RE: [Ida-Krisna Show] Agar Anak Tak Salah Asuhan
Wah, jangan terlalu menggeneralisasi Pak, tidak baik kan? Hal ini sungguh mengesampingkan lebih banyak perempuan lain yang berjuang untuk menghidupi keluarga mereka. -Original Message- From: idakrisnashow@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ageng Sent: Thursday, March 23, 2006 10:56 AM To: idakrisnashow@yahoogroups.com Subject: Re: [Ida-Krisna Show] Agar Anak Tak Salah Asuhan apakah semua ibu di era millenium ini, yg gaul, yg funky, yg pinter dandan, yg karier, jdi bgini ...? memprihatinkan ... miris gw bacanya Ida arimurti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: SUARA PEMBARUAN DAILY _ Agar Anak Tak Salah Asuhan "PAPA...Papa masih sama Mama, kan? Kenapa Papa nggak tinggal sama Mama? Kok di rumahMama tidur sama Om Roy, nggak pakai baju?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut mungil Anastasia. Anak lugu itu tak lagi dapat menyembunyikan keingintahuannya. Andre, sang ayah hanya terdiam membisu. Pikirannya menerawang jauh. Berhadapan pada dua pilihan sulit, Andre berada pada posisi terjepit. Bercerai, Andre tak setuju. Jika anak telantar, dia pun tak mau. "Agama Kristen melarang keras perceraian. Tetapi saya berhadapan pada dua pilihan pelik dan menyakitkan. Jika saya tidak bercerai, pendidikan dan masa depan anak-anak saya akan telantar. Saya harus memilih dari dua pilihan berat itu," kata Andre memberi kesaksian di tengah diskusi yang diselenggarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Jakarta, baru-baru ini. Anak-anak sering kali menjadi korban dari sengketa suami-istri. Demikian pula, kasus Andre yang menikah dengan Nina (bukan nama sebenarnya, Red) pada tahun 1991. Namun, setelah mengarungi rumah tangga bersama, tahun 1996, mereka berpisah karena orang ketiga. Meskipun belum resmi bercerai, Andre dan Nina sudah pisah rumah. Dua anak mereka yakni Anastasia dan Anatalia dirawat Nina. Tetapi, kemudian Anatalia diasuh oleh kerabat sang istri. Setelah perceraian resmi pada tahun 2000, dampaknya pada anak-anak mulai mengkhawatirkan. Dalam satu pertemuan, Anastasia mengadu kepada ayahnya. Dia sering melihat sang ibu tidur bersama dengan pria bernama Roy. Bahkan tak jarang, Anastasia berada satu kamar dengan mereka. Sementara itu, si bungsu Anatalia yang dititipkan di kerabat sang istri pun makin terasing dari orangtua kandungnya. "Saya khawatir pendidikan mereka terabaikan. Jika terus bersama ibunya, perkembangan jiwa anak saya akan terganggu karena berada di lingkungan yang tidak baik. Saat ini saja, saya melihat Anastasia sudah jauh 'lebih tua' dari usianya," ujar Andre yang pernah gagal mendapat hak asuh hingga Mahmakah Agung (MA). Ketakutan Pengalaman nyaris serupa juga dialami Nirina (6, bukan nama sebenarnya, Red). Bocah perempuan itu anak seorang artis dari mantan pengacaranya. Seperti penuturannya kepada sang ayah, ia menyaksikan banyak hal yang tidak senonoh saat bersama ibunya. Si ibu kandung begitu bebas bergonta-ganti pasangan. Berinteraksi dengan banyak orang dewasa yang asing membuat si anak kerap ketakutan. "Pernah satu kali, mereka bertiga tidur dalam satu kamar. Nirina sampai tak berani bangun meskipun terpaksa harus menahan air kecil. Anak ini sampai takut sekali ke kamar mandi. Kadang jika mereka sudah di dalam kamar, Nirina terpaksa tidur di ruang tamu," tutur sang ayah. Meskipun diasuh ibu kandung, si ayah khawatir anaknya berada dalam lingkungan keluarga yang tidak baik. Gaya hidup ibu kandung itu telah mengabaikan perkembangan mental dan moral anak. Apalagi Nirina sering mengeluh suasana gaduh karena rumah dipakai pesta judi dan narkoba. "Semula, hak asuh dibagi rata. Lima hari, ia dengan ibunya, dua hari dengan saya. Lalu komposisi itu berubah menjadi enam -satu hingga malah tujuh -nol. Bahkan akhirnya saya hanya bisa bicara di telepon. Untung kemudian saya dibantu oleh KPAI sehingga pengadilan memutuskan hak asuh ada di saya," ujarnya. Eksploitasi Sekalipun berprofesi pengacara, ayah si bocah itu mengeluhkan pula kerumitan hukum hak asuh anak. Diakui, status hubungannya dengan si artis yang tanpa ikatan pernikahan menjadi salah satu penyebab. Was-was si anak bakal terpengaruh lingkungan dan gaya hidup bebas ibunya, ia pun berusaha mendapatkan hak asuh. Alhasil tindakan itu memicu sengketa perebutan yang sempat menjadi "santapan" banyak media hiburan. Kini setelah hak asuh si anak dipegang sang ayah, si ibu kandung masih berniat merebutnya lagi. Kali ini, tidak lagi melibatkan preman dan oknum tentara, tapi lewat sebuah pengadilan negeri. "Bagaimana mungkin saya mempercayakan pendidikan anak saya kepadanya? Kasihan Nirina, selama tinggal dengan ibunya, dia ketakutan terus. Suatu hari, saya pernah tengok, saat harus berpisah ia malah terus memeluk saya erat- erat dan menangis tidak ingin ditinggal," tuturnya. Di sisi lain, menurut pria itu, pengadilan cenderung memihak ibu sebagai pemegang ha
Re: [Ida-Krisna Show] Agar Anak Tak Salah Asuhan
apakah semua ibu di era millenium ini, yg gaul, yg funky, yg pinter dandan, yg karier, jdi bgini ...? memprihatinkan ... miris gw bacanya Ida arimurti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: SUARA PEMBARUAN DAILY _ Agar Anak Tak Salah Asuhan "PAPA...Papa masih sama Mama, kan? Kenapa Papa nggak tinggal sama Mama? Kok di rumahMama tidur sama Om Roy, nggak pakai baju?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut mungil Anastasia. Anak lugu itu tak lagi dapat menyembunyikan keingintahuannya. Andre, sang ayah hanya terdiam membisu. Pikirannya menerawang jauh. Berhadapan pada dua pilihan sulit, Andre berada pada posisi terjepit. Bercerai, Andre tak setuju. Jika anak telantar, dia pun tak mau. "Agama Kristen melarang keras perceraian. Tetapi saya berhadapan pada dua pilihan pelik dan menyakitkan. Jika saya tidak bercerai, pendidikan dan masa depan anak-anak saya akan telantar. Saya harus memilih dari dua pilihan berat itu," kata Andre memberi kesaksian di tengah diskusi yang diselenggarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Jakarta, baru-baru ini. Anak-anak sering kali menjadi korban dari sengketa suami-istri. Demikian pula, kasus Andre yang menikah dengan Nina (bukan nama sebenarnya, Red) pada tahun 1991. Namun, setelah mengarungi rumah tangga bersama, tahun 1996, mereka berpisah karena orang ketiga. Meskipun belum resmi bercerai, Andre dan Nina sudah pisah rumah. Dua anak mereka yakni Anastasia dan Anatalia dirawat Nina. Tetapi, kemudian Anatalia diasuh oleh kerabat sang istri. Setelah perceraian resmi pada tahun 2000, dampaknya pada anak-anak mulai mengkhawatirkan. Dalam satu pertemuan, Anastasia mengadu kepada ayahnya. Dia sering melihat sang ibu tidur bersama dengan pria bernama Roy. Bahkan tak jarang, Anastasia berada satu kamar dengan mereka. Sementara itu, si bungsu Anatalia yang dititipkan di kerabat sang istri pun makin terasing dari orangtua kandungnya. "Saya khawatir pendidikan mereka terabaikan. Jika terus bersama ibunya, perkembangan jiwa anak saya akan terganggu karena berada di lingkungan yang tidak baik. Saat ini saja, saya melihat Anastasia sudah jauh 'lebih tua' dari usianya," ujar Andre yang pernah gagal mendapat hak asuh hingga Mahmakah Agung (MA). Ketakutan Pengalaman nyaris serupa juga dialami Nirina (6, bukan nama sebenarnya, Red). Bocah perempuan itu anak seorang artis dari mantan pengacaranya. Seperti penuturannya kepada sang ayah, ia menyaksikan banyak hal yang tidak senonoh saat bersama ibunya. Si ibu kandung begitu bebas bergonta-ganti pasangan. Berinteraksi dengan banyak orang dewasa yang asing membuat si anak kerap ketakutan. "Pernah satu kali, mereka bertiga tidur dalam satu kamar. Nirina sampai tak berani bangun meskipun terpaksa harus menahan air kecil. Anak ini sampai takut sekali ke kamar mandi. Kadang jika mereka sudah di dalam kamar, Nirina terpaksa tidur di ruang tamu," tutur sang ayah. Meskipun diasuh ibu kandung, si ayah khawatir anaknya berada dalam lingkungan keluarga yang tidak baik. Gaya hidup ibu kandung itu telah mengabaikan perkembangan mental dan moral anak. Apalagi Nirina sering mengeluh suasana gaduh karena rumah dipakai pesta judi dan narkoba. "Semula, hak asuh dibagi rata. Lima hari, ia dengan ibunya, dua hari dengan saya. Lalu komposisi itu berubah menjadi enam -satu hingga malah tujuh -nol. Bahkan akhirnya saya hanya bisa bicara di telepon. Untung kemudian saya dibantu oleh KPAI sehingga pengadilan memutuskan hak asuh ada di saya," ujarnya. Eksploitasi Sekalipun berprofesi pengacara, ayah si bocah itu mengeluhkan pula kerumitan hukum hak asuh anak. Diakui, status hubungannya dengan si artis yang tanpa ikatan pernikahan menjadi salah satu penyebab. Was-was si anak bakal terpengaruh lingkungan dan gaya hidup bebas ibunya, ia pun berusaha mendapatkan hak asuh. Alhasil tindakan itu memicu sengketa perebutan yang sempat menjadi "santapan" banyak media hiburan. Kini setelah hak asuh si anak dipegang sang ayah, si ibu kandung masih berniat merebutnya lagi. Kali ini, tidak lagi melibatkan preman dan oknum tentara, tapi lewat sebuah pengadilan negeri. "Bagaimana mungkin saya mempercayakan pendidikan anak saya kepadanya? Kasihan Nirina, selama tinggal dengan ibunya, dia ketakutan terus. Suatu hari, saya pernah tengok, saat harus berpisah ia malah terus memeluk saya erat- erat dan menangis tidak ingin ditinggal," tuturnya. Di sisi lain, menurut pria itu, pengadilan cenderung memihak ibu sebagai pemegang hak asuh. Padahal, sang ibu belum tentu layak mendapatkannya. Apalagi dulu si ibu selalu mengeluhkan tunjangan yang dianggap kurang, dan cenderung memanfaatkan si anak untuk mengeksploitasi para pria agar diberi uang. Pada acara yang sama, seorang ayah bernama Teddy juga memberi kesaksian memilukan. Setelah bercerai, dia tak dapat melihat anaknya karena dibawa mantan istri ke rumah orangtuanya. Namun, dalam beberapa minggu saja, Teddy mendapati kepala anaknya luka akibat dipukul gelas oleh i
[Ida-Krisna Show] Agar Anak Tak Salah Asuhan
SUARA PEMBARUAN DAILY _ Agar Anak Tak Salah Asuhan "PAPA...Papa masih sama Mama, kan? Kenapa Papa nggak tinggal sama Mama? Kok di rumahMama tidur sama Om Roy, nggak pakai baju?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut mungil Anastasia. Anak lugu itu tak lagi dapat menyembunyikan keingintahuannya. Andre, sang ayah hanya terdiam membisu. Pikirannya menerawang jauh. Berhadapan pada dua pilihan sulit, Andre berada pada posisi terjepit. Bercerai, Andre tak setuju. Jika anak telantar, dia pun tak mau. "Agama Kristen melarang keras perceraian. Tetapi saya berhadapan pada dua pilihan pelik dan menyakitkan. Jika saya tidak bercerai, pendidikan dan masa depan anak-anak saya akan telantar. Saya harus memilih dari dua pilihan berat itu," kata Andre memberi kesaksian di tengah diskusi yang diselenggarakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Jakarta, baru-baru ini. Anak-anak sering kali menjadi korban dari sengketa suami-istri. Demikian pula, kasus Andre yang menikah dengan Nina (bukan nama sebenarnya, Red) pada tahun 1991. Namun, setelah mengarungi rumah tangga bersama, tahun 1996, mereka berpisah karena orang ketiga. Meskipun belum resmi bercerai, Andre dan Nina sudah pisah rumah. Dua anak mereka yakni Anastasia dan Anatalia dirawat Nina. Tetapi, kemudian Anatalia diasuh oleh kerabat sang istri. Setelah perceraian resmi pada tahun 2000, dampaknya pada anak-anak mulai mengkhawatirkan. Dalam satu pertemuan, Anastasia mengadu kepada ayahnya. Dia sering melihat sang ibu tidur bersama dengan pria bernama Roy. Bahkan tak jarang, Anastasia berada satu kamar dengan mereka. Sementara itu, si bungsu Anatalia yang dititipkan di kerabat sang istri pun makin terasing dari orangtua kandungnya. "Saya khawatir pendidikan mereka terabaikan. Jika terus bersama ibunya, perkembangan jiwa anak saya akan terganggu karena berada di lingkungan yang tidak baik. Saat ini saja, saya melihat Anastasia sudah jauh 'lebih tua' dari usianya," ujar Andre yang pernah gagal mendapat hak asuh hingga Mahmakah Agung (MA). Ketakutan Pengalaman nyaris serupa juga dialami Nirina (6, bukan nama sebenarnya, Red). Bocah perempuan itu anak seorang artis dari mantan pengacaranya. Seperti penuturannya kepada sang ayah, ia menyaksikan banyak hal yang tidak senonoh saat bersama ibunya. Si ibu kandung begitu bebas bergonta-ganti pasangan. Berinteraksi dengan banyak orang dewasa yang asing membuat si anak kerap ketakutan. "Pernah satu kali, mereka bertiga tidur dalam satu kamar. Nirina sampai tak berani bangun meskipun terpaksa harus menahan air kecil. Anak ini sampai takut sekali ke kamar mandi. Kadang jika mereka sudah di dalam kamar, Nirina terpaksa tidur di ruang tamu," tutur sang ayah. Meskipun diasuh ibu kandung, si ayah khawatir anaknya berada dalam lingkungan keluarga yang tidak baik. Gaya hidup ibu kandung itu telah mengabaikan perkembangan mental dan moral anak. Apalagi Nirina sering mengeluh suasana gaduh karena rumah dipakai pesta judi dan narkoba. "Semula, hak asuh dibagi rata. Lima hari, ia dengan ibunya, dua hari dengan saya. Lalu komposisi itu berubah menjadi enam -satu hingga malah tujuh -nol. Bahkan akhirnya saya hanya bisa bicara di telepon. Untung kemudian saya dibantu oleh KPAI sehingga pengadilan memutuskan hak asuh ada di saya," ujarnya. Eksploitasi Sekalipun berprofesi pengacara, ayah si bocah itu mengeluhkan pula kerumitan hukum hak asuh anak. Diakui, status hubungannya dengan si artis yang tanpa ikatan pernikahan menjadi salah satu penyebab. Was-was si anak bakal terpengaruh lingkungan dan gaya hidup bebas ibunya, ia pun berusaha mendapatkan hak asuh. Alhasil tindakan itu memicu sengketa perebutan yang sempat menjadi "santapan" banyak media hiburan. Kini setelah hak asuh si anak dipegang sang ayah, si ibu kandung masih berniat merebutnya lagi. Kali ini, tidak lagi melibatkan preman dan oknum tentara, tapi lewat sebuah pengadilan negeri. "Bagaimana mungkin saya mempercayakan pendidikan anak saya kepadanya? Kasihan Nirina, selama tinggal dengan ibunya, dia ketakutan terus. Suatu hari, saya pernah tengok, saat harus berpisah ia malah terus memeluk saya erat- erat dan menangis tidak ingin ditinggal," tuturnya. Di sisi lain, menurut pria itu, pengadilan cenderung memihak ibu sebagai pemegang hak asuh. Padahal, sang ibu belum tentu layak mendapatkannya. Apalagi dulu si ibu selalu mengeluhkan tunjangan yang dianggap kurang, dan cenderung memanfaatkan si anak untuk mengeksploitasi para pria agar diberi uang. Pada acara yang sama, seorang ayah bernama Teddy juga memberi kesaksian memilukan. Setelah bercerai, dia tak dapat melihat anaknya karena dibawa mantan istri ke rumah orangtuanya. Namun, dalam beberapa minggu saja, Teddy mendapati kepala anaknya luka akibat dipukul gelas oleh ibu kandung. Selain sering dimarahi, anak itu rupanya kerap dipukuli. Teddy pun terpaksa mengadukan peristiwa itu ke KPAI. Hak Anak Mengomentari kasus perebutan hak asuh anak, pakar huk