Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-21 Thread Rovicky Dwi Putrohari
bisa dikirim gambarnya japri kang ?

rdp

2009/6/22 Andang Bachtiar :
> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3 gambar 
> yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air di 
> Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu 
> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>
> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah 
> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang 
> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah 
> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di 
> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus 
> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat 
> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri 
> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan utara-selatan 
> yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut. Sumur2 yang pernah 
> dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1, Rangkasbitung-1, dan 
> Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan" gas-lumpur Serang ini. 
> Cileles punya oil/gas show, sementara Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 
> laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan Rangkasbitung-1 juga) dibor di 
> daerah yang dianggap tinggian, walaupun delineasinya masih masuk di dalam 
> bagian tepi dari cekungan NWJava Basin. Di sebelah barat dari lokasi 
> Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data rembesan minyak dari data Belanda 
> (didaptkan waktu survey permukaan Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di 
> daerah tinggian, besar kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan 
> oleh Belanda tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- 
> Seribu Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, 
> migrasi ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan 
> trapping nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?
>
> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini 
> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan alluvial 
> Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic yang 
> diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan kondisi 
> reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone yang 
> mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP di 
> offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu anda 
> mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung tebal 
> Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya adalah: 
> seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis alluvial 
> Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70 meter kemudian 
> di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas Biogenic? Kalau memang 
> begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan terus menerus keluar 
> karena resourcesnya akan jauh lebih besar dari sekedar gas rawa endapan 
> alluvial biasa yang dalam 1-2 minggupun kemungkinan akan depleted. Apalagi 
> kemungkinan adanya tekanan yang direpresentasikan dengan tingginya semburan 
> s/d 15 meter kemudian terjadi intermittent variation dari tinggi semburan, 
> kesemuanya mengindikasikan adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar 
> daripada sekedar tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu 
> lebih mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari reservoir Parigi.
>
> Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas, 
> bedanya adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan 
> ringan (terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka 
> sistim tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang 
> akan bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar tersebut.
>
> Apakah kasus bawah permukaannya sama dengan Lumpur Sidoardjo? Less likely. 
> Kalau di luSi, kita berhadapan dengan mud-diapir,... ada lapisan 
> lempung/lumpur tekanan tinggi Kalibeng Atas yang terus menerus aktif 
> mengeluarkan lumpur ke permukaan. Sementara itu di Serang sini, tidak pernah 
> tercatat analogi Cisubuh sebagai overpressure shale yang significant apalagi 
> mud-diapir. Jadi,.. kemungkinan lumpur yang keluar merupakan hasil 
> penggerusan dari lempung Cisubuh oleh gas dan air yang berasal dari Parigi 
> Formation. Skenario hipotesis ini semua masih perlu dibuktikan dengan 
> analisis lumpur (umur, kematangan, komposisi dsb), analisis air (asin 
> tidaknya, dsb), dan tentunya analisis gas dan batuan lain yg keluar dr 
> semburan (kalau2 memang ada bongkah gamping di dalamnya kemungkinan Parigi 
> terlibat).
>
> Apapun penyebabnya, semburan tersebut harus ditutup untuk menyelmatkan 
> kehidupan masyarakat di sekitarnya. Memang masih belum terbayang efeknya akan 
> sebesar daerah Banjar Panji, akrena tipeny

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread Nataniel Mangiwa
mas Andang,

boleh kan numpang nanya sedikit..
ada ga ya di deket2 semburan itu singkapan Parigi? kalau ada, ya
sedikit lebih memungkinkan semburan tsb itu dari Parigi..karena
kedalaman pemboran hanya 70m. pertanyaan lain, apakah dari 2 kasus
yang memungkinkan tersebut apakah 2-2nya bisa berasosiasi dengan bau
Sulphur?

terus, sekedar informasi saja..baru sekitar 1minggu kemarin saya
melintas 2x di jalan raya di samping rel kereta dekat Lusi..dan memang
baunya agak mirip saat melintas Gn Tangkuban Parahu, walaupun dalam
level yang jauh lebih rendah (kurang menyengat)..ada bau Sulphur.

trims,
Natan

2009/6/22 Andang Bachtiar :
> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3 gambar 
> yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air di 
> Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu 
> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>
> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah 
> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang 
> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah 
> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di 
> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus 
> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat 
> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri 
> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan utara-selatan 
> yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut. Sumur2 yang pernah 
> dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1, Rangkasbitung-1, dan 
> Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan" gas-lumpur Serang ini. 
> Cileles punya oil/gas show, sementara Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 
> laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan Rangkasbitung-1 juga) dibor di 
> daerah yang dianggap tinggian, walaupun delineasinya masih masuk di dalam 
> bagian tepi dari cekungan NWJava Basin. Di sebelah barat dari lokasi 
> Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data rembesan minyak dari data Belanda 
> (didaptkan waktu survey permukaan Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di 
> daerah tinggian, besar kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan 
> oleh Belanda tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- 
> Seribu Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, 
> migrasi ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan 
> trapping nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?
>
> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini 
> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan alluvial 
> Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic yang 
> diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan kondisi 
> reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone yang 
> mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP di 
> offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu anda 
> mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung tebal 
> Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya adalah: 
> seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis alluvial 
> Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70 meter kemudian 
> di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas Biogenic? Kalau memang 
> begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan terus menerus keluar 
> karena resourcesnya akan jauh lebih besar dari sekedar gas rawa endapan 
> alluvial biasa yang dalam 1-2 minggupun kemungkinan akan depleted. Apalagi 
> kemungkinan adanya tekanan yang direpresentasikan dengan tingginya semburan 
> s/d 15 meter kemudian terjadi intermittent variation dari tinggi semburan, 
> kesemuanya mengindikasikan adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar 
> daripada sekedar tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu 
> lebih mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari reservoir Parigi.
>
> Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas, 
> bedanya adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan 
> ringan (terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka 
> sistim tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang 
> akan bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar tersebut.
>
> Apakah kasus bawah permukaannya sama dengan Lumpur Sidoardjo? Less likely. 
> Kalau di luSi, kita berhadapan dengan mud-diapir,... ada lapisan 
> lempung/lumpur tekanan tinggi Kalibeng Atas yang terus menerus aktif 
> mengeluarkan lumpur ke permukaan. Sementara itu di Serang sini, tidak pernah 
> tercatat analogi Cisubuh sebagai overpressure shale yang significant apalagi 
> mud-diapir. Jadi,.. kemungkinan lumpur yang keluar merupakan hasil 
> penggerusan dari lempun

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread andri
Pak Andang,

Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ? Kalau baunya beraroma
telur besuk ada kemungkinan kandungan belerang seperti air panas di
Ciater. Disekitar Cisolok - Banten (beberapa km utara Pelabuhan Ratu)
terdapat potensi geotermal yang saat ini sedang di eksplorasi. Volkanisme
disekitar Serang mungkin saja bisa punya andil dalam semburan ini.

Salam
Andri Subandrio




> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3
> gambar yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air
> di Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu
> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>
> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah
> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang
> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah
> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di
> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus
> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat
> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri
> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan
> utara-selatan yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut.
> Sumur2 yang pernah dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1,
> Rangkasbitung-1, dan Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan"
> gas-lumpur Serang ini. Cileles punya oil/gas show, sementara
> Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan
> Rangkasbitung-1 juga) dibor di daerah yang dianggap tinggian, walaupun
> delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi dari cekungan NWJava Basin.
> Di sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data
> rembesan minyak dari data Belanda (didaptkan waktu survey permukaan
> Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, besar
> kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan oleh Belanda
> tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- Seribu
> Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, migrasi
> ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan trapping
> nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?
>
> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini
> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan
> alluvial Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic
> yang diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan
> kondisi reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone
> yang mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP
> di offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu
> anda mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung
> tebal Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya
> adalah: seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis
> alluvial Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70
> meter kemudian di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas
> Biogenic? Kalau memang begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan
> terus menerus keluar karena resourcesnya akan jauh lebih besar dari
> sekedar gas rawa endapan alluvial biasa yang dalam 1-2 minggupun
> kemungkinan akan depleted. Apalagi kemungkinan adanya tekanan yang
> direpresentasikan dengan tingginya semburan s/d 15 meter kemudian terjadi
> intermittent variation dari tinggi semburan, kesemuanya mengindikasikan
> adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar daripada sekedar
> tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu lebih
> mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari reservoir Parigi.
>
> Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas,
> bedanya adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan
> ringan (terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka
> sistim tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang
> akan bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar
> tersebut.
>
> Apakah kasus bawah permukaannya sama dengan Lumpur Sidoardjo? Less likely.
> Kalau di luSi, kita berhadapan dengan mud-diapir,... ada lapisan
> lempung/lumpur tekanan tinggi Kalibeng Atas yang terus menerus aktif
> mengeluarkan lumpur ke permukaan. Sementara itu di Serang sini, tidak
> pernah tercatat analogi Cisubuh sebagai overpressure shale yang
> significant apalagi mud-diapir. Jadi,.. kemungkinan lumpur yang keluar
> merupakan hasil penggerusan dari lempung Cisubuh oleh gas dan air yang
> berasal dari Parigi Formation. Skenario hipotesis ini semua masih perlu
> dibuktikan dengan analisis lumpur (umur, 

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread oki musakti
Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah) tiba-tiba 
berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor 
pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?



--- On Tue, 23/6/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:

From: an...@gc.itb.ac.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Tuesday, 23 June, 2009, 4:26 AM

Pak Andang,

Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ? Kalau baunya beraroma
telur besuk ada kemungkinan kandungan belerang seperti air panas di
Ciater. Disekitar Cisolok - Banten (beberapa km utara Pelabuhan Ratu)
terdapat potensi geotermal yang saat ini sedang di eksplorasi. Volkanisme
disekitar Serang mungkin saja bisa punya andil dalam semburan ini.

Salam
Andri Subandrio




> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3
> gambar yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air
> di Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu
> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>
> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah
> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang
> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah
> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di
> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus
> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat
> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri
> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan
> utara-selatan yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut.
> Sumur2 yang pernah dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1,
> Rangkasbitung-1, dan Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan"
> gas-lumpur Serang ini. Cileles punya oil/gas show, sementara
> Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan
> Rangkasbitung-1 juga) dibor di daerah yang dianggap tinggian, walaupun
> delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi dari cekungan NWJava Basin.
> Di sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data
> rembesan minyak dari data Belanda (didaptkan waktu survey permukaan
> Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, besar
> kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan oleh Belanda
> tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- Seribu
> Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, migrasi
> ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan trapping
> nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?
>
> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini
> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan
> alluvial Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic
> yang diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan
> kondisi reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone
> yang mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP
> di offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu
> anda mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung
> tebal Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya
> adalah: seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis
> alluvial Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70
> meter kemudian di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas
> Biogenic? Kalau memang begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan
> terus menerus keluar karena resourcesnya akan jauh lebih besar dari
> sekedar gas rawa endapan alluvial biasa yang dalam 1-2 minggupun
> kemungkinan akan depleted. Apalagi kemungkinan adanya tekanan yang
> direpresentasikan dengan tingginya semburan s/d 15 meter kemudian terjadi
> intermittent variation dari tinggi semburan, kesemuanya mengindikasikan
> adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar daripada sekedar
> tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu lebih
> mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari reservoir Parigi.
>
> Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas,
> bedanya adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan
> ringan (terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka
> sistim tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang
> akan bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar
> tersebut.
>
> Apakah k

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread Wahyudi Adhiutomo
http://nasional.vivanews.com/news/read/68943-lumpur_serang_berbeda_dengan_sidoarjo

Semburan Lumpur di Serang
Lumpur Serang Berbeda Dengan Sidoarjo
Meski akan berhenti, tetapi sebaiknya memang segera ditutup.
SELASA, 23 JUNI 2009, 08:30 WIB
Amril Amarullah

VIVAnews - Ketua Masyarakat Migas Indonesia, Andang Bakhtiar menyatakan,
luapan lumpur Serang berbeda dengan lumpur Sidoarjo, sehingga warga diminta
tidak perlu panik dan khawatir akan melebar.
"Berbeda dan pergerakannya lambat, sehingga kami sarankan warga tidak perlu
khawatir berlebihan," kata Andang Bakhtiar saat dihubungi VIVAnews, Selasa
23 Juni 2009.
Menurut Andang, lumpur di Serang ini tidak tahu akan berapa lama akan
berhenti, tidak seperti di Sidoarjo yang terus mengeluarkan letupan-letupan.
Tetapi memang sebaiknya segera di tutup, karena lumpur ini mengandung gas
metan yang berbahaya.
"Dinas terkait harus segera menangani semburuan ini, saya khawatir bila
tidak bisa berbahaya untuk kesehatan dan keselamatan penduduk sekitar," kata
Andang.
Semburan ini pertama kali muncul saat terjadi ledakan pertama sekitar pukul
empat dini hari. Warga pun langsung menyemut di lokasi semburan. Ketinggian
semburan hingga mencapai puncak pohon kelapa atau sekitar 20 meter.
Sesaat mendengar ledakan dan melihat semburan, warga pun langsung melapor ke
polisi dan Badan Pembina Desa atau Babinsa. Saat kejadian pertama itu,
aparat Lurah setempat tidak berada di lokasi.
Saat ini, warga sudah memampatkan pusat semburan dengan sekitar 300 karung
berisi pasir dan batu. Warga juga sudah melokalisir area semburan dengan
karung-karung itu.
• VIVAnews

2009/6/22 oki musakti 

> Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah)
> tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor
> pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
>
>
>
> --- On Tue, 23/6/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:
>
> From: an...@gc.itb.ac.id 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Received: Tuesday, 23 June, 2009, 4:26 AM
>
> Pak Andang,
>
> Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
> mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
> menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ? Kalau baunya beraroma
> telur besuk ada kemungkinan kandungan belerang seperti air panas di
> Ciater. Disekitar Cisolok - Banten (beberapa km utara Pelabuhan Ratu)
> terdapat potensi geotermal yang saat ini sedang di eksplorasi. Volkanisme
> disekitar Serang mungkin saja bisa punya andil dalam semburan ini.
>
> Salam
> Andri Subandrio
>
>
>
>
> > Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3
> > gambar yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air
> > di Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu
> > mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
> >
> > Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah
> > dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang
> > mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah
> > pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada
> di
> > daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus
> > dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati
> Ciputat
> > Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri
> > kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan
> > utara-selatan yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut.
> > Sumur2 yang pernah dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1,
> > Rangkasbitung-1, dan Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah
> "rembesan"
> > gas-lumpur Serang ini. Cileles punya oil/gas show, sementara
> > Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 laporannya dry hole saja. Tangerang-1
> (dan
> > Rangkasbitung-1 juga) dibor di daerah yang dianggap tinggian, walaupun
> > delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi dari cekungan NWJava Basin.
> > Di sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang juga didapatkan data
> > rembesan minyak dari data Belanda (didaptkan waktu survey permukaan
> > Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, besar
> > kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan oleh Belanda
> > tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- Seribu
> > Platform ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, migrasi
> > ===> semuanya sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan
> trapping
> > nya yang suitable, apakah ada di daerah tersebut?
> >
> > Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Fajar Lubis
Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...

Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data ini 
bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.

Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur lainnya 
dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100 meter ini?

Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini. Teknik 
pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah memungkinkan 
bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.


Salam,
Fajar (2448)

--- On Tue, 6/23/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:

Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ? 

> =
> Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
> Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
> Hery Winarno - detikNews
>

> Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor untuk
> mencari air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang mencapai
> kedalaman 100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 meter.
> Nah, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 meter
> itu," ujar dia.
>




  

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Sunu Praptono
Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para mahasiswa
melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak dalam
dan menarik untuk dipetakan.


Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara eksplorasi,
di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung ke
arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di Media
Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
sumber air artesis.

Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal, maka
kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari reservoir
yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.


Soenoe.




2009/6/23 Fajar Lubis 

> Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...
>
> Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data ini
> bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.
>
> Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur lainnya
> dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100 meter
> ini?
>
> Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini. Teknik
> pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah memungkinkan
> bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.
>
>
> Salam,
> Fajar (2448)
>
> --- On Tue, 6/23/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:
>
> Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
> mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
> menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ?
>
> > =
> > Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
> > Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
> > Hery Winarno - detikNews
> >
>
> > Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor untuk
> > mencari air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang
> mencapai
> > kedalaman 100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 meter.
> > Nah, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 meter
> > itu," ujar dia.
> >
>
>
>
>
>
>


Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Ya
Aku stuju dugaan sunu. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
kemungkinan sumber artesis. Cuman emang perlu dilihat (dibuktikan)
dimana ada singkapan batuan reservoir ini. Kalau melihat topografi
sekelilingnya yg menyebabkan tekanan piezometric setinggi awal
semburan emang aga sulit.
Tapi kalau sekarang dibilang sekitar 1-2 meter saja ya bisa jadi
reservoirnya memiliki kapasitas yield flowrate yang segitu saja

Rdp

On 6/23/09, Sunu Praptono  wrote:
> Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para mahasiswa
> melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
> refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak dalam
> dan menarik untuk dipetakan.
>
>
> Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara eksplorasi,
> di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
> melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung ke
> arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di Media
> Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
> sumber air artesis.
>
> Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
> menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal, maka
> kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari reservoir
> yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.
>
>
> Soenoe.
>
>
>
>
> 2009/6/23 Fajar Lubis 
>
>> Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...
>>
>> Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data
>> ini
>> bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.
>>
>> Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur lainnya
>> dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100 meter
>> ini?
>>
>> Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini. Teknik
>> pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah memungkinkan
>> bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.
>>
>>
>> Salam,
>> Fajar (2448)
>>
>> --- On Tue, 6/23/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:
>>
>> Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
>> mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal sehingga
>> menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ?
>>
>> > =
>> > Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
>> > Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
>> > Hery Winarno - detikNews
>> >
>>
>> > Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor untuk
>> > mencari air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang
>> mencapai
>> > kedalaman 100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 meter.
>> > Nah, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 meter
>> > itu," ujar dia.
>> >
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>

-- 
Sent from my mobile device

http://rovicky.wordpress.com/2009/05/30/seamount-si-gunung-raksasa-dibawah-laut-1-proses-terbentuknya/


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Andang Bachtiar
Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat 
mikrokonduktifitas GDA.
Kemungkinan air tawar berada di 70 meter, dan itu tidak menyembur keluar,... 
air baru menyembur keluar ketika sudah menembus lapisan gas antara 70 s/d 
104 meter.
Pada waktu ngebor lubang pertama yang 104 meter dan terjadi semburan air dan 
gas, rangkaian pipa hendak dicabut, baru 2 joint sudah kejepit, maka 
rangkaian pemboran beserta bit ditinggal di dalam, kemudian bagian atas 
disambung dengan kerangan yang diberi 3 saluran masing2 diberi valve, untuk 
air dan gas, kemudian keseluruhan rangkaian disemen, istilahnya dibeton, 
atau di plug. Tapi air dan gas gak jadi gak keluar2 (ya jelas aja, karena 
sedang ditutup oleh semen dan konduit satu2nya hanya lewat bit,...yang 
notabene sangat sempit.
Setelah merasa aman dengan ngeplug sumur 104 meter itu, maka diborlah sumur 
pengganti 3 meter di sebelah timurnya. Dapat 70 meter, ketemu air. Pasang 
casing. Setelah disemen,... ... pagi2 hari Sabtu 20 Juni jam4 subuh 
menyemburlah air, pasir, dan gas dari lubang kedua tersebut. Sampai 15 
meter-an. Tentu saja ini akibat logis dari tertahannya tekanan di sumur 
pertama yang hanya berjarak 3 meter itu, karena siudah disemen. Pada saat 
ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan antara 2 lubang 
tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA KELUAR DARI 
bekas lubang pertama. Lubang kedua dah nggak keluar apa-apa.


Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya jelas 
dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh. Sampelnya 
saya ambil juga.


Kayaknya bukan artesis dech.

Salam

adb

- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" 

To: 
Sent: Tuesday, June 23, 2009 3:46 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang



Ya
Aku stuju dugaan sunu. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
kemungkinan sumber artesis. Cuman emang perlu dilihat (dibuktikan)
dimana ada singkapan batuan reservoir ini. Kalau melihat topografi
sekelilingnya yg menyebabkan tekanan piezometric setinggi awal
semburan emang aga sulit.
Tapi kalau sekarang dibilang sekitar 1-2 meter saja ya bisa jadi
reservoirnya memiliki kapasitas yield flowrate yang segitu saja

Rdp

On 6/23/09, Sunu Praptono  wrote:
Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para 
mahasiswa

melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak 
dalam

dan menarik untuk dipetakan.


Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara 
eksplorasi,

di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung 
ke
arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di 
Media

Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
sumber air artesis.

Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal, 
maka
kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari 
reservoir

yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.


Soenoe.




2009/6/23 Fajar Lubis 


Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...

Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data
ini
bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.

Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur 
lainnya
dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100 
meter

ini?

Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini. 
Teknik
pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah 
memungkinkan

bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.


Salam,
Fajar (2448)

--- On Tue, 6/23/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:

Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal 
sehingga

menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ?

> =
> Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
> Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
> Hery Winarno - detikNews
>

> Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor untuk
> mencari air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang
mencapai
> kedalaman 100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 meter.
> Nah, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 
> meter

> itu," ujar dia.
>










--
Sent from my mobile device

http://rovicky.wordpress.com/2009/05/30/seamount-si-gunung-raksasa-dibawah-laut-1-proses-terbentuknya/


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, moha

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Ada koordinat Lat Long posisi sumurnya Kang ?Saya coba plot di ArcGIS
suwun

RDP

2009/6/23 Andang Bachtiar 

> Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat
> mikrokonduktifitas GDA.
> Kemungkinan air tawar berada di 70 meter, dan itu tidak menyembur
> keluar,... air baru menyembur keluar ketika sudah menembus lapisan gas
> antara 70 s/d 104 meter.
> Pada waktu ngebor lubang pertama yang 104 meter dan terjadi semburan air
> dan gas, rangkaian pipa hendak dicabut, baru 2 joint sudah kejepit, maka
> rangkaian pemboran beserta bit ditinggal di dalam, kemudian bagian atas
> disambung dengan kerangan yang diberi 3 saluran masing2 diberi valve, untuk
> air dan gas, kemudian keseluruhan rangkaian disemen, istilahnya dibeton,
> atau di plug. Tapi air dan gas gak jadi gak keluar2 (ya jelas aja, karena
> sedang ditutup oleh semen dan konduit satu2nya hanya lewat bit,...yang
> notabene sangat sempit.
> Setelah merasa aman dengan ngeplug sumur 104 meter itu, maka diborlah sumur
> pengganti 3 meter di sebelah timurnya. Dapat 70 meter, ketemu air. Pasang
> casing. Setelah disemen,... ... pagi2 hari Sabtu 20 Juni jam4 subuh
> menyemburlah air, pasir, dan gas dari lubang kedua tersebut. Sampai 15
> meter-an. Tentu saja ini akibat logis dari tertahannya tekanan di sumur
> pertama yang hanya berjarak 3 meter itu, karena siudah disemen. Pada saat
> ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan antara 2 lubang
> tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA KELUAR DARI
> bekas lubang pertama. Lubang kedua dah nggak keluar apa-apa.
>
> Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya
> jelas dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh.
> Sampelnya saya ambil juga.
>
> Kayaknya bukan artesis dech.
>
> Salam
>
> adb
>
> - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <
> rovi...@gmail.com>
> To: 
> Sent: Tuesday, June 23, 2009 3:46 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
>
>
>  Ya
>> Aku stuju dugaan sunu. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
>> kemungkinan sumber artesis. Cuman emang perlu dilihat (dibuktikan)
>> dimana ada singkapan batuan reservoir ini. Kalau melihat topografi
>> sekelilingnya yg menyebabkan tekanan piezometric setinggi awal
>> semburan emang aga sulit.
>> Tapi kalau sekarang dibilang sekitar 1-2 meter saja ya bisa jadi
>> reservoirnya memiliki kapasitas yield flowrate yang segitu saja
>>
>> Rdp
>>
>> On 6/23/09, Sunu Praptono  wrote:
>>
>>> Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para
>>> mahasiswa
>>> melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
>>> refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak
>>> dalam
>>> dan menarik untuk dipetakan.
>>>
>>>
>>> Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara
>>> eksplorasi,
>>> di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
>>> melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung
>>> ke
>>> arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di
>>> Media
>>> Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
>>> sumber air artesis.
>>>
>>> Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
>>> menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal,
>>> maka
>>> kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari
>>> reservoir
>>> yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.
>>>
>>>
>>> Soenoe.
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> 2009/6/23 Fajar Lubis 
>>>
>>>  Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...
>>>>
>>>> Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data
>>>> ini
>>>> bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.
>>>>
>>>> Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur
>>>> lainnya
>>>> dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100
>>>> meter
>>>> ini?
>>>>
>>>> Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini.
>>>> Teknik
>>>> pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah
>>>> memungkinkan
>>>> bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.
>>>>
>>>>
&

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Andang Bachtiar

S: 06.07504 E: 106.30551

UTMnya: 644473 dan 9328326

adb

- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" 

To: 
Sent: Tuesday, June 23, 2009 4:21 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang



Ada koordinat Lat Long posisi sumurnya Kang ?Saya coba plot di ArcGIS
suwun

RDP

2009/6/23 Andang Bachtiar 


Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat
mikrokonduktifitas GDA.
Kemungkinan air tawar berada di 70 meter, dan itu tidak menyembur
keluar,... air baru menyembur keluar ketika sudah menembus lapisan gas
antara 70 s/d 104 meter.
Pada waktu ngebor lubang pertama yang 104 meter dan terjadi semburan air
dan gas, rangkaian pipa hendak dicabut, baru 2 joint sudah kejepit, maka
rangkaian pemboran beserta bit ditinggal di dalam, kemudian bagian atas
disambung dengan kerangan yang diberi 3 saluran masing2 diberi valve, 
untuk

air dan gas, kemudian keseluruhan rangkaian disemen, istilahnya dibeton,
atau di plug. Tapi air dan gas gak jadi gak keluar2 (ya jelas aja, karena
sedang ditutup oleh semen dan konduit satu2nya hanya lewat bit,...yang
notabene sangat sempit.
Setelah merasa aman dengan ngeplug sumur 104 meter itu, maka diborlah 
sumur

pengganti 3 meter di sebelah timurnya. Dapat 70 meter, ketemu air. Pasang
casing. Setelah disemen,... ... pagi2 hari Sabtu 20 Juni jam4 subuh
menyemburlah air, pasir, dan gas dari lubang kedua tersebut. Sampai 15
meter-an. Tentu saja ini akibat logis dari tertahannya tekanan di sumur
pertama yang hanya berjarak 3 meter itu, karena siudah disemen. Pada saat
ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan antara 2 
lubang
tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA KELUAR 
DARI

bekas lubang pertama. Lubang kedua dah nggak keluar apa-apa.

Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya
jelas dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh.
Sampelnya saya ambil juga.

Kayaknya bukan artesis dech.

Salam

adb

- Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <
rovi...@gmail.com>
To: 
Sent: Tuesday, June 23, 2009 3:46 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang


 Ya

Aku stuju dugaan sunu. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
kemungkinan sumber artesis. Cuman emang perlu dilihat (dibuktikan)
dimana ada singkapan batuan reservoir ini. Kalau melihat topografi
sekelilingnya yg menyebabkan tekanan piezometric setinggi awal
semburan emang aga sulit.
Tapi kalau sekarang dibilang sekitar 1-2 meter saja ya bisa jadi
reservoirnya memiliki kapasitas yield flowrate yang segitu saja

Rdp

On 6/23/09, Sunu Praptono  wrote:


Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para
mahasiswa
melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak
dalam
dan menarik untuk dipetakan.


Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara
eksplorasi,
di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung
ke
arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di
Media
Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
sumber air artesis.

Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal,
maka
kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari
reservoir
yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.


Soenoe.




2009/6/23 Fajar Lubis 

 Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...


Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari 
data

ini
bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor lainnya.

Dalam berita dibawah, dikatakan bahwa selain sumur ini, ada sumur
lainnya
dengan kedalaman 100 meter. Ada yang bisa berbagi, kondisi sumur 100
meter
ini?

Mungkin ada baiknya kita mengadakan diskusi IAGI mengenai hal ini.
Teknik
pemboran airtanah yang semakin baik dan murah ternyata telah
memungkinkan
bor-bor 'pantek' untuk menyentuh zona 'overpressure'.


Salam,
Fajar (2448)

--- On Tue, 6/23/09, an...@gc.itb.ac.id  wrote:

Apakah juga mungkin semburannya berasal dari akifer air artesis yang
mungkin saja terpanaskan oleh intrusi andesit(dike) yang dangkal
sehingga
menyebabkan terbentuknya reservoir hidrotermal ?

> =
> Minggu, 21/06/2009 15:56 WIB
> Lumpur di Serang Sempat Menyembur Setinggi 15 Meter
> Hery Winarno - detikNews
>

> Menurut dia, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang dibor 
> untuk

> mencari air bersih. "Ada dua lubang yang sudah dibor. Satu lubang
mencapai
> kedalaman 100 meter. Sedangkan satu lubang lagi berkedalaman 70 
> meter.

> Nah, semburan lumpur itu berasal dari lubang yang berkedalaman 70 >
meter
> itu," ujar di

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Sunu Praptono
Andang,
Salut buat sampeyan yang sdh langsung inspect dan observasi di lokasi
kejadian.

Saat ini pertanyaan saya, bagaimana mereka menentukan titik pemboran ?
Apakah sebelumnya didahului dengan pemetaan dan survey, ataukah hanya
sekedar sedekat mungkin dengan lokasi yang mermbutuhkan suplai air bersih ?
Konon daerah itu punya sejarah sebagai langganan semburan fluida, meskipun
(yang sudah-sudah) katanya tidak membahayakan kesehatan dan hanya
berlangsung beberapa hari saja (maksimum dlm seminggu sdh reda). apakah
semua berasosiasi dengan pemboran dangkal, atau spontan saja ? Zona geologi
macam apa yang cenderung disukai untuk nyembur ? Kita juga nunggu hasil
analisa sampel gasnya.

Salam,

Soenoe.


2009/6/23 Andang Bachtiar 

> Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat
> mikrokonduktifitas GDA.
> Kemungkinan air tawar berada di 70 meter, dan itu tidak menyembur
> keluar,... air baru menyembur keluar ketika sudah menembus lapisan gas
> antara 70 s/d 104 meter.
> Pada waktu ngebor lubang pertama yang 104 meter dan terjadi semburan air
> dan gas, rangkaian pipa hendak dicabut, baru 2 joint sudah kejepit, maka
> rangkaian pemboran beserta bit ditinggal di dalam, kemudian bagian atas
> disambung dengan kerangan yang diberi 3 saluran masing2 diberi valve, untuk
> air dan gas, kemudian keseluruhan rangkaian disemen, istilahnya dibeton,
> atau di plug. Tapi air dan gas gak jadi gak keluar2 (ya jelas aja, karena
> sedang ditutup oleh semen dan konduit satu2nya hanya lewat bit,...yang
> notabene sangat sempit.
> Setelah merasa aman dengan ngeplug sumur 104 meter itu, maka diborlah sumur
> pengganti 3 meter di sebelah timurnya. Dapat 70 meter, ketemu air. Pasang
> casing. Setelah disemen,... ... pagi2 hari Sabtu 20 Juni jam4 subuh
> menyemburlah air, pasir, dan gas dari lubang kedua tersebut. Sampai 15
> meter-an. Tentu saja ini akibat logis dari tertahannya tekanan di sumur
> pertama yang hanya berjarak 3 meter itu, karena siudah disemen. Pada saat
> ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan antara 2 lubang
> tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA KELUAR DARI
> bekas lubang pertama. Lubang kedua dah nggak keluar apa-apa.
>
> Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya
> jelas dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh.
> Sampelnya saya ambil juga.
>
> Kayaknya bukan artesis dech.
>
> Salam
>
> adb
>
> - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <
> rovi...@gmail.com>
> To: 
> Sent: Tuesday, June 23, 2009 3:46 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
>
>
>  Ya
>> Aku stuju dugaan sunu. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
>> kemungkinan sumber artesis. Cuman emang perlu dilihat (dibuktikan)
>> dimana ada singkapan batuan reservoir ini. Kalau melihat topografi
>> sekelilingnya yg menyebabkan tekanan piezometric setinggi awal
>> semburan emang aga sulit.
>> Tapi kalau sekarang dibilang sekitar 1-2 meter saja ya bisa jadi
>> reservoirnya memiliki kapasitas yield flowrate yang segitu saja
>>
>> Rdp
>>
>> On 6/23/09, Sunu Praptono  wrote:
>>
>>> Nampaknya daerah itu akan menarik untuk dijadikan lahan bagi para
>>> mahasiswa
>>> melakukan kerja praktek lapangan, seperti resistivity sounding, seismic
>>> refraksi, magnetik dll. mengingat ada obyek bawah permukaan yang tidak
>>> dalam
>>> dan menarik untuk dipetakan.
>>>
>>>
>>> Menurut saya sendiri, pemboran air termasuk sukses besar secara
>>> eksplorasi,
>>> di mana obyektive yang dicari dapat dibuktikan ada dalam jumlah yang
>>> melimpah. Air yang muncrat juga tidak pekat-pekat amat, malah cenderung
>>> ke
>>> arah jernih dan lebih masuk ke kategori air dari pada lumpur (video di
>>> Media
>>> Indonesia/metro tv). Kalau jaman kita SD dulu mungkin termasuk golongan
>>> sumber air artesis.
>>>
>>> Saya punya harapan besar, bahwa dengan persiapan yang lebih matang dan
>>> menurut saya teknologinya juga tidak perlu terlalu canggih bin mahal,
>>> maka
>>> kita dapat persembahkan kepada masyarakat setempat air jernih dari
>>> reservoir
>>> yang sama,  sesuatu yang selalu mereka butuhkan hingga saat ini.
>>>
>>>
>>> Soenoe.
>>>
>>>
>>>
>>>
>>> 2009/6/23 Fajar Lubis 
>>>
>>>  Banyak kemungkinan dari penyebab semburan ini...
>>>>
>>>> Mudah-mudahan ada yang bisa berbagi data kimia dari semburan. Dari data
>>>> ini
>>>> bisa dilihat kontribusi airtanah, gas dan faktor

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Penjelasan Badan Geologi Terkait Kemunculan Gas Di Desa Walikukun, Serang

SELASA, 23 JUNI 2009 06:45 WIB
BANDUNG. Kemunculan gas bercampur air yang terjadi di Desa Walikukun, Kec.
Cerenang,  Kab. Serang, Prov. Banten sering terjadi. Beberapa lokasi telah
diteliti oleh Tim Tanggap Darurat Badan Geologi DESDM pada tahun  2007 dan
berdasarkan hasil penelitian Tim, gas yang keluar tidak berbahaya.

Penelitian yang dilakukan Tim Badan Geologi pada tahun 2007 tersebut terkait
dengan kemunculan gas yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang, kemudian Tim
Tanggap Darurat Badan Geologi melakukan penelitian di beberapa wilayah
seperti, Kampung Cikasap, Desa Sukarame, Kampung Pematang, Desa Pematang,
Kecamatan Cikeusai, Kampung Cibeutik, Desa Pengampelan, Kecamatan Walantaka
dan sumur bor di dalam kantor Puskemas, Kecamatan Pontang.

”Analisa komposisi gas dengan metode Giggenbach dan detektor multigas
Multiwarm menunjukkan, kandungan gas semburan didominasi oleh gas CO2 yang
diikuti H2S dan SO2. Ketiga gas tersebut merupakan ciri dari gas-gas
vulkanik yang tidak berbahaya”, ujar Kepala Bidang Pengamatan dan
Penyelidikan Gunungapi, M. Hendrasto.

Beliau melanjutkan, meski terdapat kandungan gas metana dalam semburan,
namun hal tersebut tidak berbahaya karena persentasenya sangat kecil. Selain
itu, tekanan gas yang keluar pada umumnya bertekanan rendah.

Gas metana akan mudah menyala jika kandungannya mencapai diatas 5% vol,
sedangkan kandungan gas metana pada pusat semburan lumpur di Walikukun
kandungannya hanya berkisar antara 0,6-1% vol.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, M. Hendrasto meminta masyarakat untuk
tetap tenang dan tidak menyalakan api serta mendekati lokasi semburan untuk
menghindari terjadinya kebakaran dan jatuhnya korban jiwa akibat menghirup
gas yang keluar. Selain itu, Beliau menyarankan menggunakan pipanisasi untuk
mendapatkan air bersih dan tidak membuat sumur bor di wilayah tersebut juga
wilayah lainnya yang berpotensi terjadinya semburan gas bercampur air.

dari: esdm.go.id
2009/6/24 Sunu Praptono 

> Andang,
> Salut buat sampeyan yang sdh langsung inspect dan observasi di lokasi
> kejadian.
>
> Saat ini pertanyaan saya, bagaimana mereka menentukan titik pemboran ?
> Apakah sebelumnya didahului dengan pemetaan dan survey, ataukah hanya
> sekedar sedekat mungkin dengan lokasi yang mermbutuhkan suplai air bersih ?
> Konon daerah itu punya sejarah sebagai langganan semburan fluida, meskipun
> (yang sudah-sudah) katanya tidak membahayakan kesehatan dan hanya
> berlangsung beberapa hari saja (maksimum dlm seminggu sdh reda). apakah
> semua berasosiasi dengan pemboran dangkal, atau spontan saja ? Zona geologi
> macam apa yang cenderung disukai untuk nyembur ? Kita juga nunggu hasil
> analisa sampel gasnya.
>
> Salam,
>
> Soenoe.
>
>
> 2009/6/23 Andang Bachtiar 
>
> > Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat
> > mikrokonduktifitas GDA.
> > Kemungkinan air tawar berada di 70 meter, dan itu tidak menyembur
> > keluar,... air baru menyembur keluar ketika sudah menembus lapisan gas
> > antara 70 s/d 104 meter.
> > Pada waktu ngebor lubang pertama yang 104 meter dan terjadi semburan air
> > dan gas, rangkaian pipa hendak dicabut, baru 2 joint sudah kejepit, maka
> > rangkaian pemboran beserta bit ditinggal di dalam, kemudian bagian atas
> > disambung dengan kerangan yang diberi 3 saluran masing2 diberi valve,
> untuk
> > air dan gas, kemudian keseluruhan rangkaian disemen, istilahnya dibeton,
> > atau di plug. Tapi air dan gas gak jadi gak keluar2 (ya jelas aja, karena
> > sedang ditutup oleh semen dan konduit satu2nya hanya lewat bit,...yang
> > notabene sangat sempit.
> > Setelah merasa aman dengan ngeplug sumur 104 meter itu, maka diborlah
> sumur
> > pengganti 3 meter di sebelah timurnya. Dapat 70 meter, ketemu air. Pasang
> > casing. Setelah disemen,... ... pagi2 hari Sabtu 20 Juni jam4 subuh
> > menyemburlah air, pasir, dan gas dari lubang kedua tersebut. Sampai 15
> > meter-an. Tentu saja ini akibat logis dari tertahannya tekanan di sumur
> > pertama yang hanya berjarak 3 meter itu, karena siudah disemen. Pada saat
> > ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan antara 2
> lubang
> > tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA KELUAR
> DARI
> > bekas lubang pertama. Lubang kedua dah nggak keluar apa-apa.
> >
> > Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya
> > jelas dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh.
> > Sampelnya saya ambil juga.
> >
> > Kayaknya bukan artesis dech.
> >
> > Salam
> >
> > adb
> >
> > - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" <
> > rovi...@gmail.com>

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Rovicky Dwi Putrohari
2009/6/22 oki musakti 

> Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah)
> tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor
> pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
>

*Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan"* [?]
Kayaknya kok jadi kebangetan...

rdp
-

Banten Blames Japan Foundation for Mudflows

Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB

*TEMPO Interactive*, *Jakarta*: Officials in Banten Province have blamed the
mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun Village, in Serang
Regency since last week on Japanese NGO, the Japan Foundation.

Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said in an inter
institutional meeting the provincial administration had concluded that “as
the party that funded the project the Japan Foundation should be responsible
for the mudflows.”

The Japanese NGO, according to Cepi, has agreed to take measures to contain
the mudflows and control the gas.

The mudflow and gas emissions, which emerged on Saturday last week, have
swamped seven lots of rice fields and sulphuric acid has inundated 10
hectares of rice fields, reminding locals of the Lapindo mudflow disaster.

The Japan Foundation, unlike the consortium of energy companies led by the
Bakrie group related Lapindo Brantas in Sidoarjo, funded the construction of
a community health center and sanitation facility in Walikukun Village.

MABSUTI IBNU MARHAS
<<326.gif>>

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread prasiddha Hestu Narendra
Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah hasil
kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan tokoh
partai...

jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah mengeluarkan
ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau dan diliput oleh
media..


On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
>
> 2009/6/22 oki musakti 
>
>> Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah)
>> tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor
>> pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
>>
>
> *Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan"* [?]
> Kayaknya kok jadi kebangetan...
>
>
> rdp
> -
>
> Banten Blames Japan Foundation for Mudflows
>
> Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB
>
> *TEMPO Interactive*, *Jakarta*: Officials in Banten Province have blamed
> the mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun Village, in
> Serang Regency since last week on Japanese NGO, the Japan Foundation.
>
> Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said in an inter
> institutional meeting the provincial administration had concluded that “as
> the party that funded the project the Japan Foundation should be responsible
> for the mudflows.”
>
> The Japanese NGO, according to Cepi, has agreed to take measures to contain
> the mudflows and control the gas.
>
> The mudflow and gas emissions, which emerged on Saturday last week, have
> swamped seven lots of rice fields and sulphuric acid has inundated 10
> hectares of rice fields, reminding locals of the Lapindo mudflow disaster.
>
> The Japan Foundation, unlike the consortium of energy companies led by the
> Bakrie group related Lapindo Brantas in Sidoarjo, funded the construction of
> a community health center and sanitation facility in Walikukun Village.
>
> MABSUTI IBNU MARHAS
>
<<326.gif>>

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread rumlan dwiyatno
Menyalahkan NGO yang berniat baik untuk mencari sumber air bersih, menurut saya kok terlalu berlebihan . bukankah dalam pengeboran sumur ini aparat terkait tentunya juga terlibat ?? 
Wuah, naga2nya, memang musti berhati2 sekali untuk sekedar berbuat baik dan menolong orang di Propinsi Banten ..  
 
salam--- On Tue, 6/23/09, prasiddha Hestu Narendra  wrote:
From: prasiddha Hestu Narendra Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di SerangTo: iagi-net@iagi.or.idDate: Tuesday, June 23, 2009, 10:16 PM

Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah hasil kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan tokoh partai...
 
jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah mengeluarkan ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau dan diliput oleh media.. 
On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari  wrote: 

2009/6/22 oki musakti 
Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah) tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan" 
Kayaknya kok jadi kebangetan...
 
rdp
-

Banten Blames Japan Foundation for Mudflows
Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB
TEMPO Interactive, Jakarta: Officials in Banten Province have blamed the mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun Village, in Serang Regency since last week on Japanese NGO, the Japan Foundation. Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said in an inter institutional meeting the provincial administration had concluded that “as the party that funded the project the Japan Foundation should be responsible for the mudflows.”The Japanese NGO, according to Cepi, has agreed to take measures to contain the mudflows and control the gas.The mudflow and gas emissions, which emerged on Saturday last week, have swamped seven lots of rice fields and sulphuric acid has inundated 10 hectares of rice fields, reminding locals of the Lapindo mudflow
 disaster.The Japan Foundation, unlike the consortium of energy companies led by the Bakrie group related Lapindo Brantas in Sidoarjo, funded the construction of a community health center and sanitation facility in Walikukun Village.MABSUTI IBNU MARHAS



  

RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-23 Thread Yoga Negara
Terlepas dari niat baik dari NGO ini, saya melihat bahwa yang paling
penting adalah apakah semua aspek procedural dalam pemboran ini sudah
terpenuhi atau tidak?

Jika semua aspek teknis dan non teknisnya sudah terpenuhi, kebangetan
emang kalo kita nyalahin NGO yang berniat baik tersebut.

Tapi kalo tahapan dan procedural yang benarnya dalam pemboran tidak
dilakukan, ya berarti itu mah ceroboh namanya...dan pantes untuk
disalahkan...

 

Coba lihat dulu dengan investigasi yang clear, sebelum kita menghakimi
seseorang atau suatu kondisimungkin saja kadis banten itu benar
(atau mungkin saja JF itu yang apes...)

Yang penting kita berangkat dari nurani yang bersih, jangan dari
prasangka terus.(nggk maju2 negara ini bah)

 

Salam

Yoga  

 



From: rumlan dwiyatno [mailto:dwisant...@yahoo.com] 
Sent: Wednesday, 24 June 2009 4:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

 

Menyalahkan NGO yang berniat baik untuk mencari sumber air bersih,
menurut saya kok terlalu berlebihan . bukankah dalam pengeboran
sumur ini aparat terkait tentunya juga terlibat ?? 

Wuah, naga2nya, memang musti berhati2 sekali untuk sekedar berbuat baik
dan menolong orang di Propinsi Banten ..  

 

salam

--- On Tue, 6/23/09, prasiddha Hestu Narendra 
wrote:


From: prasiddha Hestu Narendra 
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tuesday, June 23, 2009, 10:16 PM

Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah
hasil kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan
tokoh partai...

 

jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah
mengeluarkan ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau
dan diliput oleh media..

 

On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari http://us.mc552.mail.yahoo.com/mc/compose?to=rovi...@gmail.com> >
wrote: 

2009/6/22 oki musakti http://us.mc552.mail.yahoo.com/mc/compose?to=geo_musa...@yahoo.com> >

Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci
(Citatah) tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah
kira-kira kontraktor pengeborannya juga akan dikuya-kuya model
Lapindo?

 

Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan"  

Kayaknya kok jadi kebangetan...


 

rdp

-

Banten Blames Japan Foundation for Mudflows

Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB

TEMPO Interactive, Jakarta: Officials in Banten Province have
blamed the mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun
Village, in Serang Regency since last week on Japanese NGO, the Japan
Foundation. 

Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said
in an inter institutional meeting the provincial administration had
concluded that "as the party that funded the project the Japan
Foundation should be responsible for the mudflows."

The Japanese NGO, according to Cepi, has agreed to take measures
to contain the mudflows and control the gas.

The mudflow and gas emissions, which emerged on Saturday last
week, have swamped seven lots of rice fields and sulphuric acid has
inundated 10 hectares of rice fields, reminding locals of the Lapindo
mudflow disaster.

The Japan Foundation, unlike the consortium of energy companies
led by the Bakrie group related Lapindo Brantas in Sidoarjo, funded the
construction of a community health center and sanitation facility in
Walikukun Village.

MABSUTI IBNU MARHAS

 

 

<>

RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-24 Thread rumlan dwiyatno
Betul sekali pak Yoga... NGO tentu juga bisa salah, baik prosedural maupun political, yang penting harus jelas. Klo misalnya ada prosedur yang tidak diikuti , tentunya NGOnya telah menyalahi prosedur, meskipun niatnya baik. Pejabat yang berwenang harusnya juga ikut bersalah karena tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik.
 
Dan tentunya pihak berwenang, mempunyai keterangan dan alasan yang tepat sebelum sampai pada kesimpulan untuk menyalahkan NGO tersebut  
 
Semoga lumpurnya cepat berhenti, dan semoga tidak terjadi lagi semburan lumpur2 yang lain yang disebabkan oleh kelalaian 
 
Salam--- On Wed, 6/24/09, Yoga Negara  wrote:
From: Yoga Negara Subject: RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di SerangTo: iagi-net@iagi.or.idDate: Wednesday, June 24, 2009, 1:39 AM




Terlepas dari niat baik dari NGO ini, saya melihat bahwa yang paling penting adalah apakah semua aspek procedural dalam pemboran ini sudah terpenuhi atau tidak?
Jika semua aspek teknis dan non teknisnya sudah terpenuhi, kebangetan emang kalo kita nyalahin NGO yang berniat baik tersebut.
Tapi kalo tahapan dan procedural yang benarnya dalam pemboran tidak dilakukan, ya berarti itu mah ceroboh namanya…dan pantes untuk disalahkan…
 
Coba lihat dulu dengan investigasi yang clear, sebelum kita menghakimi seseorang atau suatu kondisi….mungkin saja kadis banten itu benar (atau mungkin saja JF itu yang apes…)
Yang penting kita berangkat dari nurani yang bersih, jangan dari prasangka terus…..(nggk maju2 negara ini bah….)
 
Salam
Yoga  
 




From: rumlan dwiyatno [mailto:dwisant...@yahoo.com] Sent: Wednesday, 24 June 2009 4:25 PMTo: iagi-net@iagi.or.idSubject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
 





Menyalahkan NGO yang berniat baik untuk mencari sumber air bersih, menurut saya kok terlalu berlebihan . bukankah dalam pengeboran sumur ini aparat terkait tentunya juga terlibat ?? 

Wuah, naga2nya, memang musti berhati2 sekali untuk sekedar berbuat baik dan menolong orang di Propinsi Banten ..  

 

salam--- On Tue, 6/23/09, prasiddha Hestu Narendra  wrote:

From: prasiddha Hestu Narendra Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di SerangTo: iagi-net@iagi.or.idDate: Tuesday, June 23, 2009, 10:16 PM


Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah hasil kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan tokoh partai...

 

jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah mengeluarkan ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau dan diliput oleh media.. 

On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> wrote: 

2009/6/22 oki musakti <geo_musa...@yahoo.com>
Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah) tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira kontraktor pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
 

Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan" 

Kayaknya kok jadi kebangetan...

 

rdp

-


Banten Blames Japan Foundation for Mudflows

Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB

TEMPO Interactive,  Jakarta : Officials in Banten Province have blamed the mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun Village , in Serang Regency since last week on Japanese NGO, the Japan Foundation. Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said in an inter institutional meeting the provincial administration had concluded that “as the party that funded the project the Japan Foundation should be responsible for the mudflows.”The Japanese NGO, according to Cepi, has agreed to take measures to contain the mudflows and
 control the gas.The mudflow and gas emissions, which emerged on Saturday last week, have swamped seven lots of rice fields and sulphuric acid has inundated 10 hectares of rice fields, reminding locals of the Lapindo mudflow disaster.The Japan Foundation, unlike the consortium of energy companies led by the Bakrie group related Lapindo Brantas in Sidoarjo, funded the construction of a community health center and sanitation facility in Walikukun Village .MABSUTI IBNU MARHAS
 
 



  

RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-24 Thread andri
NGO yang akan berbuat baik memang bisa juga salah, namun banyak kejadian
di negri kita bahwa prosedural sangatlah panjang, banyak pintu di
pemerintahan dan "sosial" yang harus dilewati dan seringkali menguras
tenaga dan biaya...dan lebih bua..nyak lagi "melalui jalur informal" alias
bawah tangan. Fenomena ini mungkin bikin gerah sebagian NGO yang akhirnya
sebagian mengambil jalan pintas untuk "action" menyampaikan  langsung
bantuan pada masyarakat yang membutuhkannya! Kalau semuanya "OK"
masyarakat senang, kebutuhan air terpenuhinamun tidak ada berita yang
greget memuji keberhasilan NGO! Namun bila ada yang "njeblug" keluar
semburan liar barulah semuanya kaget dan buka mata..NGO yang dikuyo-kuyo
dengan dalih tidak ..lapor segala dsb, maka jadilah head line di berbagai
media..bad news..is good news!

Salam


> Betul sekali pak Yoga... NGO tentu juga bisa salah, baik prosedural maupun
> political, yang penting harus jelas. Klo misalnya ada prosedur yang tidak
> diikuti , tentunya NGOnya telah menyalahi prosedur, meskipun niatnya baik.
> Pejabat yang berwenang harusnya juga ikut bersalah karena tidak bisa
> melakukan pengawasan dengan baik.
>  
> Dan tentunya pihak berwenang, mempunyai keterangan dan alasan yang tepat
> sebelum sampai pada kesimpulan untuk menyalahkan NGO tersebut 
>  
> Semoga lumpurnya cepat berhenti, dan semoga tidak terjadi lagi semburan
> lumpur2 yang lain yang disebabkan oleh kelalaian 
>  
> Salam
>
> --- On Wed, 6/24/09, Yoga Negara  wrote:
>
>
> From: Yoga Negara 
> Subject: RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Wednesday, June 24, 2009, 1:39 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
> Terlepas dari niat baik dari NGO ini, saya melihat bahwa yang paling
> penting adalah apakah semua aspek procedural dalam pemboran ini sudah
> terpenuhi atau tidak?
> Jika semua aspek teknis dan non teknisnya sudah terpenuhi, kebangetan
> emang kalo kita nyalahin NGO yang berniat baik tersebut.
> Tapi kalo tahapan dan procedural yang benarnya dalam pemboran tidak
> dilakukan, ya berarti itu mah ceroboh namanya…dan pantes untuk
> disalahkan…
>  
> Coba lihat dulu dengan investigasi yang clear, sebelum kita menghakimi
> seseorang atau suatu kondisi….mungkin saja kadis banten itu benar (atau
> mungkin saja JF itu yang apes…)
> Yang penting kita berangkat dari nurani yang bersih, jangan dari prasangka
> terus…..(nggk maju2 negara ini bah….)
>  
> Salam
> Yoga  
>  
>
>
>
>
> From: rumlan dwiyatno [mailto:dwisant...@yahoo.com]
> Sent: Wednesday, 24 June 2009 4:25 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
>  
>
>
>
>
>
> Menyalahkan NGO yang berniat baik untuk mencari sumber air bersih, menurut
> saya kok terlalu berlebihan . bukankah dalam pengeboran sumur ini
> aparat terkait tentunya juga terlibat ??
>
> Wuah, naga2nya, memang musti berhati2 sekali untuk sekedar berbuat baik
> dan menolong orang di Propinsi Banten .. 
>
>  
>
> salam
>
> --- On Tue, 6/23/09, prasiddha Hestu Narendra 
> wrote:
>
>
> From: prasiddha Hestu Narendra 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Tuesday, June 23, 2009, 10:16 PM
>
>
> Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah hasil
> kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan tokoh
> partai...
>
>  
>
> jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah mengeluarkan
> ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau dan diliput oleh
> media..
>
>  
>
> On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
>
> 2009/6/22 oki musakti 
> Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah)
> tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira
> kontraktor pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
>  
>
> Hati-hati kalau mau memberikan "bantuan" 
>
> Kayaknya kok jadi kebangetan...
>
>
>  
>
> rdp
>
> -
>
>
> Banten Blames Japan Foundation for Mudflows
>
> Tuesday, 23 June, 2009 | 14:31 WIB
>
> TEMPO Interactive,  Jakarta : Officials in Banten Province have blamed
> the mudflows and gas emissions from two wells in Walikukun Village , in
> Serang Regency since last week on Japanese NGO, the Japan Foundation. 
>
> Head of the Mining Office of Banten Province, Cepi Suwardi said in an
> inter institutional meeting the provincial administration had concluded
> that “as the party that funded the project the Japan Foundation should
> be responsible for the mudflows.”
>
> The Japanes

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-24 Thread kartiko samodro
Kalau dibilang dari sumur air  ini ada kemungkinan potensi hcnya sangat
besar sehingga bisa diproduksi  pasti jadi berita baik sehingga pemda akan
minta bagian dan  harga tanah akan naik .

2009/6/25 

> NGO yang akan berbuat baik memang bisa juga salah, namun banyak kejadian
> di negri kita bahwa prosedural sangatlah panjang, banyak pintu di
> pemerintahan dan "sosial" yang harus dilewati dan seringkali menguras
> tenaga dan biaya...dan lebih bua..nyak lagi "melalui jalur informal" alias
> bawah tangan. Fenomena ini mungkin bikin gerah sebagian NGO yang akhirnya
> sebagian mengambil jalan pintas untuk "action" menyampaikan  langsung
> bantuan pada masyarakat yang membutuhkannya! Kalau semuanya "OK"
> masyarakat senang, kebutuhan air terpenuhinamun tidak ada berita yang
> greget memuji keberhasilan NGO! Namun bila ada yang "njeblug" keluar
> semburan liar barulah semuanya kaget dan buka mata..NGO yang dikuyo-kuyo
> dengan dalih tidak ..lapor segala dsb, maka jadilah head line di berbagai
> media..bad news..is good news!
>
> Salam
>
>
> > Betul sekali pak Yoga... NGO tentu juga bisa salah, baik prosedural
> maupun
> > political, yang penting harus jelas. Klo misalnya ada prosedur yang tidak
> > diikuti , tentunya NGOnya telah menyalahi prosedur, meskipun niatnya
> baik.
> > Pejabat yang berwenang harusnya juga ikut bersalah karena tidak bisa
> > melakukan pengawasan dengan baik.
> >
> > Dan tentunya pihak berwenang, mempunyai keterangan dan alasan yang tepat
> > sebelum sampai pada kesimpulan untuk menyalahkan NGO tersebut 
> >
> > Semoga lumpurnya cepat berhenti, dan semoga tidak terjadi lagi semburan
> > lumpur2 yang lain yang disebabkan oleh kelalaian 
> >
> > Salam
> >
> > --- On Wed, 6/24/09, Yoga Negara  wrote:
> >
> >
> > From: Yoga Negara 
> > Subject: RE: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Date: Wednesday, June 24, 2009, 1:39 AM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Terlepas dari niat baik dari NGO ini, saya melihat bahwa yang paling
> > penting adalah apakah semua aspek procedural dalam pemboran ini sudah
> > terpenuhi atau tidak?
> > Jika semua aspek teknis dan non teknisnya sudah terpenuhi, kebangetan
> > emang kalo kita nyalahin NGO yang berniat baik tersebut.
> > Tapi kalo tahapan dan procedural yang benarnya dalam pemboran tidak
> > dilakukan, ya berarti itu mah ceroboh namanya…dan pantes untuk
> > disalahkan…
> >
> > Coba lihat dulu dengan investigasi yang clear, sebelum kita menghakimi
> > seseorang atau suatu kondisi….mungkin saja kadis banten itu benar (atau
> > mungkin saja JF itu yang apes…)
> > Yang penting kita berangkat dari nurani yang bersih, jangan dari
> prasangka
> > terus…..(nggk maju2 negara ini bah….)
> >
> > Salam
> > Yoga
> >
> >
> >
> >
> >
> > From: rumlan dwiyatno [mailto:dwisant...@yahoo.com]
> > Sent: Wednesday, 24 June 2009 4:25 PM
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Menyalahkan NGO yang berniat baik untuk mencari sumber air bersih,
> menurut
> > saya kok terlalu berlebihan . bukankah dalam pengeboran sumur ini
> > aparat terkait tentunya juga terlibat ??
> >
> > Wuah, naga2nya, memang musti berhati2 sekali untuk sekedar berbuat baik
> > dan menolong orang di Propinsi Banten ..
> >
> >
> >
> > salam
> >
> > --- On Tue, 6/23/09, prasiddha Hestu Narendra 
> > wrote:
> >
> >
> > From: prasiddha Hestu Narendra 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Date: Tuesday, June 23, 2009, 10:16 PM
> >
> >
> > Ha..ha.ha..jika proyek air bersih berhasil, ini adalah hasil
> > kerjasama antara pemerintah daerah dan..., kemudian diresmikan tokoh
> > partai...
> >
> >
> >
> > jika terjadi bencana...pemda bilang tidak pernah mengeluarkan
> > ijin..tokoh partai tetap turun untuk meninjau dan diliput
> oleh
> > media..
> >
> >
> >
> > On 6/24/09, Rovicky Dwi Putrohari  wrote:
> >
> > 2009/6/22 oki musakti 
> > Apabila (muga-muga jangan)  Luser (Lumpur Serang) dan Luci (Citatah)
> > tiba-tiba berubah menjadi bencana berskala Lusi, apakah kira-kira
> > kontraktor pengeborannya juga akan dikuya-kuya model Lapindo?
> >
> >
> > Hati-ha

Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-07-05 Thread Fajar Lubis
Mudah-mudahan belum basi .. :))

Terimakasih atas informasinya ...

Mungkin yang dimaksud disini adalah artesis positif atau kondisi dimana muka 
airtanah lebih tinggi dari permukaan tanah ya... (flowing well). Untuk 
menentukan data ini, saya kira kita perlu data tekanan air. Kalau ketinggian 
semburan terus menyusut seperti datanya mas Andang, kelihatannya volume 
semburan gas yang lebih dominan mengontrol ketinggian semburan.

Salinitas tinggi bisa disebabkan oleh dua hal, kandungan dari lumpur yang 
terbawa atau proses evolusi kimia dari airtanah itu sendiri. Pengumpulan data 
kimia airtanah dari sekitar wilayah tersebut akan memperjelas kemungkinan kedua 
penyebab ini.

Sumber air dan gas yang berbeda sangat mungkin terjadi. Airtanah yang berasal 
dari sistem meteorik akan dicirikan oleh kandungan bikarbonat yang tinggi. 
Hanya untuk sumber gas apakah benar berasal dari Cisubuh?

Sepertinya yang perlu segera dijelaskan adalah dampaknya terhadap masyarakat. 
Saat ini kondisi di lapangan cukup 'carut marut'... ada yang mengusulkan untuk 
evakuasi warga, tuntutan ganti "untung" dan banyak lagi..

Dengar-dengar IAGI Pengda Jabar-Banten akan segera mengadakan diskusi mengenai 
hal ini. Mari kita tunggu dan sukseskan acara tersebut.


Salam,
Fajar (2448)

--- On Tue, 6/23/09, Andang Bachtiar  wrote:


Air bercampur gas punya salinitas 2300-5000 ppm diukur dengan alat 
mikrokonduktifitas GDA.
.. Pada saat ini semburan sudah tinggal 30-50 cm-an dan luasan permukaan 
antara 2 lubang tersebut melebar menjadi diameter 4 meteran dan semburan HANYA 
KELUAR DARI bekas lubang pertama.
...
Air tawarnya memang mungkin dari lapisan alluvial Ciujung. Tapi gasnya jelas 
dari pocket gas-sand yang dilingkupi shale calcareous Cisubuh. Sampelnya saya 
ambil juga.

Kayaknya bukan artesis dech.

Salam

adb

- Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" 

. Kalau kedalamanya 100 meter saya rasa itu
> kemungkinan sumber artesis. ...



  

Re: [iagi-net-l] Fwd: gambar2.....Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread Edison Sirodj
Apakah ada rencana IAGI akan turun kelapangan bersama kantor ESDM setempat utk 
memberi penjelasan pada masyarakat?
 
edison

--- Pada Isn, 22/6/09, Paulus Tangke Allo  menulis:


Daripada: Paulus Tangke Allo 
Subjek: [iagi-net-l] Fwd: gambar2.Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di 
Serang
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tarikh: Isnin, 22 Jun, 2009, 12:33 AM


-- Forwarded message --

From: Andang Bachtiar 
Date: 2009/6/22
Subject: gambar2.Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
To: Rovicky Dwi Putrohari 



- Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" 
To: 
Sent: Monday, June 22, 2009 1:52 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang


bisa dikirim gambarnya japri kang ?

rdp

2009/6/22 Andang Bachtiar :
>
> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3 gambar 
> yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air di 
> Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu 
> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>
> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah 
> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang 
> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah 
> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di 
> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus 
> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat 
> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri 
> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan utara-selatan 
> yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut. Sumur2 yang pernah 
> dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1, Rangkasbitung-1, dan 
> Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan" gas-lumpur Serang ini. 
> Cileles punya oil/gas show, sementara Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 
> laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan Rangkasbitung-1 juga) dibor di 
> daerah yang
 dianggap tinggian, walaupun delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi dari 
cekungan NWJava Basin. Di sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang juga 
didapatkan data rembesan minyak dari data Belanda (didaptkan waktu survey 
permukaan Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, besar 
kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan oleh Belanda tersebut) 
juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- Seribu Platform ini. Artinya, 
komponen petroleum system: SR, maturity, migrasi ===> semuanya sudah terpenuhi. 
Tinggal dicari reservoir, seal dan trapping nya yang suitable, apakah ada di 
daerah tersebut?
>
> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini 
> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan alluvial 
> Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic yang 
> diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan kondisi 
> reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone yang 
> mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP di 
> offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu anda 
> mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung tebal 
> Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya adalah: 
> seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis alluvial 
> Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70 meter kemudian 
> di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas Biogenic? Kalau memang 
> begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan terus menerus keluar karena
 resourcesnya akan jauh lebih besar dari sekedar gas rawa endapan alluvial 
biasa yang dalam 1-2 minggupun kemungkinan akan depleted. Apalagi kemungkinan 
adanya tekanan yang direpresentasikan dengan tingginya semburan s/d 15 meter 
kemudian terjadi intermittent variation dari tinggi semburan, kesemuanya 
mengindikasikan adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar daripada 
sekedar tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu lebih 
mengindikasikan sisstim tekanan tertutup dari reservoir Parigi.
>
> Dua-dua alternatif interpretasi sama-sama mengindikasikan biogenic gas, 
> bedanya adalah: kalau berasal dari alluvial, maka sistem tekanannya akan 
> ringan (terbuka, cepat habis),...sementara kalau berasal dari Parigi, maka 
> sistim tekanannya tinggi, tertutup dan akan long-lasting. Bisa jadi lubang 
> akan bertambah besar untuk mengkompensasi sistim tekanan yang besar tersebut.
>
> Apakah kasus bawah permukaannya sama dengan Lumpur Sidoardjo? Less likely. 
> Kalau di luSi, kita berhadapan dengan mud-diapir,... ada lapisan 
> lempung/lumpur tekanan tinggi Kalibeng Atas yang teru

Re: [iagi-net-l] Fwd: gambar2.....Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang

2009-06-22 Thread mohammad syaiful
siang tadi, hingga sekarang, andang bachtiar (komandan dewan penasihat
iagi) dan yudi purnama (pp-iagi) bersama beberapa ahli geologi
lainnya, sedang ke sana, pak.

setahu saya, badan geologi juga sudah ke lapangan dan berkoordinasi
dengan pemerintah setempat.

salam,
syaiful

2009/6/22 Edison Sirodj :
> Apakah ada rencana IAGI akan turun kelapangan bersama kantor ESDM setempat 
> utk memberi penjelasan pada masyarakat?
>
> edison
>
> --- Pada Isn, 22/6/09, Paulus Tangke Allo  menulis:
>
>
> Daripada: Paulus Tangke Allo 
> Subjek: [iagi-net-l] Fwd: gambar2.....Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di 
> Serang
> Kepada: iagi-net@iagi.or.id
> Tarikh: Isnin, 22 Jun, 2009, 12:33 AM
>
>
> -- Forwarded message --
>
> From: Andang Bachtiar 
> Date: 2009/6/22
> Subject: gambar2.Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
> To: Rovicky Dwi Putrohari 
>
>
>
> - Original Message - From: "Rovicky Dwi Putrohari" 
> To: 
> Sent: Monday, June 22, 2009 1:52 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Semburan Gas-Lumpur di Serang
>
>
> bisa dikirim gambarnya japri kang ?
>
> rdp
>
> 2009/6/22 Andang Bachtiar :
>>
>> Mudah-mudahan ada manfaatnya bagi yang membaca. Saya coba tampilkan 3 gambar 
>> yang menjelaskan apa yang kemungkinan terjadi dengan pemboran air di 
>> Walikukun, Carenang, Serang Banten yg akhirnya hari Sabtu yg lalu 
>> mengeluarkan gas dan lumpur sampai sekarang (lihat berita terlampir).
>>
>> Lokasi Kampung Astana Anyar tersebut di peta geologi terletak di daerah 
>> dataran alluvial Sungai Ciujung - Cidurian, yaitu sungai2 Holocene yang 
>> mengalir selatan utara dr daerah tinggian gunung api Jawa Barat ke arah 
>> pantai utara Jawa. Selain itu dari setting tektoniknya, dia juga berada di 
>> daerah Tinggian Tangerang yang di beberapa literatur juga disebut menerus 
>> dengan Platform Seribu di utaranya. Di bagian timurnya kita dapati Ciputat 
>> Low dan di Selatannya kita dapati Rangkas Low. Sungai Ciujung sendiri 
>> kemungkinan dikontrol oleh pola bidang lemah kelurusan patahan utara-selatan 
>> yang menjadi ciri khas pola cekungan di daerah tersebut. Sumur2 yang pernah 
>> dibor di sekitar daerah ini adalah Cileles-1, Rangkasbitung-1, dan 
>> Tangerang-1 di selatan dan tenggara daerah "rembesan" gas-lumpur Serang ini. 
>> Cileles punya oil/gas show, sementara Rangkasbitung-1 dan Tangerang-1 
>> laporannya dry hole saja. Tangerang-1 (dan Rangkasbitung-1 juga) dibor di 
>> daerah yang
>  dianggap tinggian, walaupun delineasinya masih masuk di dalam bagian tepi 
> dari cekungan NWJava Basin. Di sebelah barat dari lokasi Gas-Mudflow Serang 
> juga didapatkan data rembesan minyak dari data Belanda (didaptkan waktu 
> survey permukaan Pertamina-Repsol tahun 90-an). Meskipun di daerah tinggian, 
> besar kemungkinan rembesan2 minyak (seperti yang dilaporkan oleh Belanda 
> tersebut) juga menggejala di sekitar daerah Tangerang High- Seribu Platform 
> ini. Artinya, komponen petroleum system: SR, maturity, migrasi ===> semuanya 
> sudah terpenuhi. Tinggal dicari reservoir, seal dan trapping nya yang 
> suitable, apakah ada di daerah tersebut?
>>
>> Pemboran air yang akhirnya mengeluarkan gas dan lumpur di Serang ini 
>> nampaknya kemungkinan bisa berasal dari dua sumber: 1) dari lapisan alluvial 
>> Ciujung Holocene yang kemungkinan merupakan gas rawa biogenic yang 
>> diakibatkan oleh proses fermentasi suhu rendah tapi kaya organik dan kondisi 
>> reduksi,.. dan kemungkinan no 2) dari lapisan Parigi Limestone yang 
>> mengandung isi BIOGENIC GAS seperti yang didapatkan di lapangan2 BP di 
>> offshore. Di daerah tinggian Tanggerang - Seribu Platform ini begitu anda 
>> mengebor permukaannya maka dibawah alluvial akan anda temukan lempung tebal 
>> Formasi Cisubuh yang merupakan batuan penutup yang ideal. Masalahnya adalah: 
>> seberapa tebal alluvial recent-nya? Apakah 30-40 meter sudah habis alluvial 
>> Ciujungnya, kemudian langsung masuk ke lempung Cisubuh s/d 70 meter kemudian 
>> di 70 meter menembus Gamping Parigi yang berisi Gas Biogenic? Kalau memang 
>> begitu kasusnya maka gas yang sekarang keluar akan terus menerus keluar 
>> karena
>  resourcesnya akan jauh lebih besar dari sekedar gas rawa endapan alluvial 
> biasa yang dalam 1-2 minggupun kemungkinan akan depleted. Apalagi kemungkinan 
> adanya tekanan yang direpresentasikan dengan tingginya semburan s/d 15 meter 
> kemudian terjadi intermittent variation dari tinggi semburan, kesemuanya 
> mengindikasikan adanya sistim tekanan yang kemungkinan lebih besar daripada 
> sekedar tekanan fasa gas di sistim terbuka gas rawa alluvial,... itu lebih 
>