> Ar,
Terima kasih atas informasinya , semoga terbaca
oleh pak Ketum sehingga dapat meneruskan usaha ADB cs.
Mungkin saya
punya usul sbb:
1. Dewan Penghargaan dan Kehormatan yang
sekarang dilikwidasi.
2. Bentuk Dewan yang baru.
3.
Dewan yang baru menyusun mekanisme pemberian penghargaan ( klasifikasi
penghargaan , mekanisme penghargan dst).
Sebenarnya saya dulu pernah
memberikan draft mekanisme dsb kepada Ketua Dewan /Dr.Suparka,saya sendiri
sekarang sudah ndak punya , saking lamanya mengendap)
Nah , Mas
Lufthi semoga bisa merealisasikan - nya dalam masa ke-Pengurusan saat
ini.
Si-Abah
__
Abah,
> saya tahu persis betapa Bapak Yanto
R. Sumantri adalah orang yang paling
> greget dalam
memperjuangkan PENGHARGAAN IAGI. Kami sangat salut dan
> hormat
atas usaha pribadi Bapak Yanto untuk mewujudkan hal itu.
>
> Saya ingin berikan klarifikasi Pak, bahwa kepengurusan IAGI pada
masa
> ADB telah diusahakan terwujudnya PENGHARGAAN IAGI
tersebut. Namun karena
> kata akhir dari yang namanya Penghargaan
IAGI adalah dari hasil
> rekomendasi Dewan Penghargaan &
Kehormatan IAGI, jadi "right" PP ya
> hanya sebatas
mengusulkan. Bukan memutuskan. Pada waktu itu PP pernah
>
mengusulkan seorang Nama dan diserahkan kepada Dewan. Seingat saya Dewan
> pernah berkumpul dan membahas hal tersebut, sayangnya dari para
Dewa di
> Dewan tersebut tak mampu membuat kata sepakat,
disputemaka
> terbengkalailah usulan dari PP tersebut. Jadi
bukan masalah Berani tidak
> Berani pak, tapi memang mentogh di
DK sendiri. Bahkan kalo tak salah
> secara lisan pun Ketum waktu
itu sdh terlanjur menyampaikan pesan pada
> Nama yg diusulkan
untuk terima penghargaan tsb, ternyata kami 'gagal'.
> maaf.
>
> Sebagai Pengurus, waktu itu dilakukan dengan pemberian
penghargaan
> PP-IAGI (sekali lagi bukan Penghargaan IAGI, krn
ini wilayah absolut
> DK). Beberapa yang pernah menerima - yang
saya masih ingat adalah Bpk.
> Soffian Hadi (sekarang Deputy
Operasi BPLS), Bpk. Wiyanto, yang banyak
> memberikan kontribusi
u/ korban bencana Tsunami Aceh, dll.
>
> Punten Abah,
jadi sekali lagi poinnya bukan pada masalah berani tak
> berani
lo.
>
>
> Lam-salam,
> ar-.
>
(Mantan Pengurus dan masih pengurus
>
>
>
> [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Awang
>
> Sedari saya kecil saya sudah mengagumi Amarhum , buku buku lama
eperti
> Ceritera dari Blora , Keluarga Gerilya dsb saya baca
berkali-kali.
> Buku yang baru sudah sedikit berubah , lebih
romantis walaupun pesan
> pesannya mengeai penderitaan rakyat
tertindas masih
> mengemuka dengan nyata .
>
>
Apakah dia seorang marxist ?
>
> Menurut saya dia
berfikiran atau menganut sikap / pemikiran seorang
> marxist
walaupun dia tidak mengakui-nya.Coba saja baca dengan teliti pesan
> pesan dalam buku buku-nya.
> Tapi dia adalah mrxist
nasionalist.
> Dia seorang nasionalist yang mendambakan bangsa
Indonesia bisa makmur dan
> adil sejahtera , sebagimana
diamanatkan dalam mukdimah Konstitusi kita.
>
> Apakah
dia perlu penghargaan ?
>
> Saya kira orang seperti Pram
tidak merasa perlu piagam penghargan , akan
> tetapi kita sebagai
bangsa yang besar wajib memberikan pengargaan
> kepadanya , bkan
saja untuk karya sastranya , akan tetapi onsistensi-nya
> dalam
bersikap sebagi nasionalist yang konsisten.
> Hanya sayang-nya
bangsa kita ini punya penyakit "aneh" , yaitu takut
>
mengargai karya warga bangsa-nya sendiri .
> Lihat saja IAGI ,
berkali kali saya menyatakan didalam iagi-net , betapa
>
penting-nya memberikan penghargaan profesional kepada warag negara RI atau
> fuhak lain yang memberikan kontribusi yang luar biasa kepada
kebumian
> Indonesia , Ndak ada tuh yang menanggapi . Apa ini
bukan aneh (kata saya
> dan Anda).
> Sampai adik saya
yang saya sangat sayangi dan hormati -pun , ADBt yang
> katanya
geologist Merdeka tidak berani untuk melakukan hal itu dimasa
>
kepengurusan-nya
>
> So ,jangan berkecil hati lah.
>
> Si-Abah
>
>
>
-
> Luggage? GPS? Comic books?
> Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.