RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Terimakasih banyak Pak Koesoema, jelas sekali. Wassalam, US -Original Message- From: Koesoema [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 18, 2004 5:35 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Mungkin yang dimaksud itu sebutan atau gelar professor, bukan jabatan professor. Tergantung di luar negerinya di mana, apakah di Vanuatu, Uganda atau di Jerman. Setahu saya katanya di Jerman kalau seseorang yang mengepalai suatu institusi research sering di beri gelar professor. Di Indonesia juga pernah ada usul begitu. Seseorang Ahli Peneliti Utama, yang disingkat APU dari suatu lembaga penelitian seperti LIPI, pernah diusulkan supaya diberi gelar professor, bahkan melakukan pidato pengukuhan juga. Tetapi kelihatannya masyarakat kurang menanggapinya, karena gelar professor itu hanyalah sebutan yang diberikan masyarakat pada seseorang yang menjabat gurubesar, sama dengan gelar Kiyai yang diberikan masyarakat kepada seorang ulama, terutama yang memimpin suatu pesantren. Jadi jangan dikacaukan antara jabatan Gurubesar dengan sebutan (gelar) professor. Wassalam RPK - Original Message - From: Ukat Sukanta at CPI [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 18, 2004 6:51 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koesoemah, Di Indonesia, yang tidak jadi Dosen di Universitas juga bisa jadi Prof. Apakah diluar negeri ada Pak, rasanya harus orang universitas?? Salam, US -Original Message- From: AL-AMIN Amir [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 18, 2004 6:40 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Ruwet juga prosedur menjadi profesor di Indonesia. Tetapi saya dengar ada juga jual beli professor. Seperti di jaman orba, seorang mendiknas membeli profesor dari sebuah PTN. Hanya dengan memberi satu kali 'orasi ilmiah'. = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = Koesoema [EMAIL PROTECTED] 17/03/2004 10:56 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Referensinya adalah Belanda jaman dulu, mungkin, tetapi dibikin rumit sendiri, mungkin tadinya takut ada inflasi professor, jadi dibuat jenjang-jenjang yang panjang dengan mengaitkan pada sistim kepegawaian negeri. Istilah resminya adalah Gurubesar, istilah professor itu hanya sebutan saja, bukan gelar akademis, sebutan untuk seseorang yang memangku jabatan gurubesar (sperti sebutan Kyai untuk orang yang memimpin pesantren). Tentu tiap negara berbeda sistimnya. antara Inggris dan commonwealth countries (seperti Australia) dengan Amerika Serikat saja beda. Di Inggris tidak mengenal sebutan associate dan assistant professor. Ngomong-ngomong Sdr. Awang di Indonesia tidak mengenal istilah Assitant Professor dan Associate Professor, itu hanya di Amerika Serikat saja. Tentu negara-negara lain mempunyai sistim sendiri, Jepang lain, Negara-negara Arab lain (disana Uztadz itu adalah Professor, bukan guru ngaji seperti disini). Mungkin para netters yang mendapatkan pendidikan di berbagai negara dapat menjelaskan sistim dan sebutannya. Wassalam RPK - Original Message - From: OK Taufik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 7:54 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Kualifikasi Profesor di Indonesia ini me-refer ke sistem pendidikan mana pak, Belandakah?. Kalau membandingkan Profesor yg dari Prancis agak beda, seperti yg dipertanyakan sdr. Amir-Al Amin tsb, profesor di sana hanya merupakan panggilan buat pengajar. Malah di rig saya pernah ada Company Man-nya Profesor dari Prancis.. -- - Original Message - DATE: Wed, 17 Mar 2004 15:18:56 From: Koesoema [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Orang atau suatu instansi tidak akan memberikan financial support kepada seseorang untuk memangku jabatan gurubesar jika orang itu tidak memeliki kwalifikasinya. - Original Message - From: teddy atmadinata [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 9:26 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Mungkin kalau Saya boleh sedikit mengomentari perihal predikat Profesor di Luar sana harus proaktif membuat sutu karya setiap perioda karena dengan menyandang predikat tersebut tanpa ada karya yang kontinyu tidak patut lagi menyandang Predikat tersebut, jadi tidak mudah untuk mempunyai Predikat Prof tersebut kalau tidak di ada Financial Support yang jelas dan pasti. Wassalam, Teddy Atmadinata AL-AMIN Amir [EMAIL
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Ful, apa gak bosen tuh si anak12 tahun kagak ganti pandangan..?? jangan-jangan malah sutriiss tuh si bocahheee Si anak juga perlu bergaulberteman...ber sosialisasi dengan lingkungan yg bervariasi oom.(biar gak kuper kali ya..) Merdeka, Suro -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: March 17, 2004 2:32 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on Bener sih, Qi, aku belum tahu jawabannya. Yg jelas, kalau masih demen di Bogor, ya di SBI Madania hingga kelas 7-9 (setara smtp) dan 10-12 (setara smta). Kalau nggak salah, putra (atau putri) pak Sumardiman sekarang sudah kelas 7. Salam, Syaiful Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] antos.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 02:01Houst on PM Please respond to iagi-net Masalahnya Ful, sekolah model tempat anakmu itu menerus jenjangnya. Maksudnya kalau dia lulus dari SD Madania , apakah tidak akan mengalami hambatan untuk masuk dan mengikuti pelajaran di SMP atau SMU yang 'klasik' (baca banyak hafalan dll). Sedangkan kalau mau masuk SMP/SMU yang 'plus' biasanya biayanya juga plus. Teman2 saya yang sedang study disini banyak yang pusing. Jadinya aku ikut pening juga. Takut kalau pulang nanti, anakku bakal keteteran untuk mengikuti pelajaran SD di INA. Maklum, disini anak kelas 1 baru mulai di ajar baca dengan mengeja dan sampai kelas 4 SD pelajarannya masih banyak main-mainnya. Gimana kalau nanti disuruh menghapal Magna Charta dan HAM segala macam..? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 17 March 2004 17:18 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on mBang, dipindah aja ke sekolah anakku, paling2 cuma bawa hamster, kucing, kambing, atau binatang peliharaan lain utk diuyel-uyel di kelasnya. Cukup banyak lho, anak2 kita di sana (mohon ijin utk menyebutkan nama pak Sukmandaru, pak Sumardiman, pak Amireno, pak Syamsu Alam, pak Alit Ngakan, dsb). Mau? Salam, Syaiful Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/16/04 04:17Houst on PM Please respond to iagi-net Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan ? Si Abah - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Wualaah, ini berarti anakku musti berangkat dari rumah jam 3 pagi:) -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 1:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Wah, bukan promosi lho, pak Allo, SBI Madania di Telaga Kahuripan Bogor (dekat Parung). Salam, Syaiful Allo, Paulus T [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] llips.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 01:52 PM Houston Please respond to iagi-net nama sekolahnya apa Pak? lokasinya dimana? thx. -- paulus ConocoPhillips Indonesia Once upon a time [EMAIL PROTECTED] wrote : Vik, kalau anakku, yg terakhir saja pas kelas 3, diajak jalan2 ke PDAM utk melihat kantor dan penyaringan air utk kota Bogor. Waktu yg setengah hari, kata anak2, kok ya lumayan cepat. Utk lain waktu, lain tempat lagi yg dikunjungi. Jadi di ngIndo juga ada lho yg sekolahnya ngajak main terus, he..he.. Salam, Syaiful - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Itu dampak: 1) Marketing strategy si empunya sekolah. Makanya mereka bikin-nya dari yang kecil dulu biar anak-2 yang terindoktrinasi ini terperangkap. 2) Makin amburadulnya kurikulum. Kalau gak salah anak-2 yang di sekolah plus ini punya 2 rapor, internal dan external yang formalitas PK. Quick solution: jangan punya anak :-) F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia BV Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 3:32 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on Bener sih, Qi, aku belum tahu jawabannya. Yg jelas, kalau masih demen di Bogor, ya di SBI Madania hingga kelas 7-9 (setara smtp) dan 10-12 (setara smta). Kalau nggak salah, putra (atau putri) pak Sumardiman sekarang sudah kelas 7. Salam, Syaiful Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] antos.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 02:01Houst on PM Please respond to iagi-net Masalahnya Ful, sekolah model tempat anakmu itu menerus jenjangnya. Maksudnya kalau dia lulus dari SD Madania , apakah tidak akan mengalami hambatan untuk masuk dan mengikuti pelajaran di SMP atau SMU yang 'klasik' (baca banyak hafalan dll). Sedangkan kalau mau masuk SMP/SMU yang 'plus' biasanya biayanya juga plus. Teman2 saya yang sedang study disini banyak yang pusing. Jadinya aku ikut pening juga. Takut kalau pulang nanti, anakku bakal keteteran untuk mengikuti pelajaran SD di INA. Maklum, disini anak kelas 1 baru mulai di ajar baca dengan mengeja dan sampai kelas 4 SD pelajarannya masih banyak main-mainnya. Gimana kalau nanti disuruh menghapal Magna Charta dan HAM segala macam..? - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
memang ada benanrya juga san, cuman ternyata tidak semua sekolah yg saya anggap bagus kurikulum-nya profit oriented. sekolah anak saya waktu tk bisa saya katakan tidak, karena kalau mereka mau berbisnis pasti luar biasa. indikasinya mereka tidak pernah menambah kapasitas kelas walaupun antriannya sekarang mungkin sudah lebih dari 3 tahun (tahun 2000 sudah sekitar 1-2 tahun) dan mereka tidak membuka cabang (so far i know). bahkan secara itung-2an bisnis uang sekolahnya relatif tidak mahal (mahal khan relatif tergantung penghasilan...). karena yg pasti uang sekolah tersebut lebih banyak untuk membayar guru yg memang berkualitas. salah satu pemilik sekolah ini adalah psikolog yg hidupnya kayaknya sudah lebih dari berkecukupan. yg pernah saya tahu juga adalah sekolah alam-nya lendo novo (tm itb '83) . kalau gak salah malah sempat ribut karena share holder yg lain mau sekolah tsb lebih komersil (mungkin ada yg lebih tahu dari saya tentang ini). sekolahnya madania anaknya ipul sepengetahuan saya masih termasuk golongan ini, walau memang tidak menutup kemungkinan akan berkembang ke arah komersil. tetapi adanya cak nur juga bisa menjadi jaminan adanya ideliasme ke arah pendidikan yg benar. anak-2 saya sendiri sekarang sekolah yg penasehat utamanya adalah cak nur. memang awalnya kami gambling (karena mereka adalah angkatan pertama), tapi so far masih sesuai dengan harapan kami. mereka belajar tanpa banyak beban seperti sekolah-2 konvensional dengan mata pelajaran yg sangat sedikit. memang sekarang banyak tumbuh sekolah yg (akhirnya) berorientasi bisnis, tapi saya tetap percaya masih banyak orang yg punya idealisme termasuk di bidang pendidikan ( terutama dasar, yg akan menjadi kunci perkembangan anak selanjutnya)..sayangnya biaya sekolah-2 yg ber-kurikulum bagus tsb memang tidak selalu murah salam. hendra baskara selalu mencoba tidak apatis dengan situasi yang ada Hasan Sidi [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] ason.comcc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 17/03/04 16:20Houst on Please respond to iagi-net Itu dampak: 1) Marketing strategy si empunya sekolah. Makanya mereka bikin-nya dari yang kecil dulu biar anak-2 yang terindoktrinasi ini terperangkap. 2) Makin amburadulnya kurikulum. Kalau gak salah anak-2 yang di sekolah plus ini punya 2 rapor, internal dan external yang formalitas PK. Quick solution: jangan punya anak :-) F. Hasan Sidi Fugro-Jason Australia BV Phone: +61 8 9420.6056 Fax: +61 8 9420.6060 -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 3:32 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on Bener sih, Qi, aku belum tahu jawabannya. Yg jelas, kalau masih demen di Bogor, ya di SBI Madania hingga kelas 7-9 (setara smtp) dan 10-12 (setara smta). Kalau nggak salah, putra (atau putri) pak Sumardiman sekarang sudah kelas 7. - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Pak Koesoemah, Di Indonesia, yang tidak jadi Dosen di Universitas juga bisa jadi Prof. Apakah diluar negeri ada Pak, rasanya harus orang universitas?? Salam, US -Original Message- From: AL-AMIN Amir [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 18, 2004 6:40 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Ruwet juga prosedur menjadi profesor di Indonesia. Tetapi saya dengar ada juga jual beli professor. Seperti di jaman orba, seorang mendiknas membeli profesor dari sebuah PTN. Hanya dengan memberi satu kali 'orasi ilmiah'. = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = Koesoema [EMAIL PROTECTED] 17/03/2004 10:56 PM Please respond to iagi-net To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Referensinya adalah Belanda jaman dulu, mungkin, tetapi dibikin rumit sendiri, mungkin tadinya takut ada inflasi professor, jadi dibuat jenjang-jenjang yang panjang dengan mengaitkan pada sistim kepegawaian negeri. Istilah resminya adalah Gurubesar, istilah professor itu hanya sebutan saja, bukan gelar akademis, sebutan untuk seseorang yang memangku jabatan gurubesar (sperti sebutan Kyai untuk orang yang memimpin pesantren). Tentu tiap negara berbeda sistimnya. antara Inggris dan commonwealth countries (seperti Australia) dengan Amerika Serikat saja beda. Di Inggris tidak mengenal sebutan associate dan assistant professor. Ngomong-ngomong Sdr. Awang di Indonesia tidak mengenal istilah Assitant Professor dan Associate Professor, itu hanya di Amerika Serikat saja. Tentu negara-negara lain mempunyai sistim sendiri, Jepang lain, Negara-negara Arab lain (disana Uztadz itu adalah Professor, bukan guru ngaji seperti disini). Mungkin para netters yang mendapatkan pendidikan di berbagai negara dapat menjelaskan sistim dan sebutannya. Wassalam RPK - Original Message - From: OK Taufik [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 7:54 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Kualifikasi Profesor di Indonesia ini me-refer ke sistem pendidikan mana pak, Belandakah?. Kalau membandingkan Profesor yg dari Prancis agak beda, seperti yg dipertanyakan sdr. Amir-Al Amin tsb, profesor di sana hanya merupakan panggilan buat pengajar. Malah di rig saya pernah ada Company Man-nya Profesor dari Prancis.. -- - Original Message - DATE: Wed, 17 Mar 2004 15:18:56 From: Koesoema [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Cc: Orang atau suatu instansi tidak akan memberikan financial support kepada seseorang untuk memangku jabatan gurubesar jika orang itu tidak memeliki kwalifikasinya. - Original Message - From: teddy atmadinata [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 9:26 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Mungkin kalau Saya boleh sedikit mengomentari perihal predikat Profesor di Luar sana harus proaktif membuat sutu karya setiap perioda karena dengan menyandang predikat tersebut tanpa ada karya yang kontinyu tidak patut lagi menyandang Predikat tersebut, jadi tidak mudah untuk mempunyai Predikat Prof tersebut kalau tidak di ada Financial Support yang jelas dan pasti. Wassalam, Teddy Atmadinata AL-AMIN Amir [EMAIL PROTECTED] wrote: saya saya pernah dengar predikat professor di america adlah semua yang menjadi pengajar.. jadi bukan suatu jenjang kepangkatan jadi tidak terlalu heran dengan berita tersebut = AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO TOTAL EP INDONESIE BALIKPAPAN 0542-533765 - 0811592902 = - Yahoo! Messenger - Communicate instantly...Ping your friends today! Download Messenger Now - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - Need a new email address that people can remember Check out the new EudoraMail at http://www.eudoramail.com
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
om Suro, silakan saja berkunjung ke sekolahnya dan lihat program belajar secara lengkap apa yg diperlukan itu, semuanya tercakup di sana; termasuk soal 'kuper' tsb (utk contoh saja, setiap minggu atau 2 minggu, ada acara belajar bersama di sekolah 'kampung' di desa2 atau kampung2 dekat Madania). nah, ini salah satu (ingat: salah satu lho) cara utk tidak menjadi eksklusif alias kuper itu... ya, masih merdeka syaiful Sudana, Surya [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] llips.comcc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 03:10 PM Houst on Please respond to iagi-net Ful, apa gak bosen tuh si anak12 tahun kagak ganti pandangan..?? jangan-jangan malah sutriiss tuh si bocahheee Si anak juga perlu bergaulberteman...ber sosialisasi dengan lingkungan yg bervariasi oom.(biar gak kuper kali ya..) Merdeka, Suro -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: March 17, 2004 2:32 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on Bener sih, Qi, aku belum tahu jawabannya. Yg jelas, kalau masih demen di Bogor, ya di SBI Madania hingga kelas 7-9 (setara smtp) dan 10-12 (setara smta). Kalau nggak salah, putra (atau putri) pak Sumardiman sekarang sudah kelas 7. Salam, Syaiful Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] antos.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 02:01Houst on PM Please respond to iagi-net Masalahnya Ful, sekolah model tempat anakmu itu menerus jenjangnya. Maksudnya kalau dia lulus dari SD Madania , apakah tidak akan mengalami hambatan untuk masuk dan mengikuti pelajaran di SMP atau SMU yang 'klasik' (baca banyak hafalan dll). Sedangkan kalau mau masuk SMP/SMU yang 'plus' biasanya biayanya juga plus. Teman2 saya yang sedang study disini banyak yang pusing. Jadinya aku ikut pening juga. Takut kalau pulang nanti, anakku bakal keteteran untuk mengikuti pelajaran SD di INA. Maklum, disini anak kelas 1 baru mulai di ajar baca dengan mengeja dan sampai kelas 4 SD pelajarannya masih banyak main-mainnya. Gimana kalau nanti disuruh menghapal Magna Charta dan HAM segala macam..? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 17 March 2004 17:18 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on mBang, dipindah aja ke sekolah anakku, paling2 cuma bawa hamster, kucing, kambing, atau binatang peliharaan lain utk diuyel-uyel di kelasnya. Cukup banyak lho, anak2 kita di sana (mohon ijin utk menyebutkan nama pak Sukmandaru, pak Sumardiman, pak Amireno, pak Syamsu Alam, pak Alit Ngakan, dsb). Mau? Salam, Syaiful Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/16/04 04:17Houst on PM Please respond to iagi-net Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
anaknya orang2 jakarta kalo nggak salah jam 5 (wah, memang lebih pagi daripada aku berangkat ngantor yg 5:30) Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 03:15Houst on PM Please respond to iagi-net Wualaah, ini berarti anakku musti berangkat dari rumah jam 3 pagi:) -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 17, 2004 1:57 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Wah, bukan promosi lho, pak Allo, SBI Madania di Telaga Kahuripan Bogor (dekat Parung). Salam, Syaiful Allo, Paulus T [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] llips.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 01:52 PM Houston Please respond to iagi-net nama sekolahnya apa Pak? lokasinya dimana? thx. -- paulus ConocoPhillips Indonesia Once upon a time [EMAIL PROTECTED] wrote : Vik, kalau anakku, yg terakhir saja pas kelas 3, diajak jalan2 ke PDAM utk melihat kantor dan penyaringan air utk kota Bogor. Waktu yg setengah hari, kata anak2, kok ya lumayan cepat. Utk lain waktu, lain tempat lagi yg dikunjungi. Jadi di ngIndo juga ada lho yg sekolahnya ngajak main terus, he..he.. Salam, Syaiful - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan ? Si Abah - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Wah apa benar di kelas lima sudah harus tahu itu ? Anak anak ku sudah besar jadi ndka tahu , seingat saya , itu saya pelajari pada waktu di SLTP atau SLTA ya ? Bahak saya di SMA - B( 1960-1963) ada yang namanya ujian pelengkap di kelas dua ( ada tiga mata pelajaran), dan saya mengambil sejarah. Kalau pendapat Anda secara umum mutu pendidikan ampai SLTA buruk , apa sekolah - nya Nelson (SME+A Sutomo - I Medan) punya kurikulum yang berbeda ??? Atau intensitas pelajarannya yang yahood ? Ndak tahu saya , mungkin rekan lain dapat memberikan pencerahan. Si Abah Bambang Murti wrote: Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan ? Si Abah - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Ikutan komentar ya... ada kalimat menarik dalam artikel Nelson Tansu ini, pertama, Sejak SD kelas 3 atau kelas 4 di Medan, saya selalu ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. Ini benar-benar saya cita-citakan sejak kecil, ujarnya dengan mimik serius. dan dengan faktor pendorong bahwa, Ketika masih sekolah dasar, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya. Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut. Saya kira, sebaik apapun sekolahnya, atau seburuk apapun kondisinya jika ada tujuan jelas yang ingin dicapai...pasti semua bisa seperti nelson Tansu. Memang kita harus mencari sarana untuk mencapainya,tetapi seringkali kita tidak mau. salam, Dyah AW Yanto R. SumantriTo: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]cc: d Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on 03/17/2004 09:01 AM Please respond to iagi-net Wah apa benar di kelas lima sudah harus tahu itu ? Anak anak ku sudah besar jadi ndka tahu , seingat saya , itu saya pelajari pada waktu di SLTP atau SLTA ya ? Bahak saya di SMA - B( 1960-1963) ada yang namanya ujian pelengkap di kelas dua ( ada tiga mata pelajaran), dan saya mengambil sejarah. Kalau pendapat Anda secara umum mutu pendidikan ampai SLTA buruk , apa sekolah - nya Nelson (SME+A Sutomo - I Medan) punya kurikulum yang berbeda ??? Atau intensitas pelajarannya yang yahood ? Ndak tahu saya , mungkin rekan lain dapat memberikan pencerahan. Si Abah Bambang Murti wrote: Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
mBang, dipindah aja ke sekolah anakku, paling2 cuma bawa hamster, kucing, kambing, atau binatang peliharaan lain utk diuyel-uyel di kelasnya. Cukup banyak lho, anak2 kita di sana (mohon ijin utk menyebutkan nama pak Sukmandaru, pak Sumardiman, pak Amireno, pak Syamsu Alam, pak Alit Ngakan, dsb). Mau? Salam, Syaiful Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/16/04 04:17Houst on PM Please respond to iagi-net Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan ? Si Abah - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Masalahnya Ful, sekolah model tempat anakmu itu menerus jenjangnya. Maksudnya kalau dia lulus dari SD Madania , apakah tidak akan mengalami hambatan untuk masuk dan mengikuti pelajaran di SMP atau SMU yang 'klasik' (baca banyak hafalan dll). Sedangkan kalau mau masuk SMP/SMU yang 'plus' biasanya biayanya juga plus. Teman2 saya yang sedang study disini banyak yang pusing. Jadinya aku ikut pening juga. Takut kalau pulang nanti, anakku bakal keteteran untuk mengikuti pelajaran SD di INA. Maklum, disini anak kelas 1 baru mulai di ajar baca dengan mengeja dan sampai kelas 4 SD pelajarannya masih banyak main-mainnya. Gimana kalau nanti disuruh menghapal Magna Charta dan HAM segala macam..? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 17 March 2004 17:18 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on mBang, dipindah aja ke sekolah anakku, paling2 cuma bawa hamster, kucing, kambing, atau binatang peliharaan lain utk diuyel-uyel di kelasnya. Cukup banyak lho, anak2 kita di sana (mohon ijin utk menyebutkan nama pak Sukmandaru, pak Sumardiman, pak Amireno, pak Syamsu Alam, pak Alit Ngakan, dsb). Mau? Salam, Syaiful Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/16/04 04:17Houst on PM Please respond to iagi-net Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan ? Si Abah - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED]) -http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED
RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on
Bener sih, Qi, aku belum tahu jawabannya. Yg jelas, kalau masih demen di Bogor, ya di SBI Madania hingga kelas 7-9 (setara smtp) dan 10-12 (setara smta). Kalau nggak salah, putra (atau putri) pak Sumardiman sekarang sudah kelas 7. Salam, Syaiful Musakti, Oki [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] antos.com cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/17/04 02:01Houst on PM Please respond to iagi-net Masalahnya Ful, sekolah model tempat anakmu itu menerus jenjangnya. Maksudnya kalau dia lulus dari SD Madania , apakah tidak akan mengalami hambatan untuk masuk dan mengikuti pelajaran di SMP atau SMU yang 'klasik' (baca banyak hafalan dll). Sedangkan kalau mau masuk SMP/SMU yang 'plus' biasanya biayanya juga plus. Teman2 saya yang sedang study disini banyak yang pusing. Jadinya aku ikut pening juga. Takut kalau pulang nanti, anakku bakal keteteran untuk mengikuti pelajaran SD di INA. Maklum, disini anak kelas 1 baru mulai di ajar baca dengan mengeja dan sampai kelas 4 SD pelajarannya masih banyak main-mainnya. Gimana kalau nanti disuruh menghapal Magna Charta dan HAM segala macam..? -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 17 March 2004 17:18 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houst on mBang, dipindah aja ke sekolah anakku, paling2 cuma bawa hamster, kucing, kambing, atau binatang peliharaan lain utk diuyel-uyel di kelasnya. Cukup banyak lho, anak2 kita di sana (mohon ijin utk menyebutkan nama pak Sukmandaru, pak Sumardiman, pak Amireno, pak Syamsu Alam, pak Alit Ngakan, dsb). Mau? Salam, Syaiful Bambang Murti [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] m cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman 03/16/04 04:17Houst on PM Please respond to iagi-net Abah, Komentar untuk point pertama saja. Mungkin perlu dicermati beliau ini mengambil pendidikan dasarnya dimana...karena tiap-tiap sekolah memiliki pola pendidikan yang berbeda. Saya setuju dengan sinyalemen Abah, bahwa saat ini rasanya kita sudah bisa teriak Quo vadis pendidikan dasar ?? Sudah cukup banyak-lah contoh-contoh yang bisa merujuk kalau pendidikan dasar disini lebih mengarah bunga rampai (untuk tidak mengatakan sebagai gado-gado)...semua mau dimasukkan tanpa (menurut pendapat pribadi) melihat kompetensi dan urgensinya. AKhirnya yang kita peroleh adalah produk yang hanya tahu kulit-kulitnya saja...spesialis? Hmmm, ini perlu langkah kongkret... Salam, Bambang (lagi puyeng, anakku di kelas 5 Sd sudah harus memahami Piagam Magna Charta, Implementasi Hak Azazi Manusia, mengepa Revolusi Perancis dapat terjadimengapa perang antara warga Amerika dan Inggris dapat disejajarkan dengan Revolusi Perancis.walah, bingung aku menjawabnyamendngan nonton Dunia Lain dah). -Original Message- From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 16, 2004 3:45 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston Pak Koes Ada yang terlupa mengenai Nelson , komentarnya berikut ini : 1. Bahwa sisitim pendidikan yang dia ikuti sampai SMA di Indonesia sangat baik dan karena itu dia tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di AS. Apakah benar demikian ? Padahal di Indonesia sedangrame ramenya isu bahwa sistim pendidikan dasar Indonesia payah. 2. Nelson mengharapkan dan menurut dia sebenarnya paling tidak tiga PT terkemukan di Indonesia seharusnya dapat menjadisalh sati Best of feve atau paling tidak best of ten di Asia. Apa kira kira kita bisa PT ini mencapainya ? dan kapan