality, dll.
> Dan pola tersebut yang bisa kita lihat sebagai segment pasar untuk masing2
> level of skillset/expertise/experience. Tingkatan yang paling tinggi adalah
>  apabila ada client yang membeli knowledge kita pada tingkatan 'belief'.
> Terkadang "Belief" bukan berarti pekerjaan kita selalu memberi perfect
> solution, tapi disitu sudah ada level of comfort dimana client merasa
> kepentingannya dikedepankan dan ada trust connection yang saya sebutkan
> tadi. Pasar ahli geologi range-nya juga sangat lebar, dari PEMDA, Industri
> Minyak, Tambang, kelautan, Lingkungan, Kimia, kedokteran, dll. Apakah PEMDA
> mau membayar knowledge/info dengan harga USD1500/hari, saya kira tidak mau.
> Ini menjadi segment pasar untuk level tertentu.
>
> Nah..bagaimana kita mengajarkan kepada ahli2 geologi muda untuk menjadikan
> knowledge based entrepreneurship menjadi "career of choice" dimasa yang akan
> datang. Ini yang perlu kita ajarkan ke mereka, dari dasar2 entrepreneurship,
> pembentukan character, getting the right attitude and the right skillset,
> pembetukan career path yang betul, business modelnya, self-branding,
> networking, self positioning & defining market segmet, belajar meng-assess
> opportunity, menghitung resiko, cashflow, termasuk bagaimana caranya
> me-manage client, dll.
>
>
> Jadi kalau mau ditingkatkan sedikit untuk yang muda2, selama ini kita sudah
> berhasil mengajarkan mereka untuk berjalan, bagaimana kalau kita ajarkan
> mereka untuk bisa terbang?
> Kadang2 saya berpikir, bagaimana seekor burung kecil memutuskan bahwa dia
> sudah mampu terbang dari sangkarnya yang terletak dipohon yang sangat
> tinggi. Pada saat itulah seekor burung kecil memutuskan bahwa dia mampu
> untuk terbang with no point of return. Mestinya ibu-nya telah mempersiapkan
> seekor burung kecil tersebut dengan baik, sehingga si burung kecil-ini
> berani terbang walaupun resikonya sangat tinggi apabila gagal.
>
> Sekedar meramaikan topik sehingga kewirausahawan dibidang geologi
> (knowledge based entrepreneurship) menjadi career of choice bagi angkatan2
> muda. Sehingga tidak terlalu mengandalkan daya serap industri.
>
> Semuanya akan masih kelihatan tidak mudah sampai kita betul-betul
> memulainya.
>
> Salam sukses selalu,
>
> Sigit
> Managing Geoscience Entrepreneurship
> EP International Sdn. Bhd.
>
>
>
> -Original Message-
> From: Amir Al Amin [mailto:amir.al.a...@gmail.com]
> Sent: Mon 5/10/2010 10:02 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Data Keterserapan lulusan teknik geologi di
> Pasar Kerja
>
> Yang menjadi kendala utama kewirausahawan bidang geologi, umumnya padat
> modal, termasuk giant business. Termasuk usaha galian C. Tapi anda tak
> perlu
> sekolah geologi untuk menjadi pengusaha pasir, batugamping, batu split, dan
> sejenisnya.
>
> Sementara lulusan geologi baru punya modal apa? Ijazah, IPK dan pengalaman
> organisasi?
> Beruntung yang punya or-tu berada/ pengusah

RE: [iagi-net-l] Mohon Data Keterserapan lulusan teknik geologi di Pasar Kerja - Kewirausahawan dibidang geologi

2010-05-10 Terurut Topik Sigit

Rekan2,

Justru karena kewirausahawan (entrepreneurship) bidang geologi tidak mudah, 
makanya perlu kita cari peluangnya untuk memudahkan. Tapi tidak mudah bukan 
berarti Not Doable.

Seperti kita ketahui kewirausahawan bidang G&G biasanya padat modal, knowledge 
dan teknologi (tool) terutama di bidang minyak. Kalau kita gak punya modal dan 
teknologi (tool). Kalau kita tidak punya modal (read: minimum), maka untuk itu 
yang kita jual knowledge dan information (knowledge based entrepreneurship). 
Jadi yang menjadi tantangan berikutnya adalah bagaimana mendapatkan info dan 
knowledge yang bisa dijual, segment market yang mana yang mau membeli, 
bagaimana cara menjualnya dan berapa harganya. 

Tingkatan/qualitas knowledge dan info yang bisa dijual memang lain2 antara yang 
baru lulus dan yang sudah berpengalaman, tapi bukan berarti mereka tidak punya 
segment market. Seperti halnya mobil, ada berbagai jenis mobil dengan qualitas 
dan harga mereka masing2 dari yang produksi 
China-Korea-Malaysia-Itali-Jepang-Amerika-German dll. Ternyata kriteria 
customer membeli mobil berbeda-beda: ada yang membeli karena murah, karena 
irit, karena muatannya banyak, karena merk tersebut sudah banyak dipakai orang 
(popularitas), karena harganya mahal (untuk tujuan prestis), karena boleh 
ngangsur, dan ada satu lagi karena 'belief' (kepercayaan). Pada level 'belief' 
ini, orang tetap akan membeli mobil tersebut walaupun orang bilang jelek, 
harganya kemahalan, bensinya boros, pajaknya mahal, walaupun harga jualnya 
nanti murah, dll. Karena disitu sudah terjadi apa yang disebut "trust 
connection". 


Hal ini sama juga dengan pola client kita. Tidak semua client punya duit, tidak 
semua client mencari 100% solution (banyak dari mereka yang puas dengan 60% of 
solution), tidak semua client mencari perfect quality, dll. Dan pola tersebut 
yang bisa kita lihat sebagai segment pasar untuk masing2 level of 
skillset/expertise/experience. Tingkatan yang paling tinggi adalah  apabila ada 
client yang membeli knowledge kita pada tingkatan 'belief'. Terkadang "Belief" 
bukan berarti pekerjaan kita selalu memberi perfect solution, tapi disitu sudah 
ada level of comfort dimana client merasa kepentingannya dikedepankan dan ada 
trust connection yang saya sebutkan tadi. Pasar ahli geologi range-nya juga 
sangat lebar, dari PEMDA, Industri Minyak, Tambang, kelautan, Lingkungan, 
Kimia, kedokteran, dll. Apakah PEMDA mau membayar knowledge/info dengan harga 
USD1500/hari, saya kira tidak mau. Ini menjadi segment pasar untuk level 
tertentu.

Nah..bagaimana kita mengajarkan kepada ahli2 geologi muda untuk menjadikan 
knowledge based entrepreneurship menjadi "career of choice" dimasa yang akan 
datang. Ini yang perlu kita ajarkan ke mereka, dari dasar2 entrepreneurship, 
pembentukan character, getting the right attitude and the right skillset, 
pembetukan career path yang betul, business modelnya, self-branding, 
networking, self positioning & defining market segmet, belajar meng-assess 
opportunity, menghitung resiko, cashflow, termasuk bagaimana caranya me-manage 
client, dll.


Jadi kalau mau ditingkatkan sedikit untuk yang muda2, selama ini kita sudah 
berhasil mengajarkan mereka untuk berjalan, bagaimana kalau kita ajarkan mereka 
untuk bisa terbang? 
Kadang2 saya berpikir, bagaimana seekor burung kecil memutuskan bahwa dia sudah 
mampu terbang dari sangkarnya yang terletak dipohon yang sangat tinggi. Pada 
saat itulah seekor burung kecil memutuskan bahwa dia mampu untuk terbang with 
no point of return. Mestinya ibu-nya telah mempersiapkan seekor burung kecil 
tersebut dengan baik, sehingga si burung kecil-ini berani terbang walaupun 
resikonya sangat tinggi apabila gagal.

Sekedar meramaikan topik sehingga kewirausahawan dibidang geologi (knowledge 
based entrepreneurship) menjadi career of choice bagi angkatan2 muda. Sehingga 
tidak terlalu mengandalkan daya serap industri.

Semuanya akan masih kelihatan tidak mudah sampai kita betul-betul memulainya. 

Salam sukses selalu,

Sigit
Managing Geoscience Entrepreneurship
EP International Sdn. Bhd.



-Original Message-
From: Amir Al Amin [mailto:amir.al.a...@gmail.com]
Sent: Mon 5/10/2010 10:02 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Data Keterserapan lulusan teknik geologi di 
Pasar Kerja
 
Yang menjadi kendala utama kewirausahawan bidang geologi, umumnya padat
modal, termasuk giant business. Termasuk usaha galian C. Tapi anda tak perlu
sekolah geologi untuk menjadi pengusaha pasir, batugamping, batu split, dan
sejenisnya.

Sementara lulusan geologi baru punya modal apa? Ijazah, IPK dan pengalaman
organisasi?
Beruntung yang punya or-tu berada/ pengusaha sukses tentu bisa pakai
pinjaman tanpa agunan atau bahkan pinjaman tanpa kembali. :-)

Untuk membuka jasa konsultansi, mungkin masih bisa terjangkau, dengan modal
yang relatif kecil. Tetapi memerlukan pengalaman dan jaringan yang luas. Ini
juga kendala yang tak mudah.

Mungkin para usahawan yang benar2 merasaka