[INDONEWS] MateBEAN-->FORTILOS> LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE: APA RENCANA
-- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 -- Precedence: bulk SITUASI MAKIN MENGKHAWATIRKAN Apa Rencana TNI dan Polri? Sampai sore hari situasi keamanan di Timor Lorosae masih mengkhawatirkan. Di hampir semua perbatasan antar kabupaten, gerombolan milisi pro-integrasi membuat pos-pos penjagaan. Aparat TNI dan Polri nampaknya membiarkan keadaan seperti itu terus berlanjut, dan tidak mengambil tindakan apa pun. Di Manatuto, milisi Mahadomi di bawah pimpinan Vidal Doutel Sarmento menahan sebuah kendaraan sekitar pukul 09.00 pagi. Kendaraan yang ditumpangi pastor paroiki itu disita dan barang-barang bawaannya pun dijarah. Para penumpang termasuk pastor kemudian disuruh berjalan kaki kembali ke rumahnya, sambil dimaki-maki oleh milisi. Operasi itu dipimpin oleh dua orang PNS Kodim 1627/Manatuto. Sementara itu situasi di Soibada dan Laclubar, yang terletak di wilayah tengah kabupaten tersebut kabarnya juga terus berada di bawah ancaman, di mana milisi Morok mengancam akan menciptakan banjir darah apa pun hasil jajak pendapat nanti. Mereka juga mencari staf-staf lokal UNAMET sebagai sasaran. Sementara itu di beberapa kabupaten lain milisi pro-integrasi merajalela. Sejak tanggal 27/8/99 milisi Sakunar, Besi Merah Putih, Halilintar dan sekelompok preman dari Kefamenanu (NTT) memporak-poranda kota Pante-Macassar di kabupaten Ambeno. Setidaknya 20 rumah terbakar, termasuk kantor CNRT di kota tersebut, dan 23 orang dikabarkan tewas dalam aksi teror itu. Staf UNAMET juga berada di bawah ancaman, tapi petugas Polres ketika dihubungi mengatakan situasi di kota kabupaten tersebut "tenang-tenang saja." Namun, sejumlah pengamat internasional yang baru kembali dari kabupaten itu mengaku bawha situasi sepenuhnya dikuasai oleh milisi pro-integrasi, dan Polri serta TNI sepertinya membiarkan apa saja yang mereka lakukan. Di sepanjang jalan dari Batugade ke Dili, gerombolan milisi yang umumnya adalah remaja tanggung memasang rintangan dan menghentikan setiap kendaraan yang lewat. Setiap gerombolan itu kelihatannya dipimpin oleh 2-3 orang dewasa yang menggunakan atribut kampanye otonomi atau simbol merah-putih. Seorang milisi yang berjaga di situ memberitahu bahwa mereka mendapat perintah dari 'atasan' untuk menghentikan dan memeriksa semua kendaraan yang tidak dikawal oleh polisi. Tujuannya tidak lain adalah mencari pendukung kemerdekaan dalam jajak pendapat. Sekurangnya tiga orang dikabarkan tewas dan terluka karena aksi-aksi brutal milisi di jalur ini. Sementara itu di Dili, situasi kembali tegang dengan masuknya sebuah truk yang mengangkut milisi Besi Merah Putih berkeliaran di daerah Becora. Para saksi mata melihat milisi ini membawa senjata, tapi setelah melapor polisi pun tidak ada tindakan apa pun. Menurut keterangan seorang anggota milisi, gerombolan BMP datang untuk ikut mengubur seorang anggota Aitarak yang tewas tanggal 29/8/99. Mereka kabarnya sudah minta izin kepada Komandan Kodim di Dili agar anggota Aitarak itu dimakamkan dengan upacara militer. Sampai malam hari, milisi Aitarak masih berkeliaran dengan senjata di tangan di seluruh kabupaten Dili. Seperti diberitakan sebelumnya, seorang guru SD bernama Basilio tewas ditembak dalam pengejaran oleh anggota Aitarak di desa Hera. Tapi sampai saat ini belum ada satu pun orang yang ditangkap. Situasi di kecamatan Hera sampai malam hari (saat berita ini dibuat) masih menegangkan. Milisi membentuk pos penjagaan sendiri dan menghentikan semua kendaraan, termasuk sejumlah wartawan dan pemantau dari luar negeri. Menjelang sore, perilaku anggota Aitarak ini semakin brutal. Sekitar pukul 17.00 mereka menghentikan sebuah kendaraan di bundaran Comoro. Penumpangnya disuruh turun sementara barang-barangnya dijarah. Polri lagi-lagi tidak melakukan sesuatu untuk menghentikan tindakan itu, padahal jarak tempat kejadian dengan kantor polisi hanya beberapa ratus meter saja. Di Metinaro, sejumlah anggota Aitarak bahkan mendatangi kantor Polsek Metinaro dan minta seorang tahanan dikeluarkan. "Masalahnya belum jelas, kita hanya bisa monitor dari jauh," ujar seorang anggota Koramil Metinaro memberikan informasi. Namun, ia mengkhawatirkan bahwa tahanan itu adalah seorang pendukung kemerdekaan yang akan dihabisi oleh milisi Aitarak. Di Aileu, ancaman terhadap para pengurus CNRT masih terus berlanjut. Sejak pemungutan suara usai, milisi AHI yang dibantu oleh beberapa personel Kodim 1632/Aileu melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah. Mereka mencari para pemimpin CNRT di Remexio, Liquedoe, dan Laulara. Menurut keterangan, bupati Aileu Letkol Suprapto Tarman berang karena masyarakat tidak mempedulikan peringatannya agar tidak hadir di tempat pemungutan suara. Tapi ternyata justru di empat kecamatan kabupaten tersebut, hampir semua pemilih (99%) memberikan suaranya. Di desa Manale
[INDONEWS] MateBEAN-->FORTILOS> LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE:
-- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 -- Precedence: bulk PERKEMBANGAN SITUASI TERAKHIR Dili, 1/9/99 - 16:55 Hari ini suasana kota Dili kembali tegang, karena milisi Aitarak akan membawa seorang anggotanya ke pemakaman. Sejak pagi hari sekitar pukul 10.00, ratusan anggota milisi terlihat berkumpul di Gereja Motael, tempat jenazah disemayamkan. Di Hera, sekitar pukul 14.20 milisi Aitarak pimpinan Mateus Carvalho mulai tak terkendali. Mereka mengeluarkan tembakan ke segala arah yang membuat masyarakat ketakutan. Sementara itu di daerah Comoro, sebuah mobil yang membawa anggota Aitarak masuk ke pemukiman penduduk untuk mencari pemuda CNRT. Mereka membawa beberapa pucuk senjata rakitan. Suara tembakan kembali membelah kota Dili sekitar pukul 15.30, tapi tidak ada laporan tentang korban. Beberapa menit kemudian milisi Besi Merah Putih yang sudah tiba sejak kemarin malam dari Liquica, mulai sebuah rumah milik seorang pegawai Dinas Perkebunan Tk I yang juga menjadi pengurus CNRT. Suasana makin tegang, ketika gerombolan milisi mulai mengarah ke Jl Balide, di dekat kantor UNAMET, sekitar pukul 16.15. TNI dan Polri yang hadir di lokasi sepertinya tidak melakukan apa-apa, sehingga UNAMET terpaksa menutup gerbang mereka. Masyarkat mulai keluar dari rumah-rumah untuk melihat apa yang terjadi, tapi milisi malah menantang mereka berkelahi. Pukul 16.45 terjadi saling lempar antara milisi Aitarak dan BMP melawan masyarakat sekitar. Polri dan TNI nampaknya tidak berbuat sesuatu untuk mengendalikan situasi, dan hanya menonton dari kejauhan. Teriakan protes dari masyarakat seperti tidak didengarkan, dan milisi pun semakin agresif. Sebagian warga yang ketakutan lari ke gedung SMA-2 yang terletak di sebelah markas UNAMET. Wartawan yang kebetulan juga ada di lokasi lari daninta perlindungan, dan mereka malah dikejar oleh milisi pro-integrasi yang melepaskan tembakan. Ketika serangan itu mulai mengarah ke markas UNAMET, baru pasukan Brimob turun tangan dan menengahi milisi yang sedang mengamuk. Anggota Polisi Sipil PBB pun keluar menjumpai milisi dan terjadi perundingan di antara mereka. Hasilnya sampai saat ini belum diketahui. Setidaknya dua rumah terlihat terbakar hebat, sementara Jl Balide dikuasai oleh milisi pro-integrasi (Aitarak dan BMP). Mereka terlihat berkeliaran di sepanjang jalan menenteng senjata, termasuk senjata otomatis jenis M-16, sementara petugas Polri hanya berjaga-jaga dari jauh. Hal ini jelas bertentangan dengan perintah Kapolda untuk menangkap semua orang sipil yang terlihat membawa senjata. Sasaran serangan milisi pro-integrasi ini di samping pendukung kemerdekaan juga staf UNAMET. Rumah milisi seorang supir bernama Luis yang bekerja di UNAMET juga jadi sasaran pembakaran. Saat berita ini ditulis terlihat gerombolan milisi sedang berkumpul di depan markas UNAMET, dan mengancam akan melakukan serangan. Barulah terlihat anggota Brimob turun ke lokasi untuk menengahi. Beberapa Polisi Sipil PBB juga keluar dari markas mereka dan ikut bernegosiasi. Belum diketahui hasil pembicaraan di antara mereka. (bersambung) -- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html Didistribusikan tgl. 2 Sep 1999 jam 09:41:43 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/
[INDONEWS] MateBEAN-->FORTILOS> LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE: KEKERASAN
-- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 -- Precedence: bulk KEKERASAN MAKIN MENINGKAT Staf Lokal UNAMET dan Pemantau Jadi Sasaran Laporan, 31/8/99 - 16:48 waktu TL Kabupaten Dili sekarang dilanda teror. Di kecamatan Hera, sekitar 10 km dari pusat kota, gerombolan Aitarak yang dipimpin oleh Mateus Carvalho membunuh seorang guru sekolah dasar setempat. Ia adalah staf lokal UNAMET kedua yang dibunuh oleh gerombolan milisi. Kemarin sore di Atabae, Ermera, seorang staf lokal dibunuh oleh gerombolan Darah Integrasi yang beroperasi di Ermera. Gerombolan yang sama sampai sekarang masih menghadang tim UNAMET dan sejumlah pemantau yang hendak meninggalkan kota itu. Sejak hari pemungutan suara yang dinilai 'sukses' oleh UNAMET dan dunia internasional, sekurangnya sudah lima orang Timor Lorosae yang dibunuh oleh gerombolan milisi pro-integrasi. Pihak Polri tidak berbuat apa pun sekalipun sudah mengetahui pelaku tindak kriminal itu. Di Ermera, anggota Polres tidak berbuat apa-apa ketika melihat milisi Darah Integrasi memasang perintang jalan. Ketika diminta oleh UNAMET untuk menjaga keamanan mereka tidak bereaksi apa-apa dan terus membiarkan milisi pro-integrasi melakukan apa pun yang mereka mau. Dalam kejadian di Hera, beberapa pengamat justru mencurigai Polri terlibat, karena pada hari pemungutan suara seorang Bintara Polisi Desa bernama Nathan memaksa staf UNAMET untuk menyerahkan daftar nama staf lokal kepadanya. Ketika ditanya keperluannya, ia hanya menjawab bahwa itu adalah perintah dari Kapolda Kolonel Timbul Silaen. Sementara itu di beberapa kota kabupaten dilaporkan tim-tim pemantau dan staf lokal sangat terancam. Di Ainaro, gerombolan milisi Mahidi di bawah pimpinan Cancio Lopes de Carvalho, yang juga seorang pegawai kejaksaan, menyebarkan daftar orang yang harus dihabisi. Seorang aktivis CNRT mengatakan sekurangnya 100 nama orang yang tercantum di daftar itu, termasuk dirinya. Ia mendapat informasi itu dari seorang saudaranya yang dipaksa menjadi anggota Mahidi dan sekarang mendapat perintah untuk membunuh orang-orang yang ada di daftar itu. Di Maliana yang berbatasan dengan Timor Barat, dua orang mahasiswa diculik oleh milisi pro-integrasi. Setelah disiksa mereka ditahan oleh petugas keamanan dan kembali mengalami siksaan. Karena kondisinya yang parah, keduanya dibawa ke sebuah rumah sakit di Atambua, karena milisi mengancam menghabisi keduanya seandainya dibawa ke rumah sakit setempat. Sampai sekarang belum diperoleh laporan tentang nasib keduanya. Rakyat Timor Lorosae sekarang sedang menyaksikan upaya mati-matian dari TNI dan pemerintah Indonesia untuk menggagalkan jajak pendapat. Untuk 'bermain bersih', TNI dan pemerintah Indonesia merekrut sejumlah orang Atambua, Alor, Kupang dan beberapa tempat lain di NTT, yang ditampilkan sebagai 'pendukung integrasi'. Dengan cara seperti itu tangan TNI dan pemerintah tetap bersih, sementara media massa menyoroti perkembangan situasi sebagai 'ketegangan antar kelompok', padahal jelas masalahnya adalah antara rakyat Timor Lorosae dan rezim militer Orde Baru. -- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html Didistribusikan tgl. 2 Sep 1999 jam 08:17:03 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/
[INDONEWS] MateBEAN-->FORTILOS: LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE (1)
-- Visit Indonesia Daily News Online HomePage: http://www.indo-news.com/ Please Visit Our Sponsor http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1 -- Precedence: bulk LAPORAN HARIAN TIMOR LOROSAE 31 Agustus 1999 Sejak dini hari masyarakat kota Dili dicekam ketakutan karena mendengar suara tembakan beruntun di sekitar kantor DPRD Tk I dan pemakaman Santa Cruz. Kedua tempat itu dikenal sebagai basis milisi Aitarak. Malam hari tanggal 30/8/99 penduduk mengaku melihat belasan truk militer malang-melintang di kota Dili. Pagi harinya anggota Kodim (dari Timor Lorosae) mengaku bahwa kemarin malam Komandan Korem mengeluarkan perintah Siaga Satu. Di kampung-kampung pos militer yang biasanya terlihat terang dan ramai orang berkerumun, sejak kemarin malam nampak sepi. Di dalam pos-pos itu terlihat para penjaga pos menggunakan seragam memegang senjata otomatis yang diarahkan ke jalan. Sampai pukul 8.00 pagi situasi di kota Dili masih sepi. Penduduk di bagian timur enggan keluar rumah karena sudah mendengar ancaman bahwa milisi Aitarak akan membalas dendam. Malam sebelumnya sekitar 200 orang mengungsi ke daerah pegunungan untuk menghindari ancaman milisi yang mengatakan akan membunuh setiap pendukung kemerdekaan segera setelah pemungutan suara. Mulai pagi itu, milisi Aitarak mulai membangun pos-pos penjagaan di setiap daerah perbatasan. Jalan ke arah barat, timur dan selatan dijaga ketat, begitu pula dengan Bandara Comoro dan pelabuhan laut Dili. Memang, pada saat memberikan suara kemarin siang, komandan Aitarak Eurico Guterres sudah mengumumkan bahwa ia melarang semua elit politik Timor Lorosae untuk meninggalkan wilayah itu. "Kami tidak segan membunuh orang yang nekat pergi. Saya yang bertanggungjawab," katanya. Menurut keterangan, ada beberapa pejabat yang dihalangi di Bandara Comoro tadi pagi. Pada pukul 08.50 milisi Aitarak menangkap sejumlah orang yang mereka duga pendukung kemerdekaan, saat mereka hendak naik ke kapal ke Pulau Atauro. Di daerah perbatasan, tepatnya kota Balibo, kelompok milisi yang lain juga menghalangi orang untuk berpergian. Serangan terhadap penduduk makin meningkat menjelang siang. Di Ermera, sekitar pukul 10.30, sebuah helikopter UNAMET gagal mendarat karena milisi Darah Integrasi melepaskan tembakan. Sejumlah pemantau dari IFET-OP pagi harinya diancam akan ditembak, sehingga mereka memutuskan untuk mengungsi ke kantor UNAMET. Sampai pukul 14.00 staf UNAMET beserta sejumlah orang yang mengungsi ke sana belum bisa keluar, sementara rumah-rumah yang jaraknya sekitar 500 meter dari tempat mereka sudah mulai terlihat dibakar oleh milisi. Malam sebelumnya anggota milisi Darah Integrasi membunuh seorang staf lokal UNAMET di Atsabe. Di Dili, para pengurus dan aktivis CNRT mulai menjadi sasaran pengejaran oleh milisi aitarak. Polri tidak terlihat mengambil tindakan apa pun, dan sepertinya membiarkan milisi Aitarak menjadi 'penjaga keamanan' di seluruh kota Dili. Pengaduan dari warga tentang tindakan sewenang-wenang oleh milisi juga tidak digubris. "Ah, biar saja mereka saling membunuh, itu bukan urusan kita," ujar seorang perwira Polri di Colmera. Akibatnya, sekitar pukul 14.00 seseorang yang diduga pengurus CNRT dibunuh oleh milisi Aitarak, tapi Polri tetap belum mengambil tindakan apa pun. Di media massa, Polri dan TNI terus berkoar bahwa mereka netral, tapi di lapangan mereka bukan hanya mendukung tapi terlibat langsung dalam operasi-operasi yang dilakukan oleh milisi pro-integrasi menggunakan pakaian preman. Semua itu membuktikan bahwa masalahnya bukanlah antara pendukung integrasi dan pendukung kemerdekaan, tapi antara rakyat Timor Lorosae dengan rezim militer Orde Baru. (bersambung) -- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html Didistribusikan tgl. 2 Sep 1999 jam 08:02:25 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]> http://www.Indo-News.com/