Abah, saya tahu persis betapa Bapak Yanto R. Sumantri adalah orang yang paling greget dalam memperjuangkan PENGHARGAAN IAGI. Kami sangat salut dan hormat atas usaha pribadi Bapak Yanto untuk mewujudkan hal itu. Saya ingin berikan klarifikasi Pak, bahwa kepengurusan IAGI pada masa ADB telah diusahakan terwujudnya PENGHARGAAN IAGI tersebut. Namun karena kata akhir dari yang namanya Penghargaan IAGI adalah dari hasil rekomendasi Dewan Penghargaan & Kehormatan IAGI, jadi "right" PP ya hanya sebatas mengusulkan. Bukan memutuskan. Pada waktu itu PP pernah mengusulkan seorang Nama dan diserahkan kepada Dewan. Seingat saya Dewan pernah berkumpul dan membahas hal tersebut, sayangnya dari para Dewa di Dewan tersebut tak mampu membuat kata sepakat, dispute....maka terbengkalailah usulan dari PP tersebut. Jadi bukan masalah Berani tidak Berani pak, tapi memang mentogh di DK sendiri. Bahkan kalo tak salah secara lisan pun Ketum waktu itu sdh terlanjur menyampaikan pesan pada Nama yg diusulkan untuk terima penghargaan tsb, ternyata kami 'gagal'. maaf. Sebagai Pengurus, waktu itu dilakukan dengan pemberian penghargaan PP-IAGI (sekali lagi bukan Penghargaan IAGI, krn ini wilayah absolut DK). Beberapa yang pernah menerima - yang saya masih ingat adalah Bpk. Soffian Hadi (sekarang Deputy Operasi BPLS), Bpk. Wiyanto, yang banyak memberikan kontribusi u/ korban bencana Tsunami Aceh, dll. Punten Abah, jadi sekali lagi poinnya bukan pada masalah berani tak berani lo. Lam-salam, ar-. (Mantan Pengurus dan masih pengurus
[EMAIL PROTECTED] wrote: Awang Sedari saya kecil saya sudah mengagumi Amarhum , buku buku lama eperti Ceritera dari Blora , Keluarga Gerilya dsb saya baca berkali-kali. Buku yang baru sudah sedikit berubah , lebih romantis walaupun pesan pesannya mengeai penderitaan rakyat tertindas masih mengemuka dengan nyata . Apakah dia seorang marxist ? Menurut saya dia berfikiran atau menganut sikap / pemikiran seorang marxist walaupun dia tidak mengakui-nya.Coba saja baca dengan teliti pesan pesan dalam buku buku-nya. Tapi dia adalah mrxist nasionalist. Dia seorang nasionalist yang mendambakan bangsa Indonesia bisa makmur dan adil sejahtera , sebagimana diamanatkan dalam mukdimah Konstitusi kita. Apakah dia perlu penghargaan ? Saya kira orang seperti Pram tidak merasa perlu piagam penghargan , akan tetapi kita sebagai bangsa yang besar wajib memberikan pengargaan kepadanya , bkan saja untuk karya sastranya , akan tetapi onsistensi-nya dalam bersikap sebagi nasionalist yang konsisten. Hanya sayang-nya bangsa kita ini punya penyakit "aneh" , yaitu takut mengargai karya warga bangsa-nya sendiri . Lihat saja IAGI , berkali kali saya menyatakan didalam iagi-net , betapa penting-nya memberikan penghargaan profesional kepada warag negara RI atau fuhak lain yang memberikan kontribusi yang luar biasa kepada kebumian Indonesia , Ndak ada tuh yang menanggapi . Apa ini bukan aneh (kata saya dan Anda). Sampai adik saya yang saya sangat sayangi dan hormati -pun , ADBt yang katanya geologist Merdeka tidak berani untuk melakukan hal itu dimasa kepengurusan-nya So ,jangan berkecil hati lah. Si-Abah --------------------------------- Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search.