[Ida-Krisna Show] Anda Pedjoeang Informasi atau Cuma Cecunguk?

2005-09-07 Terurut Topik Yudhi












Politix Dotcom (donnybu) 

60 tahun Indonesia merdeka!
Bebas dari kolonialisme bangsa asing penggemar rempah-rempah hingga yang
mengaku-aku sebagai saudara tua. Toh banyak yang yakin bahwa yang kita
menangkan pada 1945 adalah baru memenangkan 'pertempuran' (battle), bukan
'perang' (war) itu sendiri. Masuk akal juga, mengingat bahwa hingga kini kita
masih 'bertempur' melawan berbagai bentuk 'penindasan' oleh bangsa asing.



Kata orang bijak, untuk berjaya dalam
perang, dibutuhkan sekian banyak kemenangan, dan mungkin saja, beberapa
kekalahan dalam pertempuran. Ketika 17 Agustus 1945 adalah puncak dari
pertempuran yang berhasil dimenangkan dengan menggunakan bambu runcing dan
senjata hasil pampasan, maka pertempuran yang terjadi kini harus dihadapi
dengan penguasaan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)



Dan, ternyata kita masih tergagap-gagap
ketika kolonialisme gaya baru
mengedepankan informasi sebagai alat perangnya. Buktinya, kita menjadi seperti
dipasangi kacamata kuda ketika Singapore Technologies Telemedia (ST Telemedia)
menawarkan diri untuk membeli 41,94% saham PT Indosat Tbk beberapa tahun silam.
Padahal beberapa bulan setelah itu saat rapat umum pemegang saham Indosat, ST
Telemedia menerima pembagian laba (dividen) yang nilainya hampir sama dengan
nilai nominal waktu membeli saham Indosat.



Akui sajalah, kita ternyata tak cukup
punya bekal informasi untuk secara gigih mempertahankan Indosat. Dan memang,
negara serumpun kita tersebut lebih piawai dalam utak-atik informasi, dan
'membeli Indonesia'. Mungkin
Anda juga sudah tahu bahwa 35% saham PT Telkomsel juga telah lama dikuasai oleh
Singapore Telecommunication (Singtel).



Yang jelas, baik STT maupun Singtel adalah
perusahaan yang bernaung dibawah Temasek, sebuah perusahaan holding di
Singapura. Temasek menguasai 63% saham Singtel dan 100% saham ST Telemedia. Dan
jangan lupa, Temasek juga menguasai secara langsung 56% saham Bank Danamon dan
28% Bank Internasional Indonesia (BII).



Saya pun sempat heran ketika sahabat saya
di Telkom bercerita tentang institusinya sebagai 'national flag carrier'.
National flag carrier apa? Lah wong 46% saham Telkom telah dimiliki oleh para
pemodal asing kok! 





Politik



Bicara soal TIK itu sendiri, maka
tampaknya Indonesia pun belum
'merdeka-merdeka amat' setelah 60 tahun proklamasi dikumandangkan. Penetrasi
telepon tetap baru pada kisaran 10 juta satuan sambungan telepon (sst), jumlah
nomor telepon selular (ponsel) yang aktif sekitar 30 juta, pengguna Internet
yang baru berjumlah 15 juta orang, dan penetrasi komputer yang baru mencapai 9
juta unit. Adapun jumlah penduduk Indonesia pada Juli
2005 diperkirakan mencapai 230 juta jiwa.



Maka semakin beratlah perjoeangan kita
saat ini, ketika salah satu djenderal perang kita, yaitu Direktur Jenderal Pos
dan Telekomunikasi (Dirjen Postel) Basuki Yusuf Iskandar, baru-baru ini
menyatakan bahwa dirinya agak 'emoh' dengan Internet karena takut 'kesambet'
berbagai konten negatif dan pornografi yang ada didalamnya. Alamak!



Ketika para djenderal perang keblinger,
maka saya menjadi mafhum ketika banyak para 'soldadu lapangan' kemudian beralih
ke jalur politik untuk memperjoeangkan aspirasinya. Sebutlah semisal Roy Suryo
dan Heru Nugroho (mantan Sekjen Asoasiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia - APJII) yang
belum lama berselang mendeklarasikan bergabungnya diri mereka ke Partai
Demokrat. 



Kemudian masih segar dalam ingatan kita
ketika Mas Wigrantoro Roes Setiyadi (kini Ketua Masyarakat Telematika - Mastel)
menjadi salah satu calon legislatif DPR-RI pada Pemilu 2004 silam dari Partai
Bintang Reformasi, bersama dengan Rudy Rusdiah (kini Ketua APW Komitel) dari
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.



Sepanjang berpolitik untuk memperjuangkan
kepentingan bangsa melalui penguasaan dan pemanfaatan TI, itu tak masalah. Lain
halnya jika TI hanya digunakan sebagai sarana berpolitik demi kepentingan yang
sempit dan naif, mari kita ganyang ramai-ramai.





Dotcom



Satu hal lagi, coba Anda ketikkan 'indonesia' pada mesin
cari Google.com. Maka hasil yang muncul paling atas adalah informasi Indonesia
yang 'dikuasai' oleh The World Factbook milik CIA - Amerika Serikat. Sedangkan
jika kita mencari menggunakan situs Yahoo.com, maka hasil teratas adalah
http://portal.lin.go.id, yang jika di-klik akan muncul 'under construction'. 



Bagaimana mau bertempur di era informasi,
bahkan untuk mengelola identitas diri sendiri pada ranah informasi di Internet
(baca: dotcom) saja kita masih kepayahan.



Belum lagi soal sengketa pengelolaan
domain .ID, tak kunjung terbentuknya kepengurusan definitif Asosiasi Warnet
Indonesia (AWARI), e-government yang plintat-plintut, rebutan pengelolaan
Single Identity Number (SIN) antar institusi pemerintah, pelanggaran hak cipta
piranti lunak di depan mata aparat penegak hukum, hingga berbagai kasus
cybercrime di tanah air.



Bahkan kini beberapa komunitas TI, yang
notabene adalah pendjoeang informasi, lebih 

Re: [Ida-Krisna Show] Anda Pedjoeang Informasi atau Cuma Cecunguk?

2005-09-07 Terurut Topik Meidi Imanullah



FYI

Google me-ranking website saat pencarian berdasarkan seberapa sering website tsb dikunjungi.
Dalam hal ini, berarti website cia lebih sering dikunjungi daripada website lain yg memuat kata Indonesia. Hal ini diistilahkan dgn 'PageRank'. Kalo Anda punya Google toolbar, maka setiap kali Anda membuka website tertentu, Anda bisa melihat seberapa besar 'seringnya website tsb dikunjungi' berdasarkan PageRank-nya.


Ranking 2 dan 3 nya adalah website media indonesia dan garuda indonesia.
Kalo soal underconstruction utk portal Lembaga Informasi Nasional (http:\\portal.lin.or.id) sih karena memang salah ambil URL-nya. Coba pake link berikut http://www.lin.go.id/pasti nongol tuh websitenya Lembaga Informasi Nasional. Dan karena website ini jarang dikunjungi maka PageRank-nya juga rendah. Kalau saja website ini dibuat versi Bahasa Inggrisnya maka saya kira PageRank-nya akan langsung naik dalam waktu beberapa bulan.


Saya masih merasa belum jelas dgn phrase Gunakan TI dan informasi di Internet (dotcom) untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, negara, sumber daya dan aset kekayaan kita Kira-kira apa sih yg ingin disampaikan oleh si penulis? Lha wong pemerintahnya sendiri tidak berusaha mempertahankan perusahaan negara dari caplokan pihak luar, belum lagi Timor-timur, Aceh, Irian dan nantinya Pasundan (he he he)...


meidii.multiply.com


On 9/8/05, Yudhi [EMAIL PROTECTED] wrote:



Politix Dotcom (
donnybu) 
Satu hal lagi, coba Anda ketikkan '
indonesia' pada mesin cari Google.com
. Maka hasil yang muncul paling atas adalah informasi Indonesia yang 'dikuasai' oleh The World Factbook milik CIA - Amerika Serikat. Sedangkan jika kita mencari menggunakan situs 
Yahoo.com, maka hasil teratas adalah http://portal.lin.go.id, yang jika di-klik akan muncul 'under construction'. 








Kini kita, Anda dan saya tentunya, sebagai pedjoeang informasi, bidik dan tembaklah senjata ke arah musuh yang benar. Gunakan TI dan informasi di Internet (dotcom) untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, negara, sumber daya dan aset kekayaan kita. Tak jadi soal, meskipun kita harus jungkir-balik berdotcom ala politik ataupun berpolitik ala dotcom. Kecuali kalau Anda memang lebih memilih menjadi cecunguk.








=
Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day! -- Ida  Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "idakrisnashow" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.